Sebuah perusahaan tidak hanya sukses ketika mencapai target penjualan. Produk atau jasa yang secara tidak langsung “dijual” atau direkomendasikan oleh banyak orang juga bisa menjadi salah satu faktor kesuksesan. Namun untuk melakukan itu, kamu harus melalui tahapan Product Market Fit. Untuk lebih memahami apa itu Product Market Fit dan informasi penting yang terkandung di dalamnya, kamu bisa menyimak artikel berikut ini.
Apa Itu Product Market Fit?
Product Market Fit adalah konsep atau skenario dimana pelanggan perusahaan ingin membeli, menggunakan dan menyebarkan informasi tentang produk. Tentu saja, jika ini terjadi pada banyak pelanggan perusahaan, kondisi ini dapat membantu perusahaan tumbuh dan meningkatkan keuntungannya.
Konsep ini awalnya dibuat dan dikembangkan oleh Marc Andreessen, seorang pengusaha Amerika yang juga merupakan investor terpercaya. Menurutnya, product market fit adalah suatu kondisi jika perusahaan sudah ada di pasar dan memilih kelompok pelanggan yang tepat bergantung pada penawaran produk. Dengan begitu mereka puas dan ingin orang lain mencoba juga.
Tahapan Dalam Melaksanakan Product Market Fit
1. Menentukan target pasar
Hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah menentukan target pasar yang sesuai dengan produk atau jasa yang ditawarkan. Suatu produk atau jasa bisa berhasil jika target pasar atau pelanggan tepat sasaran. Mencari target pasar yang cocok atau sesuai harus dilakukan melalui segmentasi pasar.
2. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan
Saat membuat produk, harus dibuat sesuai dengan kebutuhan pengguna. Apakah produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan pelanggan atau tidak. Kemudian, pelanggan memutuskan apakah produk tersebut masuk akal bagi mereka atau tidak.
3. Tentukan proposisi nilai produk
Proposisi nilai ini adalah rencana kamu tentang bagaimana produk atau layanan kamu dapat membantu memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik dibandingkan dengan produk atau pesaing produk kamu yang sudah ada. Selain itu, value proposition juga berguna dalam memberikan fitur yang bisa menjadi brand produkmu, sehingga memudahkan pengguna untuk mengingatnya. Kamu juga perlu fokus pada beberapa hal yang dapat berdampak besar bagi pelanggan mu.
4. Desain MVP
MVP adalah setidaknya satu produk atau prototipe yang layak yang dapat diproduksi sesuai dengan produk yang dipasarkan. Tujuannya untuk mengetahui apakah produk yang dipasarkan memiliki dampak langsung kepada pelanggan. Agar tidak menghabiskan terlalu banyak waktu untuk pengembangan, kamu bisa lebih fokus pada nilai utama yang ingin kamu tawarkan.
5. Buat poin MVP
Kembangkan MVP dalam format yang dapat diterima oleh pelanggan. Selain itu juga memenuhi value proposition dan fitur yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Umumnya, bentuk sederhana ini bisa dari segi desain produk, dan pengalaman pengguna sesuai dengan proposisi nilai.
6. Lakukan eksperimen
Setelah MVP siap, langkah terakhir adalah menjalankan pengujian. Eksperimen ini dilakukan pada pengguna atau pelanggan yang cocok dengan target pasar. Saat bereksperimen, penting untuk mendapatkan umpan balik dari pelanggan tentang prototipe.
Cara Mengukur Keberhasilan Product Market Fit
Setelah menyelesaikan langkah-langkah tersebut, kamu juga perlu mengetahui cara mengukur keberhasilan langkah-langkah tersebut.
• Net promoter score (NPS)
Untuk mengetahui apakah produk yang diluncurkan dapat mencapai hasil yang sesuai dapat diukur dengan kepuasan pelanggan atau Net Promoter Score. NPS ini membantu mengumpulkan umpan balik pelanggan tentang produk yang telah kamu luncurkan. NPS ini juga dapat membantu menentukan minat pelanggan tersebut untuk merekomendasikan produk kepada orang lain.
Jika skor NPS cukup rendah, diperlukan identifikasi dan solusi untuk meningkatkannya. Biasanya, perusahaan yang berhasil dalam Product Market Fit memiliki nilai NPS sekitar 50.
• Churn rate dan retention rate
Keduanya adalah metrik yang digunakan untuk mengukur apakah perusahaan kamu telah mencapai kecocokan pasar produk atau tidak. Semakin tinggi tingkat perputaran, semakin rendah kepuasan pelanggan. Pada saat yang sama, jika tingkat retensi cukup tinggi, maka kepuasan pelanggan juga baik. Tingkat retensi ini juga sesuai dengan jumlah orang yang terus menggunakan produk setelah penggunaan pertama. Acuan standar yang umum digunakan untuk turnover ratio adalah sekitar 5%. Namun, hal ini tetap bergantung pada jenis usaha yang dijalankan.
• CLV atau customer lifetime value
Metrik ini berguna saat kamu ingin melihat pendapatan rata-rata yang dapat dihasilkan oleh satu pelanggan yang menggunakan produk mu. Jadi jika pelanggan menggunakan produkmu untuk waktu yang lama, keuntungannya juga lebih tinggi.
• Bounce Rate
Bounce rate ini adalah ukuran apakah suatu produk cocok atau cocok untuk produk atau pasar perusahaan. Dengan kata lain, bounce rate yang tinggi berarti pengguna meninggalkan produk kamu tanpa interaksi lebih lanjut. bounce yang ideal, setidaknya kurang dari 60%.
• Growth rate
Beberapa orang mungkin percaya bahwa jika bisnis yang dikelola dapat tumbuh, itu bisa disebut berhasil atau berada di jalur yang benar. Namun, perlu juga dipahami apa yang dapat menyebabkan peningkatan ini. Jika pertumbuhan dapat ditelusuri kembali ke investasi pemasaran, seseorang tidak dapat berbicara tentang kecocokan produk-pasar yang sukses.
Contoh Product Market Fit
Netflix adalah contoh perusahaan yang telah mencapai product market fit dan berhasil mempertahankannya dari tahun ke tahun.
Awalnya, Netflix adalah layanan persewaan DVD untuk orang-orang yang berlangganan layanannya. Namun, seiring berjalannya waktu, ia beradaptasi dan berubah untuk menawarkan layanan yang lebih murah dan nyaman daripada yang kita kenal sekarang.
Artinya, Netflix menyesuaikan produknya dengan kebutuhan pasar dan memastikan pelanggannya senang dengan apa yang mereka dapatkan sehingga terus berlangganan setiap bulan.
Demikianlah penjelasan product market fit. Bukankah betapa berguna dan pentingnya konsep product market fit untuk menjalankan bisnis?