Tag Archives: programmatic advertising

Mepelajari tentang manfaat Data Management Platform untuk startup / rawpixel.com on Freepik

Pentingnya Data Management Platform untuk Startup

Dalam programmatic advertising, DMP (Data Management Platform) adalah platform yang mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data pelanggan serta data lainnya untuk meningkatkan efektivitas kampanye iklan digital.

DMP memungkinkan pengiklan untuk menggabungkan data dari berbagai sumber termasuk data pihak pertama maupun data pihak ketiga, seperti data perilaku pengguna, data demografis, dan data transaksi, untuk membuat segmentasi yang lebih akurat dan strategi penargetan yang lebih efisien. Dengan menggunakan DMP, pengiklan dapat memahami audiens mereka dengan lebih baik, mengoptimalkan penayangan iklan, dan mengukur hasil kampanye secara lebih detail.

Singkatnya, DMP dalam programmatic advertising adalah platform untuk mengelola dan memanfaatkan data guna meningkatkan hasil kampanye iklan digital.

Mengubah cara berbisnis startup dengan DMP

DMP (Data Management Platform) mengubah cara berbisnis startup ke depannya dengan memberikan dampak signifikan dalam pengelolaan data, pengambilan keputusan, dan strategi pemasaran. Berikut adalah beberapa alasan mengapa DMP akan mengubah cara berbisnis startup ke depannya:

  1. Personalisasi yang lebih baik: DMP memungkinkan perusahaan untuk melakukan personalisasi yang lebih baik dalam komunikasi dan penawaran produk kepada pelanggan. Hal ini membantu membangun hubungan yang erat, meningkatkan loyalitas, dan meningkatkan tingkat konversi.
  2. Pengambilan keputusan yang lebih cerdas: DMP menyediakan wawasan mendalam tentang kinerja kampanye pemasaran dan perilaku pelanggan. Perusahaan dapat menggunakan data ini untuk mengambil keputusan yang lebih cerdas dalam strategi pemasaran, pengembangan produk, dan alokasi anggaran.
  3. Penargetan iklan yang lebih efektif: DMP memungkinkan perusahaan untuk melakukan penargetan iklan yang lebih presisi kepada audiens yang relevan. Hal ini mengurangi pemborosan anggaran iklan dan meningkatkan tingkat konversi.
  4. Meningkatkan pengalaman pelanggan: DMP membantu perusahaan memahami pelanggan secara holistik, termasuk preferensi dan riwayat pembelian. Dengan pemahaman ini, perusahaan dapat memberikan pengalaman yang lebih personal dan relevan kepada pelanggan.
  5. Inovasi dan pertumbuhan: DMP membuka peluang baru dalam penggunaan data dan analisis. Perusahaan dapat menggali wawasan baru, mengidentifikasi tren pasar, dan meluncurkan produk atau layanan baru. DMP juga membantu perusahaan dalam mengelola pertumbuhan bisnis dengan skala yang lebih besar dan mencapai keunggulan kompetitif.

Dengan DMP, perusahaan dapat menjadi lebih fokus pada pelanggan, lebih responsif terhadap kebutuhan pasar, dan lebih efektif dalam strategi pemasaran. DMP memainkan peran penting dalam menghadapi tantangan dan peluang terkait penggunaan data dalam bisnis masa depan.

Tiga alasan DMP efektif membantu startup

Berikut adalah tiga alasan mengapa DMP efektif membantu startup mendorong cara pemasaran yang lebih baik secara digital:

  1. Segmen target yang lebih tepat: DMP memungkinkan startup untuk menggabungkan dan menganalisis berbagai sumber data untuk mengidentifikasi segmen target yang lebih tepat. Dengan informasi yang lebih kaya tentang perilaku, preferensi, dan demografi audiens, startup dapat membuat segmentasi yang lebih akurat dan menyampaikan pesan yang relevan kepada setiap segmen. Hal ini menghasilkan kampanye pemasaran yang lebih efektif dengan tingkat konversi yang lebih tinggi.
  2. Personalisasi yang lebih baik: DMP memungkinkan startup untuk menyampaikan pesan dan penawaran yang lebih personal kepada pelanggan. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang preferensi dan kebutuhan pelanggan, startup dapat memanfaatkan DMP untuk membuat pengalaman yang disesuaikan. Misalnya, mereka dapat mengirimkan konten yang relevan melalui email, menyesuaikan situs web berdasarkan riwayat pembelian, atau menampilkan iklan yang sesuai dengan minat pelanggan. Personalisasi yang lebih baik meningkatkan keterlibatan pelanggan dan memperkuat ikatan dengan merek.
  3. Pengukuran dan pengoptimalan yang akurat: DMP memungkinkan startup untuk mengumpulkan dan menganalisis data kinerja kampanye pemasaran secara mendalam. Startup dapat melacak perilaku pengguna, tingkat konversi, dan metrik lainnya untuk memahami efektivitas kampanye mereka. Dengan wawasan ini, startup dapat mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan melakukan optimasi yang tepat. DMP juga memfasilitasi pengujian A/B dan pengukuran multikanal, memungkinkan startup untuk menguji strategi pemasaran baru dan mengoptimalkan pengeluaran mereka berdasarkan hasil yang terukur.

Secara keseluruhan, DMP membantu startup memanfaatkan data pelanggan secara lebih efisien, mendorong personalisasi yang lebih baik, dan memperbaiki pengukuran serta pengoptimalan kampanye pemasaran mereka. Dengan pendekatan yang lebih terfokus dan informasi yang lebih mendalam tentang audiens target, startup dapat meningkatkan tingkat konversi, membangun loyalitas pelanggan, dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dalam lingkungan pemasaran digital yang kompetitif.

Contoh use case DMP

Indonesia adalah pasar yang berkembang pesat dalam industri pariwisata, dengan populasi yang terus bertambah dan pendapatan yang terus meningkat, semakin banyak orang yang ingin berwisata. Akibatnya, banyak Online Travel Agent (OTA) telah memasuki pasar untuk memanfaatkan kesempatan ini

Kini, setelah pandemi COVID-19 terkendali dan perbatasan di seluruh dunia telah dibuka, Indonesia mengharapkan pertumbuhan baru di sektor pariwisata. Bekerja sama dengan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), MI-DMP dapat memberikan wawasan tentang pasar OTA untuk tiga pemain besar di Indonesia: Traveloka, Agoda, dan Booking.com.

Market share OTA Indonesia di Q1 2023

Pasar OTA Indonesia telah didominasi oleh Traveloka, Agoda, dan Booking.com selama beberapa tahun terakhir. Dalam menganalisis pengguna aktif untuk kuartal pertama tahun 2023, Agoda mengalami peningkatan sebesar 17,7% dibandingkan dengan Booking.com yang hanya mengalami peningkatan sebesar 5,6%. Sebaliknya, Market share Traveloka menunjukkan penurunan drastis sebesar 21,8% dalam satu kuartal. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk upaya pemasaran dari masing-masing perusahaan.

Tren trafik pasar OTA Indonesia di Q1 2023

Menurut data MI-DMP, tren pada kuartal terakhir menunjukkan bahwa semua OTA mencapai puncaknya selama musim Natal dan menurun setelahnya. Dibandingkan dengan yang lain, Booking.com tetap cukup konsisten dalam jumlah pengguna, sementara Traveloka mencapai puncaknya dan menurun di beberapa titik dalam empat bulan terakhir. Salah satu kemungkinan untuk hal ini adalah bahwa Traveloka berfokus pada pasar perjalanan domestik yang memungkinkan mereka untuk menyesuaikan jasa mereka dengan kebutuhan dan preferensi wisatawan Indonesia.

Demografi audiens

MI-DMP menampilkan informasi yang bermanfaat bagi Pengiklan dan Agensi untuk menemukan target audiens mereka dari berbagai dimensi termasuk lokasi dan data demografis.

Dalam hal distribusi usia, kita dapat melihat perbedaan yang lebih jelas. Generasi milenial berusia 25-34 tahun lebih gemar menggunakan Traveloka. Hal ini dapat dikaitkan dengan strateginya yang berfokus pada pemasaran digital, menggunakan platform media sosial seperti Instagram untuk menargetkan wisatawan milenial dan Gen Z. Audiens Agoda dan Booking.com di Indonesia sedikit lebih tua, dengan persentase pengguna berusia 35-54 tahun yang lebih besar. Mereka cenderung memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna Traveloka, dengan banyak di antaranya berada di bawah kelompok pendapatan kelas menengah ke atas.

Platform Overlap

Hal yang juga menarik untuk dicatat adalah bahwa pengguna tidak hanya menggunakan satu platform saja. Traveloka, Agoda, dan Booking.com telah mampu menunjukkan tumpang tindih yang relatif kecil di antara basis pengguna mereka. Fakta bahwa hanya sekitar 5% pengguna OTA di Indonesia yang menggunakan ketiga platform tersebut dalam satu kuartal terakhir mungkin cukup mengejutkan, yang berarti hanya 18,5% pengguna yang cenderung membandingkan harga di berbagai platform sebelum melakukan pemesanan.

Komparasi heavy users vs normal users

berat berusia 35-44 tahun dari Booking.com juga 1% lebih tinggi dari pengguna normal, ini menunjukkan rentang usia yang lebih luas untuk pengguna berat, dibandingkan dengan platform lainnya.

Top Interested Apps

Dikenal karena kumpulan data yang komprehensif di seluruh dunia digital, MI-DMP juga menyediakan analisis trafik bagi klien untuk tetap berada di jajaran terdepan dalam kompetisi. Tidak mengherankan jika pengguna ketiga platform tersebut memiliki minat yang sama dalam hal perilaku online.

Category Apps
Social Media Instagram, Facebook, SnapChat, Facebook Messenger, Twitter, TikTok
Video and Entertainment YouTube, Spotify
E-commerce Shopee, Amazon, Lazada
Maps and Navigation Google Map

Secara spesifik mengamati aplikasi-aplikasi dalam kategori teratas, kita dapat menyimpulkan bahwa pengguna dari ketiga platform tersebut mungkin memiliki preferensi yang berbeda untuk aplikasi media sosial dan e-commerce. Pengguna Traveloka lebih suka menggunakan Shopee daripada yang lain, sementara pengguna Agoda tampaknya lebih suka menggunakan Tik Tok daripada yang lain.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, pasar OTA masih terus dibentuk oleh para pemain yang dominan. Dengan menganalisis demografi, minat, dan pola perilaku audiens mereka dengan DMP, platform ini tidak hanya dapat memberikan pengalaman pemesanan yang dipersonalisasi dan tanpa hambatan, tetapi juga dapat meningkatkan bisnis mereka ke target audiens yang lebih tepat. Seiring dengan pertumbuhan industri online travel agent di Indonesia, memahami audiens akan menjadi kunci untuk tetap kompetitif dan relevan di pasar.

Ulasan ini ditulis oleh tim dari Groundhog Mobility Intelligence eksklusif untuk DailySocial.id

Telkom Launches Ad-Inventory Platform “Tanah Air Digital Exchange”

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) officially launched the Indonesia Digital Exchange (TADEX) advertising inventory platform. This is the collaboration between two of Telkom’s subsidiaries, Telkomsel and Metranet, along with the Press Council, Task Force Media Sustainability, and the Advertising Association.

In the virtual launch, President Joko Widodo believes TADEX will add up value into the Indonesian digital advertising industry. TADEX is also expected to open up new opportunities for advertisers, publishers, marketers, and other stakeholders.

“TADEX’ launching is an important momentum to deliver new leaps to encourage a better Indonesian digital ecosystem and become the largest in Southeast Asia,” he said.

Meanwhile, Telkom’s President Director Ririek Adriansyah believes that advertising will not lost its market even though people’s purchasing power is weakening in the current economic situation. In fact, she notices shifting in the need for advertising through digital platforms.

“We are committed to supporting various ecosystems through optimizing digital technology. This is all in line with our efforts to transform into a digital telecommunications operator (digico) in Indonesia,” Ririek said.

On the other hand, the Chairman of the Indonesian Press Council, Mohammad Nuh, considered that TADEX can raise awareness of data as an essential asset this generation should manage properly. “We expect that TADEX can create a healthy digital advertising industry, therefore, it can contribute to a national press ecosystem that is friendly to readers, especially in terms of content experience,” she said.

Supported by big data analytic

The TADEX platform is said to be the first platform to present the premium programmatic advertising publisher in Indonesia. The company mentioned, there are three excellent features offered.

First, this platform is connected to Telkom Group’s big data analytics, which is said to be able to boost advertising effectiveness. Second, TADEX provides a wide selection of digital advertising medium categories, ranging from SMS, MMS, applications, and websites from trusted publishers.

Third, TADEX allows users to personalize ads extensively. All of these features are expected to drive targeted advertising and reach a broader range of users and ad recipients.

Supported by Telkom Group’s big data analytic system, TADEX is claimed to be able to offer great scalability and impact as it provides various kinds of inventories that allow advertising content to be broadcast widely and on target.

Brand owners or media agencies can find the services they need with a variety of quality inventory. All inventories are owned by media publishers who have been verified by the Press Council.

“We are trying to create access and optimizing digital potential in various industrial sectors. This is a continuation of Telkomsel’s business transformation which is our basis for presenting products and services to meet people’s digital lifestyles,” Telkomsel’s President Director, Hendri Mulya Syam said.

Hendri said, TADEX can help advertisers optimize their ad campaigns, from traffic, placement, to delivery time , therefore, they can connect with the right segments. By leveraging data, TADEX generates comprehensive insights that advertisers can use for target profiling.

Previously, Nielsen said that the digital advertising prospect in Indonesia is expected to increase in 2021. Referring to the data in 2020, advertising in the digital space increased by four times compared to the previous year. One of the factors is said that advertisers have shifted their budget to digital during the Covid-19 pandemic.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Tanah Air Digital Exchange TADEX

Telkom Meluncurkan Platform Inventori Iklan “Tanah Air Digital Exchange”

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) resmi meluncurkan platform inventori periklanan Tanah Air Digital Exchange (TADEX). Platform ini merupakan hasil kolaborasi dua anak usaha Telkom, yakni Telkomsel dan Metranet, bersama Dewan Pers, Task Force Media Sustainability, dan Asosiasi Periklanan.

Dalam peluncuran TADEX yang digelar virtual, Presiden Joko Widodo meyakini TADEX akan memberikan angin segar bagi industri periklanan digital Indonesia. TADEX juga diharapkan dapat membuka peluang baru bagi advertiser, publisher, marketer, dan para pemangku kepentingan lainnya.

“Kehadiran TADEX menjadi momentum penting untuk melahirkan lompatan-lompatan baru sehingga dapat mendorong ekosistem digital Indonesia yang lebih baik dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara,” ujarnya.

Sementara, Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah meyakini bahwa kebutuhan beriklan tidak akan hilang meskipun daya beli masyarakat sedang melemah di situasi perekonomian saat ini. Malahan, pihaknya melihat adanya pergeseran kebutuhan beriklan melalui platform digital.

“Kami telah berkomitmen untuk mendukung berbagai ekosistem melalui optimalisasi teknologi digital. Ini semua sejalan dengan upaya kami bertransformasi menjadi operator telekomunikasi digital (digico) di Indonesia,” ucap Ririek.

Di sisi lain, Ketua Dewan Pers Indonesia Mohammad Nuh menilai bahwa TADEX dapat membangkitkan kepedulian terhadap data sebagai aset luar biasa yang harus dikelola dengan baik oleh anak bangsa. “Kami harap TADEX dapat menciptakan industri periklanan digital yang sehat sehingga bisa berkontribusi terhadap ekosistem pers nasional yang ramah bagi pembaca, khususnya pada pengalaman menikmati konten,” jelasnya.

Dukungan big data analytic

Platform TADEX diklaim sebagai platform pertama di Indonesia yang menghadirkan premium publisher programmatic advertising pertama di Indonesia. Perusahaan menyebut, ada tiga fitur unggulan yang ditawarkan.

Pertama, platform ini terhubung dengan big data analytic milik Telkom Group yang diyakini dapat mendorong efektivitas iklan. Kedua, TADEX menyediakan berbagai pilihan kategori medium iklan digital, mulai dari SMS, MMS, aplikasi, hingga website dari para publisher terpercaya.

Ketiga, TADEX memungkinkan penggunanya untuk melakukan personalisasi iklan secara luas. Seluruh fitur ini diharapkan dapat mendorong iklan tepat sasaran serta menjangkau pengguna dan penerima iklan secara luas.

Dengan dukungan sistem big data analytic milik Telkom Group, TADEX diklaim dapat menawarkan skalabilitas dan impact yang besar karena menyediakan berbagai macam inventori yang memungkinkan konten iklan ditayangkan secara luas dan tepat sasaran.

Para pemilik merek atau media agency dapat menemukan layanan yang dibutuhkan dengan beragam inventory berkualitas. Seluruh inventori dimiliki oleh media publisher yang sudah terverifikasi oleh Dewan Pers.

“Kami berupaya membuka akses dan potensi digital secara optimal di berbagai sektor industri. Ini merupakan lanjutan dari transformasi bisnis Telkomsel yang menjadi landasan kami untuk menghadirkan produk dan layanan untuk memenuhi gaya hidup digital masyarakat,” papar Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam.

Menurut Hendri, TADEX dapat membantu para pengiklan mengoptimalkan kampanye iklan, baik dari hal trafik, penempatan, hingga waktu tayang sehingga dapat terhubung dengan segmen yang tepat. Dengan memanfaatkan data, TADEX menghasilkan insight menyeluruh yang dapat dimanfaatkan pengiklan untuk melakukan profiling target.

Sebelumnya, Nielsen menyebutkan bahwa prospek belanja iklan digital di Indonesia di 2021 diperkirakan bakal terus meningkat. Jika mengacu pada data 2020, belanja iklan di ruang digital naik hingga empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satu faktornya adalah pengiklan mengalihkan bujet iklan ke digital selama pandemi Covid-19.

The Trade Desk menawarkan layanan pembelian inventory iklan secara digital / The Trade Desk

The Trade Desk Umumkan Kemitraan Strategis dengan RCTI+ dan IndiHome

The Trade Desk (TTD) mengumumkan kemitraan strategis dengan dua platform OTT lokal, yakni RCTI+ dan IndiHome. Melalui kemitraan ini, pihaknya berupaya untuk mendorong pengembangan ekosistem OTT lokal di Indonesia melalui layanan programmatic advertising.

Sekadar informasi, The Trade Desk merupakan perusahaan teknologi berbasis di Amerika Serika yang menawarkan layanan inventory iklan untuk berbagai situs web, aplikasi, podcast, dan platform streaming Over The Top (OTT). Selain menjangkau cakupan audiens lebih luas, layanan ini juga memungkinkan marketer untuk mendapatkan laporan dan insight dari campaign yang dilakukan.

Country Manager The Trade Desk Indonesia Florencia Eka mengatakan, saat ini belum banyak layanan yang menawarkan layanan serupa di Indonesia. Dapat dikatakan, The Trade Desk menjadi pionir dengan model ini. “Kami ingin mengedukasi pentingnya [pemasaran melalui] Connected TV (CTV) bagi marketer,” ujarnya dalam konferensi pers virtual.

Florence mengakui perkembangan teknologi telah mengubah cara masyarakat berperilaku digital. Perubahan ini juga berdampak pada cara masyarakat mengonsumsi konten dari offline ke online. Dengan terjadinya shifting ini, pihaknya melihat peluang bagi pengiklan untuk menjangkau audiens melalui perangkat dan terhubung dengan journey mereka di platform digital.

Menurutnya, pemasaran dengan model linear TV, dinilai memiliki kelemahan dalam menentukan target pasar yang presisi. Linear TV merupakan konsep tradisional beriklan di mana audiens menonton program TV terjadwal saat disiarkan dan disalurkan lewat channel aslinya.

Sementara, pemasaran melalui Connected TV (CTV) dapat menjangkau penonton berdasarkan preferensi konten, profil audiens, dan tidak hanya ketika acara disiarkan. Pemasaran via CTV dinilai lebih presisi karena ditunjang dengan kekuatan data.

Selain itu, ia juga menilai tren pemasaran global mulai mengarah ke OTT dan VTC di mana adopsinya tumbuh secara signifikan saat pandemi Covid-19. Mengadopsi model ini akan mempercepat akselerasi pemasaran dari TV tradisional ke TV internet.

“Kemitraan ini menawarkan akurasi dan presisi sehingga marketer bisa menghindari pemborosan budget. Layanan ini juga lebih efisien karena mereka tidak perlu menghubungi, melakukan negosiasi, atau mendapatkan invoice satu per satu. Marketer dapat melewatkan peluang baru jika hanya fokus pada model lama dan terpaku pada media sosial saja,” ujarnya.

Seperti diketahui, RCTI+ merupakan platform OTT milik MNC Group, yang memiliki jaringan televisi free-to-air MNC, RCTI, Global TV, dan iNews. Sementara, IndiHome merupakan penyedia IPTV milik operator telekomunikasi pelat merah, Telkom Group.

“Layanan kami dapat membantu pengiklan untuk menjangkau 3,6 juta pengguna IndiHome dan 14 juta pemirsa potensial di lebih dari 300 kota di Indonesia, serta lebih dari 30,5 juta pengguna aktif bulanan RCTI+.” Tambahnya.

Indonesia gemar streaming

Dalam kesempatan ini, The Trade Desk sekaligus memaparkan hasil riset yang dilakukan bersama Kantar. Laporan ini menyebutkan, masyarakat Indonesia streaming konten OTT hampir tiga miliar jam per bulan. Temuan ini menjadikan Indonesia sebagai negara terbanyak menonton OTT di kawasan Asia Tenggara.

Tak hanya itu, laporan ini mengungkap bahwa konsumen Indonesia paling toleran terhadap iklan. Sebanyak 95% responden pemirsa menonton iklan untuk dapat menikmati konten gratis, dan 66% mengaku mengingat merek, produk, dan iklan yang mereka lihat.

Hal ini juga turut diperkuat temuan Integral AD Science (IAS), pionir penyedia verifikasi iklan digital, yang mengungkap bahwa mayoritas konsumen Indonesia pengguna CTV menunjukkan perilaku baru, yaitu terbiasa menonton konten gratis diselingi iklan.

Ini menandakan adanya peluang besar pada OTT/CTV bagi marketer. Pasalnya, laporan ini mengungkap, peluang untuk menjangkau audiens secara lebih cepat justru terjadi di platform open internet (62%). Contoh platform open internet antara lain CTV/OTT (Viu, Vidio, Iflix), Video (dailymotion), Audio (Spotify, JOOX), Display (detiknetworl. KLY), Native (triplelift). Sedangkan, 38% dari platform sosial, seperti Facebook, YouTube, dan Instagram.

Analisis seorang "insider" industri tentang segmen teknologi periklanan di Indonesia tahun 2019

Pandangan tentang Adtech di Indonesia Tahun 2019

Industri periklanan digital di Indonesia bertumbuh dengan sangat cepat. Laporan “2019 Global Digital Ad Trends” tidak hanya memprediksikan dana pengeluaran periklanan digital Indonesia akan mencapai $2,6 miliar di tahun 2019, tetapi juga menyatakan akan ada pertumbuhan yang pesat mencapai 26%. Angka tersebut mengalahkan pertumbuhan di negara-negara ASEAN lainnya, termasuk Thailand.

Dalam istilah programmatic advertising, kategori yang “unggul” di dunia adtech, pasar Indonesia sudah menunjukkan performa yang luar biasa baik dan pertumbuhanya sudah sesuai dengan alur tren global. Di laporan tadi diperkirakan tingkat pertumbuhan total pengeluaran periklanan segmen programmatic advertising di Indonesia akan mencapai 89% dibandingkan tahun lalu. Hal ini menjadikan negara kepulauan ini sebagai negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

Meskipun statistik yang dipaparkan di atas terdengar sangat luar biasa, kenyataannya tidak cukup menarik dan optimal. Setelah kami mengalami langsung periklanan digital di Indonesia selama bertahun-tahun, tim Tagtoo menyimpulkan tiga poin terhadap pandangan aktual adtech di Indonesia tahun 2019.

Sudut pandang tentang adtech di Indonesia masih terfragmentasi

Di Indonesia belum terlihat adanya pemain adtech utama dalam bidang programmatic advertising yang mendapatkan pangsa pasar yang signifikan karena Indonesia mengalihkan fokus pertumbuhannya ke arah ekonomi digital. Persaingan perusahaan adtech asing dan lokal membuat sudut pandang atau gambaran industri adtech masih akan terus terpecah-pecah.

Gambaran yang terpecah nyatanya beralasan. Para perusahaan asing merasa kesulitan untuk mendapatkan posisi yang kuat dan stabil di Indonesia karena adanya budaya bisnis under the table di Indonesia dan ketatnya peraturan dari pemerintah bagi kepemilikan perusahaan asing. Sementara itu, perusahaan lokal masih berjuang untuk mengimbangi perusahaan asing dengan mengembangkan teknologi terkemuka.

Besarnya perbedaan ilmu pengetahuan tentang pemasaran digital

Ketika Indonesia bergerak menuju era digital baru, pemilik bisnis dan wirausahawan menjadi lebih paham dan terbuka terhadap teknologi baru. Kekuatan adtech yang berorientasi pada performa akan sangat diperlukan karena memainkan peran yang sangat penting dalam pengembangan ekonomi digital.

Maka itu Indonesia akan menghadapi kesenjangan yang cukup besar dalam bidang ilmu pengetahuan pemasaran digital. Perusahaan besar dan startup unicorn lokal akan terus dapat mengadopsi produk-produk dan layanan adtech terbaru berkat cadangan modal yang kuat.

Sebaliknya, perusahaan kecil dan menengah masih berjuang untuk bertahan sehingga tidak memiliki kesempatan untuk menguasai pemasaran iklan digital. Mereka akan terus tertinggal dari hari ke hari.

Infrastruktur yang belum matang menahan kemajuan industri

Walaupun Indonesia memiliki 171 juta penduduk yang menggunakan internet pada tahun 2018, menurut Asosiasi Penyedia Layanan Internet di Indonesia, infrastruktur internet yang tidak sempurna akan terus menjadi penghalang utama bagi adtech untuk berkembang dengan performa maksimal.

Contohnya metrik conversion rate, suatu metrik umum yang mengambil tingkat persentase pengunjung website untuk mengukur performa iklan pemasaran digital. Waktu pemuatan halaman yang lambat terkadang menjadi faktor pendorong jatuhnya penilaian conversion rate, alih-alih salah menargetkan pasar.

Masalahnya bukan hanya di seberapa efektifnya adtech dapat membantu mentargetkan pasar, tapi konversi tidak akan terjadi jika user kehilangan kesabaran dan meninggalkan halaman website sebelum kontennya tampil dengan lengkap.

Kesimpulan

Sudut pandang periklanan digital akan terus berubah di Indonesia. Dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan dan startup yang berusaha memperkuat jaringan online dan meningkatkan penjualan online mereka, permintaan akan iklan digital tentu akan jauh lebih besar lagi di tahun-tahun mendatang.

Yang terpenting, setelah mengikuti tren iklan digital, komunitas adtech Indonesia akan menjadi permainan yang menarik untuk disaksikan; siapakah yang akan mampu bertahan sampai akhir dan memenangkan posisi teratas?


Artikel ini ditulis oleh Edison Chen di blog Tagtoo. Diterjemahkan oleh Sherly Venesha