Tag Archives: proyektor short-throw

The Premiere Adalah Cara Termudah Menciptakan Bioskop Pribadi di Rumah

The Frame, The Serif, The Sero, dan The Terrace, keempat produk tersebut masuk dalam keluarga “Lifestyle TV” besutan Samsung, dengan desain yang sengaja dirancang supaya bisa menyatu dengan interior rumah. Anggotanya baru saja bertambah satu, hanya saja kali ini bukan TV, melainkan proyektor laser bernama The Premiere.

Seperti yang bisa kita lihat dari gambarnya, The Premiere masuk dalam kategori proyektor ultra short throw, yang berarti ia tetap dapat memproyeksikan gambar dengan baik meskipun diposisikan hampir mepet dengan tembok. Seberapa besar gambarnya? Sampai 120 atau 130 inci, tergantung model yang dipilih.

The Premiere hadir dalam dua model: LSP7T yang dihargai $3.499, dan LSPT9T yang dihargai $6.499. Dengan selisih harga sejauh itu, jelas saja perbedaannya lebih dari sekadar ukuran maksimum gambar yang dapat diproyeksikan.

Perihal tingkat kecerahan maksimum, LSP9T tercatat mampu menyala hingga seterang 2.800 lumen, sedangkan LSP7T ‘sampai’ 2.200 lumen saja. Perbedaannya mungkin tidak terlalu signifikan di ruang yang gelap, tapi ketika cukup banyak lampu ruangan yang dinyalakan, sudah pasti hasil proyeksi LSP9T bakal kelihatan lebih jelas. Resolusi gambarnya sendiri sama-sama mentok di 4K.

Perbedaan selanjutnya adalah, LSP9T mengemas sistem audio 4.2 channel dengan output 40 W, sedangkan LSP7T dilengkapi sistem audio 2.2 channel berdaya 30 W. Ya, kedua proyektor ini pada dasarnya merupakan solusi all-in-one yang juga merangkap tugas sebuah soundbar, lengkap dengan unit woofer terintegrasi.

Selebihnya, kedua model terbukti cukup identik. The Premiere menjalankan sistem operasi Tizen yang sama seperti deretan TV Samsung, dan pengoperasian dengan mengandalkan Alexa maupun Bixby juga tersedia sebagai fitur standar, demikian pula dukungan terhadap format HDR10+.

Di Amerika, perangkat ini akan segera dipasarkan mulai bulan ini juga. Belum diketahui kapan Samsung bakal membawanya ke negara lain, tapi kalau melihat keberadaan The Frame dan The Serif di Indonesia, bukan tidak mungkin Samsung juga berniat memboyong The Premiere ke tanah air.

Sumber: The Verge dan Samsung.

Proyektor Short-Throw Epson LS500 Datang Bersama Layar Khusus untuk Mencegah Gambar Tampak Pudar

Keuntungan utama memiliki proyektor short-throw adalah terkait instalasinya. Berkat lensa khusus yang diusung, perangkat hanya perlu ditempatkan beberapa cm dari tembok, dan gambar yang diproyeksikan pun sudah jauh lebih besar ketimbang TV berukuran masif sekalipun.

Namun proyektor short-throw juga memiliki kelemahan: gambar yang diproyeksikan mudah sekali tampak pudar akibat pencahayaan di ruangan. Solusinya, kalau menurut Epson, adalah selembar layar khusus yang dibundel bersama proyektor itu sendiri. Itulah yang menjadi daya tarik utama proyektor bernama Epson LS500 ini.

Epson LS500

Jika dilihat dengan mata telanjang, layar berukuran 100 atau 120 inci ini kelihatan tidak lebih dari sebatas kain berwarna putih. Padahal, permukaannya sebenarnya dilengkapi gerigi kecil-kecil yang bertindak layaknya lensa, memusatkan cahaya hasil proyeksi menuju penonton dengan maksimal selagi mengalihkan pantulan cahaya lain di ruangan.

Hasil akhirnya, menurut Epson, penonton dapat menikmati gambar proyeksi yang kaya warna, dengan warna hitam yang begitu pekat. Sebagai bonus, Epson tidak lupa menyematkan sepasang speaker 10 watt pada LS500 agar sesi menonton bisa langsung dilaksanakan tanpa diribetkan dengan instalasi.

Epson LS500

Proyeksi gambarnya sendiri bisa kita nikmati dalam resolusi 4K. Namun ternyata 4K di sini bukan murni, melainkan hasil perpaduan refresh rate yang tinggi dan metode pixel shifting. Singkat cerita, panel milik Epson LS500 hanya beresolusi HD, namun berkat proses cerdik yang diterapkan, hasil proyeksinya kelihatan nyaris tidak berbeda dengan resolusi 4K sebenarnya.

Itulah mengapa Epson bisa mematok harga $4.999 untuk bundel Epson LS500 bersama layar 100 inci, atau $5.999 bersama layar 120 inci. Bandingkan dengan penawaran Sony di angka $25.000, yang memang mengemas panel beresolusi 4K yang sebenarnya, bukan hasil pemrosesan cerdik seperti yang diterapkan Epson.

Sumber: Gizmodo.

Fujifilm Umumkan Proyektor Unik dengan Lensa yang Bisa Diputar-putar

Fujifilm membuat geger ajang Photokina 2018 lewat pengumuman dua kamera mirrorless medium format baru, yakni Fujifilm GFX 50R dan GFX 100 yang masih dalam tahap pengembangan. Di samping itu, mereka juga memperkenalkan perangkat unik macam kamera instan hybrid yang bisa merekam video dan proyektor inovatif berikut ini.

Proyektor berwujud balok ringkas ini sementara masih belum bernama, tapi ia menawarkan sesuatu yang belum ada di proyektor lain: lensa yang bisa diputar-putar, yang berarti pengaturan posisi gambar yang diproyeksikan bisa dilakukan tanpa perlu memindah unit proyektor secara keseluruhan, melainkan cukup lensanya saja.

Lensanya ini dapat berputar pada dua poros; sehingga bisa dihadapkan ke atas, bawah, depan, belakang, kiri maupun kanan. Memproyeksikan gambar ke langit-langit maupun lantai merupakan hal mudah baginya, demikian pula berganti orientasi antara vertikal atau horizontal.

Fujifilm projector

Lensanya pun sudah mengadopsi model ultra short-throw, sanggup memproyeksikan gambar seukuran 100 inci dari jarak 75 cm saja. Fujifilm belum merincikan jeroannya, tapi yang pasti ini merupakan proyektor laser, dan lensanya yang berlabel “Fujinon” menandakan kualitas optiknya tidak kalah dari deretan lensa kamera Fujifilm.

Fujifilm melihat potensi perangkat seperti ini untuk digunakan di pagelaran seni, museum, atau lokasi-lokasi lain yang umumnya memiliki ruang terbatas. Cukup letakkan proyektor di satu titik yang strategis, maka proyeksinya bisa ditujukan ke segala arah.

Fujifilm berencana memproduksi dan memasarkan produk ini di tahun 2019. Kita tahu bahwa Fujifilm merupakan suatu korporasi besar dengan berbagai cabang bisnis (mulai dari kamera, percetakan, sampai kosmetik), tapi ini merupakan pertama kalinya mereka terjun ke bisnis proyektor. Maka dari itu tidak heran kalau mereka ingin menjalani debutnya secara istimewa.

Sumber: SlashGear dan Fujifilm.

Sony Luncurkan Proyektor 4K Mewah dengan Wujud Seperti Meja Tamu

LG baru-baru ini membuktikan bahwa proyektor 4K tak harus bertubuh bongsor. Namun di saat yang sama Sony rupanya punya filosofi yang berbeda. Mereka justru ingin proyektor mahal yang Anda beli itu jadi pusat perhatian di suatu ruangan layaknya sebuah mebel.

Kedengarannya ambisius memang, akan tetapi proyektor terbaru yang mereka ungkap di CES 2018 bakal menjawab semua keraguan kita. Wujudnya sepintas terlihat seperti sebuah meja tamu, dengan panel atas yang terbuat dari marmer dan bobot sekitar 75 kg. Lalu yang menjadi pertanyaan, untuk apa dimensi sebesar ini kalau LG saja bisa menyajikan produk sekelas dalam kemasan yang amat ringkas?

Sony LSPX-A1

Well, Sony LSPX-A1 ini bukan sembarang proyektor. Ia sebenarnya juga merangkap tugas sebagai soundbar yang bahkan bisa mendistribusikan suara 360 derajat. Di dalam kabinet kayunya tertanam tiga speaker midrange dan sebuah subwoofer terpisah untuk mengisi satu ruangan penuh sekaligus menyuguhkan dentuman bass yang memuaskan.

Namun yang lebih istimewa lagi tersembunyi di kedua pilar depannya. Kalau Anda perhatikan dengan baik, bagian atas pilar tersebut terbuat dari kaca, dan keduanya sebenarnya merupakan Glass Sound Speaker yang bertugas sebagai tweeter. Jadi secara total LSPX-A1 mengusung konfigurasi enam speaker.

Sony LSPX-A1

Mengingat yang kita bahas adalah sebuah proyektor, tentu saja kualitas gambarnya tidak boleh dikesampingkan. LSPX-A1 mengandalkan teknologi proyeksi SXRD, yang pada dasarnya merupakan formula Sony dalam menggabungkan teknologi DLP dan LCD. Selain mengemas resolusi DCI 4K (4096 x 2160 pixel), proyektor ini pastinya juga siap memutar konten berformat HDR.

Proyektornya besar, berarti proyeksinya juga sudah pasti besar, bukan? Tentu saja, dan mengingat LSPX-A1 masuk dalam kategori ultra short-throw, ia dapat memproyeksikan layar sebesar 120 inci meski didudukkan sekitar 24 cm dari tembok. Tingkat kecerahan maksimum 2.500 lumen juga berarti Anda tak perlu menonton sambil gelap-gelapan.

Lalu berapa harganya? $30.000, dengan jadwal ketersediaan mulai musim semi 2018 di Amerika Serikat.

Sony MP-CD1 Mobile Projector

Sony MP-CD1

Kontras dengan LSPX-A1 adalah Sony MP-CD1, proyektor lain yang Sony juga umumkan di CES 2018, yang ukurannya kurang lebih sama seperti sebuah power bank. Bobotnya pun cuma 280 gram, dan di dalamnya tersimpan baterai berkapasitas 5.000 mAh yang diperkirakan bisa bertahan selama 2 jam penggunaan.

Meski mungil, MP-CD1 masih sanggup memproyeksikan layar hingga sebesar 120 inci dari jarak 3,5 meter. Resolusinya hanya sebatas 854 x 480 pixel, dengan tingkat kecerahan 105 lumen dan rasio kontras 400:1, tapi setidaknya ia bakal sangat berguna ketika Anda hendak mempresentasikan sesuatu dalam sebuah business trip.

Sony MP-CD1

Tubuh kecilnya juga tidak menjadi alasan minimnya konektivitas. Selain mengemas port HDMI, MP-CD1 turut membawa jack audio 3,5 mm untuk disambungkan ke speaker mini misalnya, serta port USB-C untuk charging sekaligus menjadi power bank dadakan untuk smartphone.

Sama seperti LSPX-A1 yang berharga selangit, MP-CD1 juga akan dipasarkan mulai musim semi nanti, dengan banderol $400.

Sumber: Sony 1, 2.

Proyektor LG Minibeam Terbaru Bisa Proyeksikan Layar 80 Inci dari Jarak Sangat Dekat

Proyektor mini yang ditenagai baterai terkadang bisa menjadi solusi efektif ketika hendak mengadakan ‘bioskop’ dadakan. Namun yang selama ini kerap menjadi masalah adalah keterbatasan ruang, dimana proyektor membutuhkan jarak yang cukup jauh untuk bisa memproyeksikan layar berukuran besar.

Di sinilah teknologi Ultra Short-Throw (UST) memegang andil besar. UST sebenarnya bukanlah barang baru, tetapi masih tergolong jarang dalam kategori proyektor mini. LG baru-baru ini memperkenalkan model baru Minibeam yang mengusung teknologi UST.

Proyektor bernama LG PH450U ini sanggup memproyeksikan layar 80 inci dengan resolusi HD (1280 x 720 pixel) dari jarak 33 cm saja. Keunggulan ini semakin diperkuat dengan ukurannya yang ringkas dan bisa dimiringkan di satu sisinya, sehingga ia bisa ditempatkan di atas lantai sekalipun.

LG PH450U / LG
LG PH450U / LG

Meski tergolong kecil, spesifikasinya cukup mumpuni. Tingkat kecerahan maksimumnya mencapai 450 lumen, sedangkan rasio kontrasnya 100.000:1. Bohlam LED-nya juga diyakini bisa bertahan hingga 30.000 jam pemakaian. Soal baterai, satu kali charge bisa memberikan daya yang cukup selama 2,5 jam, cukup untuk menonton satu film.

Konektivitas Wi-Fi memungkinkan pengguna untuk memutar film dari ponsel atau tablet-nya. Tersedia port HDMI dengan kompatibilitas MHL, begitu juga dengan port USB sehingga pengguna bisa menikmati konten dari flash disk maupun hard disk eksternal.

LG PH150G / LG
LG PH150G / LG

Menemani PH450U adalah PH150G yang juga masih masuk dalam lini LG Minibeam. Fitur yang ditawarkan pada dasarnya tidak jauh berbeda, hanya saja PH150G punya ukuran yang lebih kecil lagi, dengan bobot cuma 450 gram. Pun begitu, tingkat kecerahannya juga lebih rendah di angka 150 lumen dan fitur Short-Throw-nya tidak seefektif kakaknya yang lebih besar.

LG berencana memasarkan keduanya mulai bulan September mendatang. PH450U dihargai $650, sedangkan PH150G $350. Kemungkinan besar yang bakal masuk ke pasar tanah air adalah PH150G.

Sumber: LG dan New Atlas.