Tag Archives: Programmatic Ads

Teknologi Digital Out of Home (DOOH) masih dipercaya menjadi tren teknologi periklanan masa depan

Masa Depan Teknologi Iklan Luar Ruang di Indonesia

Kegiatan kampanye pemasaran saat ini sudah menjadi salah satu peluang menarik yang dijajaki solusi teknologi. Salah satu cara yang mulai marak di Jabodetabek adalah kehadiran iklan bergerak memanfaatkan mobil (car advertising) dan motor.

Dalam waktu tiga tahun terakhir DailySocial mencatat ada beberapa startup yang mencoba menyasar layanan car advertising dan iklan luar ruang di Indonesia. Termasuk di antaranya adalah Stickearn, Adroady, UBiklan, PayRide, Promogo yang diakuisisi Gojek dan baru saja meluncurkan GoScreen, dan IDN Media melalui IDN Programmatic Out-of-Home (IDN POOH).

Seperti apa perkembangan model bisnis Digital OOH berlangsung saat kondisi pandemi? Apakah teknologi yang dimiliki masing-masing platform memiliki efektivitas yang sesuai ke target pasar?

Peluang bisnis iklan luar ruang

Meskipun terlihat mudah untuk dipahami, konsep iklan luar ruang memanfaatkan mobil, motor, dan medium lainnya memerlukan strategi dan teknologi yang tepat.

Platform adtech yang didirikan Daniel Tumiwa, Adsvokat, mengusung konsep O2O (online-to-offline) dan beroperasi sejak Juli 2017. Adsvokat memanfaatkan stiker di mobil, helm, smartphone, pakaian sebagai medium.

Setelah berjalan selama beberapa bulan, pada akhir tahun 2018, Adsvokat memutuskan untuk tidak meneruskan bisnis dan menutup perusahaan sepenuhnya. Daniel Tumiwa mengungkapkan, kegagalan terbesar Adsvokat adalah timing. Terlalu cepat. Yang kedua kurang memperhitungkan permainan cash flow.

“Saya melihat ide Adsvokat lebih dekat dan relevan pada masanya pada waktu itu, karena sebelum-sebelumnya saya pernah menjalankan beberapa startup dan mereka sangat too advance dari zamannya dan Adsvokat ini lebih real,” terang Daniel.

Kegagalan yang terjadi pada Adsvokat tidak menurunkan minat pemain lain untuk menawarkan konsep serupa. Pemain-pemain lain pun bermunculan dan mencoba adaptif agar tetap relevan dengan tren.

CEO UBiklan Glorio Yulianto mengungkapkan, konsep hybrid advertising saat ini menjadi pedoman UbIklan.

“Media offline sebagai media iklan, sedangkan analytic-nya berbasis online. We called it hybrid advertising media. Kami bisa ambil budget [pengiklan] dari dua divisi, yakni online dan offline,” ujar Glorio.

Di tahun 2020 muncul dua platform baru dengan klaim teknologi Digital Out of Home terbaru. Mereka adalah IDN Programmatic Out-of-Home (IDN POOH) dan GoScreen. Yang terakhir adalah produk Promogo yang memanfaatkan integrasi ekosistem dan data Gojek.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis

Saat pandemi banyak startup yang mengalami kendala dan terhambat pertumbuhan bisnisnya. Adanya aturan PSBB dan semakin banyak pegawai yang beraktivitas dari rumah membuat kondisi jalan lebih lengang dan menyulitkan segmen teknologi periklanan luar ruang berfungsi dengan baik.

Salah satu startup yang masih bertahan di segmen ini adalah StickEarn. Akhir tahun 2019 lalu StickEarn mengumumkan layanan baru yang diberi nama StickTron (kini menjadi MobileLED). Perusahaan juga mengantongi pendanaan seri A dengan nilai $5,5 juta atau setara 77,6 miliar Rupiah.

“StickEarn mengerti pembatasan yang pemerintah lakukan dan kami mendukung kebijakan tersebut supaya kondisi bisa kembali membaik. Dampak pandemi terasa bagi semua bisnis, termasuk StickEarn yang memang memanfaatkan kemacetan lalu lintas menjadi peluang bagi brand untuk memperkenalkan iklan mereka,” ujar Co-Founder StickEarn Archie Carlson.

Menurut CEO IDN Media Winston Utomo, selama pandemi berlangsung, tidak bisa dipungkiri industri OOH terkena dampaknya, termasuk IDN POOH. Namun, perusahaan sangat percaya dengan potensi dan masa depan sektor ini.

“Jadi, selama 6 bulan terakhir, kita menambah jumlah unit IDN POOH sebanyak 2x lipat atau 100%. Kita juga memperbanyak jumlah tim Sales dan Engineering untuk IDN POOH. Kita juga melakukan beberapa penyempurnaan dari sisi hardware dan software. Contohnya, teknologi IDN POOH sekarang dapat memberikan kebebasan bagi pengiklan untuk merencanakan, mengganti [konten] kreatif, maupun memonitor iklan yang sedang jalan secara real time,” kata Wiston.

Pandemi juga tidak menghambat rencana Gojek (melalui Promogo) menghadirkan GoScreen. Setelah diakuisisi Gojek, Promogo mencoba menghadirkan teknologi yang relevan menggunakan data dan ekosistem terpadu Gojek. Memanfaatkan kendaraan roda dua milik mitra pengemudi, tidak hanya brand besar yang bisa menikmati teknologi iklan luar ruang ini, namun juga merchant Gojek dan pelaku UKM lainnya. Meskipun baru terbatas di wilayah Jakarta, GoScreen memiliki target memperluas wilayah jangkauan hingga ke kota tier 2 dan tier 3.

“Tantangan utama pengguna iklan luar ruang saat ini adalah mengukur efektivitas dan kinerja iklan. GoScreen menjawab ini melalui teknologi yang mampu mengukur kinerja iklan berdasarkan lokasi dan waktu secara tepat sehingga memberikan pengiklan laporan yang lengkap,” kata Chief Commercial Officer Gojek Antoine de Carbonnel.

Data road analytics TomTom menunjukkan penurunan tingkat kemacetan hingga lebih dari 60% saat awal PSBB. Hal ini membuat brand menahan diri untuk melakukan aktivitas iklan luar ruang. Namun, dengan kebijakan yang cukup longgar, tingkat kemacetan kembali meningkat hingga 30% dan masyarakat kembali beraktivitas di luar rumah. Hal ini membuat demand untuk beriklan kembali meningkat.

Efektivitas dan masa depan iklan luar ruang

Teknologi iklan luar ruang car advertising dan Digital OOH diprediksi termasuk salah satu dari 12 tren teknologi periklanan yang telah dan akan terus berkembang.

Hingga Q3 2020, secara rata-rata, seluruh solusi Digital OOH Promogo diklaim mengalami peningkatan pertumbuhan bisnis sebesar 40% dan lebih dari 50 ribu mitra driver tergabung. Menghasilkan impresi sebesar 15 miliar kali penayangan.

“Layanan yang kami tawarkan ini memberikan brand solusi periklanan yang lebih terukur secara data dengan harga kompetitif. Brand dapat mengoptimalkan iklan mereka secara real time dan memonitor performanya melalui online dashboard khusus yang transparan dan jelas,” kata Direktur Promogo Kiranjeet Purba.

Konsep real time juga ditawarkan IDN POOH. Pihaknya mengklaim menggunakan teknologi khusus yang telah dipatenkan untuk menampilkan iklan secara real time dan terukur. IDN POOH menawarkan beragam output iklan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

“Dengan teknologi terbaik di industri OOH, tim yang kompeten, dan ekosistem IDN Media yang lengkap, kita sangat yakin IDN POOH akan menjadi pilihan terbaik untuk iklan Out-of-Home (OOH),” kata Winston.

Sementara bagi StickEarn, penggunaan real time dashboard, memberikan kemudahan bagi pengiklan bisa mengakses jalannya kampanye iklan.

Terkait efektivitas kegiatan kampanye memanfaatkan teknologi Digital OOH, baik IDN Media, StickEarn, maupun GoScreen mengklaim saat ini masih menunjukkan pertumbuhan yang baik. Meskipun kondisi pandemi sempat mengganggu jalannya bisnis, hal ini tidak menjadi kendala untuk mengembangkan produk dan bisnis OOH.

“Saat ini kami sedang dalam tahap Research & Development (R&D) untuk hyperlocal targeting. Dengan teknologi ini diharapkan dapat melakukan targeting secara lebih tepat dan akurat, sehingga industri UKM juga dapat memanfaatkan teknologi dari IDN POOH karena ROI-nya lebih bagus dan optimal,” kata Winston.

GoScreen sendiri sebelum diluncurkan telah melakukan sekitar 50 proyek. Salah satunya dengan Disney+ Hotstar. GoScreen menargetkan hingga akhir tahun 2021 bisa mencapai 20 ribu screen di Indonesia.

“Melalui GoScreen, mitra kami berkesempatan mendapatkan peluang penghasilan tambahan hingga 20% dari pendapatan normalnya. Selain itu, solusi GoScreen dengan harga yang terjangkau juga dapat dimanfaatkan oleh pelaku bisnis UKM untuk mulai meningkatkan visibilitas merek, serta mengembangkan bisnisnya ke level lebih tinggi melalui pemanfaatan data, sehingga mereka mampu memutuskan strategi bisnis yang lebih efektif,” ujar Kiran.

Sesuai dengan misi perusahaan, StickEarn ingin menjadikan platform beriklan lebih efektif, canggih, dan lebih mudah diakses, dan membuat iklim iklan luar ruang lebih bergairah.

“Dengan harga yang kompetitif dan sangat customisable, kini OOH bisa diakses brand dari segala level, mulai dari perusahaan multinasional, hingga UKM. Kami mencatat 20% dari klien kami adalah UKM. Ini adalah kabar baik bagi industri ini,” kata Archie.

Gojek bermitra dengan perusahaan iklan asal AS The Trade Desk untuk membuat tautan antara iklan programmatic dan transaksi nyata yang terjadi secara offline

Rangkul The Trade Desk, Gojek Ingin Beri “Insight” Mendalam untuk Pengiklan

Gojek mengumumkan kemitraan dengan perusahaan iklan asal Amerika Serikat “The Trade Desk” untuk membuat tautan antara iklan programmatic dan transaksi nyata yang terjadi secara offline. Tujuannya untuk memahami dampak terdalam dari iklan digital terhadap penjualan offline. Selama ini sebenarnya sudah ada banyak metodologi yang diterapkan, tapi masih menyisakan pertanyaan yang tidak terjawab.

VP Merchant Research & Analytics Gojek Pulkit Khanna menjelaskan, pemahaman ini dinilai dapat meningkatkan efisiensi pengambilan keputusan pemasaran untuk mendorong pertumbuhan bisnis yang pesat. Sejalan dengan misi perusahaan mengatasi friksi (hambatan) di kehidupan sehari-hari dengan menghubungkan konsumen kepada penyedia barang dan jasa terbaik di pasar.

“Melalui kerja sama ini, pengiklan di platform TTD (The Trade Desk) bisa memanfaatkan pemahaman yang didapat dari platform Gojek untuk mengukur dan meningkatkan efektivitas kampanye pemasarannya,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Lebih jauh dijelaskan, Gojek akan mengukur dampak iklan online menggunakan transaksi aktual di dalam gerai, bukan data berbasis cookie. Lalu mengaitkan transaksi online maupun offline dalam aplikasi Gojek dengan solusi iklan yang disediakan TTD.

Dampak yang dilihat dari solusi ini adalah pembelian di dalam aplikasi Gojek, seperti layanan pesan-antar makanan GoFood, dan transaksi di merchant yang menerima pembayaran GoPay.

Dari situ, pemasar dapat menghubungkan korelasi antara penjualan dengan kampanye iklan yang bersangkutan. Kemudian memanfaatkan atribusi offline untuk mendapatkan analisis terkait efektivitas kampanye tersebut.

Kemitraan ini diklaim sebagai solusi yang revolusioner karena belum pernah dipakai oleh pihak manapun dalam pengukuran O2O di Asia Tenggara.

SVP South East Asia, Australia and New Zealand The Trade Desk Mitch Waters menambahkan, dampak dari solusi pengukuran O2O ini sangat luas karena mengisi kekosongan antara iklan online dan offline.

“Menganalisis atribusi offline telah menjadi aspirasi bagi pemasar di mana pun. Dengan cara pandang Gojek yang inovatif, kami sekarang dapat mewujudkan tujuan tersebut.”

Mengutip dari The Drum, Waters memberikan contoh terdekat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam restoran cepat saji, pemilik usaha menggunakan GoFood untuk pengiriman makanan dan menerima GoPay untuk pembelian di toko. Dengan kesepakatan ini, brand dapat menautkan pesanan yang benar-benar terjadi ini dengan kampanye iklan mereka secara anonim.

“Kami percaya restoran dan brand konsumer dapat menangkap peluang itu karena fungsi ini meningkatkan utilitas dan nilai iklan online. Kami percaya ini akan menginspirasi lebih banyak pemain untuk berinvestasi data, yang terpenting menciptakan riak gelombang yang mengangkat semua kapal,” ujarnya.

Waters melanjutkan, masa depan didorong oleh pentingnya peranan data dalam mengukur iklan digital yang dibaur dengan strategi pemasaran. Dia pun berharap perusahaan lain yang kaya dengan data dapat meniru apa yang saat ini kita lakukan di Indonesia dengan Gojek, terutama kemampuan dalam mengukur dan mengoptimalkan anggaran dengan cara ini.

“Niat kami dengan Gojek adalah untuk pergi ke luar Indonesia pada waktunya tiba,” pungkasnya.

Indonesia akan jadi negara pertama yang mengikuti uji coba, sebelum paralel didistribusikan ke negara lain pada tahun ini.

Kiprah The Trade Desk

Kemitraan dengan Gojek, menandakan dimulainya ekspansi The Trade Desk ke kawasan Asia Tenggara. Sejak tahun lalu, TTD kencang menggaet berbagai mitra. Di Tiongkok misalnya, perusahaan bekerja sama dengan Baidu, iQiyi, Tencent untuk meluncurkan iklan untuk meluncurkan platform pembelian iklan programmatic di negara tersebut.

Mengutip dari Nasdaq, CAGR dari pasar iklan di ASEAN naik 13,9% antara 2019 sampai 2026. Terlebih itu, Indonesia dianggap pasar terpenting buat TTD karena negara ini menjadi pasar periklanan paling dinamis di Asia Tenggara karena tingkat penetrasi smartphone yang tinggi.

Kondisi ini menjadi pertanda baik bagi perusahaan untuk memperoleh pelanggan baru di wilayah ini, yang pada akhirnya, mendorong pertumbuhan top-line. Secara global, TTD menghadapi persaingan yang ketat dengan Google dan Facebook yang mengontrol pasar iklan global hingga 51% sepanjang tahun lalu.

Akan tetapi, kedua perusahaan ini tidak menyediakan insight untuk pengiklan bagaimana performa iklan mereka. Mereka juga berada di bawah pengawasan aturan karena penggunaan data konsumen yang tidak etis.

Strategi TTD dalam menghadapi isu tersebut adalah menjaga transparansi diharapkan membantunya dalam melawan persaingan di pasar iklan digital.

Application Information Will Show Up Here
Platform OTT, OONA hadirkan streaming acara tv gratis dengan iklan / OONA

Gandeng Telkom Indonesia, OONA Hadirkan Layanan “Streaming” Konten Televisi Lokal dan Mancanegara

Menggandeng Telkom Indonesia, layanan OTT (Over The Top) OONA meluncurkan layanan streaming acara televisi lokal dan mancanegara. Aplikasi yang diluncurkan akhir tahun 2017 ini dimiliki oleh OONA Mobile App, perusahaan patungan Omni Channels Asia (TV4 Entertainment dan Multi Channels Asia).

Kepada DailySocial, CEO dan Founder OONA Christophe Hochart mengungkapkan, OONA merupakan layanan OTT yang sarat dengan kanal televisi, permainan, dan rewards (dalam bentuk tcoin) untuk pengguna. Layanan gratis ini masih memberikan invitation kepada 600 ribu orang terpilih dan segera menghadirkan TV Lokal dan Global kepada setiap pengguna smartphone di Indonesia.

“Pengalaman pengguna yang ada di OONA berbeda dengan layanan serupa lainnya. OONA merupakan layanan yang sepenuhnya dilengkapi dengan iklan yang tersemat langsung. Berisikan tayangan televisi lokal hingga mancanegara yang bisa langsung dipilih pengguna saat mendaftarkan di awal.”

Dilengkapi chatbot “Siskabot” dan Programmatic Advertising

Fitur chatbot OONA "Siskabot"
Fitur chatbot OONA “Siskabot”

Tidak sekedar layanan TV streaming, OONA dilengkapi dengan fitur chatbot yang bernama Siskabot. Fitur ini langsung ditemui pengguna usai melakukan registrasi. Fungsinya adalah untuk menentukan jenis acara televisi yang disukai pengguna dan iklan yang relevan untuk advertiser dan pemilik konten.

“Dengan teknologi AI, Siskabot juga menciptakan relasi personal antara pengguna dengan OONA, memanfaatkan chatbot. Semakin sering dialog atau percakapan yang dilakukan dengan Siskabot, semakin besar peluang pengguna mendapatkan tcoin,” kata Christophe.

Fitur chatbot Siskabot diklaim bisa membantu advertiser untuk melakukan kegiatan pemasaran yang tepat memanfaatkan penerapan teknologi AI.

Hal ini diklaim menguntungkan semua pihak, termasuk pengguna OONA, operator telekomunikasi, studio, dan pemilik konten untuk melakukan monetisasi. OONA juga menerapkan Programmatic Advertising dalam kegiatan pemasaran, sehingga iklan yang dihadirkan lebih relevan dan langsung ke pengguna yang tepat.

Untuk mengajak lebih banyak pengguna melihat iklan dan mengumpulkan poin, OONA dan Telkom Indonesia telah menyiapkan hadiah atau rewards yang beragam yang bisa ditukar voucher makan gratis di restoran terpilih, pembelian barang, hingga beragam produk dari Telkom Indonesia.

tcoin yang bisa dikumpulkan dalam OONA wallet memungkinkan pengguna untuk mendapatkan level atau jenjang bagi pengguna. Mulai dari Rookie hingga Master, tergantung dari jumlah tcoin yang terkumpul,” kata Christophe.

Target OONA tahun ini

Platform streaming OONA diharapkan bisa menjadi media yang tepat memberikan hiburan kepada pengguna tanpa adanya paksaan atau gangguan iklan saat menikmati konten secara gratis. Masih fokus kepada pengenalan dan brand awareness, tahun ini OONA masih memiliki rencana yang ingin diwujudkan.

“Target OONA di Indonesia pada akhir 2018 adalah membawa 50 channel internasional tambahan di platform OONA di Indonesia dan fokus mendukung Indonesia Free To Air Channels ke OTT dan meningkatkan FTA revenue melalui iklan yang terprogram (programmatic advertising). Terakhir, kami bertujuan untuk membawa lebih banyak studio lokal untuk membuat channels Digital Free to Air mereka sendiri dan menjadi Channels sendiri,” tutup Christophe.

Application Information Will Show Up Here

Memahami Content Marketing dan Cara Tepat Brand Memanfaatkannya

Dalam edisi #SelasaStartup kali ini, topik content marketing dan bagaimana cara yang tepat bagi brand untuk memanfaatkannya, dibahas tuntas oleh Co-Founder dan CEO Indonesia GetCRAFT Anthony Reza Prasetya. Pengalamannya di bidang periklanan dan hubungan baik yang tercipta dengan berbagai brand menghasilkan sebuah perusahaan yang fokus kepada pertumbuhan bisnis dengan pendekatan kepada content marketing yaitu GetCRAFT.

“Saat ini ketika adblocker sudah semakin banyak digunakan oleh pengguna smartphone di Indonesia (40%), mengharuskan brand untuk melakukan cara cerdas memanfaatkan content marketing,” kata Anthony.

Untuk memahami lebih lanjut apa itu content marketing, channel apa saja yang bisa dimanfaatkan, serta faktor pendukung apa yang bisa membantu content marketing tampil lebih stand out, simak paparan Anthony dalam rangkuman tips berikut ini.

Content marketing dibanding iklan berbayar

Salah satu cara paling ampuh untuk brand mempromosikan produk mereka adalah melalui iklan, yang bisa berupa TVC, print ads, video ads dan lainnya. Namun demikian saat ini ketika media, media sosial hingga layanan video streaming mulai banyak menampilkan berbagai iklan tersebut, tidak terlalu memberikan impact yang baik kepada audience.

Banyak alasan mengapa banyak orang kemudian “terganggu” dengan kehadiran berbagai iklan tersebut, namun yang pasti brand dan advertiser mulai menyadari respon negatif dari audience terkait dengan iklan yang dilakukan dengan cara konvensional.

Alasan tersebut menjadikan content marketing tampil lebih unggul, dengan tulisan yang bisa dikustomisasi menyesuaikan dengan target audience yang relevan, iklan dan kegiatan berpromosi yang disematkan dalam bentuk tulisan, bisa membantu brand melakukan edukasi sekaligus melancarkan engagement dengan target audiens yang tepat.

Lebih efektif dibandingkan “programmatic ads”

Keunggulan lain yang dimiliki oleh content marketing adalah sifatnya yang everlasting. Meskipun tidak memanfaatkan media berbayar atau advertising tools, namun jika sarat dengan informasi dan tulisan yang menarik mampu menarik perhatian audience lebih lama. Sementara untuk programmatic ad akan berbeda hasil akhirnya. Ketika budget untuk promosi memanfaatkan advertising tools dihentikan, akan berpengaruh kepada jumlah view hingga traffic. Menjadikan content marketing lebih cost effective sekaligus akurat jika diterapkan dengan tepat.

Content marketing membantu kegiatan pemasaran berbayar

Salah satu cara yang bisa dilakukan brand adalah menyesuaikan konten dari produk yang ingin dipromosikan memanfaatkan media berbayar yang tepat. Misalnya jika brand ingin memasarkan produk teknologi atau gadget terbaru, bisa memuat tulisan berupa ulasan atau tips dan trik yang bisa dipromosikan memanfaatkan media atau influencer (blog). Dengan demikian kegiatan berbayar tersebut akan memberikan hasil yang lebih efektif didukung dengan konten yang relevan.

Membantu membangun kredibilitas brand

Cara terbaik untuk menyebarkan content marketing adalah memberikan ulasan atau informasi yang berbeda kepada target audience yang tepat. Hindari membuat content marketing untuk “semua” namun sesuaikan topik yang berbeda. Dengan demikian audience yang membaca bisa lebih relate kepada konten yang ada dan bisa meningkatkan kredibilitas brand tersebut.

Kombinasikan content marketing dengan media sosial

Media sosial selama ini sudah banyak dimanfaatkan brand untuk melakukan engagement ke audience. Komunikasikan dengan baik tema atau topik dari content marketing memanfaatkan media sosial, untuk itu pastikan tim media sosial Anda melakukan engagement dengan target audience setiap hari.

Dalam hal ini, menurut Anthony, Facebook dan Twitter merupakan media sosial yang tepat untuk melancarkan kegiatan content marketing, sementara untuk Instagram lebih efektif untuk memberikan inspirasi dan kurang efektif untuk kegiatan content marketing.

Tentukan platform yang tepat

Saat ini, ketika Youtube sudah mulai banyak dimanfaatkan brand untuk berpromosi, pastikan untuk membuat iklan dalam bentuk video yang sarat dengan informasi dalam waktu yang singkat. Manfaatkan waktu sesingkat mungkin di awal, sebelum target audience Anda mulai berpaling saat membuka Youtube atau layanan video streaming lainnya.

CEO Glispa Paparkan Potensi dan Tren Adtech di Indonesia

“Glispa merupakan salah satu penyedia layanan adtech yang tengah membangun pasar di Indonesia. Fokus pada bisnis e-commerce dan startup digital, kapabilitas yang diberikan memudahkan brand untuk mendapatkan konversi traksi dari iklan yang ditampilkan melalui perangkat mobile. Pertumbuhannya signifikan, hal tersebut salah satunya dikarenakan perluasan layanan ke platform mobile yang dilakukan oleh berbagai jenis layanan digital. Di luar e-commerce, khusus di Indonesia, Glispa memprediksi bahwa adtech juga segera berjaya di sektor OTA (Online Travel Agency).

Menurut Founder dan CEO Glispa Gary Lim, beberapa fakta telah mendukung pertumbuhan adtech, seperti Indonesia menjadi salah satu dalam lima pasar pariwisata terbesar di dunia, pertumbuhan layanan OTA lokal juga menunjukkan prestasi gemilang. Sehingga rencana untuk mulai memfokuskan di sektor travel sudah mulai diinisiasi oleh Glispa sejak saat ini. Adtech dinilai akan memberikan pengaruh yang signifikan.

Potensi di bisnis e-commerce masih akan terus bergerak maju

Ada beberapa pendorong dalam pertumbuhan sektor e-commerce, dalam kaitannya dengan implementasi adtech. Gary menyebutkan beberapa di antaranya adalah (1) penetrasi ponsel pintar di Indonesia, (2) peningkatan kecepatan broadband, dan (3) pasar ritel (offline) yang terfragmentasi. Kinerja kuat yang dilakukan oleh layanan e-commerce, baik lokal maupun internasional menunjukkan pergerakan yang sangat meyakinkan.

Implementasinya bukan tanpa kendala. Tantangan logistik dan infrastruktur nyatanya juga menjadi salah satu penyandung adopsi adtech di Indonesia. Seperti cakupan data yang sangat kurang ketika berbicara detail di setiap wilayah. Namun terkait dengan data, Glispa tidak khawatir, dengan capaian penggunaan perangkat mobile yang diprediksikan mencapai 31% dari total populasi di 2018 mendatang, maka kelengkapan data akan teratasi.

Gary turut menuturkan, pertumbuhan native ads dan programmatic ads di Asia Tenggara dipimpin oleh Indonesia dan Malaysia pada setahun terakhir. Hal ini senada dengan apa yang diprediksikan eMarketer, bahwa belanja programmatic advertising di Indonesia akan meningkat lima kali lipat pada tahun 2019. Per tahun 2015 sendiri peningkatan nilainya sudah mencapai $244 juta per tahun.

Di seluruh dunia, native ads menjadi sangat populer, dengan tingkat konversi yang mengesankan, mendatangkan pengguna baru bagi sebuah layanan. Di Indonesia sendiri, masih dari eMarketer, untuk native ads nilainya diperkirakan mencapai $1,5 miliar di tahun depan. Menurut Gary pertumbuhan besar ini lantaran fleksibilitas konten yang mampu beradaptasi baik di layar mobile.

Proyeksi bisnis adtech di tahun 2017

Menurut Gary programmatic ads pada tahun ini mulai memiliki minat yang besar. Karena banyak perusahaan yang mulai membutuhkan kualitas data yang lebih akurat, real-time dan mampu bergerak dinamis memprediksikan beragam hal, untuk membantu keputusan bisnis. Mobile programmatic native ads pun kini sudah mulai menghiasi layar ponsel pengguna. Pemahaman adtech yang meningkat, serta transparansi dan otimatisasi yang ditawarkan, membuat metode programmatic akan cepat berkembang. Tantangannya kini pada menciptakan standar teknis yang digunakan industri.

Tahun 2016 Glispa berinvestasi dengan nilai yang cukup besar di sisi teknologi, termasuk akusisi atas Ampiri (native monetization platform) dan Avocarrot (native programmatic exchange) untuk meningkatkan portofolio adtech yang dimiliki. Dan native programmatic ads menjadi solusi yang difokuskan dalam pengembangannya.

Setelah tahun lalu membuka kantor resmi di Singapura, untuk terus menggerakkan potensi adtech di Asia Tenggara, tahun 2017 Indonesia akan menjadi fokus singgah selanjutnya. Saat ini klien Glispa di Indonesia mencakup banyak startup sukses, salah satunya ada Bukalapak, Tiket, dan Tokopedia.

“Kami melihat banyak potensi adtech, khususnya produk programmatic ads, di wilayah ini (Indonesia) … semkain banyak aplikasi yang dikembangkan oleh komunitas pemuda (startup), mereka akan semakin mencari teknologi iklan yang mampu menghidupi layanan mereka melalui pendapatan iklan,” pungkas Gary.