Tag Archives: portable dac

DAC Portabel THX Onyx Diciptakan untuk Para Penikmat Audio Berkualitas Master

Bagi sebagian besar orang, DAC (digital-to-analog converter) bawaan smartphone atau laptop sudah lebih dari cukup. Kebanyakan mungkin malah tidak menyadari bahwa komponen inilah yang bertugas mengonversi sinyal-sinyal digital dari sebuah file audio menjadi output analog yang dapat didengar oleh telinga.

Sebaliknya, kalangan audiophile hampir bisa dipastikan selalu mengandalkan perangkat DAC terpisah, entah yang berukuran besar dan berat, maupun yang sangat portabel dan berwujud seperti adaptor USB ke 3,5 mm. Di kategori DAC portabel ini, salah satu penawaran terbaru yang cukup menarik untuk disoroti datang dari THX.

Dijuluki THX Onyx, wujudnya tergolong low profile dengan warna serba hitam. Sesuai ekspektasi, ia mengemas konektor USB-C dan port 3,5 mm di ujung satunya. Menyambungkan kedua konektor tersebut adalah seutas kabel pendek yang fleksibel, dan bagian konektor USB-nya juga dilengkapi magnet sehingga bisa menempel ke bagian utamanya demi memudahkan penyimpanan.

Selain di smartphone Android, perangkat ini juga bisa digunakan di iPhone dengan bantuan adaptor Lightning ke USB. Ya, memang jauh dari kata ideal karena harus menggunakan dongle demi dongle, tapi setidaknya kompatibilitasnya bisa tetap terjaga. Pada paket penjualan Onyx, THX turut menyertakan adaptor USB-C ke USB-A sehingga laptop yang tidak memiliki port USB-C pun tetap bisa dipasangi Onyx.

Kinerjanya sendiri ditunjang oleh chip DAC ES9281PRO besutan ESS yang ditandemkan dengan amplifier rancangan THX sendiri. Menurut THX, amplifier milik Onyx adalah yang paling perkasa yang pernah mereka buat untuk segmen mobile, dan sangat kapabel untuk menyalurkan daya yang cukup buat headphone kelas audiophile, yang umumnya memiliki impedansi jauh di atas rata-rata.

Format audio yang didukung cukup bervariasi; bukan cuma DSD (Direct Stream Digital), tapi juga MQA (Master Quality Authenticated) seperti yang digunakan oleh Tidal pada layanan paling premiumnya. Di samping logo THX pada perangkat, ada tiga indikator LED untuk menandakan kualitas audio yang sedang diputar (standar, DSD, atau MQA). Selain untuk menikmati musik, Onyx juga cocok untuk kegiatan menonton maupun gaming.

Di Amerika Serikat, THX Onyx saat ini telah dipasarkan dengan harga $200. Harganya lebih mahal $50 daripada DAC portabel besutan Astell & Kern yang diluncurkan belum lama ini, namun perangkat itu tidak mendukung format MQA.

Sumber: Engadget dan THX.

Fiio Luncurkan Headphone dan Portable Amplifier Wireless Kelas Hi-Fi

Fiio meluncurkan dua perangkat audio wireless baru yang menarik. Yang pertama adalah headphone Bluetooth bernama Fiio EH3 NC, dan seperti yang sudah bisa ditebak dari namanya, perangkat ini mengemas active noise cancelling (ANC) sebagai salah satu fitur unggulannya.

Fiio bilang sistem ANC yang diusung sekelas dengan yang terdapat pada headphone kelas atas. Kemampuannya mengeliminasi suara luar ini diwujudkan oleh empat buah mikrofon yang bertugas menangkap suara ambient, sebelum akhirnya suara tersebut dibuat sirna oleh chip DSP (digital signal processing) terpisah.

Fiio EH3 NC

Kualitas suaranya sendiri dijamin oleh sepasang driver yang berukuran sedikit lebih besar daripada biasanya (45 mm). Desain driver yang mengandalkan diaphragm dua sisi berlapis titanium ini diyakini mampu menyajikan bass yang menendang. Hal ini turut didukung oleh fakta bahwa EH3 NC telah mengantongi sertifikasi Hi-Res Audio dan Hi-Res Audio Wireless.

Wireless? Ya, Fiio dengan bangga menyebut bahwa headphone noise cancelling pertamanya ini mengemas chip Bluetooth 5.0 unggulan Qualcomm, CSR8675. Codec yang didukung pun beragam, mulai dari aptX, aptX Low Latency, aptX-HD, sampai SBC dan LDAC. Juga mengesankan adalah daya tahan baterainya: hingga 50 jam pemakaian, atau hingga 30 jam kalau ANC-nya terus diaktifkan.

Fiio BTR5

Perangkat yang kedua adalah Fiio BTR5, portable amplifier sekaligus DAC (digital-to-analog converter) yang juga dibekali konektivitas Bluetooth 5.0 dari chip Qualcomm CSR8675 yang sama. Codec yang didukung pun identik, dan perangkat ini mampu memproses file audio dengan resolusi maksimum 24-bit/96kHz meski sedang tersambung via Bluetooth.

Sambungkan sebagai DAC biasa via USB-C, maka resolusi yang didukung bisa mencapai angka 384kHz sekaligus format native DSD. Untuk memantau formatnya, BTR5 mengemas layar OLED kecil yang dapat menampilkan beragam indikator, termasuk indikator baterainya, yang diklaim tahan sampai 9 jam penggunaan.

Di Singapura, kedua perangkat ini sekarang sudah dipasarkan seharga S$329 (Fiio EH3 NC) dan S$179 (Fiio BTR5).