Tag Archives: Problem Solving

problem solving

Problem Solving: Pengertian, Proses, dan Metodenya

Problem solving merupakan salah satu skill penting yang diperlukan dalam dunia kerja. Pasalnya, problem solving berkaitan erat dengan kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah dan menemukan solusi terbaik sebagai bentuk penyelesaiannya.

Namun, problem solving tidak hanya berguna untuk diterapkan dalam hal pekerjaan saja, tetapi juga dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari. Lantas, bagaimana prosesnya dan seperti apa metode yang digunakannya?

Simak penjelasan selengkapnya dalam artikel ini!

Apa Itu Problem Solving?

Pada dasarnya, problem solving adalah sebuah cara untuk menemukan solusi dari sebuah masalah. Menurut Oemar Hamalik, problem solving merupakan suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah.

Kemampuan ini berkaitan dengan berbagai hal, seperti kemampuan mendengar, menganalisa, meneliti, kreativitas, komunikasi, kerja tim, hingga pengambilan keputusan. Tujuannya, agar sebuah masalah dapat dipecahkan secara efektif berdasarkan data serta informasi yang akurat.

Proses Problem Solving

Dalam prosesnya, ada empat tahapan dasar problem solving, yakni:

1. Mengidentifikasi Masalah

Langkah pertama dalam proses problem solving adalah mendefinisikan sebuah masalah berdasarkan gejala yang ada. Pasalnya, sebuah masalah biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Faktor-faktor tersebut harus diuraikan terlebih dahulu dengan cara identifikasi agar penyelesainnya dapat dilakukan dengan baik.

2. Menemukan Solusi Terbaik

Problem solving bertujuan untuk menemukan solusi terbaik atas sebuah masalah. Untuk mendapatkan hal tersebut, diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai masalah tersebut agar dapat terselesaikan secara efektif.

3. Melakukan Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap paling akhir dalam proses problem solving. Dalam tahap ini, solusi yang sudah diputuskan sebelumnya dapat diterapkan. Namun, hal tersebut tidak hanya sampai di situ saja, karena solusi tersebut juga harus ditindaklanjuti agar dapat menyelesaikan masalah secara menyeluruh.

Metode Problem Solving

1. Brainstorming

Brainstorming merupakan metode problem solving yang paling banyak digunakan oleh orang-orang. Pasalnya, metode ini efektif untuk digunakan sebagai pemecahan masalah melalui solusi kreatif.

Prosesnya adalah setiap orang harus menyampaikan ide-ide maupun pendapat yang kemudian dapat diolah menjadi satu solusi utama.

2. 6 Thinking Hats

Dalam metode ini, setiap orang akan mencoba memberikan penyelesaian terhadap suatu masalah dari beragam perspektif. Caranya adalah dengan mengelompokkan ide-ide yang ada ke dalam daftar pro-cons. Dengan begitu, kamu bisa melihat ide mana yang memiliki kelebihan yang paling banyak.

3. The 5 Whys

Metode ini dilakukan dengan cara meng-highlight masalah yang ingin dipecahkan. Kemudian, cari tahu jawaban mengenai “mengapa” masalah tersebut bisa terjadi sebanyak lima kali hingga kamu mendapatkan jawaban yang objektif tentang pertanyaanmu.

4. Lightning Decision Jam

Metode ini memungkinkanmu untuk menulis berbagai hal, mulai dari tantangan, kekhawatiran, hingga kesalahan dalam sebuah catatan kecil. Dengan hal tersebut, kamu bisa memilih masalah mana yang ingin diselesaikan terlebih dahulu dengan melihatnya dari sudut pandang baru. Dengan begitu, penyelesaian masalah dapat dilakukan secara tertatur.

5. Failure Mode and Effect Analysis

Terakhir, metode ini digunakan untuk menganalisis setiap elemen dari strategi bisnis serta kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Dengan begitu, kamu bisa menemukan solusi dari masalahmu serta langkah preventif untuk mencegahnya secara lebih mudah.

Nah, itulah penjelasan mengenai problem solving. Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa problem solving merupakan kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan dengan proses yang cukup panjang.

Alamanda Shantika

Mempelajari Lika-liku Pencarian Masalah dan Solusi Bersama Alamanda

Menghidupi kewirausahaan digital di masa ini mungkin jadi pilihan karier yang menarik. Sistem kerja yang menuntut serbacepat dan penuh inovasi menjadikan pilihan bekerja di sektor ini cukup menantang.

Sumber inovasi bisa datang dari mana saja, namun asal datangnya masalah bisa lebih banyak lagi. Founder & CEO Binar Academy Alamanda Shantika berbagi cerita mengenai seluk-beluk pemecahan masalah yang terjadi di startup. Alamanda berbagi ilmunya tersebut dalam #SelasaStartup kali ini.

Kreatif mengidentifikasi masalah

Pepatah bilang, ilham datangnya bisa dari mana pun. Ini diamini betul oleh Alamanda. Suatu hari Alamanda datang ke kantor bank mengurus keperluannya. Dalam kunjungannya itu dia juga disodori banyak sekali produk perbankan yang menurutnya jelas tidak relevan untuk seseorang sepertinya.

“Melihat itu saya sebagai pelanggan jadi kesal karena saya tahu bankir itu lagi mikirin targetnya. Akhirnya yang dia lakukan tebar jaring ke semua orang. Ok target kita penting, tapi jangan jadikan itu sebagai patokan yang didewakan. Yang kita dewakan itu customer. Dengan kita mengerti pelanggan day to day, inovasi akan muncul,” ujar Alamanda.

Namun telaah masalah itu tak bisa otomatis datang. Perlu asupan pengetahuan yang kuat untuk mengasah daya kritis dan kreativitas dalam mencari masalah. Alamanda menganjurkan mereka yang bekerja di bisnis digital untuk memperkaya diri dengan tren dan fenomena di luar negeri. Hal ini tak lepas dari kenyataan bahwa pendidikan dan teknologi dalam negeri masih cukup jauh tertinggal dengan negara-negara maju lain.

“Simpel aja, kalau kita mau desain kamar pasti kita cari referensi di Pinterest. Itu cara kita bekerja dalam mencari kreativitas, mencari asupan,” imbuhnya.

Sebisa mungkin menyayangi pelanggan

Inovasi adalah jualan wajib dari sebuah perusahaan digital. Apakah inovasi mereka bisa bergerak cepat atau tidak bergantung dari bagaimana mereka memperoleh dan mengolah data dari transaksi pelanggan mereka.

Alamanda percaya berusaha mengenal pengguna layanan sebaik mungkin adalah langkah menuju kesuksesan. Dari data tersebut perusahaan bisa mencari kebutuhan-kebutuhan baru atau yang tak terlihat dari konsumen.

Ia mencontohkan sewaktu masih bekerja di Gojek dan membuat layanan GoFood. Alamanda bercerita membuat produk itu dengan berangkat dari data perilaku konsumen Gojek. Perilaku konsumen ini menjadi kunci karena dari sana mereka menemukan masalah yang mungkin bahkan konsumen Gojek sendiri juga belum menyadarinya.

Contoh lainnya adalah pengalaman Alamanda menghadapi masalah di Binar Academy. Di tempat terakhir ini Alamanda mendapati sistem akademi gratis yang mereka besut ternyata hanya mampu menahan sekitar 50% dari total pendaftar. Setelah menelusuri lebih jauh barulah mereka tahu bahwa mereka yang memilih tidak mengikut kelas sampai akhir punya motivasi yang berbeda. Berangkat dari temuan itu, Alamanda dan tim mengubah sistem.

“Kita udah buang duit untuk customer acquisition, begitu konsumen udah masuk jangan disia-siakan, harus disayang. Jadi fokusnya dua, bagaimana kita jangkau market baru yang enggak tahu Binar tapi yang sudah masuk juga harus dijaga dan dimengerti lebih dalam lagi.”

Prinsip sederhana dalam memvalidasi

Kreativitas tentu perlu dalam mencari masalah dan solusinya. Seperti sudah disebut tadi, data dari perilaku konsumen memegang kunci untuk mendasari munculnya kreativitas tersebut. Lalu bagaimana caranya memvalidasi perilaku konsumen?

Jawaban Alamanda adalah kembali ke prinsip yang paling sederhana yakni pemakaian produk, pertumbuhan, stabilitas, dan margin profit. Adakah yang memakai produk mereka, apakah ada pertumbuhan tiap bulan, apakah pertumbuhan itu stabil, dan yang tak kalah penting bagaimana dengan keuntungannya.

Alamanda menggarisbawahi poin terakhir, karena menurutnya ada beberapa startup yang salah kaprah dalam menjalankan roda keuangannya, yang jor-joran bakar duit tapi tak diikuti dengan profit margin yang jelas.

“Aku sesederhana itu aja karena itu yang ingin aku ubah mindset tentang orang-orang bikin startup. Sekarang kan aku di Mandiri Capital juga. Duit investor itu bukan berarti kita bakar-bakar kemudian tidak punya COGS (cost of goods sold) dan pendapatan yang jelas. Duit investor ini harusnya lebih untuk mengembangkan tools yang kita perlukan,” pungkas Alamanda.

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pengguna

Salah satu kunci untuk menjalin keterikatan dengan pengguna adalah meningkatkan pelayanan pengguna. Masalahnya hal tersebut butuh strategi dan keputusan-keputusan matang. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pengguna.

Mempekerjakan pekerja yang memiliki empati

Salah satu cara sederhana untuk mendongkrak kualitas pelayanan pengguna adalah memperkerjakan orang-orang tepat di sana. Orang-orang yang memiliki rasa empati untuk memahami permasalahan yang dihadapi pengguna. Dengan rasa empati yang tinggi akan memberikan kesan tersendiri bagi pengguna.

Selain rasa empati keterampilan teknis juga dibutuhkan untuk meningkatkan performa. Salah satunya adalah kemampuan dasar, keterampilan berbahasa, baik bahasa ibu maupun bahasa internasional seperti bahasa Inggris. Dengan kemampuan berbahasa yang baik pelanggan tidak perlu merasa khawatir untuk menyampaikan keluhan atau permasalahan lainnya.

Keterampilan berbahasa yang baik juga membantu dalam menyelesaikan masalah. Kemampuan berbahasa yang baik juga bisa menjadi modal awal berkomunikasi dengan baik. Masalah dicerna dengan baik dan solusi disampaikan dengan jelas sehingga pelanggan tidak perlu bingung.

Bergerak ke arah model komunikasi real time

Selain kemampuan personal seorang customer service untuk membantu meningkatkan kualitas pelayanan pengguna juga dibutuhkan media komunikasi yang optimal. Jika merujuk pada perkembangan teknologi yang ada sekarang model komunikasi real time yang paling optimal.

Sistem chatting, telepon atau yang lainnya yang memungkinkan pengguna mendapatkan solusi permasalahan dalam hitungan menit bahkan detik akan menjadi pengalaman berharga bagi pelanggan dan menjadi image positif bagi bisnis. Meski demikian sistem tiket untuk menyampaikan keluhan masih menjadi cara yang efektif untuk mengatasi berbagai keluhan, utamanya hal-hal berbau teknis.

Yang perlu digaris bawahi adalah jangan terbiasa mengalihkan saluran saat ada interaksi dengan pelanggan. Ini bisa memberikan kesan negatif di mata mereka. Saat mereka menghubungi pusat bantuan atau pusat layanan pengguna tentu ada permasalahan atau minimal ada sesuatu yang ingin mereka tanyakan, jangan bebani mereka dengan harus pindah ke saluran lain.

Menambah jam pelayanan dan jangan terlalu formal

Hal lain yang berperan penting dalam peningkatan kualitas layanan pengguna adalah ketersediaan layanan. Artinya menambah jam pelayanan, misalnya bisa 24 jam sehari dalam seminggu itu menjadi nilai tambah yang berarti. Di samping itu cara berkomunikasi yang santai dan tidak terlalu formal juga bisa menjadi salah satu cara tersendiri untuk tingkatkan kualitas pelayanan pengguna.

Cara Menebus Kekecewaan Konsumen Tanpa Merusak Nama Baik Perusahaan

Tidak peduli seberapa hebat kemampuan Anda dalam berbisnis, akan selalu ada kerikil-kerikil yang terus menyandung Anda. Pasalnya Anda tidak bisa melayani semua konsumen. Apalagi di dunia yang serba terkoneksi internet ini, konsumen hanya membutuhkan beberapa klik untuk menyampaikan ketidakpuasan mereka secara online. Hal ini dapat merusak reputasi yang sudah Anda bangun bertahun-tahun harus hancur dalam waktu sekejap.

Tentu saja, menenangkan konsumen yang kecewa adalah kesalahan yang harus Anda tebus kesalahannya. Artikel ini akan lebih jauh membahas cara yang dapat ditempuh oleh Anda, berikut rangkumannya:

1. Temui mereka

Strategi ini dilakukan oleh Lazada. Mereka tidak menunggu didekati konsumen, justru sebaliknya. Lazada secara aktif memantau berbagai forum dan sosial media miliknya.

“Bagi beberapa konsumen, mereka tidak ingin repot-repot memberitahu kita. Mereka tidak ingin menghabiskan waktunya untuk memberitahu kami, lebih memilih untuk menuliskannya di media sosial. Kami lah yang akan jangkau mereka pada pertama kali dan memperbaikinya bahkan sebelum mereka memberi tahu ada masalah,” kata Inanc Blaci, Co-Founder dan CEO Lazada Filipina.

2. Tempatkan diri Anda dalam posisi konsumen

Anda tidak akan bisa membantu konsumen bila tidak memahami mereka. Maka dari itu, dengarkan keluhan mereka dan beri klarifikasi terhadap ketidakpastian tanpa melakukan tindakan defensif.

Empati juga diperlukan. Menurut juru bicara dari Shopee, “Kami memahami dan menyadari bahwa kebutuhan konsumen kami itu sangat penting, sebelum kami menemukan solusi untuk mereka. Kami melakukannya dengan menyampaikan keinginan tulus ingin membantu mereka.”

Selain menyelesaikan masalah, kadang-kadang, konsumen yang kecewa itu hanya perlu pelampiasan. Beri tahu mereka bahwa Anda paham alasan dibalik kekecewaannya tersebut, minta maaf lah, sebab hal ini dapat membantu menenangkan mereka.

3. Minta maaf dan tawarkan barang gratis

Katakan Anda menyesal atas ketidaknyamanan yang mereka alami dan mulailah dengan menebus kesalahan. Hal ini dilakukan oleh Shopee. Mereka mengklaim tidak pernah meninggalkan satupun konsumen dalam keadaan bercatatan negatif. Shopee selalu mencoba untuk mengubah situasi negatif jadi positif dengan selalu menanyakan kepada konsumen, “Apa lagi yang bisa saya bantu?.”

Beberapa barang gratis yang bisa Anda tawarkan misalnya, pengembalian uang, voucher, atau menawarkan sesuatu bersifat gratis yang bila pada umumnya dibutuhkan biaya.

Marcela De Vivo, CEO Gryffin, menyampaikan sebaiknya Anda harus berpikir untuk menenangkan konsumen mau bagaimanapun caranya. Menurut dia, pada saat konsumen melangkah pergi dari toko dengan perasaan marah, pasti mereka akan menuliskan sesuatu yang bermuatan negatif di internet.

Untuk meminimalisir hal tersebut, Anda perlu menawarkan sesuatu yang bisa membuat masalah dapat berlalu. Misalnya, menawarkan pengembalian dana atau produk gratis yang dapat membuat mereka bahagia.