Penjualan poduk private label, buatan sendiri, milik Berrybenka diklaim telah memberikan kontribusi untuk pendapatan sebesar 50%, artinya apa yang telah dilakukan oleh Berrybenka sejak bulan Maret diterima dengan baik oleh konsumen lama dan baru. Hal tersebut diungkapkan Managing Director Berrybenka Danu Wicaksana kepada DailySocial.
Alasan lain kenapa Berrybenka lebih banyak mempromosikan private label dibandingkan brand lainnya adalah sebagai strategi diferensiasi dengan pemain fashion e-commerce lainnya di Indonesia seperti Zalora, Sale Stock dan lainnya. Saat ini layanan e-commerce umum, seperti Tokopedia dan Lazada, juga telah memiliki vertikal layanan fashion yang membuat persaingan menjadi lebih berat.
“Kami sangat yakin dengan kualitas produk dan harga yang dimiliki oleh private label Berrybenka mampu bersaing dengan produk lokal hingga asing khususnya untuk busana, aksesoris dan lainnya. Diharapkan ke depannya private label kami bisa menjadi brand terdepan dari Berrybenka,” kata Danu.
Strategi lain yang tengah difokuskan oleh Berrybenka yaitu dengan menggelar pop-up store, yaitu toko offline Berrybenka. Kegiatan yang telah digelar selama 8 kali ini terbilang sukses dan mampu mendongkrak penjualan produk secara online dengan jumlah yang cukup besar.
“Ketika kami menggelar kegiatan pop up store, kami banyak menerima pembeli baru yang sebelumnya tidak familiar dengan Berrybenka. Setelah melihat produk kami di pop-up store secara langsung mereka mulai melihat situs kami di desktop dan aplikasi,” kata Danu.
Kota Jakarta menjadi kota ke-8 yang disambangi Berrybenka untuk menggelar kegiatan pop-up store. Terletak di Mall Taman Anggrek, pop up store kali ini akan berlangsung selama 6 bulan dan menjual semua produk Berrybenka, termasuk private label.
“Pop up store kami memiliki keunikan tersendiri baik dari sisi ruangan, pengalaman hingga layananan. Di pop-up store pembeli yang ingin melakukan penukaran barang bisa langsung datang dan menitipkan barang tersebut. Demikian juga jika pembeli yang datang langsung kesulitan menemukan produk yang diinginkan, bisa mengambil langsung produknya setelah staf kami mengambilnya dari warehouse Berrybenka,” kata Danu.
Hingga akhir tahun 2017 ditargetkan akan digelar sekitar 20 kegiatan pop-up store di seluruh Indonesia. Sebelumnya pop up store Berrybenka sudah hadir di Medan, Tangerang, Makassar, Bekasi, Semarang, Bandung, Cibubur.
Berrybenka mengklaim strategi online to offline (O2O) mampu meningkatkan pertumbuhan penjualan dan pelanggan mencapai 300% di masing-masing kota.
“Di tahun 2017, kuartal pertama, kami juga berencana untuk mendirikan toko permanen di Jakarta, Medan dan kota-kota lain yang kami nilai memiliki potensi, masih menempel di mall. Toko permanen tersebut diharapkan bisa menarik lebih banyak pengguna baru Berrybenka,” kata Danu.
Rencana Berrybenka pasca pengurangan pegawai
Setelah sebelumnya Berrybenka melakukan pengurangan pegawai di beberapa divisi, Danu mengungkapkan pengurangan pegawai tersebut merupakan kali pertama dilakukan oleh Berrybenka sejak berdiri. Alasannya cukup sederhana, yaitu menekan biaya operasional yang ternyata kebanyakan berasal dari kegiatan pemasaran dan gaji pegawai.
Tekanan dari investor untuk segera mendapatkan profit juga menjadi alasan utama, mengapa pengurangan pegawai tersebut wajib dilakukan.
“Kami menyadari agar bisnis bisa berjalan secara sustainable perusahaan wajib untuk mempertimbangkan hal-hal yang prioritas, salah satunya adalah melakukan pengurangan pegawai di beberapa divisi. Dari sisi bisnis Berrybenka masih tetap berjalan dengan baik dan tidak ada perubahan secara drastis, hanya pengurangan tersebut memang harus kita lakukan,” kata Danu.