Tag Archives: PS4

Microsoft Diam-Diam Sudah Menyetop Produksi Semua Model Xbox One Sejak Akhir 2020

Berbeda dari smartphone, konsol generasi baru tidak datang setiap tahun. Alhasil, konsol generasi lama tidak otomatis langsung berhenti diproduksi ketika suksesornya telah tersedia di pasaran. Masa transisi dari konsol lama ke baru itu akan selalu ada, akan tetapi lamanya berbeda-beda tergantung kondisi dan kebijakan masing-masing perusahaan.

Di kubu Microsoft, masa transisi dari Xbox One ke Xbox Series X/S rupanya sudah rampung sejak lama. Kepada The Verge, Microsoft mengonfirmasi bahwa mereka sebenarnya sudah berhenti memproduksi semua model Xbox One pada akhir 2020 lalu. Sebelumnya, tepatnya di bulan Juli 2020, Microsoft sempat bilang bahwa mereka sudah menyetop produksi Xbox One X dan Xbox One S Digital Edition, tapi tidak untuk Xbox One S versi standar.

Sekarang kita tahu bahwa rencana tersebut ternyata cuma bertahan beberapa bulan saja, sebab Microsoft secara diam-diam juga sudah berhenti memproduksi Xbox One S versi standar di akhir tahun 2020. Dengan kata lain, Microsoft sebenarnya sudah sepenuhnya berfokus pada Xbox Series X dan Series S mulai 2021 kemarin.

Ini sangat kontras dengan strategi yang dijalankan oleh Sony. Baru-baru ini, beredar laporan bahwa Sony akan menggenjot produksi PlayStation 4 di tahun 2022 ini demi mengisi kekosongan yang diakibatkan oleh krisis stok PlayStation 5. Sony bahkan sempat bilang bahwa mereka dari awal memang belum pernah berniat untuk menghentikan produksi PS4.

Tidak seperti Sony, Microsoft menawarkan dua tipe konsol generasi baru yang berbeda / Microsoft

Baik Sony ataupun Microsoft sebenarnya sama-sama kesulitan memenuhi permintaan tinggi konsumen akan konsol next-gen bikinan masing-masing. Namun yang agak berbeda adalah, di saat Sony hanya menawarkan satu tipe konsol saja (PS5), Microsoft menawarkan dua tipe yang berbeda (Xbox Series X dan Series S). PS5 memang ada yang versi Digital Edition, akan tetapi versi tersebut tidak mempunyai perbedaan performa sama sekali.

Xbox Series S di sisi lain memiliki performa yang lebih inferior ketimbang Series X. Secara fisik, ukuran chipset yang menenagai masing-masing konsol bahkan berbeda. Sebelum ini, Phil Spencer selaku bos besar Xbox juga sempat menjelaskan bahwa mereka sebenarnya bisa memproduksi lebih banyak chip milik Series S ketimbang chip milik Series X dalam satu penampang yang sama.

Jadi meski kesulitan memenuhi demand Series X, Microsoft masih bisa sedikit menutupinya dengan memperbanyak stok Series S. Sony di sisi lain harus bergantung pada konsol lamanya untuk menyiasati krisis stok PS5.

Sumber: The Verge. Gambar header: Louis-Philippe Poitras via Unsplash.

Krisis Stok PS5 Masih Berlanjut, Sony Akan Genjot Produksi PS4

Sejak pertama kali diluncurkan di bulan November 2020, PlayStation 5 terus dilanda isu seputar keterbatasan stok. Di belahan dunia manapun, stok konsol terbaru Sony ini hampir selalu kosong, dan alasannya tidak lain dari krisis yang melanda industri semikonduktor secara global.

Ketimbang menerima nasib begitu saja, Sony dikabarkan sudah menyiapkan strategi lain, yakni menggenjot produksi PlayStation 4. Berdasarkan laporan Bloomberg, Sony rupanya telah menyuarakan ke mitra-mitra manufakturnya pada akhir tahun lalu bahwa mereka akan terus memproduksi konsol lamanya itu hingga tahun ini.

Sony memang tidak pernah secara resmi mengumumkan ke publik bahwa mereka bakal menyetop produksi PS4, akan tetapi mereka kabarnya sempat berencana untuk menghentikan perakitan PS4 pada akhir 2021 kemarin. Rencana tersebut batal dijalankan, dan Sony sekarang malah berniat untuk meningkatkan produksi PS4.

Narasumber Bloomberg mengatakan bahwa Sony berniat menambahkan sekitar satu juta unit PS4 tahun ini untuk mengisi kekosongan yang diakibatkan oleh terhambatnya produksi PS5. Meski begitu, angkanya bisa saja berubah tergantung permintaan. Dibanding PS5, PS4 tentu lebih mudah dan lebih murah untuk dibuat karena menggunakan komponen-komponen yang lebih inferior.

Kepada Bloomberg, juru bicara Sony mengonfirmasi bahwa produksi PS4 masih akan terus dilanjutkan, dan Sony pun dari awal tidak pernah berniat untuk menghentikannya. “PS4 merupakan konsol dengan penjualan terbesar, dan persilangan antar generasi itu bakal selalu ada,” ujarnya.

Dirilis di tahun 2013, PS4 tercatat telah terjual sebanyak lebih dari 116 juta unit, dan konsol ini pun masih cukup diminati hingga sekarang. Bukan hanya itu, PS4 juga masih menyumbangkan pendapatan yang cukup besar buat divisi gaming Sony melalui penjualan game dan subscription.

Apa yang Sony lakukan ini pada dasarnya mirip seperti langkah yang diambil oleh Nvidia. Belum lama ini, Nvidia memutuskan untuk memproduksi kembali kartu grafis lamanya (RTX 2060) demi memenuhi permintaan konsumen. Minat terhadap perangkat gaming melonjak drastis selama pandemi, sementara produksi perangkat-perangkat barunya justru terhambat karena kendala di rantai pasok. Alhasil, produk-produk lama pun dilihat sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi.

Sumber: Bloomberg. Gambar header: Fabian Albert via Unsplash.

Sony Bagi-Bagi Game Gratis, Salah Satunya Horizon Zero Dawn

April tahun lalu, Sony Interactive Entertainment (SIE) mengumumkan program bagi-bagi game PlayStation gratis yang mereka namai Play At Home. Tidak tanggung-tanggung, yang digratiskan kala itu adalah Uncharted: The Nathan Drake Collection, dan periode gratisannya pun cukup lama untuk semua pemilik PS4 mengklaimnya ke akun masing-masing.

Di awal Maret 2021 ini, Sony memutuskan untuk menghadirkan kembali program yang sama. Kalau sebelumnya Sony hanya membagikan total dua game saja, kali ini Sony ingin membagikan lebih banyak lagi dalam jangka waktu empat bulan. Untuk membuka programnya, Sony pun sudah menggratiskan Ratchet & Clank sejak 1 Maret lalu, dan Anda masih punya waktu untuk mengklaimnya secara cuma-cuma sampai 31 Maret nanti.

Sesudahnya, Sony rupanya telah menyiapkan 10 game gratis lain yang tidak kalah menarik. Salah satu di antaranya malah Horizon Zero Dawn. Baik pemilik PS4 maupun PS5 bisa mengunduhnya secara cuma-cuma mulai 19 April mendatang. Asalkan Anda mengunduhnya sebelum 14 Mei, action RPG karya Guerrilla Games tersebut akan tersimpan selamanya di akun Anda.

Buat yang belum sempat memainkan Horizon Zero Dawn, tentu ini merupakan saat yang tepat, terlebih mengingat sekuelnya, Horizon Forbidden West, dijadwalkan hadir di tahun 2021 ini juga. Yang digratiskan juga bukan hanya base game-nya saja, melainkan juga termasuk expansion The Frozen Wilds.

Astro Bot Rescue Mission
Astro Bot Rescue Mission / Japan Studio

Sembilan game lainnya bisa didapatkan lebih awal mulai tanggal 25 Maret. Empat di antaranya adalah game virtual reality. Berikut daftarnya:

  • Abzu
  • Enter the Gungeon (sayangnya ini tidak tersedia di Indonesia)
  • Rez Infinite
  • Subnautica
  • The Witness
  • Astro Bot Rescue Mission (PS VR)
  • Moss (PS VR)
  • Thumper (PS VR)
  • Paper Beast (PS VR)

Di luar Horizon Zero Dawn tadi, Anda punya waktu sampai 22 April untuk mengklaim gamegame tersebut ke akun Anda secara cuma-cuma. Kalaupun Anda tidak berminat memainkannya dalam waktu dekat, tidak ada salahnya mengklaim dulu mengingat semuanya akan tersimpan secara permanen di akun Anda.

Ke depannya, Sony tentu masih punya kejutan lain, sebab seperti yang saya bilang tadi, program Play At Home ini akan berlangsung selama empat bulan. Kemungkinan koleksi game yang digratiskan berikutnya bakal mengusung tema yang berbeda — tema yang diusung kali ini adalah game indie.

Sumber: PlayStation Blog.

Sony Tarik Cyberpunk 2077 dari PlayStation Store

Kontroversi seputar peluncuran Cyberpunk 2077 masih belum berakhir. Baru-baru ini, Sony mengumumkan bahwa mereka bakal memberikan refund kepada seluruh konsumennya yang membeli Cyberpunk 2077 via PlayStation Store. Bersamaan dengan itu, Sony juga memutuskan untuk menarik Cyberpunk 2077 sepenuhnya dari PlayStation Store hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Kabar ini datang hanya beberapa hari setelah developer CD Projekt Red (CDPR) mengumumkan permintaan maafnya terkait seabrek kendala teknis yang melanda Cyberpunk 2077 di console last-gen (PlayStation 4 dan Xbox One). Mereka berjanji untuk merilis dua patch besar pada bulan Januari dan Februari, dengan harapan kendala teknisnya dapat teratasi dan konsumen bisa memainkannya dengan lancar di console last-gen.

Dalam pengumuman tersebut, CDPR juga menyinggung soal kesempatan bagi konsumen untuk melakukan refund apabila tidak bersedia menunggu. Sony sepertinya tidak mau menunggu terlalu lama dan langsung mengambil alih demi meminimalkan amarah konsumen. Saya tidak akan terkejut seandainya Microsoft akan segera menyusul dengan langkah yang serupa setelah ini.

Buat yang tidak tahu, Cyberpunk 2077 memang diwarnai banyak sekali problem teknis, terlepas dari kesuksesannya secara komersial. Saya pribadi sudah memainkannya selama sekitar 30 jam di PC, dan baru-baru ini saya stuck tidak bisa melanjutkan karena game selalu crash di titik progres yang sama. Spesifikasi PC yang saya gunakan memang jauh dari kata high-end, tapi di saat yang sama juga jauh lebih superior daripada PS4 maupun Xbox One.

Kotaku sempat melaporkan secara cukup merinci mengenai performa Cyberpunk 2077 di PS4 dan Xbox One, dan Digital Foundry belum lama ini juga membuat analisis yang mendetail mengenai hal yang sama. Kesimpulannya, Cyberpunk 2077 hampir tidak bisa dimainkan di console last-gen. Game benar-benar mengalami banyak crash, dan kalaupun tidak crash, pemain harus tabah melihat game-nya berjalan patah-patah di frame rate 15-20 fps.

Di PS4 Pro atau Xbox One X, performanya masih cukup lumayan, tapi tetap saja tidak sepenuhnya aman dari kendala teknis. Saya juga sama sekali belum menyinggung soal buruknya kualitas visual Cyberpunk 2077 di console last-gen. Kalau melihat game lain seperti Red Dead Redemption 2 misalnya, perbandingan kualitas visualnya di console last-gen dan PC tidak sedrastis Cyberpunk 2077 ini.

Semua itu pada akhirnya berujung pada keputusan bijak Sony tadi. Jika Anda sempat membeli Cyberpunk 2077 di PlayStation Store, silakan mengajukan refund jika tidak betah dengan keadaannya sekarang.

Via: GamesRadar.

Tak Perlu Dijual, PS4 Bisa Dipakai untuk Streaming Game PS5 dari Ruangan Lain

Kedatangan PlayStation 5 sudah di depan mata, dan yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, mau diapakan PS4 lama maupun PS4 Pro yang Anda punyai? Menjualnya tentu bisa menjadi salah satu opsi. Namun opsi lain yang mungkin lebih menarik adalah memakainya untuk streaming game PS5.

Ya, Anda tidak salah baca. PS4 lama yang Anda miliki nantinya bisa dipakai untuk memainkan game PS5 via aplikasi PS5 Remote Play, yang akan tersedia secara otomatis di dashboard PS4. Syaratnya tentu saja Anda harus punya console PS5-nya terlebih dulu, lalu kedua perangkat juga harus terhubung ke jaringan Wi-Fi yang sama.

Tentu saja ini merupakan kabar baik bagi konsumen yang, misalnya, mempunyai TV di ruang keluarga sekaligus di kamar tidur. Saya membayangkan mereka bisa menempatkan PS5 di ruang keluarga, lalu PS4 lamanya di kamar. Jadi saat malam sudah tiba, mereka bisa melanjutkan sesi bermainnya di kamar selagi bersantai dengan memanfaatkan aplikasi Remote Play itu tadi.

Sony sendiri telah mengonfirmasi hal ini melalui laman FAQ yang sangat lengkap. Dijelaskan bahwa mereka sudah memperbarui aplikasi Remote Play agar pengguna tak hanya bisa mengakses PS5-nya dari PC atau perangkat mobile (Android atau iOS) saja, melainkan juga lewat PS4 maupun unit PS5 lain.

Aplikasi PS5 Remote Play di dashboard PS4 / VGC
Aplikasi PS5 Remote Play di dashboard PS4 / VGC

Secara teknis ini termasuk streaming, dan itu berarti resolusi maksimumnya terbatas di 1080p, bukan 4K. Khusus buat yang mengakses Remote Play via PC, mereka juga bisa menikmati game PS5 dalam format HDR, tapi tentu saja dengan catatan monitor yang dipakai memang mendukung HDR.

Laman FAQ yang sama itu juga mengonfirmasi bahwa controller DualSense tidak dapat digunakan di PS4. Lucunya, ini berarti kita bisa streaming game PS5 menggunakan PS4 dan controller DualShock 4. Padahal, Sony sendiri menegaskan bahwa controller DualShock 4 di PS5 hanya bisa digunakan untuk bermain game PS4.

Apakah ini berarti Sony secara tidak langsung memaksa konsumen PS5 untuk membeli controller DualSense ekstra mengingat paket penjualannya hanya mencakup satu controller saja? Anda boleh menganggapnya demikian, tapi toh ini bukan berita baru, sebab PS4 sendiri juga tidak bisa dioperasikan dengan controller DualShock 3 milik PS3. Dan lagi, banyak reviewer yang memuji controller DualSense sebagai salah satu keunggulan utama PS5, terlebih jika dibandingkan dengan Xbox Series X.

Terlepas dari itu, setidaknya Anda sekarang bisa mendapat gambaran lebih jelas terkait masa depan PS4. Kalau memang tidak memungkinkan untuk dijual, paling tidak console itu dapat Anda pakai untuk streaming game PS5 dari ruangan lain di rumah.

Sumber: VGC dan The Verge.

Crash Bandicoot 4 Siap Meluncur Tanggal 2 Oktober 2020

Dua tahun adalah waktu yang terbilang sangat singkat untuk membangun sebuah franchise yang begitu ikonis. Namun itulah yang berhasil Naughty Dog lakukan di tahun 1996 – 1998 lewat trilogi game Crash Bandicoot.

Sekarang, 22 tahun semenjak game ketiganya, Crash Bandicoot: Warped, dirilis, sudah ada game keempat yang menanti. Activision baru saja mengumumkan Crash Bandicoot 4: It’s About Time, sebuah game yang benar-benar baru (bukan remaster atau remake) yang akan dirilis untuk PlayStation 4 dan Xbox One pada tanggal 2 Oktober 2020 mendatang.

Fakta bahwa game ini bukan remaster perlu ditekankan karena tiga tahun lalu memang versi remaster dari trilogi aslinya sempat dirilis. Namanya remaster, jalan cerita permainan pun sama sekali tidak berubah. Yang berubah hanyalah grafik dan sejumlah elemen gameplay supaya cocok dengan kebiasaan bermain konsumen modern (penambahan sistem checkpoint dan lain sebagainya).

Crash Bandicoot 4: It's About Time

Crash Bandicoot 4 tidak demikian. Digarap oleh developer Toys for Bob, jalan ceritanya benar-benar melanjutkan Crash Bandicoot: Warped. Di game ketiganya itu, dikisahkan bahwa Doctor Neo Cortex dan Doctor N. Tropy (dua antagonis utama seri Crash Bandicoot di samping Uka Uka) telah terperangkap di masa lalu. Entah bagaimana ceritanya, keduanya kini sudah bebas kembali untuk melanjutkan rencana jahatnya.

Selain narasi baru, Crash Bandicoot 4 turut menawarkan art style yang agak berbeda dari versi remaster triloginya. Namun penggemar sejati seri Crash Bandicoot tak perlu khawatir game keempatnya ini telah berganti konsep menjadi permainan open-world ala game modern, sebab pengembangnya tetap menjanjikan gameplay platformer klasik pada Crash Bandicoot 4. Bahkan perspektif kameranya pun kelihatan mirip kalau melihat trailer-nya.

Crash Bandicoot 4: It's About Time

Meski demikian, tentu saja ada sejumlah fitur gameplay baru yang disematkan, seperti misalnya gerakan-gerakan anyar macam wallruning atau meluncur di atas rel. Crash nantinya juga bakal mendapat akses ke empat topeng sakti yang berbeda, salah satunya yang memberikan kemampuan untuk melambatkan waktu, sesuai dengan subjudul permainan yang memang menyinggung soal manipulasi waktu.

Berkaitan dengan tingkat kesulitan permainan, developer-nya sepertinya sudah menyiapkan solusi yang tepat agar game ini tidak terasa terlampau sulit, tapi di saat yang sama juga tidak kelewat mudah dan membosankan. Crash Bandicoot 4 bakal menawarkan dua mode permainan yang berbeda: Retro dan Modern. Retro diciptakan untuk pencinta game platformer klasik yang haus akan tingkat kesulitan yang tinggi, sedangkan Modern dibuat agar sedikit lebih bersahabat buat pemain-pemain baru.

Sumber: PlayStation Blog dan Activision.

Jelang Perilisan Ghost of Tsushima, Sony Pamerkan Sejumlah Aspek Gameplay-nya

17 Juli nanti, pemilik PlayStation 4 bisa mulai memainkan salah satu game yang paling diantisipasi tahun ini, yaitu Ghost of Tsushima. Buat yang belum tahu ini game apa, anggap saja ia sebagai gabungan Onimusha dan Assassin’s Creed.

Kabar baiknya, Sony juga baru memamerkan video demonstrasi gameplay-nya sepanjang 18 menit, dan dari video itu kita akhirnya punya gambaran lebih jelas lagi mengenai petualangan seorang samurai bernama Jin Sakai melawan invasi bangsa Mongol.

Sebelum masuk ke aspek gameplay, Ghost of Tsushima rupanya sudah patut diacungi jempol dari segi UI (user interface). Ia tidak dibekali minimap seperti game open-world pada umumnya. Lalu sebagai gantinya, arah hembusan angin dipakai sebagai indikator yang menunjukkan ke mana pemain harus pergi.

Kalau pemain melihat kepulan asap di kejauhan, biasanya itu merupakan pertanda ada seorang NPC yang memerlukan bantuan. Selama berkeliling, Jin juga sesekali bakal berhadapan dengan sejumlah random event.

Ghost of Tsushima

Lanjut mengenai gameplay, combat di Ghost of Tsushima terlihat sangat memuaskan. Tim Sucker Punch bilang bahwa pemain dibebaskan memilih cara yang diinginkan guna menyelesaikan sebuah misi, apakah dengan cara frontal yang brutal, atau secara diam-diam ala seorang ninja.

Kalau memilih cara frontal, maka Jin akan bertarung dengan manuver-manuver presisi ala seorang samurai. Timing sangatlah penting dalam Ghost of Tsushima; penempatan waktu yang benar-benar tepat memungkinkan Jin untuk mengalahkan beberapa musuh sekaligus lewat satu tebasan katana-nya.

Kalau memilih metode stealth, maka Jin bakal mengandalkan banyak trik dan peralatan pendukung macam bom asap maupun kunai. Jin bukan cuma jago pedang, tapi ia juga merupakan seorang pemanah yang berpengalaman, dan ini berperan penting dalam gaya bertarung stealthy seperti ini.

Ghost of Tsushima

Satu aspek menarik lain yang ditunjukkan dalam demonstrasi ini adalah crafting. Jin bisa mengumpulkan bambu – kemungkinan untuk membuat anak panah maupun upgrade equipment – dan ia bahkan bisa mengumpulkan berbagai bunga untuk dijadikan semir. Ya, samurai seserius Jin pun rupanya juga dapat dikustomisasi pakaiannya.

Terakhir, tim Sucker Punch tidak lupa mengedepankan aspek estetika dari game ini. Ghost of Tsushima menyediakan fitur Photo Mode yang sangat komprehensif, mempersilakan para pemain untuk saling memamerkan petualangannya di era feudal Jepang secara artistik.

Supaya lebih autentik lagi, Ghost of Tsushima juga dibekali fitur Samurai Cinema Mode. Saat diaktifkan, fitur ini akan membuat tampilan game secara keseluruhan menjadi hitam-putih ala film samurai klasik, dan ini pastinya bakal sangat menarik ketika dipadukan dengan dialog berbahasa Jepang.

Sumber: GamesRadar.

Nintendo Switch dan PlayStation 4, Mana yang Lebih Populer di Indonesia?

Maret lalu, penjualan Nintendo Switch di Amerika Serikat naik lebih dari dua kali lipat dibanding Maret 2019 berdasarkan riset yang dilakukan NPD Group. Alasannya ada dua. Yang pertama tentu saja adalah pandemi COVID-19 dan kebijakan lockdown. Yang kedua adalah game berjudul Animal Crossing: New Horizons yang memecahkan rekor penjualan.

Begitu besarnya permintaan terhadap Switch, stoknya sampai menipis dan mendorong Nintendo untuk meningkatkan jumlah produksi. Per 31 Maret 2020, Nintendo tercatat sudah menjual 55,8 juta unit Switch. Pertanyaannya, seberapa banyak angka penjualan yang berasal dari Indonesia?

Well, pertanyaan tersebut sungguh sulit dijawab mengingat Nintendo Switch belum tersedia secara resmi di tanah air. Berbeda dengan PlayStation 4 yang sudah resmi dipasarkan sendiri oleh Sony sejak lama di Indonesia. Fakta ini setidaknya bisa menjadi salah satu faktor mengapa PS4 masih lebih populer ketimbang Switch di Nusantara.

Tidak tersedia secara resmi berarti tidak ada garansi resmi, dan umumnya Switch yang dijual di Indonesia hanya disertai garansi dari toko penjual selama beberapa hari. Sudah menjadi rahasia umum kalau konsumen Indonesia sangat mementingkan garansi dalam membeli produk, terutama produk elektronik. Jadi wajar kalau akhirnya lebih banyak yang memilih PS4.

Riset iPrice soal popularitas gaming console di Asia Tenggara selama pandemi

Riset yang dilakukan iPrice baru-baru ini pun menunjukkan kesimpulan yang serupa. Di platform belanja online di Indonesia, PS4 masih lebih banyak dicari ketimbang Nintendo Switch. Berbeda dengan di negara-negara tetangga seperti Singapura atau Malaysia, di mana Nintendo Switch justru lebih populer daripada PS4.

PS4 boleh lebih populer daripada Switch di Indonesia, akan tetapi itu tidak mencegah ketertarikan developer game lokal terhadap Switch, sebab yang disasar memang bukan cuma konsumen tanah air saja.

Dari perspektif pribadi, saya juga melihat lebih banyak teman yang membicarakan tentang Final Fantasy VII Remake – yang sejauh ini cuma tersedia di PS4 – ketimbang Animal Crossing di lingkaran media sosial saya. Saya sendiri tidak termasuk di kubu mana pun mengingat saya cuma punya PC 🙂

Tidak kalah menarik adalah bagaimana PS3 yang sudah sangat uzur dan PS Vita yang sudah di-discontinue masih cukup banyak dicari di Indonesia dan sejumlah negara lainnya, bahkan melebihi angka pencarian terhadap Xbox One (yang juga tidak tersedia secara resmi di sini). Negara kita rupanya merupakan rumah yang sangat nyaman buat platform PlayStation.

Riset iPrice soal popularitas gaming console di Asia Tenggara selama pandemi

Dari 7 negara yang termasuk dalam riset iPrice – Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Hong Kong – cuma di Indonesia dan Vietnam saja PS4 lebih populer, sedangkan sisanya lebih didominasi oleh Switch. 5 dari 7 negara memilih Switch, dan dari pertengahan Maret hingga pertengahan April, minat terhadap Switch di platform belanja online di wilayah ini juga naik sampai 245%.

Sebagai perbandingan, minat terhadap PS4 hanya meningkat sebesar 135%. Total permintaan untuk Switch sekarang sekitar 1,6 kali lebih tinggi dari permintaan untuk PS4.

Selama masa pandemi, pencarian untuk semua gaming console di 7 negara tadi meningkat hingga 115% secara keseluruhan dibandingkan di periode sebelumnya. Di Indonesia sendiri, pencarian seputar gaming console naik sekitar 204%, sedangkan di Vietnam angkanya malah melonjak sampai 432%.

Besarnya peningkatan di Vietnam ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah setempat yang menutup semua warnet dan gaming center, yang jumlahnya begitu banyak di sana. Berhubung tidak ada opsi lain untuk bermain, banyak gamer di Vietnam pada akhirnya memutuskan untuk membeli perangkat gaming-nya sendiri untuk dimainkan di kediaman masing-masing.

“Di rumah saja dan main game,” kira-kira seperti itu motto para gamer di Vietnam, dan kita semestinya juga perlu menerapkan komitmen yang sama sebagai bentuk kontribusi kita terhadap penekanan angka penyebaran COVID-19.

Sony Umumkan PlayStation Studios, Branding Baru untuk Semua Game Bikinannya

Microsoft punya Xbox Game Studios. Sony punya Sony Interactive Entertainment Worldwide Studios. Panjang sekali namanya? Entahlah, yang pasti nama ini sudah mereka pakai selama hampir 14 tahun, namun ke depannya, kita bakal dihadapkan dengan branding baru, yakni PlayStation Studios.

Nama yang jauh lebih catchy dan mudah diingat, PlayStation Studios akan dipakai untuk menandai semua game PS4 dan PS5 yang dikembangkan oleh seluruh developer di bawah naungan Sony; baik yang memang sejak awal didirikan di bawah Sony seperti Polyphony Digital (pengembang seri Gran Turismo) atau Santa Monica Studio (God of War), maupun yang merupakan hasil akuisisi seperti Naughty Dog (Crash Bandicoot, Uncharted, The Last of Us).

Keseriusan Sony dalam memperlakukan branding PlayStation Studios bisa kita lihat dari video di bawah ini, yang disebut bakal menjadi salah satu animasi pembuka pada seluruh game bikinan mereka ke depannya. Sayangnya ini tidak mencakup judul-judul yang sudah terlanjur digarap dan mendekati jadwal perilisan macam The Last of Us Part II dan Ghost of Tsushima.

Cukup disayangkan pula kita tak akan melihat branding PlayStation Studios pada Horizon Zero Dawn versi PC. Padahal ini bisa dibilang merupakan salah satu kesempatan besar bagi Sony untuk memamerkan kekuatan brand PlayStation di luar platform-nya – ibarat mengingatkan bahwa ke depannya gamegame berkualitas macam Horizon Zero Dawn akan hadir secara eksklusif (atau setidaknya lebih dulu) di PlayStation.

Brand recognition memang adalah salah satu alasan terkuat di balik lahirnya PlayStation Studios. Seperti yang saya bilang tadi, PlayStation Studios jauh lebih mudah diingat dan dikenali ketimbang Sony Interactive Entertainment Worldwide Studios yang kerap disingkat menjadi SIE Worldwide Studios.

Selain game bikinan keluarga Sony sendiri, PlayStation Studios juga akan digunakan pada game yang digarap oleh developer luar yang dikontrak oleh Sony. Di sini bisa kita lihat bagaimana PlayStation Studios bakal bertindak sebagai publisher layaknya Xbox Game Studios dari kubu Microsoft.

Sumber: GamesIndustry.biz.

Crysis Remastered Diumumkan, Bakal Tersedia di PC, PS4, Xbox One, dan Nintendo Switch

Gamer PC lawas semestinya tahu, salah satu game paling berat yang pernah PC mereka jalankan adalah Crysis. Bukan yang kedua atau ketiga, melainkan Crysis yang pertama, yang dirilis di tahun 2007.

Begitu menuntutnya Crysis, GPU paling top kala itu, Radeon HD 3870 dan GeForce 8800 GTX, bahkan tidak mampu menjalankannya dengan pengaturan grafis mentok kanan. Beberapa tahun sejak dirilis, Crysis bahkan masih cukup sering dipakai untuk menguji performa suatu GPU, dan tentu saja kita tak boleh lupa dengan meme “But Can It Run Crysis?”

Hampir 13 tahun berselang, game first-person shooter bertema sci-fi itu rupanya sedang bersiap untuk menyapa kembali para gamer. Lewat sebuah video teaser, Crytek selaku developer-nya mengumumkan Crysis Remastered. Platform yang dituju kali ini bukan cuma PC saja, tapi juga PlayStation 4, Xbox One, dan Nintendo Switch.

Ya, Nintendo Switch, meski saya yakin kualitas grafiknya tidak akan sebagus di platform lainnya, seperti kasusnya pada game seperti The Witcher 3. Terlepas dari itu, Crysis Remastered menjanjikan peningkatan kualitas grafik yang signifikan dibanding versi orisinalnya; mencakup tekstur beresolusi tinggi, temporal anti-aliasing, parallax occlusion mapping, dan masih banyak lagi istilah teknis lain.

Sesuai dugaan, Crysis Remastered juga bakal menawarkan ray tracing, tapi menariknya, ray tracing di sini adalah yang berbasis software (API). Apakah ini berarti pemain tidak wajib menggunakan GPU Nvidia seri RTX untuk bisa menikmati pencahayaan yang lebih realistis? Bisa jadi begitu, tapi kita tunggu saja penjelasan lebih mendetail dari Crytek menjelang perilisannya.

Kapan? Belum tahu, Crytek cuma bilang “coming soon“. Video teaser-nya pun belum menunjukkan kualitas grafiknya secara lengkap. Semoga saja benar-benar segera.

Sumber: Eurogamer.