Tag Archives: Pomona

Creative Gorilla Capital Umumkan Dana Kelolaan 300 Miliar Rupiah untuk Investasi ke Startup D2C

Creative Gorilla Capital (CGC) mengumumkan debut dana kelolaan Gorilla Silverback Fund sebesar 300 miliar Rupiah. Dana ini akan dialokasikan untuk investasi startup di sektor Direct-to-Consumer (D2C) atau consumer-focused di Indonesia.

CGC merupakan platform modal ventura baru hasil kolaborasi dari Future Creative Network (FCN), Vynn Capital, dan startup pengembang omnichannel Pomona. CGC berfokus mendukung startup potensial kreatif dan pemasaran dalam mencapai hypergrowth.

Founding dan Managing Partner CGC Benz Julio Budiman menyebut bahwa pihaknya memiliki posisi berbeda dibandingkan Venture Capital (VC) pada umumnya, yakni sebagai mitra pada pemasaran dan jaringan bisnis konsumen. Pihaknya akan membuka akses startup terpilih ke ekosistem kreatif yang diklaim terbesar di Indonesia.

Tak hanya memberikan pendanaan dan pendampingan dari para mitra, CGC juga akan mengekspos mereka ke jaringan profesional pemasaran kelas dunia dan solusi berbasis data sehingga dapat meningkatkan peluang startup untuk berkembang dan berhasil.

“Startup dapat mengakses semua sumber daya yang diperlukan untuk menciptakan winning brand sejak hari pertama. Kami akan membantu startup pemula menerapkan consumer insight dan pemikiran yang brand-led untuk mendorong pertumbuhannya. Keahlian yang biasanya diberikan kepada pemegang jabatan/brand yang sudah mapan, akan tersedia untuk semua portofolio kami,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Sebagai informasi, Future Creative Network (FCN) adalah pakar ekosistem pemasaran yang menaungi lebih dari 42 perusahaan dan agensi. Dalam kolaborasi ini, FCN akan menyediakan akses terhadap keahlian terintegrasi serta solusi kreatif branding dan layanan digital untuk mengembangkan D2C.

Sementara, Vynn Capital akan memanfaatkan pengalaman investasinya yang disebut telah teruji hingga level regional. Beberapa portofolio Vynn Capital, yakni car marketplace Carsome, dan platform manajemen properti Travelio. Pomona yang juga terlibat dalam kolaborasi CGC ini juga disuntik pendanaan oleh Vynn Capital pada 2019 lalu.

Adapun, Pomona akan berperan sebagai data-core untuk mengakomodasi kebutuhan internal dan portofolio CGC, baik dalam bentuk riset data maupun insight untuk mengidentifikasi tren produk selanjutnya yang berpotensi berkembang di skala nasional hingga global.

Hipotesis D2C

Dalam laporan whitepaper Accenture, pasar barang dan jasa tumbuh enam kali lipat menjadi $7,9 miliar pada periode 2015-2020. Nilai ini diperkirakan terus tumbuh yang akan dipengaruhi oleh populasi penduduk, pesatnya urbanisasi, dan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia. 

Bagi CGC, faktor-faktor di atas akan mendorong bisnis D2C berbasis teknologi dan digital di Indonesia. Terlebih, sektor e-commerce di Indonesia telah memasuki fase matang sehingga membuat rantai pasok menjadi lebih efisien dan mengandalkan solusi berbasis teknologi. 

Kendati begitu, perlu diketahui bahwa sektor D2C masih terbilang baru di Indonesia. Butuh pendekatan berbasis omnichannel agar para pemainnya tidak melulu bergantung pada kanal e-commerce, melainkan mengkombinasikannya dengan kanal tradisional/modern.

Dalam berinvestasi, CGC akan mengandalkan indikator utama pada proses seleksinya, mulai dari jalur profitabilitas yang jelas, product market-fit, dan kecakapan distribusi. Peserta juga diharuskan memiliki visi keberlanjutan, kesetaraan sosial, dan konsumerisme yang bertanggung jawab.

“Sejah ini, CGC telah berinvestasi di sejumlah startup di antaranya Offmeat, Ringkas, Kynd, dan Allura. Terlepas dari fase ‘winter‘ yang sedang terjadi, kami meyakini dapat melihat keberlangsungan startup selama mungkin. Dalam tiga tahun ke depan, kami ingin bekerja secara selektif dan erat dengan pemimpin masa depan untuk membangun winning brand yang dapat bertahan lama.”

Meski tergolong baru, startup di sektor D2C Indonesia cukup berkembang pesat dan menghasilkan produk di beragam kategori di antaranya Filmore (femcare), Saturday (lifestyle), dr. Soap (personal dan household care), dan mohjo (F&B).

Pomona Receives Over 41 Billion Rupiah Series A Funding

The platform developer for omnichannel and marketing solution “Pomona”, today announced Series A funding. It touches $3 million or equivalent to 41.8 billion Rupiah, led by Vynn Capital supported by Ventech China, Amand Ventures, Stellar Kapital, and Central Capital Ventura. It consists of two stages, the first one closed last year.

“This round we called series A-2 because it consists of two rounds. We already closed for the first round last year (undisclosed), then the next round this year. We closed a new round due to the acceleration of new product development,” Pomona’s Founder & CEO, Budiman to DailySocial.

The funding is to be allocated to the penetration of its new service, including to accelerate product development and new staff recruitment. As previously known, the company has shifted focus before on solution to help FMCG (fast-moving consumer goods) business and CPG (consumer packaged goods) to improve sales conversion for the product campaign through the end-to-end solution.

In terms of users, Pomona is currently offered cashback for various products consumer’s bought from minimarket or supermarket. Users just have to upload the bills to the platform. Whether any related products having promos, cashback will directly be sent into their account.

“By offering cashback and intensive discount, we can get the consumers to connect with brands while making an equal financial benefit to the people,” Benz said.

Developing a consumer analysis service

In helping the brand to maximize product penetration, Pomona provides a series of services. One is the analytics tools for measuring consumer’s involvement level, offline sales conversion, and marketing campaign effectivity.

They also develop a solution based on “white label”. It allows certain brands to deliver presents directly to consumers, as part of the loyalty program. They also gain revenue from analytics tools subscription and fee from the verified transactions.

Since it was founded by Benz Budiman (CEO) and Ari Suwendi (CTO) on May 2016, Pomona runs a B2B2C model. Some FMCG and CPG companies are currently using its services, such as Unilever, Japfa, ABC President, Sosro, Frisian Flag, and others.

We have plans to improve the analysis capability to help brands measuring effectivity for market penetration. It includes improving the connection of the company with producers and distributors, for more transparent business.

“For most of the customer’s interaction with the product happened offline, brands have difficulty in measuring the coverage and engagement in the market. FMCG and CPG companies can get related insights on consumer behavior and adjust their strategy through our solution,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pomona

Pomona Dapatkan Pendanaan Seri A Lebih dari 41 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform omni-channel dan solusi pemasaran “Pomona” hari ini (24/7) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A. Nilainya mencapai $3 juta atau setara 41,8 miliar Rupiah, dipimpin oleh Vynn Capital dengan dukungan Ventech China, Amand Ventures, Stellar Kapital, dan Central Capital Ventura. Pendanaan ini terbagi ke dalam dua tahapan, fase pertama diselesaikan pada tahun lalu.

“Pendanaan ini kami sebut series A-2, karena kami dapatkan dalam dua putaran. Kami menutup putaran seri A pertama tahun lalu (undisclosed), lalu putaran berikutnya di tahun ini. Kita closed round baru karena kebutuhan untuk mengakselerasi pengembangan produk baru,” ujar Founder & CEO Pomona Benz Budiman kepada DailySocial.

Pendanaan ini akan difokuskan untuk peningkatan penetrasi layanan baru Pomona, termasuk mengakselerasi pengembangan produk dan perekrutan staf baru. Seperti diketahui sebelumnya, perusahaan sempat melakukan perubahan fokus bisnis pada solusi yang membantu bisnis FMCG (fast moving consumer goods) dan CPG (consumer packaged goods) meningkatkan sales conversion pada kampanye produk mereka melalui solusi end-to-end.

Sejauh ini, dari sisi pengguna, layanan Pomona memungkinkan pengguna mendapatkan cashback untuk berbagai produk yang dibeli konsumen dari minimarket atau sueprmarket. Caranya pengguna hanya perlu mengunggah struk belanja ke platform. Nantinya jika ada produk terkait yang tengah melakukan promo, saldo cashback akan dimasukkan ke akun pengguna di aplikasi Pomona.

“Dengan menawarkan cashback dan intensif potongan harga, kami dapat mendorong konsumen untuk terhubung dengan brand, sembari memberikan manfaat finansial yang nyata pada masyarakat,” terang Benz.

Kembangkan layanan analisis konsumen

Untuk membantu brand memaksimalkan penetrasi produk, Pomona hadirkan serangkaian layanan. Salah satunya berupa alat analisis yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keterlibatan konsumen, konversi penjualan offline, dan efektivitas kampanye pemasaran.

Mereka juga kembangkan solusi berbasis “white label”. Mungkinkan brand tertentu berikan hadiah keanggotaan secara langsung kepada konsumen, sebagai bagian dari program loyalitas. Pomona sendiri dapatkan pendapatan melalui sistem berlangganan alat analisis dan komisi dari transaksi yang telah diverifikasi.

Sejak didirikan pada tahun Mei 2016 oleh Benz Budiman (CEO) dan Ari Suwendi (CTO), Pomona menjalankan model B2B2C. Saat ini beberapa perusahaan pengusung produk FMCG dan CPG sudah memanfaatkan layanannya, di antaranya Unilever, Japfa, ABC President, Sosro, Frisian Flag, dan lainnya.

Rencana ke depan, mereka akan tingkatkan kapabilitas analisis untuk dapat membantu brand bisa mengukur efektivitas strategi penetrasi pasar. Termasuk untuk meningkatkan hubungan perusahaan dengan pemasok dan pengecer, demi proses bisnis yang lebih transparan.

“Karena sebagian besar interaksi konsumen dengan produk terjadi di ruang offline, brand merasa sangat sulit untuk mengukur efektivitas jangkauan dan keterlibatan di pasar. Melalui solusi kami, perusahaan FMCG dan CPG dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang perilaku konsumen dan menyesuaikan strategi mereka,” tutup Benz.

Application Information Will Show Up Here
Mengukur kesuksesan omni channel marketing / Pexels

Cara Memanfaatkan Strategi Omni Channel yang Efektif

Pengalaman konsumen yang seamless merupakan salah satu alasan mengapa kegiatan pemasaran omni channel saat ini sangat relevan dilakukan. Proses omni channel mulai dari penawaran iklan produk, proses pencarian informasi pelanggan di channel online dan offline, dan pada akhirnya keputusan pelanggan tersebut untuk membeli.

Skema online-to-offline (O2O) saat ini sudah banyak diterapkan marketplace, layanan e-commerce, atau startup adtech. Mengetahui dengan benar bagaimana perjalanan konsumen mendapatkan informasi hingga mendapatkan produk yang diinginkan menjadi proses yang penting.

Memahami cara kerja omni channel

Dalam definisinya, omni channel bisa diartikan sebagai proses atau pengalaman pelanggan yang bisa menggunakan lebih dari satu channel penjualan seperti toko fisik, e-commerce/internet, mobile (m-commerce), social commerce, dan lainnya untuk melakukan riset, membeli, mendapatkan, dan mengembalikan atau menukar barang yang dibeli. Kegiatan ini semakin banyak dilakukan saat ini, ketika penetrasi internet dan smartphone makin meningkat, ditambah dengan maraknya layanan e-commerce yang memberikan pilihan tersebut.

Menurut AVP O2O Business Bukalapak Rahmat Danu Andika, pemasaran omni channel yang efektif harus bisa memahami perilaku sosial konsumen dan menjawab kebutuhan dengan tepat.

“Banyaknya channel yang digunakan tidak serta merta membuat strategi omni channel efektif. Justru sebaliknya ketika kemudahan seringkali menjadi kunci sukses walaupun channel yang digunakan terbatas.”

Menciptakan pengalaman pelanggan secara efektif dan konsisten menjadi lebih penting dibandingkan memberikan banyak pilihan kepada pelanggan. Proses yang seamless sejak awal hingga transaksi harus selalu diperhatikan.

“Yang tidak kalah penting adalah bagaimana integrasi tersebut juga dibarengi dengan proses yang sangat mulus (seamless). Alih-alih terintegrasi namun justru menjadikannya lebih rumit,” kata Rahmat.

Hal senada diungkapkan CEO & Co-Founder SociaBuzz Rade Tampubolon. Ia menyebutkan, perlu diciptakan integrated & seamless customer experience. Oleh karena itu yang paling penting adalah pemahaman mendalam tentang target konsumen terlebih dahulu. Seperti apa perilaku mereka, ekspektasi dan lainnya. Lalu setelah itu bangun strategi pemasaran yang integrated di atas fondasi pemahaman konsumen tersebut.

Omni channel bukan berarti kita harus menggunakan semua channel pemasaran. Namun menggunakan channel yang relevan dengan consumer journey. Experience yang didapat konsumen harus sama, mulai dari looks, feels, tonality, promises, convenience,” kata Rade.

Rade menambahkan, jika bisnis tersebut mengalami keterbatasan sumber daya, tidak wajib menjalankan semua. Fokus satu channel saja namun dengan eksekusi yang tepat.

“Seperti misalnya banyak online shop saat ini yang fokus hanya menggunakan endorsement dari artis dan selebgram saja, tidak menggunakan channel lain, omsetnya bisa luar biasa. Understanding the customer is key, dan kedua fokus tapi all out.”

Di sisi lain, kunci pemasaran omni channel yang ideal adalah aksesibilitas. Hal tersebut, menurut CEO Pomona Benz Budiman, mengharuskan platform omni channel agar lebih kreatif untuk terus mengembangkan entry point dan berada di mana konsumen berada.

“Seperti saat ini, Pomona membuka akses untuk dapat diakses dari aplikasi, mobile browser, dan desktop browser. Jadi para konsumen yang ingin mendapatkan cashback tidak lagi harus memiliki aplikasi. Bisa juga diakses dari mobile browser langsung.”

Skema online to offline yang ideal

Meskipun saat ini sisi online mendominasi kegiatan pemasaran, penjualan, dan pembayaran namun pada akhirnya sisi online tidak akan menggantikan offline. Semua kegiatan pemasaran akan memberikan hasil yang baik jika bisa menggabungkan kemudahan yang ditawarkan secara online dengan proses direct yang ditawarkan secara offline. Penggabungan ini juga dikenal dengan istilah webrooming (online) dan showrooming (offline).

Menurut Marketeers, kedua skenario tersebut merupakan skenario pembelian di era digital pada umumnya. Keduanya menandakan bahwa customer path di era sekarang tidak lepas dari kanal offline dan online konsumen pindah dari satu kanal ke kanal yang lain, baik online maupun offline.

Online to offline akan memadukan pengalaman belanja offline dengan kemudahan yang dihadirkan teknologi. Sehingga, ya, online to offline akan menjadi sangat relevan dengan kebutuhan konsumen saat ini,” kata Rahmat.

Pemasar sebaiknya tidak terlalu fokus ke berbagai channel yang harus ditawarkan kepada pelanggan. Lakukan pendekatan dengan cara yang berbeda dan mengedepankan demand dari konsumen.

“Skema O2O menjadi sangat relevan ketika konsumen sudah melihat [produk di toko offline], sudah mengetahui produknya seperti apa, bahannya seperti apa, namun belum ada keputusan membeli. Konsumen bisa melakukan pembelian melalui [segmen] online jika enggan kembali ke toko,” kata Head of Business Alfacart Viendra Primadia.

“Sebagai pemasar, kategori channel (offline/online) menurut saya tidak perlu menjadi fokus utama. Mata kita harus tetap tertuju ke konsumen, bukan ke channel. Karena kalau fokus ke channel, dan bukan ke konsumen, kita bisa kehilangan arah,” kata Rade.

Rade melanjutkan, channel pasti akan terus mengalami perubahan. Lakukan terus pendekatan kepada konsumen, cari tahu seperti apa perilaku dan ekspektasi mereka. Apakah mengalami perubahan, channel apa yang mereka suka, kemudian sesuaikan strategi pemasaran.

Cara tepat mengukur pemasaran omni channel

Tidak dapat dipungkiri salah satu kunci kesuksesan kegiatan pemasaran adalah dengan menerapkan strategi omni channel. Namun demikian cara untuk mengukur hasil tersebut harus disesuaikan dengan tujuan kegiatan pemasaran yang dilakukan, apakah untuk meningkatkan penjualan, brand awareness, akuisisi pengguna, dan lainnya.

“Selama masing-masing bisnis sudah menentukan north star metric mereka, hal selanjutnya yang bisa dilakukan, tinggal diukur pemasaran apa yang efektif untuk meningkatkan metric tersebut,” kata Rade.

Dalam hal ini, menurut Benz, measurability dan accessibility menjadi ukuran kesuksesan yang memungkinkan pemasaran apapun yang dilakukan jadi lebih terukur dan bisa dikorelasikan dengan ROI masing-masing perusahaan. Jika tahapannya masih membangun brand, awareness adalah metric yang diusahakan.

“Aksesibilitas juga menjadi konsentrasi utama strategi pemasaran omni channel. Semakin kita mempermudah konsumen untuk mengakses dan memakai produk kita, disanalah definisi sesungguhnya dari teknologi omni channel yang mempermudah hidup manusia.”

Sementara itu, menurut Rahmat, ketika kegiatan pemasaran sudah banyak diadopsi masyarakat, hal tersebut juga bisa menjadi pengukur kesuksesan kegiatan pemasaran memanfaatkan omni channel.

“Secara sederhana pertumbuhan transaksi yang terdigitalisasi Itu menunjukkan kemudahan yang dihadirkan pemasaran omni channel telah diadopsi lebih banyak masyarakat yang merasakan kemudahan dan pengalaman yang baik,” kata Rahmat.

Hal senada juga diungkapkan Viendra yang menyebutkan kesuksesan bisa dilihat dari kepuasan konsumen dalam memperoleh experience yang sama baik online maupun offline dan sebagai bisnis tentunya hal tersebut tercermin dengan peningkatan volume penjualan,

“Dengan omni channel, yang tidak terpenuhi di offline bisa dilakukan melalui online, begitupun sebaliknya. Hal tersebut mampu untuk mengurangi tingkat pembatalan pemesanan,” tutup Viendra.

Benz Budiman dan Ariawan Suwendi dari Pomona bersama partner / Pomona

Pomona Kini Jadi Layanan Adtech, Fokus Sasar Industri FMCG

Sempat fokus menjadi layanan loyalitas yang membantu toko ritel offline, Pomona resmi mengubah model bisnis mereka menjadi advertising technology (adtech) fokus pada sales conversion yang turut berperan dalam membantu memajukan dan mengembangkan industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di Indonesia melalui inovasi teknologi.

CEO Pomona Benz Budiman mengungkapkan, keputusan ini sengaja diambil setelah melihat besarnya peluang dan demand dari industri FMCG untuk meningkatkan penjualan dan menjalin relasi dengan konsumen. Jika dulu Pomona menawarkan teknologi scan QR Code dan rewards, kini fitur tersebut tidak lagi tersedia. Mereka kini menghadirkan teknologi baru memanfaatkan teknologi Optical Character Recognition (OCR) dan Machine Learning serta mengimplementasikan Sales Call-to-Action tool pada platform omni-channel Pomona.

“Akhir tahun 2017 lalu kita mulai mengembangkan teknologi baru kemudian awal tahun 2018 mulai kita implementasikan, dua bulan lalu soft launching dan baru hari ini kita resmikan model bisnis baru Pomona,” kata Benz.

Teknologi OCR sendiri merupakan teknologi yang mengotomatisasi proses pembacaan struk menjadi lebih cepat, sedangkan machine learning dapat membantu menganalisa dan memverifikasi keakuratan dari data tersebut.

“Kedua teknologi ini adalah teknologi yang diimplementasikan dalam platform omni-channel Pomona. Omni-channel sendiri merupakan konsep yang diusung Pomona yang menitikberatkan pada pengalaman konsumen dalam berbelanja menggunakan berbagai saluran yang terintegrasi dan dapat memberikan kemudahan serta pengalaman bagi konsumen kapan dan dimanapun,” tambah Benz.

Pomona mengembangkan sendiri teknologi tersebut secara in-house. Memanfaatkan feedback dari mitra brand yang kebanyakan adalah FMCG, misi dari Pomona saat ini adalah ingin membantu brand meningkatkan penjualan.

Pemberian cashback untuk pengguna

Di samping manfaat yang Pomona tawarkan kepada para pelaku industri FMCG, Pomona juga hadir dengan membawa manfaat bagi para konsumen melalui cashback. Cashback bisa didapatkan dari setiap aktivitas belanja yang dilakukan. Hanya dengan mengunggah struk pembelian dari produk yang dibeli di berbagai ritel yang tersebar di seluruh Indonesia, seperti Indomaret, Alfamart, Giant, Hypermart, Hero, Lawson, Lottemart, Circle K, Guardian, Watson, Century. Pomona mencatat hingga kini lebih dari 200 ribu orang telah menggunakan Pomona.

Konsumen bisa mendapatkan keuntungan berupa cashback mulai dari 20% dari harga produk  dan juga dapat diakumulasi dengan promosi lain yang sedang berlangsung,

“Selain cashback dapat dicairkan dengan melakukan transfer ke semua bank, cashback juga bisa ditukarkan dengan pembelian pulsa, langsung dari aplikasi atau mobile browser Pomona,” kata Benz.

Setiap transaksi yang dilakukan dan verifikasi menggunakan platform, Pomona mendapatkan komisi dari mitra brand FMCG dengan jumlah yang berbeda. Cashback untuk setiap produk diberikan langsung dari mitra FMCG, bukan Pomona. Sementara itu data yang dikumpulkan oleh Pomona, bisa dimanfaatkan oleh perusahaan riset pihak ketiga atau mitra FMCG yang ingin melihat consumer behavior.

“Kita sengaja tidak menjual data yang kita miliki, hal tersebut yang membedakan kami dengan layanan lainnya. Semua data dalam bentuk anonymous bisa didapatkan oleh mitra FMCG, namun selebihnya kita berikan kepada mitra third party research company,” kata Benz.

Dengan cara ini Pomona mengklaim bisa membantu pihak FMCG yang saat ini masih kesulitan untuk melakukan engagement dan meningkatkan penjualan. Perusahaan FMCG yang bergabung menjadi mitra Pomona di antaranya adalah Japfa, Sosro, Unilever, Mayora, Wings, dan Nestle.

Kantongi pendanaan Seri A

Awal tahun 2018 ini Pomona menyebutkan telah mendapatkan pendanaan Seri A. Namun demikian Benz enggan menyebutkan siapa investor yang terlibat dalam putaran kali ini dan berapa nilai investasi yang diberikan. Dari dana segar ini, Pomona berencana untuk mengembangkan teknologi, menambah talenta dan melakukan akuisisi pengguna.

Sebelumnya Pomona telah mendapatkan pendanaan awal, dengan jumlah tak disebutkan, dari Frontier Capital, Prasetia Dwidharma, dan sejumlah angel investor strategis.

“Untuk saat ini kita fokus kepada FMCG. Kita percaya FMCG memiliki potensi yang cerah saat ini dan ke depannya,” tutup Benz.

Application Information Will Show Up Here

 

Pomona Raih Pendanaan Awal dari Frontier Capital, Prasetia Dwidharma

Layanan loyalitas yang fokus membantu toko ritel offline Pomona mengumumkan perolehan pendanaan awal, dengan jumlah tak disebutkan, dari Frontier Capital, Prasetia Dwidharma, dan sejumlah angel investor strategis. Pendiri dan CEO Frontier Capital Handi Irawan masuk menjadi Presiden Komisaris Pomona.

Dana yang diperoleh bakal digunakan untuk mengakselerasi perkembangan produk. Pomona beberapa waktu yang lalu telah menjalin kemitraan dengan Grand Indonesia sebagai salah satu mall terbesar di Indonesia.

Berbeda dengan layanan digital lain yang mendukung kegiatan e-commerce, Pomona memberikan alternatif pengalaman yang lebih menyenangkan saat berbelanja di mall, kafe, atau pusat perbelanjaan lainnya. Dengan konsep gamifikasi, Pomona memberikan reward bagi pengguna yang berbelanja sambil menggunakan aplikasi miliknya.

Terhadap investasinya, Handi berkomentar, “Mediasi toko ritel fisik dan smartphone menggunakan teknologi mobile berbasis lokasi merevolusi cara konsumen modern berbelanja saat ini. Pomona telah menciptakan jalan yang menghubungkan pembeli, penjual, dan brand. Semuanya bisa menang.”

“Pomona menawarkan solusi O2O untuk peritel dan brand dengan ROI terukur yang dapat membantu  toko offline tradisional memasuki dunia interaktif. Di dunia seperti ini, peritel dan brand berhubungan erat dengan konsumennya sambil mendapatkan insight melalui berbagai kampanye pemasaran yang efektif.”

Untuk memastikan penambahan kualitas produknya, Co-Founder dan CEO Pomona Benz Budiman kepada DailySocial mengungkapkan langkah ini termasuk menambah talenta di bidang teknis.

Benz mengungkapkan, “Pomona akan fokus membantu brand dan peritel sehingga pengembangan terbesar kami adalah memenuhi hal-hal yang paling relevan bagi mereka. Kami juga merealisasikan proses gamifikasi pengalaman berbelanja secara offline sehingga menjadi semakin menyenangkan.”

Dalam menjelaskan produknya, Benz menggunakan perumpamaan Pokemon Go:

“Anda bisa menyebut kami ‘Pokemon Go for Shopper’. Kalau dengan game tersebut pengguna dapat menangkap monster virtual, dengan Pomona kalian bisa menangkap poin yang bisa ditukarkan dengan berbagai hadiah nyata seperti pulsa, voucher, bahkan gawai secara gratis.”

Saat ini Pomona memiliki lebih dari 650 merchant mitra di Jakarta.

Jalin kemitraan dengan pemain besar

Pomona baru saja mengumumkan kemitraan dengan sejumlah peritel dan brand besar, termasuk Grand Indonesia, Ranch Market, Central Department Store, dan Gramedia. Fitur pemindaian barcode yang baru saja diluncurkan telah menghasilkan pindaian 300 ribu produk di dalam platform Pomona yang diharapkan membantu engagement konsumen dan peritel.

Geliat tren e-commerce dalam 2-3 tahun terakhir memang menjadi ancaman tersendiri bagi peritel yang belum siap untuk memiliki kehadiran di berbagai kanal. Meskipun demikian, Pomona percaya bahwa kebiasaan berbelanja di toko offline tidak akan mati dan mereka berupaya untuk memperkaya pengalaman ini.

“Dengan dukungan jaringan luas dari investor kami, kami menantikan peluncuran solusi pemasaran kami untuk peritel dan brand offline yang berorientasi solusi berbasis ROI dan performa,” tutup Benz.

Application Information Will Show Up Here

Mal Grand Indonesia Rambah Layanan Digital, Gandeng Aplikasi Pomona dan Smark Parking

Grand Indonesia, mal yang menyasar sektor menengah ke atas di Jakarta, mulai merambah layanan digital sebagai strategi untuk meningkatkan nilai tambah sekaligus pelayanan kepada para pengunjungnya dengan menggandeng aplikasi Pomona dan Smark Parking. Terhitung rata-rata jumlah pengunjung mal Grand Indonesia per bulannya mencapai 2,1 juta orang pada tahun 2016.

Sebelum menggandeng Pomona dan Smark Parking, pihak Grand Indonesia mengaku telah bekerja sama dengan aplikasi ride hailing Grab dan aplikasi pelaporan keluhan masyarakat Qlue. Untuk Grab, pengunjung bisa langsung memesan order dari spot yang telah ditentukan dan pengemudi akan langsung mengantar pemesan. Sementara dengan Qlue, pihak Grand Indonesia mendapat dashboard khusus untuk menangani sendiri seluruh keluhan yang datang dari pengunjungnya.

“Intinya kami ingin sesuatu yang dapat enhance pengalaman berbelanja di Grand Indonesia. Kami pun terbuka untuk semua potensi yang ditawarkan pemain startup lainnya untuk meningkatkan pengalaman pengunjung mal,” terang Assistant Manager Public Relations PT Grand Indonesia Dinia Wibisono kepada DailySocial, Kamis (23/3).

Kerja sama kali ini, Grand Indonesia menggandeng Pomona dan Smark Parking. Pomona adalah aplikasi yang menawarkan fitur yang memungkinkan terjadinya interaksi antara merchant, produk, dan konsumen untuk meningkatkan probabilitas pembelian produk. Sementara Smark Parking adalah aplikasi reservasi parkir online.

Bentuk nyata dari kerja sama ini, para pengunjung mal yang sudah mengunduh aplikasi Pomona berkesempatan untuk mendapat poin-poin yang dapat ditukar dengan berbagai hadiah saat berkunjung ke merchant rekanan Pomona di Grand Indonesia. Ada fitur seperti Auto Check In, QR Code Check-In, dan Scan Product Barcode.

Fitur tersebut memungkinkan pengguna mendapatkan poin, entah itu saat memasuki mal, window shopping di merchant, atau berbelanja untuk ditukarkan dengan berbagai hadiah. Khusus dengan Grand Indonesia, pihak Pomona meluncurkan pilot project Virtual Concierge yang dinamai AskMona.

Co-Founder dan CEO Pomona Benz Budiman menjelaskan AskMona berperan aktif dalam membantu pengguna mendapatkan info terkini seputar outlet, event, jadwal film, serta rekomendasi promo yang sedang berlangsung di Grand Indonesia.

“Jadi sekarang, melalui fitur yang ditawarkan Pomona, setiap aktivitas belanja termasuk window shopping menjadi berhadiah,” ucapnya.

Selain dengan Grand Indonesia, Pomona sudah bekerja sama dengan puluhan mal yang berlokasi di kawasan Jabedetabek. Total merchant-nya pun sudah mencapai kisaran 300 merchant.

Sementara itu, dari sisi aplikasi Smark Parking. Pengunjung dapat melakukan reservasi parkir maksimal satu jam sebelum kedatangan. Pengguna pun akan langsung mengetahui secara online berapa slot tempat parkir yang masih tersedia.

Biaya yang dibutuhkan untuk menikmati layanan ini sebesar Rp40 ribu, belum termasuk biaya parkir per jam. Biaya ini akan dipotong secara otomatis lewat akun Doku yang merupakan mitra pembayaran Smark Parking.

Untuk lokasi parkirnya dibuat khusus dan eksklusif, sementara ini baru tersedia di area Basement 1 East Mall Grand Indonesia. Adapun untuk langkah awalnya, slot lahan parkir yang baru disediakan oleh pihak Grand Indonesia untuk Smark Parking sebanyak 60 slot.

Ke depannya, jumlahnya akan diperbanyak sesuai dengan demand pengunjung. Total kapasitas slot tempat parkir yang tersedia di Grand Indonesia mencapai 4.348 slot.

Co-Founder Smark Parking Kemal Putra mengatakan kerja sama antara Smark Parking dengan Grand Indonesia adalah kemitraan perdana dalam bisnis perusahaan. Smark Parking tergolong masih sangat baru, perusahaan tersebut baru berdiri pada 3 Maret 2017.

“Susah cari parkiran adalah keluhan yang selalu datang dari pengunjung. Dari hasil studi kami, pengunjung Grand Indonesia rela mengeluarkan kocek lebih untuk mendapatkan slot parkir. Untuk layanan Valet, biaya yang dikeluarkan sekitar Rp60 ribu, bahkan VIP Valet bisa mencapai Rp150 ribu. Semudah itu orang rela mengeluarkan uangnya untuk dapat parkiran. Dengan adanya Smark diharapkan cari parkir jadi lebih mudah,” terangnya kepada DailySocial.

Ke depannya, Smark Parking akan terus menambah kerja sama strategis lainnya dengan berbagai pihak. Hanya saja mitra potensial yang akan disasar lebih banyak bergerak untuk fasilitas publik seperti bandara, on street parking, dan mal.

Aplikasi “Point Rewards” Pomona dan Pendekatan O2O untuk “Offline Retailer”

Dunia e-commerce tengah tumbuh dengan seksi di Indonesia dan banyak membantu para pebisnis offline meningkatkan penjualan produknya. Tapi di sisi lain, e-commerce juga memberi dampak signifikan terhadap turunnya arus kunjungan pelanggan di toko-toko offline. Permasalahan ini yang sekarang coba diselesaikan oleh Pomona, aplikasi mobile dengan konsep point reward.

Pomona adalah aplikasi mobile yang memberikan penggunanya kesempatan untuk menangkap hadiah nyata seperti pulsa, voucher, bahkan gawai secara gratis dengan mengumpulkan poin dari toko-toko offline yang dikunjungi. Sederhananya Pomona merupakan aplikasi online yang mencoba membawa trafik untuk offline (konsep O2O) atau bisa diposisikan seperti Pokemon Go untuk pebelanja.

[Baca juga: Berkenalan dengan Aplikasi Diskon Berbasis Lokasi Korting]

CEO dan Co-Founder Pomona Benz Budiman mengatakan, “Anda bisa menyebut kami ‘Pokemon Go for Shopper’. Kalau dengan game tersebut pengguna dapat menangkap monster virtual, dengan Pomona kalian bisa menangkap poin yang bisa ditukarkan dengan berbagai hadiah nyata seperti pulsa, voucher, bahkan gawai secara gratis.”

“Misi utama Pomona adalah membuat pengalaman belanja offline menjadi lebih rewarding, fun, dan personal. Kami memberikan insentif nyata yang bisa didapatkan dengan melakukan aktivitas yang sudah menjadi bagian dari hidup Anda,” lanjutnya.

Latar belakang dimulainya Pomona

Antarmuka aplikasi Pomona / DailySocial
Antarmuka aplikasi Pomona / DailySocial

Pomona mulai dikerjakan oleh Benz dan rekannya Ariawan Suwendi (CTO) pada Desember 2015 dan resmi diluncurkan pada Mei 2016 lalu. Benz sendiri sebelumnya telah membuat aplikasi Gesek, sedangkan Ariawan memiliki pengalaman 10 tahun bekerja di Sillicon Valley. Sid Nandy yang memiliki pengalaman karir di Rocket Internet juga disebutkan Benz akan segera bergabung sebagai CMO.

Benz menjelaskan latar belakangnya memulai Pomona adalah ketika beberapa bulan lalu pihaknya  menyadari bahwa lebih mudah membuat orang membeli ketika mereka ada di toko dibandingkan dengan saat mereka melihat iklan di tempat lain. Tingkat konversinya pun disebut Benz cukup tinggi, mencapai 20-95 persen saat seseorang berada di toko fisik dibandingkan saat melihat iklan online yang hanya mencapai 0,5-3 persen.

[Baca juga: Loyalbox Mengadopsi Strategi “Hyperlocal Marketing”]

Benz mengatakan, “Penemuan ini menggarisbawahi pentingnya ‘lalu lintas kaki’ ke peningkatan penjualan. […] Kami validasi hipotesis ini dengan berbicara ke pemilik toko. Ketika berbicara dengan lebih banyak dari mereka, kami menemukan banyak toko-toko sadar bahwa menarik orang-orang untuk masuk ke toko tidak mudah.

“Jika ‘lalu lintas kaki’ itu penting, mengapa toko tidak memberi hadiah kepada pembeli untuk mengunjungi toko mereka? […] Di sinilah Pomona masuk. Untuk pemilik toko, Pomona adalah platform untuk menarik pembeli, mendatangkan trafik, memberi rewards, dan [seharusnya] meningkatkan angka penjualan. Untuk pengguna, Pomona menjadi aplikasi yang meningkatkan pengalaman belanja dan mendapatkan hadiah secara gratis,” lanjutnya.

Rencana dan target yang ingin dicapai

QR Code Pomona & Partner Merchant / DailySocial
QR Code Pomona & Partner Merchant / DailySocial

Pomona mengklaim saat ini sudah bekerja sama dengan lebih dari 200 toko offline yang berada di Jakarta. Pun operasionalnya masih terbatas di Jakarta, tetapi Benz juga menyebutkan bahwa kota-kota lain sudah ada dalam pipeline mereka.

Melalui 200 toko offline rekanan Pomona inilah pengguna bisa mengumpulkan poin yang nantinya bisa ditukarkan dengan hadiah. Caranya sederhana, auto check-in saat berkunjung ke toko rekanan, QR code check-in di toko rekanan tanpa perlu bertransaksi, dan saat melakukan pembelian. Untuk proses verifikasi pengguna yang benar-benar membeli promo, staf dari toko akan memasukkan kode sandi atau promo untuk verifikasi transaksi yang terjadi.

Benz mengatakan, “Sejak meluncur di bulan Mei 2016, kami mendapatkan 20 ribu total unduhan. Kami berharap bisa mendapatkan lebih dari 50 ribu unduhan pada akhir tahun ini dengan tingkat pengguna aktif mingguan 40 persen. Kami yakin dapat melampaui target ini dengan beberapa rekanan yang akan bergabung seperti Mall Artha Gading pada akhir September.”

“Berpegang pada [keinginan] pengguna Pomona, mereka ingin cara yang lebih mudah untuk mendapatkan poin dan mendapatkan hadiah. Dalam konteks ini, kami berencana untuk meningkatkan rekanan merchant setidaknya [hingga] 500 pedagang,” ujar Benz lebih jauh.

Pekerjaan rumah yang tersisa

Pomona sebenarnya bukan satu-satunya pemain di ranah aplikasi yang ingin membawa peningkatan lalu lintas pengunjung dan penjualan pada toko-toko offline. Sebelumnya sudah ada Loyalbox, Stamps, dan juga Korting yang mencoba untuk mencicipi kuenya. Namun, tidak ada yang benar-benar bisa menunjukkan taringnya di sini.

[Baca juga: Runtuhnya Era Retailer Tradisional]

Konsumen sekarang ini sudah terlanjur nyaman dengan cara yang ditawarkan oleh para pelaku e-commerce yang ada di Indonesia. Apalagi di kota-kota besar seperti Jakarta yang praktis membuat para pebelanja bisa menghindari macet hingga berdesak-desakan hanya untuk mendapatkan sebuah produk.

Meski Pomona mengambil momentum dan positioning yang bagus bersamaan dengan fenomena Pokemon Go, tetapi pekerjaan rumah mereka masih banyak. Selain menambah rekanan merchant, Pomona dan para pelaku di kolam ini harus mampu memberi kampanye, rewards, atau mungkin membuka kanal baru yang benar-benar bisa membuat konsumen mau datang ke toko.

Application Information Will Show Up Here