Tag Archives: productive lending

Startup fintech lending KlikACC mengumumkan rebranding menjadi KlikA2C (access to credit) untuk mempertegas komitmen perusahaan dalam memberikan akses kredit produktif UMKM

Startup Fintech Lending KlikACC Lakukan “Rebrand”, Pertegas Komitmen ke Sektor Produktif

Startup fintech lending KlikACC mengumumkan rebranding menjadi KlikA2C (access to credit) untuk mempertegas komitmen perusahaan dalam memberikan akses kredit produktif UMKM. Perubahan nama ini sekaligus ditandai dengan berubahnya tampilan di laman situs dan aplikasi.

Dalam konferensi pers yang diselenggarakan perusahaan, CEO KlikA2C Djoemingin Budiono menjelaskan selama perusahaan beroperasi sejak lima tahun lalu, sektor produktif selalu menjadi sasaran karena sektor ini memiliki kebutuhan kredit yang paling besar dan belum masuk radar pemain konvensional.

Hal ini tercermin dari total portofolio penyaluran KlikA2C, sekitar 99% di antaranya menyasar sektor produktif. Dalam memperluas jangkauan pembiayaan ke UMKM, perusahaan merangkul mitra dari berbagai sektor bidang usaha untuk memajukan akses keuangan para pelaku UMKM. “Kami percaya bahwa inklusi keuangan dapat dibangun dengan semangat kemitraan,” ucapnya, Selasa (23/11).

KlikA2C berfokus pada pembiayaan produktif UMKM, termasuk untuk sektor otomotif, Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk petani, invoice financing, dan employee loan. Untuk pembiayaan KUR, perusahaan menjadi mitra channeling dengan BCA. Di produk ini, perusahaan berhasil meningkatkan pencairan pinjaman sebesar hingga lebih dari empat kali lipat sepanjang dua tahun terakhir.

Adapun untuk nominal penyaluran menyentuh angka Rp25 miliar per September 2021 dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp9 miliar. “Kelompok tani sangat membantu proses literasi baca dan digital para petani. Mereka mempermudah penyaluran KUR jadi lebih lancar.”

Sementara itu, untuk pembiayaan otomotif menyasar segmen mobil bekas. Penyaluran pembiayaan di produk ini melonjak hingga lebih dari 15 kali lipat. Menurut Djoe, sebelumnya pemilik mobil bekas kesulitan mendapatkan biaya dari bank karena kebutuhan kredit mereka jangka pendek, sekitar dua sampai tiga bulan. Hal inilah yang tidak masuk kriteria bank karena minimal tenor yang tersedia berdurasi minimal satu tahun.

“Kita coba masuk ke sini sejak 2019, ternyata tumbuh 15 kali lipat. Lalu saat pandemi, masyarakat cenderung enggan beli mobil baru, namun kebutuhan untuk beli mobil masih ada. Ini terbukti dari mitra kami, dan saya rasa produk kami menyesuaikan kebutuhan mereka. Waktunya pun pendek, hanya tiga bulan.”

Djoe menjelaskan, total penyaluran pinjaman secara akumulatif sebesar Rp529,87 miliar kepada total 3.014 peminjam dan outstanding pinjaman Rp86,65 miliar. Adapun untuk pemberi pinjaman, didominasi dari kalangan ritel dengan perbandingan 65-35 dibandingkan institusi. Secara keseluruhan, capaian ini menghantarkan perusahaan tumbuh sebesar 11% per kuartalnya selama 10 kuartal terakhir.

Untuk strategi berikutnya, perusahaan akan mengembangkan lebih jauh produk invoice financing. Ada beberapa sektor industri yang akan dibidik, di antaranya FMCG, transportasi, dan logistik. “Tahun depan kami sedang mempersiapkan produk pembiayaan motor listrik untuk konsumen yang tertarik membeli motor ini,” tutup Djoe.

Industri fintech lending tahun ini

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, turut hadir Direktur Eksekutif AFPI Kuseryansyah. Dia mengestimasi pertumbuhan penyaluran pinjaman industri fintech lending sampai akhir tahun ini akan tumbuh lebih dari 75% dibandingkan tahun lalu. Dengan kata lain, diprediksi penyaluran akumulasi akan mencapai Rp140 triliun dari Rp74 triliun di 2020.

“Artinya, solusi yang ditawarkan fintech lending ini sudah on track karena menyalurkan pendanaan alternatif. Meski selama pandemi, pertumbuhan di lembaga konvensional ada yang nol bahkan negatif, tapi di fintech tetap bisa tumbuh karena pakai teknologi dan data alternatif,” ucap Kus.

Di sisi lain, potensi masyarakat unbanked di Indonesia masih sangat besar, sehingga memberi ruang tumbuh bagi industri fintech lending. Dalam berbagai riset disampaikan bahwa kebutuhan pendanaan segmen UMKM sebesar Rp2.650 triliun pada 2019. Dari kebutuhan tersebut, baru sekitar Rp1.000 triliun yang dilayani lembaga keuangan konvensional. Dengan demikian, ada gap sebesar Rp1.650 triliun yang bisa menjadi potensi untuk industri fintech lending.

Adapun, berdasarkan data OJK, akumulasi pinjaman yang telah disalurkan industri sejak berdiri mencapai lebih dari Rp260 triliun. Sekitar 58% di antaranya disalurkan kepada sektor produktif.

Bukalapak Launches “Bayar Tempo” PayLater Feature for Small Shops

Bukalapak launches Bayar Tempo Paylater feature for Mitra Bukalapak’s productive financing solutions in developing their businesses. This feature is a result of the company’s collaboration with Indodana’s p2p lending startup.

Bukalapak’s AVP of Investment & Financing Solutions, Dhinda Arisyiya explained, Bayar Tempo provides a credit limit to shop for wholesale products and purchase transactions of virtual products in the Mitra Bukalapak app. Therefore, partners can run operations and have easy transactions even though they are yet to top up the balance.

“We make it easy to use this feature on the main page, balance page, checkout, and payment methods in the Mitra Bukalapak app. Partners can use it repeatedly without limit and to be paid at any time before due date,” he said during an online press conference on Thursday (7/23).

To date, the grocery store entrepreneur is classified as an underbanked with difficulty receiving financial access from financial service institutions. The Bayar Tempo feature is expected to be able to assist them in developing their business without being hampered by burdensome requirements.

This feature is only accessible for 40 thousand selected Mitra Bukalapak joined before last December. Locations are spread in Greater Jakarta, Bandung, Surabaya, Bandung, Gresik, Karawang, and Sidoarjo. Also, the average sales in the application have to be quite active and healthy.

First, before it was official on 10 July, Bukalapak has gathered thousands of Mitra stalls for trial and feedback. Although the number is not stated, the result turns out quite good, it’s 0% failed. The results create confidence in Bukalapak to expand its user base.

The average nominal submitted is IDR 500 thousand, for a 30-day tenor. There is no interest charged, however, there is a service fee per month.

“If partners pay bills before the due date, the limit will return to normal and available to use.”

In terms of submission, partners required to attach a photo ID and selfies with ID cards uploaded in the Mitra Bukalapak application. The verification process only takes a maximum of 1 day or 30 minutes at the fastest.

Para pembicara saat konferensi pers peluncuran Bayar Tempo / Bukalapak

Indodana

In terms of Indodana, the partnership with Bukalapak is the company’s effort to improve productive loan products in the SME sector. To date, the distribution of funding in this sector has reached 30% of its portfolio.

“We are very proud to launch Bayar Tempo with one of the best e-commerce platforms in Indonesia focused on local SME productivity,” Indodana’s Head of Business Development Timothy Prawiromaruto said.

Bukalapak selected with Indodana because the startup had obtained an official permit from the OJK and had the same vision in developing micro-businesses through quality financing.

Indodana also runs a paylater product to provide online shopping convenience. They have worked with online merchants and e-money players in developing the product.

According to the company’s internal statistics, the Indodana application has been downloaded by more than 3 million users throughout Indonesia. To date, they have distributed around 1 trillion Rupiah to 30 thousand customers, both for personal and SME borrowers. Indodana alone provides loans between 1-8 million Rupiahs with a tenor of 3-6 months.

This startup is affiliated with the Cermati financial product aggregator. One of Cermati’s Co-Founders, Carlo Gandasubrata, serves as a commissioner in Indodana. Also, the operational office located at the same address as Cermati.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Bukalapak Paylater Bayar Tempo

Bukalapak Rilis Fitur PayLater “Bayar Tempo” untuk Warung Kelontong

Bukalapak merilis fitur Bayar Tempo untuk solusi pembiayaan produktif para Mitra Bukalapak dalam mengembangkan usaha mereka. Fitur ini hadir berkat kolaborasi perusahaan dengan startup p2p lending Indodana.

AVP of Investment & Financing Solutions Bukalapak Dhinda Arisyiya menjelaskan, Bayar Tempo memberikan fasilitas limit kredit yang dapat digunakan untuk berbelanja produk grosir dan transaksi pembelian produk virtual di aplikasi Mitra Bukalapak. Dengan demikian, mitra tetap dapat berjualan dan memiliki kemudahan transaksi walau belum sempat top up saldo.

“Kami memudahkan penggunaan fitur dapat ditemukan di halaman utama, halaman saldo, checkout, dan metode pembayaran di dalam aplikasi Mitra Bukalapak. Mitra dapat menggunakan limit berulang kali tanpa batas dan dapat dibayarkan kapanpun sebelum jatuh tempo,” ujar dia saat konferensi pers online, Kamis (23/7).

Selama ini, pengusaha warung kelontong tergolong kategori underbanked yang sulit menerima akses finansial dari lembaga jasa keuangan. Kehadiran Bayar Tempo diharapkan dapat membantu mereka dalam mengembangkan usahanya tanpa terganjal persyaratan yang memberatkan.

Untuk mendapatkan fasilitas tersebut, sementara ini baru bisa diakses untuk 40 ribu Mitra Bukalapak terpilih yang sudah bergabung sebelum Desember tahun lalu. Lokasinya tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Bandung, Gresik, Karawang, dan Sidoarjo. Lalu, rata-rata penjualannya di aplikasi tergolong aktif dan cukup sehat.

Pada tahap awal, sebelum diresmikan pada 10 Juli kemarin, Bukalapak telah mengujicobakan kepada ribuan warung Mitra untuk melihat responsnya. Meski tidak disertai angka, diklaim penerimaannya cukup baik, bahkan 0% gagal bayar. Hasil itu akhirnya membuat Bukalapak percaya diri untuk perluas cakupan penggunanya.

Nominal dana yang dapat diajukan mitra sementara ini adalah Rp500 ribu, untuk tenor 30 hari. Tidak ada bunga yang dibebankan, melainkan ada biaya layanan yang dikenakan satu kali di awal bulan apabila mitra menggunakan limitnya.

“Jika mitra membayar tagihan sebelum tanggal jatuh tempo, limitnya akan kembali seperti semula dan bisa dipakai untuk belanja lagi berkali-kali.”

Pengajuan fitur ini, mitra hanya perlu melampirkan foto KTP dan swafoto bersama KTP yang diunggah dalam aplikasi Mitra Bukalapak. Proses verifikasi hanya butuh maksimal 1 hari, atau 30 menit paling cepat.

Secara bertahap fitur ini akan diperluas untuk ratusan ribu Mitra Bukalapak yang berada di dalam cakupan wilayah kerja Indodana. Adapun jumlah Mitra Bukalapak yang telah bergabung saat ini tembus di angka 1,8 juta mitra.

Konsep paylater yang ditawarkan Bayar Tempo, kurang lebih mirip dengan fitur Bayar Nanti yang telah dirilis lebih dahulu, bersama Julo. Hanya saja, perbedaannya ada di target penggunanya, kalau Bayar Nanti untuk pembiayaan konsumtif para konsumen ritel yang berbelanja di Bukalapak.

Para pembicara saat konferensi pers peluncuran Bayar Tempo / Bukalapak
Para pembicara saat konferensi pers peluncuran Bayar Tempo / Bukalapak

Indodana

Bagi Indodana, kemitraan dengan Bukalapak adalah upaya perusahaan dalam meningkatkan produk pinjaman produktif di sektor UKM. Hingga saat ini, penyaluran pembiayaan di sektor ini mencapai 30% dari portofolionya.

“Kami sangat bangga bisa meluncurkan produk Bayar Tempo dengan salah satu platform e-commerce terbaik di Indonesia yang berfokus pada produktivitas UMKM nasional,” ucap Head of Business Development Indodana Timothy Prawiromaruto.

Indodana digaet Bukalapak karena startup tersebut sudah mengantongi izin resmi dari OJK dan punya visi sama dalam mengembangkan usaha mikro lewat pembiayaan yang berkualitas.

Indodana sendiri memiliki produk paylater untuk memberikan kenyamanan buat masyarakat berbelanja online. Mereka telah bekerja sama dengan merchant online dan pemain e-money dalam pengembangan produk tersebut.

Menurut statistik internal perusahaan, aplikasi Indodana sudah diunduh lebih dari 3 juta pengguna di seluruh Indonesia. Sejauh ini mereka sudah menyalurkan sekitar 1 triliun Rupiah untuk 30 ribu nasabah, baik untuk peminjam personal maupun UKM. Indodana sendiri memberikan pinjaman antara 1-8 juta Rupiah dengan tenor 3-6 bulan.

Startup ini terafiliasi dengan situs aggregator produk keuangan Cermati. Salah satu Co-Founder Cermati, yakni Carlo Gandasubrata menjabat sebagai komisaris di Indodana. Juga, lokasi kantor operasionalnya berada di alamat yang sama dengan Cermati.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Akulaku to Release Productive Credit Scheme

Akulaku is entering the productive credit industry by targeting online SME merchants. The company also provide loans for car installment. Both products are to be released by the end of this year.

Akulaku Indonesia’s Director of Corporate Affairs and Public Relations, Anggie Setia Ariningsih said, this segment has great potential. In addition to the bigger ticket size, also the paid-off rate is highly guaranteed.

The company has a bigger potential to acquire more potential borrowers.
“We want to support [the government’s plan]. The plan is to release SME and car loans by the end of this year.” She said, Mon (7/1)

Both products are to distribute loans starts from Rp50 million. In terms of interest and tenor, she has no further details on it. The tenor might starts from 6 months to 1 year.

They set an ambitious target for the contribution of the productive segment, up to 20% of the total distribution. In average, Akulaku has distributed loans of Rp1.5 trillion per month.

In terms of SME, they shouldn’t have to be active merchants in Akulaku. They should at least one of the active merchants in an e-commerce platform, for Akulaku can have a calculation of the track record.

The company is to acquire e-commerce platform to get potential buyers. While the car installment only requires pink slip pledging. If it includes collateral, the loans can get bigger.

“It’s not the same with a consumer loan, there’s a transaction history in our system. Without track records, it’s going to be hard for the productive credit. Therefore, the merchant should at least active in one e-commerce.”

Talking about risk, he said it’s kind of similar to the consumer loan. Once the borrower is approved or not. It applies to the productive credit, it only requires business eligibility and domicile.

“The challenge is there, but also massive data [online] we can get to explore, whether the business is legit or not. I can’t tell how big the risk is. But this [productive] has a longer tenor and bigger value ”

Akulaku is said to distribute Rp9.8 trillion loans by last year. Anggie believes the business can grow two to three times better than the previous year.

For the download rate, Akulaku has been downloaded over 20 million, increased from the previous year of 15 million. Before Akulaku, Kredit Pintar has first announced the business shifting to the productive industry.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Akulaku segera merambah segmen produktif dengan merilis pembiayaan untuk modal kerja UKM dan pinjaman kredit mobil yang akan segera dirilis pada akhir 2019

Akulaku Segera Rambah Penyaluran Kredit Produktif

Akulaku segera merambah penyaluran kredit produktif dengan menyasar merchant UKM yang berjualan di platform online. Perusahaan juga menyiapkan produk pinjaman untuk cicilan mobil. Kedua produk ini akan segera dirilis pada akhir tahun 2019.

Director of Corporate Affairs and Public Relations Akulaku Indonesia Anggie Setia Ariningsih menerangkan, segmen ini punya prospek yang menarik. Selain karena memiliki ticket size yang lebih besar, tingkat pengembaliannya jauh lebih terjamin. Perusahaan pun punya peluang lebih besar untuk menggaet lebih calon peminjam.

“Kami juga ingin dukung [rencana pemerintah]. Rencananya pinjaman UKM dan mobil akan dirilis akhir tahun ini.” katanya, Senin (1/7).

Kedua produk ini nantinya bisa menyalurkan pinjaman mulai dari Rp50 juta. Untuk bunga dan tenor yang ditawarkan, Anggie belum bersedia untuk merincinya. Kemungkinan besar tenornya mulai dari 6 bulan sampai 1 tahun.

Pihaknya memasang target awal yang cukup ambisius untuk kontribusi dari segmen produktif ini hingga 20% dari total penyaluran. Secara rerata, Akulaku telah menyalurkan pinjaman sekitar Rp1,5 triliun setiap bulannya.

Untuk pinjaman UKM, merchant tidak harus yang sudah berjualan di platform e-commerce Akulaku. Minimal mereka sudah tergolong sebagai merchant aktif di berbagai platform e-commerce, sehingga ada rekam jejak transaksi yang bisa dipakai Akulaku untuk mengukur kemampuan bayar.

Perusahaan akan menggaet platform e-commerce untuk mendapatkan calon peminjam. Sementara untuk cicilan mobil, persyaratannya bisa cukup dengan menjaminkan BPKB. Apabila ada jaminan, nilai pinjaman yang bisa didapat jauh lebih besar.

“Beda halnya saat consumer loan, ada catatan transaksi terjadi di sistem kami. Sementara untuk produktif, agak berat ya karena kami tidak punya track record-nya. Jadi tahap awalnya perlu mulai dari merchant yang sudah jualan di situs e-commerce.”

Dari segi risiko, menurutnya, tidak jauh berbeda dengan pinjaman consumer. Apabila di consumer loan cukup memeriksa apakah peminjam adalah orang yang benar-benar ingin meminjam atau bukan. Sama halnya untuk pinjaman produktif, cukup memerika keaslian usahanya dan domisilinya.

Challenge-nya pasti ada tapi banyak data [online] yang bisa kita ambil untuk memeriksa, bisnis merchant itu legit atau tidak. Tapi saya enggak bisa bilang risikonya seberapa besar. Turn over memang lebih cepat di consumer. Tapi ini [produktif] lebih panjang tenor dan nilai pinjamannya.”

Akulaku mengklaim telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp9,8 triliun sepanjang tahun lalu. Anggie optimis bisnis tumbuh dua sampai tiga kali lipat dibandingkan sebelumnya.

Dari segi unduhan, aplikasi Akulaku telah diunduh lebih dari 20 juta kali dibandingkan tahun sebelumnya 15 juta. Sebelum Akulaku, ada Kredit Pintar yang lebih dahulu mengumumkan pergeseran fokus bisnisnya ke produktif.

Application Information Will Show Up Here