Tag Archives: preloved product

HuntStreet hadirkan barang preloved kualitas terjamin / HuntStreet

Layanan “Fashion Preloved” HuntStreet Ekspansi ke Singapura dan Kota-Kota Besar di Indonesia

Besarnya minat pembeli barang-barang mewah secondhand (preloved) saat ini telah memberikan peluang tersendiri bagi layanan marketplace untuk menghadirkan platform khusus penjualan barang-barang tersebut. Salah satu layanan yang mencoba untuk menyasar sektor tersebut adalah HuntStreet, yang didirikan oleh Janice Winata dan Sabrina Joseph pada bulan Juli tahun 2015 lalu.

Di tahun yang ketiga, HuntStreet telah melakukan ekspansi ke Singapura dan berencana untuk menambah lokasi penjualan di kota-kota besar lainnya di Indonesia, selain Jakarta dan Bandung. Masih menggunakan modal perusahaan sendiri (private owned), HuntStreet belum memiliki rencana untuk melakukan fundraising.

Disinggung apa yang membedakan HuntStreet dengan pemain lainnya seperti Reebonz, Banananina dan Tinkerlust, PR HuntStreet Ashley Jaury mengungkapkan, banyaknya jumlah barang preloved yang dimiliki HuntStreet merupakan salah satu keunggulan dari HuntStreet. Selain itu HuntStreet juga menawarkan harga yang bervariasi, mulai dari Rp100 ribu hingga ratusan juta rupiah.

Untuk memastikan barang yang diterima dan dijual bisa dijamin keasliannya, HuntStreet melakukan proses penyaringan ketat selama 1 minggu kepada pemilik barang.

“Ketika barang datang belum tentu barang tersebut akan langsung di jual oleh kami. Setelah melakukan proses penyeleksian selama 1 minggu, tim kami nanti akan memberikan harga jual barang preloved tersebut di HuntStreet kepada pemilik barang,” kata Ashley.

Menawarkan jasa penjualan dan penitipan

Selain menjual barang-barang preloved, HuntStreet juga menawarkan jasa penjualan, penitipan (konsinyasi), maupun fasilitas tukar-tambah barang-barang fesyen mewah milik pelanggan. Dalam hal ini, pelanggan bisa memperoleh uang tunai hasil penjualan, atau pun produk fesyen mewah baru. Saat ini HuntStreet mengklaim telah memiliki ratusan penjual dengan konsep konsinyasi, yang tersebar di seluruh Indonesia, Singapura hingga India.

Selain pembelian barang di situs, HuntStreet juga kerap menggelar kegiatan branded sale di Jakarta. Di gelaran branded sale tahun ketiga, HuntStreet telah menyediakan sekitar 15 ribu barang preloved yang terdiri dari pakaian, tas, aksesoris hingga sepatu.

“Untuk menambah jumlah produk preloved HuntStreet, kami juga telah melakukan kolaborasi dengan para influencer fesyen. Dengan memanfaatkan popularitas mereka, pembeli bisa melihat barang pilihan dari influencer tersebut untuk dibeli,” kata Ashley.

Community Manager Carousell Indonesia Olivia Lautner dan Co-Founder Carousell Marcus Tan / DailySocial

Capaian dan Rencana Carousell Indonesia Pasca Tiga Tahun Beroperasi

Merayakan HUT-nya yang ketiga, layanan mobile classified app asal Singapura, Carousell, menjabarkan pencapaian dan rencana di tahun 2018. Dari data yang disampaikan terungkap, sebanyak 2,1 juta barang telah terjual di Carousell hingga kuartal ketiga tahun 2017. Kategori terpopuler adalah gadget dan barang elektronik, pakaian pria dan wanita, barang kesehatan dan kecantikan, serta produk perlengkapan bayi.

Di Indonesia sendiri Carousell yang dikenal sebagai platform jual beli barang bekas telah memiliki sekitar 8,8 juta listing, dengan rata-rata sekitar 100 barang preloved yang didaftarkan ke platform dalam waktu satu menit. Dari jumlah keseluruhan pengguna yang ada di Carousell kebanyakan adalah kalangan individu dan hanya sedikit pemilik toko yang menjual barang bekas pakai memanfaatkan Carousell.

“Di usia ke tiga kehadiran Carousell di Indonesia, kami ingin memberikan inspirasi lebih banyak kepada masyrakat Indonesia untuk melakukan jual beli barang bekas memanfaatkan platform Carousell,” kata Co-Founder Carousell Marcus Tan .

Meluncurkan fitur baru memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence

Untuk memberikan layanan lebih maksimal dan proses penjualan lebih cepat, pada tahun 2018 mendatang Carousell berencana untuk meluncurkan fitur-fitur terbaru memanfaatkan teknologi AI. Mulai dari Smart Listing yang bisa memberikan rekomendasi lebih relevan untuk masing-masing pengguna, tampilan Home Screen baru yang didesain lebih personal mengikuti minat dan kesukaan dari pengguna, hingga memperbarui In-App Chat yang saat ini sudah disematkan dalam aplikasi Carousell.

“Semua fitur baru tersebut kami harapkan bisa mempercepat proses pendaftaran barang, penjualan dari sekitar 30 detik hingga menjadi 3 detik sekaligus memperlancar komunikasi antara penjual dan pembeli,” kata Marcus.

Belum melakukan monetisasi

Masih fokus kepada akuisisi pengguna (penjual dan pembeli), Carousell Indonesia hingga kini belum melakukan monetisasi. Hal ini dilakukan menyesuaikan rencana dari Carousell Indonesia yaitu mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan pengguna aktif. Saat ini Carousell telah tersedia di Jabodetabek, Medan, Surabaya, dan Bandung.

“Berbeda dengan Singapura yang pasarnya lebih luas, kami selama 5 tahun terakhir sudah mulai melakukan monetisasi dengan fitur iklan dan tambahan lainnya, sementara di Indonesia kami belum melancarkan kegiatan monetisasi tersebut,” kata Marcus.

Setelah mendapatkan pendanaan Seri B tahun 2016 lalu yang dipimpin oleh Rakuten Ventures bersama dengan Sequia India, Golden Gate Ventures, dan 500 Stratups, sebesar $35 juta (sekitar Rp 458 miliar), saat ini Carousell mengklaim belum memiliki rencana untuk melakukan kegiatan penggalangan dana. Selanjutnya Carousell masih mengembangkan teknologi dan meningkatkan aplikasi mobile agar bisa berfungsi lebih advance.

Application Information Will Show Up Here

Kleora Pivot Menjadi Prelo, Berjuang di Pasar Produk Tangan Kedua

Bisnis e-commerce di Indonesia memang menggiurkan. Selain banyak sekali potensi dari sisi konsumen secara umum, masih besar juga kesempatan yang ada dari beragamnya pasar niche yang masih bisa dieksplorasi. Salah satu yang coba mengeksplorasi peluang tersebut adalah Prelo. Startup hasil pivot Kleora ini berusaha bersaing untuk sukses di sektor niche barang pre-loved, atau barang tangan kedua.

Salah satu semangat yang diusung oleh Prelo adalah memerangi peredaran barang palsu. Minimal dari layanan yang mereka kembangkan, Prelo memastikan bahwa barang-barang yang ada di sistem mereka merupakan barang asli yang berkualitas.

Founder Prelo Fransiska Hadiwidjana menyebutkan pihaknya memiliki mekanisme tersendiri untuk memastikan kualitas barang yang mereka sajikan. Kurasi sendiri dilakukan oleh tim internal Prelo dengan membandingkan dengan barang sejenis di domain publik.

Fransiska menjelaskan:

“Proses kurasi barang di Prelo dilakukan oleh tim internal, dengan membandingkan barang yang diunggah dengan barang serupa di public domain, berdasarkan keterangan barang berupa merek, model, dsb. Proses ini dilakukan secara semi-otomatis, yang melibatkan kurasi. Pengetahuan terkait barang-barang KW dan tidak ini sendiri juga terus diperkaya melalui dialog dengan komunitas barang tersebut, misalnya dengan komunitas sneakers seperti Converse, di mana mereka memberikan instruksi lebih lanjut terkait pengecekan yang perlu dilakukan untuk membedakan barang autentik dengan barang KW.”

Selain itu, Prelo juga memberikan insentif pada pengguna untuk mengunggah barang autentik (via pemberian batch The Authentic Club) dan juga untuk melaporkan barang apabila ditemukan kecurigaan, via fungsi report dan juga pemberian badge The Inspector.

Prelo lebih siap

Sejak dimulai pada tahun 2015, startup yang berasal dari Bandung ini tercatat telah memfasilitasi transaksi senilai lebih dari 1 juta dolar AS. Kini Prelo yang menurut data internal telah memiliki puluhan ribu pengguna aktif setiap bulannya dan memiliki 200.000 produk yang tersedia dalam platform.

“Dari segi ide, Prelo sama baiknya dengan Kleora. Namun perbedaan terbesar terletak pada faktor eksekusinya. Kleora dibangun dengan terburu-buru, sehingga menyebabkan banyak permasalahan teknis. Sebaliknya, Prelo dibangun dengan fondasi yang solid. Sehingga, menambahkan fitur baru bukanlah hal yang sulit. Setiap produk dikurasi dengan cermat dan memiliki kualitas yang tinggi. Bagaimana pun juga, ideas are cheap and execution is hard,” jelasnya.

Fransiska juga menjelaskan bahwa Prelo memiliki tujuan untuk bisa menyediakan tempat jual beli barang bekas yang berkualitas. Di tahun 2017 ini Prelo memiliki target untuk bisa memperbesar basis penggunanya di samping itu Prelo juga fokus pada branding dan marketing.

“Banyak strategi yang Prelo terapkan untuk mendapatkan pengguna sesuai dengan target market-nya, baik online dan offline. Untuk online, beberapa strategi misalnya melalui fitur kode referral di mana user dapat mengundang user lain untuk mendapat bonus, untuk offline misalnya melalui berbagai kegiatan komunitas,” pungkas Fransiska.

Application Information Will Show Up Here

Layanan E-commerce Barang Fesyen Premium Banananina Hadirkan Penjualan Barang “Second” Merek Internasional

Setelah meluncurkan platform e-commerce pada bulan November tahun 2016 lalu, penjual produk fashion mewah Banananina hari ini menggelar soft launching untuk layanan Preloved by Banananina. Layanan ini menawarkan produk original dengan merek terkemuka dari Eropa seperti tas Balenciaga, Gucci, Louis Vuitton dan Chanel. Tersedia juga produk sepatu perempuan dengan merek Christian Louboutin, Mahnolo Blahnik dan Valentino.

Produk pilihan tersebut didapatkan tim Banananina langsung dari target penjual (seller), dalam hal ini adalah kalangan sosialita dan selebriti. Penjualan secara umum akan tersedia pada tanggal 24 Maret mendatang di situs Banananina.

“Untuk pengguna yang ingin menjual produk sepatu atau tas original merek internasional bisa langsung mendaftarkan melalui situs Banananina, namun untuk memastikan produk original dengan kualitas yang layak dijual, tim Banananina yang melakukan kurasi produk secara langsung dan membatasi jumlah seller produk preloved untuk saat ini,” kata E-Commerce & Marketing Manager Banananina Mega Anjasmoro.

Saat ini Banananina telah memiliki 6 seller untuk produk preloved dan pengguna aktif sebanyak 100 lebih. Meskipun layanan ini terbilang niche dan hanya kalangan tertentu saja yang tertarik untuk membeli produk second dengan merek ternama, Banananina mengklaim saat ini justru demand terhadap produk original merek internasional sedang meningkat, karena sedikitnya ketersediaan produk yang ada di Indonesia.

“Berdasarkan riset dan survei yang telah kami lakukan ternyata di Indonesia saat ini peminat untuk produk original brand internasional makin dicari oleh masyarakat, terutama mereka yang hobi dan mengkoleksi barang-barang tersebut,” kata Mega.

Layanan lebih penjualan di Banananina

Saat ini marketplace yang umum seperti Tokopedia telah menjadi pilihan bagi penjual yang memiliki produk dengan merek ternama dan masuk dalam kategori original, namun terdapat perbedaan yang cukup signifikan terhadap layanan yang ditawarkan Banananina kepada penjual dan pembeli produk asli merek ternama dengan layanan lainnya.

“Kami melakukan penyaringan yang ketat, baik itu pengecekan untuk kondisi barang hingga sertifikasi dari produk tersebut. Dengan demikian bisa dipastikan semua produk Preloved by Banananina terjamin keasliannya,” kata Mega.

Selain memberikan pilihan pembayaran yang beragam hingga cicilan sesuai dengan waktu yang diinginkan, Banananina juga memberikan komisi sebanyak 85% kepada penjual, sementara sisanya akan masuk untuk komisi Banananina untuk semua barang yang telah dijual. Batas waktu penyimpanan barang di Banananina hanya 3 bulan. Jika barang milik penjual belum laku terjual, penjual bisa memperpanjang masa penyimpanan tersebut.

“Saat ini kami masih melihat respon dari pasar dan mencoba mengumpulkan barang dan penjual. Jika semua sudah banyak jumlahnya Preloved by Banananina akan kami luncurkan secara resmi pada bulan November 2017 mendatang,” kata Mega.