Tag Archives: printer portable

PrinCube Ialah Printer Mungil Sebesar Telapak Tangan Sekaligus Mesin Tato

Seperti beberapa periferal komputer lain, penyajian printer modern tak begitu banyak berubah karena produsen umumnya fokus pada aspek-aspek penting, misalnya hasil cetakan serta kemudahan pemakaian. Desain printer mungkin bertambah kecil, namun pada umumnya ia bukanlah perangkat yang benar-benar ringkas hingga sejumlah perusahaan mencoba menggodok printer berkonsep portable.

Menyusul Canon, Fujifilm dan Hewlett-Packard, kali ini startup asal New York TheGodThings memperkenalkan printer ringkas PrinCube. Perusahaan ini mengklaim produknya sebagai mesin cetak warna paling kecil di dunia, berukuran hanya sebesar telapak tangan. Uniknya lagi, PrinCube kabarnya mampu mencetak di permukaan apapun: kertas, kain, plastik, logam, kayu, tas kulit, bahkan bisa pula untuk membuat tato sementara.

Sesuai namanya, PrinCube berwujud seperti balok kecil berwarna putih. Konstruksinya terbuat dari plastik, memiliki dimensi 72x51x68-milimeter dan mempunyai bobot 110-gram sehingga kita bisa mudah menyimpannya dalam tas. PrinCube memanfaatkan sistem Thermal Tri-color Ink-Jet 1200dpi. Satu cartridge dapat mencetak 415 halaman, juga mampu mampu menghasilkan konten seluas 3-meter saat fitur multi-line diaktifkan.

Tersedia dua opsi cartridge yang dapat dipilih, yaitu standar dan permanen. Cartridge standar berisi tinta dye-based, sifatnya cepat kering, cocok buat mencetak gambar di kertas, kain atau kayu, serta aman di kulit (dapat dimanfaatkan untuk mencetak tato temporary). Tinta jenis ini bisa mudah dibersihkan menggunakan air atau sabun. Cartridge dengan tinta permanen sendiri cocok untuk mencetak di permukaan kaca, logam atau plastik. Ia tahan air dan sulit dihapus.

PrinCube 1

Pengoperasian PrinCube sangat mudah. Yang perlu Anda lakukan adalah menyambungkan alat ini ke smartphone atau PC via Wi-Fi, kemudian scan QR code di sisi bawah untuk membuka dashboard aplikasi. Selanjutnya, Anda hanya tinggal mengunggah gambar atau pola yang ingin dicetak dan tinggal tekan tombolnya. Saat proses cetak tengah berlangsung, Anda hanya tinggal menggeser PrinCube secara horisontal.

PrinCube menyimpan baterai internal. Ketika terisi penuh, baterai tersebut memungkinkan perangkat bekerja selama enam jam (dengan waktu standby yang mencengangkan: satu tahun), dapat diisi ulang via port USB type-C di area bawah. PrinCube juga dibekali memori berkapasitas besar – 20 kali lebih banyak dibanding printer mobile lain.

PrinCube 2

PrinCube sudah bisa Anda pesan sekarang di Indie Gogo. Di situs crowdfunding ini, produk ditawarkan seharga mulai dari US$ 100, dengan harga retail US$ 200. Proses distribusi rencananya akan dilakukan pada bulan November 2019 nanti, diprioritaskan bagi para backer.

Canon Bidik Pasar Kamera Instan Lewat Zoemini S dan Zoemini C

Canon memulai debutnya di ranah printer portable berteknologi ZINK (Zero Ink) tahun lalu melalui perangkat bernama Zoemini. Untuk tahun ini, Canon bahkan semakin mengerahkan upayanya hingga menembus ranah kamera instan.

Adalah Zoemini S dan Zoemini C, dua kamera instan yang baru saja diluncurkan buat pasar Eropa, yang menjadi amunisi Canon untuk menghadang dominasi lini Fujifilm Instax. Masih seperti Zoemini orisinal, Zoemini S dan C dapat mencetak di atas kertas khusus, tapi yang berbeda, keduanya juga bisa menjepret gambar sendiri.

Canon Zoemini S

Zoemini S adalah model yang lebih superior, dengan sensor 8 megapixel dan konektivitas Bluetooth untuk menyambung ke aplikasi Canon Mini Print App di ponsel. Zoemini C di sisi lain hanya mengemas sensor 5 megapixel, dan ia juga tidak bisa mencetak gambar yang ditransfer dari ponsel.

Selebihnya, kedua kamera instan ini cukup mirip. Bagian depannya dilengkapi cermin kecil untuk memudahkan proses pengambilan selfie, sedangkan semua hasil jepretannya akan disimpan ke dalam kartu microSD.

Canon Zoemini C

Rencananya, kedua kamera ini akan mulai dijual pada akhir April mendatang. Zoemini S dibanderol seharga £150/$160, sedangkan Zoemini C seharga £110/$100. Di Amerika Serikat, Canon bakal memasarkannya dengan nama Ivy Cliq+ dan Cliq.

Sumber: DPReview.

Printer Instan Buatan Holga Tidak Memerlukan Baterai Maupun Bluetooth

Fotografer di era 80-an semestinya pernah mendengar nama Holga. Pabrikan asal Hong Kong itu dikenal akan kamera analognya yang mampu menghasilkan gambar dengan estetika yang unik, menampilkan berbagai macam distorsi visual seperti vignetting maupun light leak.

Tiga tahun lalu, Holga menghidupkan kembali kamera legendarisnya sebagai kamera digital. Untuk tahun 2018 ini, Holga memutuskan untuk terjun ke ranah portable printer melalui sebuah kampanye crowdfunding atas produk bernama Holga Printer, dengan desain mirip kamera Holga 120 tapi tanpa lensa.

Holga Printer

Tidak seperti printer sejenis lainnya, Holga Printer sama sekali tidak membutuhkan baterai maupun sumber tenaga listrik lainnya. Ia murni mengandalkan pengoperasian mekanis, mengharuskan pengguna untuk memutar sebuah kenop di bagian sampingnya guna memulai proses pencetakan foto.

Holga Printer juga tidak memanfaatkan Bluetooth untuk menerima gambar dari smartphone. Penutup atasnya dapat dibuka, lalu ditarik hingga menjulang seperti piramida bangsa Aztec. Selanjutnya, pengguna tinggal meletakkan smartphone di atasnya, dengan layar menghadap ke bawah.

Holga sebenarnya bukan yang pertama menerapkan gaya desain semacam ini. Sebelumnya pernah ada Impossible Instant Lab Universal yang menerapkan konsep serupa. Bedanya, perangkat itu masih menggunakan baterai.

Holga Printer

Holga Printer memakai kertas film Instax Mini besutan Fujifilm, yang memiliki dimensi 86 x 54 mm. Holga tak lupa menyertakan aplikasi smartphone opsional, sehingga pengguna dapat menambatkan filter untuk menambahkan kesan estetika unik ala kamera-kamera Holga.

Di Kickstarter, Holga Printer saat ini sudah bisa dipesan dengan harga paling murah HK$ 398, atau kurang lebih setara Rp 775 ribu.

Sumber: DPReview.

Printer Portable HP Sprocket 2nd Edition Lebih Berjiwa Sosial Ketimbang Pendahulunya

Sudah dua tahun sejak HP merilis printer portable bernama Sprocket, dan mereka pun menilai sudah waktunya untuk meng-upgrade perangkat tersebut. Maka lahirlah HP Sprocket 2nd Edition, yang lebih berjiwa sosial ketimbang pendahulunya.

Fungsi utamanya tidak berubah, yakni mencetak foto ukuran 2 x 3 dari smartphone secara wireless (via sambungan Bluetooth). Sprocket 2 juga masih memanfaatkan teknologi ZINK (Zero Ink), yang berarti pengguna harus memakai kertas khusus seperti kasusnya pada kebanyakan printer portable lain.

HP Sprocket 2nd Edition

Desainnya masih mirip, tapi Sprocket 2 lebih manis dengan lapisan soft touch dan sejumlah warna baru. HP mengklaim hasil cetakannya lebih detail dan lebih tajam, serta memiliki warna yang lebih baik ketimbang hasil cetakan Sprocket generasi pertama.

Namun yang ‘dijual’ HP ternyata bukan itu, melainkan elemen sosial seperti yang saya singgung di awal tadi. Berbeda dari pendahulunya, Sprocket 2 dapat tersambung ke lebih dari satu perangkat, lalu mencetak foto dari beberapa perangkat tersebut secara bergantian.

Selagi mencetak, indikator LED-nya akan menyala dalam warna yang berbeda sehingga pengguna bisa tahu perangkat sedang mencetak foto milik siapa. Kalau perlu, pengguna juga bisa membuat shared photo album dari aplikasi pendampingnya (bakal tersedia melalui software update).

HP Sprocket 2nd Edition

HP tak lupa menambahkan elemen augmented reality (AR), tapi bukan seperti yang diterapkan Lifeprint, melainkan hanya untuk membuat status print queue jadi lebih menarik untuk dicek oleh pengguna.

HP saat ini sudah memasarkan Sprocket 2nd Edition seharga $130. Meski pembaruan yang dibawa tidak terlalu signifikan, setidaknya hasil cetakannya lebih bagus dan elemen sosial tadi bisa sedikit menambah kepraktisannya.

Sumber: HP.

Lifeprint Luncurkan Printer AR Edisi Harry Potter

Dunia tidak kekurangan printer portable berteknologi ZINK (zero ink) yang hanya membutuhkan kertas khusus ketimbang tinta. Itulah mengapa Lifeprint mencoba menawarkan sesuatu yang agak berbeda, yakni printer yang dapat mencetak ‘video’ dengan bantuan teknologi augmented reality.

Jadi ketika dilihat dari balik layar smartphone, foto hasil cetakan Lifeprint akan tampak bergerak-gerak. Hasilnya kurang lebih mirip seperti foto dan lukisan yang ada di film Harry Potter, dan Lifeprint rupanya menyadari bahwa itu bisa dijadikan nilai jual tambahan.

Harry Potter Magic Photo and Video Printer by Lifeprint

Mereka pun memutuskan untuk bekerja sama dengan Warner Bros. demi mewujudkan Lifeprint edisi Harry Potter. Wujud fisik printer-nya mirip, akan tetapi dengan emblem Hogwarts sebagai penanda keistimewaannya.

Fungsinya pun sama persis, akan tetapi di sini pengguna juga bisa menambatkan bermacam filter AR bertema Harry Potter pada foto bergeraknya, mulai dari syal khas murid-murid Hogwarts sampai topeng Death Eater.

Harry Potter Magic Photo and Video Printer by Lifeprint

Menggunakan aplikasi pendampingnya, pengguna bebas mencetak video yang berasal dari Instagram, Snapchat, Facebook, Live Photos di iOS maupun GIF. Hasil cetakannya berukuran 2 x 3 inci seperti Lifeprint orisinal, akan tetapi kualitas gambarnya diklaim lebih baik dari aslinya meski dimensi fisik perangkatnya menyusut sekitar 20%.

Harry Potter Magic Photo and Video Printer, demikian nama resminya, akan dipasarkan melalui Amazon mulai 22 Oktober seharga $150. Perangkat ini tentu bisa menjadi kado istimewa bagi para penggemar Harry Potter sejati.

Sumber: The Verge dan Accesswire.

Canon Ivy Mini Adalah Printer Instan Seukuran Hard Disk Eksternal

Menjelang akhir tahun kemarin, Polaroid dan Fujifilm sempat berseteru terkait kamera instan. Terlepas dari itu, tren kamera sekaligus printer instan masih terkesan kuat hingga kini. Buktinya, Canon baru saja merilis printer instan baru.

Dinamai Canon Ivy Mini, ia merupakan printer paling mungil yang pernah Canon rilis. Dimensinya kurang lebih sama seperti hard disk eksternal, dan seperti halnya mayoritas printer portable yang ada di pasaran, Ivy mengandalkan teknologi ZINK (Zero-Ink) dalam proses pencetakan fotonya.

Canon Ivy Mini

Perangkat dapat mencetak foto dalam ukuran 2 x 3 inci, tapi seandainya kurang besar, ada opsi untuk ‘memecah’ satu gambar dan mencetaknya menjadi empat atau sembilan foto terpisah, sebelum kemudian disatukan menjadi kolase. Di samping itu, Ivy juga bisa mencetak satu foto dengan layout kolase yang bervariasi.

Pengoperasiannya memanfaatkan aplikasi smartphone, dan lewat aplikasi ini pengguna juga dapat menambatkan filter, frame, mencorat-coret atau menambahkan tulisan, serta mengaktifkan fitur AR face distortion. Kalau melihat namanya, fitur yang terakhir ini tampaknya bakal memberikan efek konyol pada wajah orang-orang di dalam foto ketika dilihat dari balik kamera smartphone.

Canon Ivy Mini

Ivy Mini ditenagai oleh baterai rechargeable yang diestimasikan bisa bertahan sampai 20 kali pencetakan sebelum perlu diisi ulang. Bukan yang terbaik memang, tapi itulah kompromi yang biasanya harus diterima ketika portabilitas menjadi prioritas utama.

Di Amerika Serikat, Canon saat ini sudah memasarkan Ivy Mini seharga $130, sudah termasuk starter pack berisi 10 kertas ZINK. Selebihnya, konsumen bisa membeli bundel kertas secara terpisah seharga $10 (isi 20 lembar) atau $25 (isi 50 lembar). Warna perangkatnya sendiri ada tiga: hitam, mint atau rose gold, semuanya dengan sisi depan putih.

Sumber: DPReview.

Printer Portable Berteknologi AR, Lifeprint, Kini Lebih Besar dan Dibekali Wi-Fi

Sampai di akhir tahun 2017 ini, frasa “printer yang dapat mencetak video” masih terdengar sebagai sesuatu yang mustahil. Namun itulah yang ditawarkan oleh Lifeprint, yang memanfaatkan teknologi augmented reality (AR) agar foto yang dicetak bisa tampak ‘hidup’ ketika dilihat dari balik layar smartphone.

Saya pribadi setuju bahwa melihat suatu foto fisik dari balik layar smartphone adalah hal yang terdengar konyol. Akan tetapi ini merupakan cara yang cukup efektif untuk menyimak kembali momen-momen yang begitu berkenang, seperti ketika buah hati Anda berjalan untuk pertama kalinya, atau momen wisuda.

Belum lama ini, pengembangnya meluncurkan Lifeprint versi baru yang lebih baik dari segala aspek. Yang paling utama adalah, foto yang dicetak kini berukuran 3 x 4,5 inci, naik cukup lumayan dari versi sebelumnya yang mentok di dimensi 2 x 3 inci.

Lifeprint

Pembaruan selanjutnya adalah konektivitas wireless, yang mencakup Wi-Fi dan Bluetooth sekaligus. Berkat Wi-Fi, pengguna pada dasarnya bisa mencetak menggunakan Lifeprint dari mana saja mereka berada, sedangkan Bluetooth memudahkan pencetakan saat mereka memiliki akses langsung ke Lifeprint.

Selebihnya, Lifeprint masih sama seperti sebelumnya. Dimensinya masih ringkas, dan desainnya masih menyerupai hard disk eksternal. Selain video, Lifeprint juga mendukung format Live Photo milik iPhone.

Printer ini juga masih mengandalkan kertas berteknologi ZINK yang tidak membutuhkan tinta. Satu pak kertas berisi 20 lembar dihargai $30, sedangkan satu pak berisi 40 dihargai $50. Lifeprint versi anyar sendiri dipasarkan secara eksklusif melalui toko retail dan online Apple seharga $150.

Sumber: DPReview.

HP Luncurkan Kamera Instan Bernama Sprocket 2-in-1

Tahun lalu, HP meluncurkan sebuah printer portable yang dapat mencetak tanpa tinta bernama Sprocket. Baru-baru ini, perangkat tersebut telah berevolusi menjadi kamera instan, dengan nama yang pas yaitu Sprocket 2-in-1.

Desain dan cara kerjanya sangat mirip seperti Polaroid Snap maupun Kodak Printomatic. Bidik lewat viewfinder, tekan tombol shutter, lalu hasilnya dapat langsung dicetak di atas kertas ZINK berukuran 2 x 3 cm. Bedanya, Sprocket 2-in-1 masih bisa berfungsi sebagai printer biasa.

HP Sprocket 2-in-1

Hal ini berarti pengguna masih bisa menyambungkan ponselnya via Bluetooth, mengedit foto yang diinginkan, lalu mencetaknya menggunakan perangkat ini. Yang cukup menarik, HP tidak lupa menambahkan bumbu AR pada aplikasi pendamping Sprocket di Android maupun iOS.

Fitur tersebut memungkinkan pengguna untuk menyelipkan foto dan video tersembunyi pada gambar yang dicetak. Jadi ketika gambar tersebut dilihat menggunakan kamera smartphone, akan muncul sejumlah foto dan video yang diharapkan bisa membantu pengguna ‘menghidupi’ kembali momen berkenang yang ada pada gambar.

Dari kiri ke kanan: Sprocket standar, Sprocket Plus, dan Sprocket 2-in-1 / HP
Dari kiri ke kanan: Sprocket standar, Sprocket Plus, dan Sprocket 2-in-1 / HP

Bersamaan dengan itu, HP juga mengumumkan Sprocket Plus. Model ini pada dasarnya sama seperti Sprocket standar yang diluncurkan tahun lalu, hanya saja hasil cetakannya 30% lebih besar sehingga akan terasa lebih ideal untuk foto grup.

HP Sprocket 2-in-1 saat ini sudah dipasarkan seharga $160, sedangkan Sprocket Plus sedikit lebih murah di angka $150. Keduanya hadir dalam tiga pilihan warna: putih, hitam atau merah.

Sumber: The Verge.

Printer Portable Canon Selphy CP1300 Bantu Anda Ciptakan Photo Booth Dadakan

Printer portable adalah solusi yang menarik bagi mereka yang ingin mengabadikan momen-momen yang mereka tangkap ke dalam wujud fisik, tapi tidak tertarik dengan kamera instan. Printer portable memang tidak sepraktis kamera instan, tapi hasil cetakannya jelas lebih bagus, dan lagi kreativitas Anda tidak terbatasi oleh satu kamera saja.

Canon Selphy adalah salah satu lini yang populer di kategori ini, dan Canon baru saja memperkenalkan model baru, yakni Selphy CP1300. Dibandingkan pendahulunya, CP1300 membawa sederet pembaruan yang signifikan, utamanya adalah tiltable LCD yang lebih besar (3,2 inci) dengan tampilan antarmuka yang lebih mudah dinavigasikan.

Tombol Wi-Fi terpisah memudahkan proses setup jaringan sehingga pengguna dapat segera mencetak foto yang diambil menggunakan smartphone maupun kamera. Namun masih ada fitur yang lebih menarik lagi, namanya Party Shuffle.

Fitur ini memungkinkan beberapa pengguna sekaligus untuk menyambungkan perangkatnya masing-masing ke printer, lalu mencetak satu gambar yang disusun dari beberapa foto yang diambil menggunakan perangkat yang berbeda-beda itu tadi. Bagi yang hendak menciptakan photo booth dadakan di sebuah acara pesta, tersedia pula opsi untuk mencetak photo strip berukuran 2 x 6 inci.

Baru juga untuk Canon Selphy CP1300 adalah kemampuan menyambung ke battery pack eksternal yang membuatnya semakin portable dibanding pendahulunya. Perangkat ini rencananya bakal dipasarkan seharga $130, dengan pilihan warna hitam atau putih.

Sumber: DPReview.

LifePrint Adalah Printer Portable yang Bisa Mencetak Video

Bukan, judul di atas bukannya salah ketik atau malah mengada-ada. Printer ini benar-benar bisa mencetak video di atas kertas. Terdengar seperti sebuah aksi sihir? Well, semuanya dimungkinkan berkat teknologi augmented reality (AR), bukan sebuah mantra yang diucapkan oleh Harry Potter.

LifePrint pada dasarnya terdiri dari tiga komponen: aplikasi, jejaring sosial dan sebuah printer portable. Aplikasinya dapat menarik foto-foto yang Anda unggah ke berbagai layanan, termasuk halnya video yang berasal dari Vine atau langsung dari sebuah kamera GoPro. Dengan demikian, Anda pun punya jejaring sosial baru yang berisikan seluruh koleksi foto dan video Anda.

Tapi itu baru sebagian cerita dari LifePrint. Seperti yang saya katakan, printer-nya sendiri dapat mencetak video di atas kertas. Hasil cetakannya memang cuma berupa foto biasa, tapi saat foto tersebut Anda lihat melalui aplikasi LifePrint di smartphone, gambar pun akan menjadi hidup.

lifeprint-03

Mengapa Anda perlu melihat sebuah foto dari balik layar smartphone? Saya sendiri juga berpikir seperti itu sebelumnya. Tapi sejatinya ada banyak manfaat yang bisa didapat. Contoh, foto buah hati Anda saat ia pertama kali bisa berjalan. Buka aplikasi LifePrint, lalu arahkan kamera smartphone ke foto tersebut dan Anda pun bisa melihat gerakan sang bayi dari mulai berdiri, melangkah lalu kembali merangkak.

Selain video dari Vine atau GoPro, LifePrint juga bisa mencetak Live Photo yang diambil menggunakan iPhone 6S atau 6S Plus. Dengan demikian, gambar bergerak tersebut tak hanya bisa Anda nikmati di layar smartphone saja, tetapi juga di dalam bingkai yang apik di atas meja.

lifeprint-02

Printer seukuran sebuah hard disk eksternal ini sendiri memanfaatkan teknologi Zero Ink alias ZINK. Artinya, Anda sama sekali tak membutuhkan tinta setetes pun. Yang dibutuhkan hanya kertas khusus ZINK yang mengemas molekul untuk menciptakan warna saat dipanasi.

Jadi, kalaupun Anda tidak tertarik mencetak gambar bergerak dengan LifePrint, Anda masih bisa memanfaatkannya sebagai sebuah printer biasa yang mudah dibawa berpergian.

Saat ini LifePrint masih dalam tahap kampanye penggalangan dana di Kickstarter. Harga terendah yang ditawarkan adalah $129. Selanjutnya Anda tinggal membeli kertas ZINK yang dijual kurang lebih seharga $10 per 20 lembar. Jangan lupa tonton video di bawah untuk melihat LifePrint beraksi.