Tag Archives: Promogo

GoScreen

Lewat Akuisisinya Terhadap Promogo, Gojek Luncurkan Layanan Iklan GoScreen

Setelah diakuisisi tahun 2018 lalu oleh Gojek, startup pemasang iklan kendaraan Promogo memperkenalkan produk terbarunya yang merupakan integrasi dengan ekosistem di Gojek yaitu “GoScreen”. Direktur Promogo Kiranjeet Purba mengungkapkan, melalui GoScreen yang menggunakan konsep Digital Out Of Home (OOH) diharapkan bisa dimanfaatkan oleh brand besar hingga pelaku UKM dan merchant Gojek untuk melancarkan kegiatan pemasaran.

Memanfaatkan mitra pengemudi Gojek, nantinya iklan OOH ini akan dihadirkan oleh GoScreen dengan beberapa fitur unggulan. Di antaranya adalah teknologi iklan terprogram (programmatic ads) untuk personalisasi konten sesuai waktu dan lokasi audiens, pengukuran impresi secara real-time, memanfaatkan armada roda dua Gojek yang memiliki mobilitas tinggi.

“Bukan hanya memberikan produk yang bermanfaat untuk semua, melalui GoScreen kami juga ingin memberikan penghasilan tambahan kepada mitra pengemudi Gojek hingga 20% dari pendapatan normalnya,” kata Kiranjeet.

Memanfaatkan data yang terkumpul dari tiga aplikasi utama di ekosistem Gojek, yaitu aplikasi untuk konsumen, merchant dan mitra pengemudi; diharapkan bisa memberikan data yang relevan yang tentunya bisa dimanfaatkan oleh brand hingga UKM yang ingin memasarkan produk mereka. Bukan hanya untuk awareness, melalui GoScreen diharapkan bisa menjadi channel pemasaran baru brand dan UKM.

“Saat ini GoScreen masih terbatas di wilayah Jakarta saja. Namun kami memiliki target teknologi ini bisa dinikmati oleh mereka di kota tier 2 hingga 3 juga. Targetnya ada 20 ribu screen di Indonesia melalui GoScreen hingga akhir tahun 2021 mendatang,” kata Kiranjeet.

Disinggung apakah layanan GO-ICE dan GO-VEND yang diluncurkan oleh Promogo tahun 2018 lalu masih berjalan, Kiranjeet menyebutkan kedua layanan tersebut tidak aktif lagi, dan saat ini Promogo fokus kepada GoScreen.

Di pasaran sudah ada beberapa platform serupa yang menawarkan teknologi OOH untuk brand, di antaranya adalah IDN Programmatic Out-of-Home (IDN POOH) dan StickEarn. GoScreen baru akan resmi dikomersialisasikan pada bulan Januari 2021 mendatang.

Kegiatan pemasaran OOH saat pandemi

Meskipun kondisi pandemi, namun menurut Kiranjeet tidak menurunkan minat brand untuk melancarkan kegiatan pemasaran secara offline. Inovasi terbaru dari Promogo ini diklaim mendapat antusiasme tinggi dari pengiklan, mengingat inovasi ini termasuk salah satu dari 12 tren teknologi periklanan yang telah dan akan terus berkembang.

“Saat pandemi ini justru mendorong kami dari Promogo dan Gojek untuk menciptakan solusi baru yang bisa dimanfaatkan mitra pengemudi untuk menambah penghasilan. Harapannya GoScreen bisa memberikan social impact yang membantu bukan hanya mitra tapi merchant mempromosikan bisnis,” kata Kiranjeet.

GoScreen dilengkapi kamera serta teknologi berbasis suar (beacon technology) untuk menghitung tingkat impresi iklan, sehingga brand bisa secara transparan memantau tingkat eksposur, jumlah kendaraan yang aktif maupun jarak tempuh yang dicapai oleh para mitra. Solusi teknologi periklanan inovatif GoScreen ini juga telah mendapatkan sertifikasi Open Measurement SDK (OM SDK) dari lembaga internasional IAB Tech Lab (Interactive Advertising Bureau Tech Lab).

“Layanan yang kami tawarkan ini memberikan brand solusi periklanan yang lebih terukur secara data, dengan harga kompetitif. Brand dapat mengoptimalkan iklan mereka secara real-time, serta memonitor performanya melalui online dashboard khusus yang transparan dan jelas,” kata Kiranjeet.

Efektivitas GoScreen telah dirasakan oleh Publicis Media, salah satu mitra bisnis pertama yang telah merasakan GoScreen dalam fase uji coba selama dua bulan di Jabodetabek, saat mempromosikan Disney+ Hostar di Indonesia.

“Hasilnya, lebih dari empat juta tayangan dengan 40% Share of Voice, menjangkau lebih dari 850 ribu orang melalui 2 ribu jam pemutaran iklan dengan waktu dan lokasi yang tepat sebagai kuncinya,” kata General Manager Publicis Media Saravanan Mudaliar.

Application Information Will Show Up Here
Sejumlah platform iklan bergerak berusaha bertahan dan berinovasi di tengah pandemi.

Gerak Inovasi Layanan Iklan Bergerak di Tengah Pandemi

Platform layanan iklan bergerak, yang mengandalkan media mobil atau motor, sempat banyak bermunculan di periode 2017-2018 seiring booming-nya perluasan layanan ride sharing di Indonesia. Kini kebanyakan pemainnya menghilang, tinggal menyisakan beberapa yang fokus pada pertumbuhan bisnis masing-masing.

Dari penelusuran Dailysocial, nama-nama seperti PayRide, Sti-Car, dan Wrabmobil sudah tidak bisa diakses situsnya. Begitu pula Doqar dan Klana.

Di situasi pandemi, ketika orang dihimbau untuk lebih banyak di rumah, hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi industri layanan iklan bergerak. StickEarn, salah satu layanan yang bertahan, menyebutkan bahwa mereka menunda investasi produk dan mencoba bertahan, sambil tetap merencanakan untuk melaju.

“Pandemi Covid-19 memukul kebanyakan industri, termasuk StickEarn yang ada di kategori jasa periklanan luar ruang. Tidak ada angka yang bisa kami berikan, namun krisis ini membuat kami untuk sementara waktu menunda investasi kami di product development. Cash is the king. Fokus kami sekarang adalah bagaimana kami bisa tetap bertahan dan mempersiapkan diri untuk melaju kencang setelah krisis ini selesai,” jelas Co-Founder StickEarn Archie Carlson.

Hal yang sama juga dihadapi Ubiklan. Meski terdampak pandemi, mereka mengklaim masih tetap aktif melayani dan menyiapkan rencana untuk dieksekusi setelah kondisi ini membaik.

Ubiklan saat ini masih aktif melayani dari sisi iklan. Memang harus diakui kalau pandemi Covid-19 ini cukup membawa dampak negatif bagi Ubiklan. Tapi, saat ini masih ada beberapa iklan yang tetap berjalan. Selain itu, tim Ubiklan juga aktif berkomunikasi dengan berbagai brand untuk planning campaign setelah keadaan sudah lebih baik,” terang CEO Ubiklan Glorio Yulianto.

Sementara itu, Promogo yang sudah menjadi bagian Gojek, masih terus menjalankan bisnisnya di bawah kepemimpinan Head of Vehicle & Head of Promogo Kiranjeet Purba.

“Kegiatan operasional kami tetap berjalan selama Covid-19, berkolaborasi dengan sejumlah brand terkemuka dalam meluncurkan kampanye iklan untuk mempromosikan tentang kesehatan dan physical distancing,” jelas Kiranjeet.

Gerak inovasi untuk beradaptasi

Pandemi ini memaksa banyak bisnis untuk secepat mungkin untuk beradaptasi. Paling tidak mencari agar tetap relevan, agar bisnis tetap bertahan. Langkah cepat ini juga diambil penyedia layanan iklan ruang yang sejauh ini masih bertahan. Strategi dalam adaptasi pun bermacam-macam.

Selama masa pandemi, StickEarn memberlakukan kebijakan work from home untuk seluruh karyawan. Sementara untuk bisnis, mereka masih aktif menjalin komunikasi dengan brand yang ingin beriklan.

“Terkait bisnis, ada beberapa brand yang melihat potensi untuk beriklan dan mengajukan order beriklan lewat layanan-layanan StickEarn. Tentu saja, ini harus kami layani dan kami memberlakukan kebijakan yang ketat di area pemasangan sticker—keselamatan dan kesehatan adalah prioritas kami,” imbuh Archie.

Sebagai salah satu layanan yang muncul di periode 2017, StickEarn cukup optimis dengan bisnis dan capaian mereka saat ini. Mereka mengklaim berhasil mendapatkan 70% market share di Indonesia.

Optimisme serupa juga diperlihatkan Promogo. Kiranjeet menjelaskan bahwa sejak 2018 puluhan ribu mitra driver Gojek telah bergabung dengan skema Promogo untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari iklan berjalan yang dipasang.

“Kami akan terus fokus untuk memberikan dampak positif bagi klien maupun mitra driver Gojek melalui inovasi teknologi dan efektivitas operasional berbasis data. Dalam waktu dekat, kami akan memperkenalkan iklan digital terprogram pada armada roda dua kami, yang akan memberikan peluang penghasilan tambahan bagi mitra driver GoRide kami,” ujar Kiranjeet.

Strategi berbeda justru diambil Ubiklan. Mereka mencoba mencari lini bisnis baru, yakni online grocery. Mereka meluncurkan UbiFresh, sebuah upaya untuk tetap relevan di kondisi pandemi.

“Pas kita ngobrol-ngobrol dengan mereka, banyak yang cerita kalau pasar agak sepi dan omset menurun. Di sisi lain, kita juga melihat kalau orang-orang yang biasanya bisa belanja dari pasar, jadi tidak leluasa lagi semenjak ada pandemi ini. Selain itu, layanan yang tersedia saat ini juga belum ada yang menjajaki pasar tradisional, sedangkan para pedagang ini kan tetap perlu disejahterakan, terutama di masa sulit seperti ini,” papar Glorio.

Glorio menambahkan saat ini mereka tengah fokus pada pengembangan UbiFresh, baik dari segi layanan, harga, kualitas produk hingga kecepatan dan akurasi pengantaran. Nantinya UbiFresh juga disiapkan untuk mendukung bisnis Ubiklan di periklanan.

GO-JEK made an acquisitions over Promogo, delivering advertising features on driver-partners' vehicles.

GO-JEK Acquires Promogo, Delivers GO-VEND and GO-ICE as New Feature

GO-JEK (9/17) announces an acquisition of vehicle advertisement startup Promogo. Both companies are committed for business integration post-acquisition to advertise using GO-CAR and GO-RIDE assets. They will launch GO-ICE and GO-VEND. GO-ICE is for entertainment-in-car products, and GO-VEND is an on-the-go retail service of premium product samples.

“Through Promogo, GO-JEK offers additional income for driver partners, and more comfortable travel experience for customers with the variant of entertainments and facilities by business players, also accommodates them to market their leading products,” Nila Marita, GO-JEK’s Chief Corporate Affairs, said.

Promogo was founded in early 2016 by Andrew Tanyono. It’s started as a car advertising service provider in a form of vehicle-wrap stickers. Tanyono said in a statement that through Promogo ads attached to a vehicle, customers can enjoy some on-the-go entertainment, such as movies, music, mobile charger, Wi-Fi, and news portal. In addition, business players can also provide free samples of brands advertising on Promogo assets for customers to enjoy.

“Innovation in driving experience often happened in the beginning and at the end of the trip. We listened to the customers demand to create more interesting travel experience. Through Promogo, we offer entertainment products in our vehicle, such as GO-ICE, on-the-go retail market GO-VEND, customers can purchase daily needs or get a free sample of popular brands in GO-CAR,” he said.

Aside from GO-ICE and GO-VEND, advertisement services offered include car-top (GO-CAR), rear LED (GO-CAR), car wrap (GO-CAR), hang media (GO-CAR), helmet wrap (GO-RIDE), and back billboard (GO-RIDE).

Kapil Baldey Mathrani, GO-JEK’s Head of Fleet Monetization, said, “In the current business industry era, the players are trying to reduce operational costs while maintaining the positive image and maximum service to all customers. Furthermore, through our expertise in data and analytics, Promogo can help business have an effective competition in the market.”

“To date, there are more than 50,000 partners in Jabodetabek experienced the positive collaboration. Moreover, in order to be more impactful for driver partners, Promogo will connect brands to more than one driver partners in all around Indonesia and build the positive brand exposure within broader coverage with moving-vehicle through digital or traditional branding,” he said.

Grab, Go-Jek closest competitor, recently released a similar service called GrabAds. Grab partners with StickEarn, Karta, and Interads to provide car advertising service.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
GO-JEK akuisisi Promogo

GO-JEK Akuisisi Promogo, Hadirkan GO-VEND dan GO-ICE

GO-JEK hari ini (17/9) mengumumkan akuisisinya terhadap startup pemasang iklan kendaraan Promogo. Pasca akuisisi ini, kedua perusahaan berkomitmen mengintegrasikan bisnis, memasang iklan di aset GO-CAR dan GO-RIDE. Salah satunya dengan meluncurkan layanan GO-ICE dan GO-VEND. GO-ICE adalah produk hiburan di dalam mobil, sedangkan GO-VEND adalah layanan ritel on-the-go berupa sampel produk premium.

“Melalui akuisisi Promogo, GO-JEK bisa menyediakan akses penghasilan tambahan bagi mitra, dan sisi pelanggan juga mendapatkan pengalaman perjalanan yang lebih nyaman dengan beragam hiburan dan fasilitas yang disajikan oleh pelaku usaha, serta memberikan kemudahan bagi pelaku usaha dalam memasarkan produk unggulannya,” ujar Chief Corporate Affairs GO-JEK, Nila Marita.

Promogo didirikan pada awal tahun 2016 oleh Andrew Tanyono. Mereka mengawali debut sebagai penyedia layanan car advertising berupa stiker luar kendaraan. Dalam penjelasannya Andrew mengatakan bahwa melalui platform Promogo yang dipasang di kendaraan (mobil), pelanggan bisa menikmati berbagai hiburan on-the-go seperti film, musik, pengisi daya ponsel, Wi-Fi serta berita. Selain itu, pelaku usaha juga bisa menyediakan sampel gratis dari brand yang diiklankan di aset Promogo yang dapat dinikmati pengguna.

“Inovasi dalam pengalaman berkendara biasanya terjadi di awal dan di akhir perjalanan. Kami mendengarkan kebutuhan pelanggan kami untuk menjadikan pengalaman berkendara lebih menarik. Lewat Promogo, kami memiliki produk hiburan dalam mobil kami seperti GO-ICE, pasar ritel on-the-go yaitu GO-VEND, pelanggan dapat membeli kebutuhan sehari-hari atau mendapatkan sampel gratis dari produk ternama langsung di dalam GO-CAR,” ujar Andrew.

Selain GO-ICE dan GO-VEND, layanan iklan yang ditawarkan termasuk car top (GO-CAR), rear LED (GO-CAR), car wrap (GO-CAR), hang media (GO-CAR), iklan di helm (GO-RIDE), hingga back billboard (GO-RIDE).

Dalam sambutannya Head of Fleet Monetization GO-JEK, Kapil Baldev Mathrani, menjelaskan lebih lanjut terkait dengan dampak positif akuisisi GO-JEK dan Promogo terhadap industri iklan dalam kendaraan. “Di era industri bisnis saat ini, pelaku usaha berusaha mengurangi biaya operasional sambil tetap berupaya untuk mempertahankan citra positif dan memberikan pelayanan maksimal ke pelanggan. Lebih lanjut, lewat keahlian kami dalam data dan analitik, Promogo bisa membantu pelaku usaha untuk bersaing secara efektif di pasar.”

“Sampai dengan saat ini sudah lebih dari 50 ribu mitra driver di Jabodetabek yang merasakan dampak positif dari kolaborasi ini. Ke depannya, untuk memberikan dampak ke lebih banyak mitra driver, Promogo akan menghubungkan merek ke lebih dari satu juga mitra driver di seluruh Indonesia dan membangun brand exposure yang positif dengan jangkauan yang lebih luas lagi dengan kendaraan yang bergerak melalui branding secara digital ataupun tradisional,” tutup Kapil.

Sebagai informasi, belum lama ini Grab juga merilis layanan yang hampir serupa, yakni GrabAds. Grab menggandeng mitra lokal StickEarn, Karta, dan Interads untuk menghadirkan layanan car advertising.

Application Information Will Show Up Here

Empat Hal Dasar yang Harus diperhatikan dalam Membangun Startup

Dalam membangun bisnis itu tidak ada resep pasti yang bisa menjamin kesuksesan. Akan tetapi, dengan banyak mendengar kisah-kisah di balik kesuksesan seorang pengusaha akan ada benang merah yang bisa ditarik untuk menjadi bahan pelajaran.

Salah satunya, belajar dari Andrew Tanyono. Dia adalah pendiri sekaligus CEO Promogo, startup yang bergerak di sektor car advertising. Perusahaan ini berdiri sejak tahun lalu.

Kini Promogo telah hadir di 20 kota, tersebar di kota tier ke-2 dan 3 dengan menggandeng 45 brand sebagai pengiklan. Jumlah mobil berstiker sekitar 4 ribu, total perjalanan mencapai 20 juta kilometer.

Secara bisnis, Promogo telah mencetak pendapatan bisnis sebesar US$1 juta dan telah membayar iklan ke pemilik mobil dengan total nilai Rp5 miliar.

Berbekal pengalaman mendirikan Promogo, Andrew berbagi tips empat hal dasar apa saja yang harus diperhatikan dalam membangun startup. Berikut rangkumannya:

Validasi ide

Menurut Andrew, ide itu adalah barang murah. Yang mahal adalah eksekusi. Pasalnya, semua orang memiliki ide, tapi belum tentu bisa mengeksekusinya. Dia juga menekankan bahwa dalam melakukan validasi ide, founder harus memiliki passion yang sama dengan bisnis yang akan digelutinya. Memiliki passion yang sama, dinilai akan lebih mudah dalam memvalidasi.

“Bahkan empat bulan Promogo sudah berdiri, validasi ide itu terus dilakukan karena saya sendiri enggak tahu hasilnya akan seperti apa karena saya selalu coba apapun ide yang muncul,” terangnya, Selasa (21/11).

Bangun tim yang tepat

Perjalanan tim Promogo sejak pertama kali dirintis, pergantian orang-orangnya cukup dinamis. Dari empat orang, berkurang jadi tiga, hingga Andrew sendiri. Sampai akhirnya tim Promogo kini sudah mencapai 25 orang.

Dalam mencari tim, sebelumnya founder perlu identifikasi kekurangan dan kelebihan diri sendiri. Kemudian cari sosok yang dapat komplementer dengan founder.

Bijak mengalokasikan pengeluaran

Keuangan adalah nyawa perusahaan. Maka dari itu, founder tidak bisa sembarang dalam membelanjakan uangnya. Atau dengan kata lain sadar dengan kapasitas sendiri. Menurut Andrew, bila menempuh cara bootstrapping, jangan sampai besar pasak daripada tiang.

“Kalau founder tidak tahu uang yang keluar dan masuk itu ada berapa totalnya, sebaiknya lupakan [bangun startup] karena itu nyawanya perusahaan.”

Terus belajar

Apa yang Andrew lakukan saat merintis Promogo adalah banyak keluar rumah untuk mendatangi berbagai pertemuan bisnis. Dari sana, dia berkenalan dengan banyak orang untuk belajar dan berteman. Belajar, sambungnya, tidak harus duduk di bangku sekolah saja tapi bisa dari lapangan langsung.

“Jangan lupa untuk terus berbuat baik ke orang asing karena kita semua enggak ada yang tahu di luar akan ketemu siapa. Yang terpenting adalah skill, usaha, dan terus berdoa,” pungkas Andrew.

Mengatasi Ketakutan Ketika Memulai Bisnis

Mengawali sebuah bisnis selalu dibarengi dengan perasaan mendebarkan, terkadang takut. Takut tidak bisa berkembang atau bahkan takut bisnis yang dikelola langsung gagal atau tidak diterima oleh masyarakat. Ketakutan-ketakutan ini sebenarnya merupakan sebuah hal wajar, hanya saja perlu mencari beberapa cara untuk keluar dari rasa takut untuk mendapatkan sebuah keyakinan.

Berikut beberapa tips untuk mengubah ketakutan menjadi sebuah keyakinan untuk memulai sebuah bisnis.

Memvalidasi ide dan memperkirakan waktu

Validasi ide adalah tahapan pertama yang harus diselesaikan seorang pebisnis. Karena jika tidak hal ini akan menimbulkan efek selanjutnya yang akhirnya menjadikan bisnis sia-sia. Andrew Tanyono, pendiri Promogo, sebuah layanan car advertising berbagi pengalamannya kepada DailySocial ketika memulai bisnisnya.

Menurutnya dua pertanyaan kunci harus dilalui, yakni menanyakan soal “apakah ini sebuah masalah ?” dan “apakah masalah ini butuh solusi?”. Menurutnya dua pertanyaan tersebut adalah kunci melangkah ke tahap selanjutnya.

Hal lain yang bisa mengurangi keraguan bahkan ketakutan memulai bisnis adalah soal waktu. Pertimbangkan waktu untuk memulai, pelajari pasar dan kebiasaan pengguna.

“Saya merasa ide Promogo ini tidak akan jalan kalau dimulai 3-4 tahun yang lalu. Timing adalah faktor besar yang meyakinkan saya. Ide Promogo bisa berjalan seperti sekarang karena saya lihat ada kesempatan di maraknya taxi online. Pengemudi dan pemilik mobil bisa mendapatkan uang tambahan dengan melakukan hal yang sama setiap harinya. Dan tentunya untuk brand, mereka ingin mobil yang berstiker merek ada di jalan pada setiap jamnya (pagi, siang, sore dan malam),” cerita Andrew.

Berlandaskan data

Ketakutan biasanya bersumber dari asumsi. Untuk menganulir hal tersebut cara yang bisa ditempuh adalah memperbanyak data. Mulai dari analisis pasar hingga menghitung kekuatan atau kelebihan dibanding dengan pesaing. Intinya bermodal data. Ini juga yang dilakukan oleh Alamsyah Cheung, pendiri Fox Logger, penyedia layanan GPS tracker yang kini sedang mencoba mengembangkan bisnisnya.

Alamsyah menuturkan, sebagai seorang pebisnis kegagalan bisa menjadi motivasi menambah keyakinan. Tentu dengan menerima dengan lapang dada kemudian menjadikannya pelajaran. Soal ketakutan memulai bisnis, ia menyampaikan takut itu hanya soal rasa, jika semua berbentuk angka masalah bisa dicari solusinya.

“Takut itu masalah rasa, coba dibuat menjadi angka. Seperti kalau begini untung berapa dan kalau begitu rugi berapa. Setelah tahu berapa, baru bisa atur soal bagaimana.  Bagaimana membuat ini tidak rugi,  bagaimana membuat ini untung sekian, dan seterusnya,” ujar Alamsyah.

Upaya Promogo Bersaing di Pasar “Car Advertising”

Promogo mengalami peningkatan yang cukup signifikan di usia satu tahun beroperasinya. Kondisi ini berbarengan dengan mulai banyaknya layanan yang berhadapan langsung dengan Promogo. CEO Promogo Andrew Tanyono memandang ini sebagai bukti bahwa memang ada pasar dan permintaan yang tinggi di sektor car advertising. Menghadapi hal ini Promogo diusahakan untuk selalu mengedepankan kualitas produk dan jasa.

“Saya dan tim Promogo melihat hal ini sebagai bukti bahwa berarti memang terdapat market dan demand yang tinggi akan bentuk layanan ini. Di sisi yang lain tentunya Promogo juga secara terus menurus meningkatkan kualitas produk dan jasa kami. Entah itu pada product development nya ataupun pada customer service yang kami berikan kepada client-client kami,” terang Andrew.

Promogo disebut mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan perkembangan dan ekspansi tim internal Promogo, baik secara jumlah maupun cakupan wilayah. Andrew juga membocorkan saat ini Promogo sedang melakukan pengembangan terhadap produk-produk yang sudah dan akan segera diluncurkan. Perkembangan pun didapat dari jumlah brand yang mempercayai Promogo sebagai metode pemasarannya.

“Sejauh ini Promogo sudah ada di 18 kota di Indonesia. Jadi untuk pengembangan bisnis Promogo, rencana kami adalah untuk hadir di kota-kota lainnya dan juga untuk membangun tim yang solid di setiap kota tersebut,” imbuh Andrew.

Dari segi tantangan, Andrew menilai menempatkan brand positioning dari Promogo merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi Promogo untuk berkembang. Hal ini disebabkan karena bisnis car branding atau car advertising tergolong baru di Indonesia sehingga banyak brand yang belum terpikirkan bagaimana menggunakannya.

Ditanya bagaimana strategi Promogo mendapatkan anak pengguna di tengah persaingan yang ada Andrew menjelaskan kualitas dan keberhasilan kampanye klien adalah salah satu yang dijaga dan diupayakan oleh Promogo.

“Tentunya dengan mengedepankan kebutuhan client-client kami, oleh karena our client’s success is our success. Jadi bila ditanya strategi Promogo, kami benar-benar percaya bahwa pengguna pasti akan berdatangan apabila kami terus mengedepankan kesuksesan campaign client kami,” tutup Andrew.

Application Information Will Show Up Here

Hadirnya StickEarn, Klana, dan Menjamurnya Digitalisasi Bisnis “Car Advertising”

Berita beberapa waktu lalu tentang well-funded startup penyedia layanan aplikasi untuk kebutuhan car advertising Sticar dan pesaingnya Promogo mungkin masih teringat di benak. Proses bisnisnya yang unik dan jelas membuat Sticar dipercaya untuk mengikuti kegiatan inkubasi dan mendapatkan pendanaan segar. Setelah pemberitaan tentang Sticar, beberapa startup baru yang memiliki layanan nyaris sama bermunculan. Baru-baru ini hadir StickEarn dan Klana, menawarkan jasa car advertising melalui medium digital.

Permasalahan yang ingin ditangani dengan pangsa pasar yang jelas

Mungkin sebelumnya di kancah startup digital, bisnis car advertising sebelumnya tidak pernah terdengar. Namun di bisnis konvensional sebenarnya pengiklanan melalui medium mobil ini bukan barang baru lagi. Banyak perusahaan yang memanfaatkan mobil pribadi sebagai media iklan, dengan imbalan berupa bayaran menyesuaikan kontrak hingga menjamin pajak kendaraan yang ditempeli iklan tersebut. Peminatnya pun tak sedikit, jika sering bepergian, maka akan sering melihat mobil dengan tempelan stiker di kaca belakang atau bodi samping brand produk/layanan tertentu.

Alasan lain yang dijadikan justifikasi adalah perhitungan impression layanan iklan tempel lainnya. Car advertising umumnya dibandingkan dengan model iklan billboard atau videotron. Dengan melibatkan benda bergerak dengan jangkauan luas (mobil), diyakini car advertsing mampu menyebarkan informasi tentang brand secara lebih efisien dan tepat sasaran. Startup seperti Sticar bahkan menggunakan teknologi otomatis untuk melakukan perhitungan impresi yang didapatkan—misalnya memadukan antara kepadatan arus lalu lintas, posisi mobil dengan jarak jangkau mobil lain.

Menurut riset pasar Outdoor Advertising Magazine, 96% responden survei meyakini bahwa iklan bergerak lebih efektif dari pada penempatan iklan outdoor tradisional.

Persaingan baru dimulai, traksi masih belum terlihat signifikan

Jika berbicara tentang traksi, belum bisa terlihat jelas bagaimana bisnis digital car advertising berkembang. Salah satunya Sticar yang mengungkapkan kepada DailySocial, bahwa saat ini pihaknya tengah dalam proses merangkul rekanan pemilik mobil dan juga sosialisasi produk. Diyakini untuk startup lainnya pun masih dalam tahap yang sama. Bahkan terlihat masih coba mematangkan sistem aplikasi. Hal ini sedikit serupa seperti saat pemesanan ojek berbasis aplikasi mulai dikenalkan. Pemain baru banyak bermunculan, tapi tak jarang yang langsung tumbang karena tidak memiliki konsep bisnis yang kuat.

Belajar dari bagaimana layanan on-demand memulai pertarungan saat konsep bisnis baru mulai diperkenalkan, maka penting bagi Sticar, Promogo, StickEarn, Klana dan mungkin beberapa pemain yang akan segera muncul, untuk memiliki konsep dan strategi bisnis yang jelas. Pasar car advertising sudah jelas ada dan bukan hal yang baru lagi, tantangannya adalah bagaimana digitalisasi mampu menyederhanakan proses dan memberikan nilai plus baik bagi pengiklan maupun pemilik mobil yang akan dijadikan medium iklan.

Promogo Tawarkan Layanan Iklan dalam Wujud Fisik di Kendaraan

Populasi kendaraan di negara berkembang seperti Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan dan mobil menjadi salah satu penyumbang terbesarnya. Pun begitu, hal ini justru menjadi peluang bisnis baru dan Promogo adalah salah satu layanan yang hadir untuk mengoptimalkan itu. Promogo adalah platform iklan luar ruangan yang menghubungkan brand (pengiklan) dengan pengendara mobil. Sederhananya, pengemudi dapat menjadikan mobilnya sebagai media publikasi iklan dari sebuah brand dan performanya dapat dimonitor melalui Promogo oleh brand bersangkutan.

Di tahun 2013 silam, berdasarkan data Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia, jumlah kendaraan di Indonesia tercatat mencapai 104,2 juta unit. Jumlah tersebut disebutkan mengalami peningkatan 11 persen dari tahun sebelumnya dengan motor sebagai penyumbang terbanyak. Sementara mobil penumpang mengikuti di peringkat kedua dengan jumlah mencapai 10,54 juta unit.

Meski angka tersebut terus naik dan memberikan dampak siginifikan terhadap lalu lintas, tetapi para entrepreneur di dunia digital melihat ini sebagai peluang baru untuk diatasi. Sebagai contoh, ada Uber, Grab, dan Go-Jek yang kini menjadi raksasa di layanan on-demand dengan memanfaatkan jumlah kendaraan yang terus meningkat. Lainnya, mulai meramaikan kolam dari sisi periklanan digital yang dibawa ke ranah fisik seperti yang dilakukan oleh Promogo.

Beroperasi di bawah naungan PT Lintas Promosi Global, Promogo memposisikan diri sebagai sebuah platform iklan luar ruangan yang menghubungkan brand dengan pengendara mobil. Artinya, pengemudi bisa menjadikan mobilnya sebagai media publikasi iklan dari sebuah brand dan dapat dimonitor perfomanya oleh pengiklan melalui Promogo.

Hal tersebut dimungkinkan dengan dukungan GPS tracking yang akan memonitor, mulai dari posisi dan rute mobil, hingga jarak tempuh dalam kilometer (Km). Nantinya pengemudi akan dibayar per-Km untuk membawa kendaraan mereka yang telah dibungkus stiker merek pengiklan. Sementara pengiklan dijanjikan akan mendapatkan yang hasil yang maksimal dari model iklan luar ruang yang dijalankan oleh Promogo ini.

Layanan Promogo sendiri usianya masih belum genap satu tahun, karena baru lahir dan berjalan di awal tahun 2016. Penggagasnya adalah Sergio Rusli yang kini menjabat sebagai CEO dan Andrew Tanyono yang kini menjabat sebagai COO.  Keduanya memutuskan untuk mendirikan Promogo karena melihat adanya kebutuhan akan pilihan untuk beriklan di luar ruangan yang lebih murah, dapat dipantau, dan aktif di tengah-tengah maraknya iklan digital yang ada.

Meningkatnya kegelisahan dari perusahaan dan para pemasar akibat banyaknya anggaran iklan mereka yang hampir terbuang sia-sia karena online Ad-blocker, bot-view, dan penempatan yang hampir tersembunyi juga menjadi alasan lainnya untuk mendirikan Promogo sebagai solusi alternatif.

Andrew mengatakan, “Kami memposisikan diri sebagai periklanan luar ruang [offline outdoor] dengan kehadiran fisik dari iklan pada kendaraan dan juga periklanan digital [online] karena kemudahan dan kesederhanaan yang kami sediakan bagi para pengiklan dengan website dan aplikasi Promogo.”

Sementara itu Sergio menyampaikan, “Kami percaya bahwa medium advertising ini akan lebih efektif daripada billboard. Karena harganya yang terjangkau, pengiklan dapat menjalankannya dalam jumlah yang banyak. Menurut saya, kecil, namun banyak, lebih baik daripada besar, namun sedikit. Orang-orang lebih cenderung ingat dan percaya pada suatu brand yang sering mereka lihat atau dengar.”

Sebagai informasi, Promogo tidak sendirian bermain di ranah periklanan digital yang memberdayakan mobil sebagai media publikasi iklan. Masih ada Sticar yang digawangi oleh Gede Rio Darmawan yang memiliki model bisnis serupa.