Tag Archives: PT Walden Global Services

Jajaran manajemen WGSHub saat IPO di Bursa Efek Indonesia / WGSHub

“Venture Builder” WGSHub Kembangkan Ekosistem Dukung Digitalisasi UMKM dan Startup

WGSHub (PT Wira Global Solusi) merupakan venture builder atau inkubator startup sebagai anak perusahaan PT Walden Global Services. Dengan ekosistem Hak Kekayaan Intelektual, pendidikan teknologi informasi, kapasitas engineering, skill teknologi mutakhir, dan jaringan bisnis dan finansial, misi WGSHub adalah untuk menghemat biaya, meningkatkan penjualan, dan mengoptimalkan valuasi mitra dan pelanggannya.

Tidak hanya platform yang berbasis teknologi, tetapi juga perusahaan konvensional yang ingin mengadopsi digital di dalam perusahaan mereka, menjadi target mitra mereka.

Kepada DailySocial, Direktur Utama WGSHub, Edwin Pramana mengungkapkan, sebagai venture builder, WGSHub ingin memberikan kontribusi berupa teknologi berupa kepada mitra yang bergabung.

“Meskipun serupa dengan venture capital pada umumnya, [..] WGSHub ingin memberikan teknologi kepada startup hingga UMKM yang ingin mengakselerasi bisnis mereka. Dalam bentuk teknologi, kami yakin bisa membantu mereka mempercepat bisnis dan tentunya memanfaatkan modal dari pendanaan yang telah dilakukan untuk kepentingan lainnya,” kata Edwin.

Terdapat tiga kategori mitra yang dilirik WGSHub. Yang pertama adalah mereka yang sebelumnya telah memiliki pengalaman dalam industri tertentu atau yang disebut dengan industrial expert atau professional hire. Yang berikutnya adalah perusahaan konvensional yang dikelola generasi kedua hingga ketiga dan masih menjalankan bisnis kebanyakan secara offline. Yang terakhir adalah startup atau UMKM yang telah mendapatkan profit namun ingin mengembangkan bisnis lebih besar lagi.

Terdapat dua revenue stream yang menjadi fokus perusahaan. Yang pertama adalah penggunaan layanan yang berada dalam naungan WGSHub atau yang masuk dalam kategori business as usual. Revenue stream yang kedua adalah dividen sebagai portofolio. Dividen inilah yang sifatnya eksponensial layaknya startup.

Untuk memperluas peluang pendanaan portofolio, WGSHub juga menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan investasi ternama. Saat ini mereka sudah memiliki lima perusahaan portofolio. Tak hanya fokus memberikan kontribusi dalam bentuk bantuan teknologi, perusahaan juga ingin mengawal pertumbuhan bisnis mereka hingga bisa melantai di Bursa Efek Indonesia.

“Kami sangat optimis pada perkembangan WGSHub ke depannya. Saat ini pun sudah ada lebih dari 10 pipeline yang sedang kami jajaki. Di antaranya ada F&B tech, fashion tech, cybersecurity, animation studio, dan lainnya, sehingga kami yakin mendapatkan potensi revenue dan peningkatan nilai neraca secara signifikan,” kata Edwin.

Telah melantai di bursa

WGSHub telah melakukan Initial Public Offering (IPO) dengan ticker symbol atau kode WGSH di awal Desember 2021. Sesuai rencana, dana hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja perseroan.

“Ketika hadir sebagai venture builder, selain memberikan solusi untuk mitra kita, mereka juga bisa berinvestasi di WGSHub dengan membeli saham di secondary market. Mereka juga bisa membeli saham di portofolio milik WGSHub,” kata Edwin.

Untuk menjangkau lebih banyak pelaku UMKM dari industri kerajinan hingga industri kreatif, WGSHub mulai fokus ke metaverse dan NFT. Baru-baru ini perusahaan telah mengakuisisi Wangsa Ultima Kreasi (Mythologic Studio) untuk mewujudkan rencana tersebut.

Mythologic Studio merupakan Studio Animasi 3D yang sudah lama malang-melintang di industri. Salah satu karyanya adalah produksi film animasi serial Kiko yang tayang di Netflix. Perseroan bersama Mythologic Studio akan menyempurnakan ekosistem, yaitu mendukung kebutuhan 3D modeling, game asset, Augmented Reality, sampai tren masa depan seperti Metaverse dan NFT.

“Tahun 2022 ini kami juga berencana untuk meluncurkan venture capital yang menargetkan startup yang masih berada di tahap awal pendanaan. Cara kerjanya juga serupa dengan venture capital pada umumnya,” kata Edwin.

Temploy dan Usaha “Mengganggu” Budaya Kantor Tradisional (Updated)

Ada satu hal yang selalu menjadi daya tarik Indonesia di mata para pelaku bisnis, yakni potensi pengguna yang bisa direngkuh dari masifnya populasi Indonesia. Itu juga yang menjadi alasan startup part-time job matchmaking asal Singapura bernama Temploy untuk mulai berekspansi ke Indonesia. Lewat ekspansinya, Temploy ingin menumbuhkan basis penggunanya di Indonesia hingga 100 ribu, meluncurkan fitur baru bernama My Team, dan berupaya mendapatkan pendanaan Seri A di akhir tahun 2016.

Temploy adalah startup asal Singapura yang didirikan oleh Mark Koh di sekitar April 2014. Misinya adalah untuk mengganggu model jam kerja kantor tradisional dan memberdayakan calon untuk bekerja lebih dekat dengan gaya hidup yang ideal dan kenyamanan.

CTO Temploy Kenneth Sim menceritakan bahwa berdirinya Temploy diawali ketika Mark Koh coba membangun sistem untuk mengelola tenaga relawan yang memberikan bantuan bencana alam di Filipina. Dari sana, Mark Koh terinspirasi mengembangkan sistem lebih jauh sebagai platform yang dapat memecahkan masalah ketenagakerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus.

Kenneth mengatakan, “Sebelum mendirikan Temploy, dia [Mark Koh]sudah memecahkan rekor di Singapura dengan melakukan pekerjaan paruh waktu lebih dari 100 kali kurang dari satu tahun. […] Itu semua dilakukannya untuk menguji pasar sebelum mendirikan Temploy.”

Cara kerja Temploy sendiri cukup sederhana. Dari sisi pencari kerja, setelah mendaftar dan melengkapi biodata, hal yang dilakukan selanjutnya adalah mengisi skill set dan waktu luang mereka. Sedangkan dari sisi pencari tenaga kerja, Temploy diposisikan untuk membantu menemukan tenaga kerja tebaik yang dapat bantu meningkatkan produktivitas.

Dijelaskan Business Development Associate Temploy Tony Darmasaputra, singkatnya Temploy akan bekerja mencarikan pasangan lewat kolam karyawan berpotensi untuk majikan dengan menggunakan algoritma pencocokan yang dikembangkan Temploy untuk mencari orang yang tepat untuk pekerjaan yang tepat.

Meski awalnya hanya fokus pada pekerjaan paruh waktu yang dilakukan secara offline, namun kini Temploy juga mulai memfasilitasi pekerjaan yang dapat dilakukan secara remote.

Rencana di tahun 2016

[Kiri-Kanan] COO Temploy Arvin Tang , Indonesia Country Manager Temploy Tony Darmasaputra, CTO Temploy Kenneth Sim/ DailySocial

Pada Maret 2015 lalu, Temploy mendapatkan pendanaan dalam bentuk ekuitas dari perusahaan Indonesia. Lewat akuisisi inilah ekspansi Temploy ke Indonesia dimulai. Sebelumnya, dalam waktu kurang dari satu tahun setelah berdiri, Temploy sendiri telah hadir di Malaysia, Thailand, juga Hungaria.

Di Indonesia, kota yang dipilih sebagai pilot project adalah Bandung. Alasannya, menurut Kenneth, di Bandung ada banyak yang mencari kerja paruh waktu, terutama dari kalangan mahasiswa. Saat ini, basis pekerjaan yang tersedia dalam Temploy sendiri baru ada di Jakarta, Denpasar, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Batam.

Mengenai target yang ingin diraih, Kenneth menjelaskan bahwa mereka ingin bisa merengkuh hingga 100 ribu pengguna di awal operasionalnya di Indonesia. Selain itu, Temploy juga berencana untuk menambah fitur baru yang disebut My Team. Lewat fitur tersebut perusahaan nantinya dapat mengelola tenaga kerja yang sebelumnya sudah pernah dipekerjakan.

“Kami juga berencana untuk mendapatkan pendanaan Seri A tahun ini. Harapannya di akhir tahun kami sudah bisa memperoleh itu,” tambah Kenneth.

Satu hal yang menjadi perhatian Kenneth saat berekspansi ke Indonesia adalah dari sisi bahasa. Kennet percaya bahwa kehadiran tim lokal dan juga Country Manager dirasa akan dapat menangani dan memahami pasar Indonesia lebih baik. Saat ini, jumlah anggota tim Temploy di Indonesia baru ada tiga orang.

Kehadiran Temploy di Indonesia secara tidak langsung sebenarnya akan berhadapan dengan seribulancer  yang memfasilitasi pekerjaan paruh waktu secara online dan juga Jofom dari Jobstreet yang fokus pada pasar lulusan SMA dan sederajat.

Temploy sendiri saat ini sudah tersedia dalam bentuk aplikasi mobile yang dapat diunduh melalui Google Play untuk perangkat Android. Sedangkan untuk perangkat iOS, saat ini masih dalam proses pengembangan lebih lanjut.

Update: Kami menambahkan foto tim Temploy dan merubah keterangan mengenai Country Manager yang saat ini diemban juga oleh Tony.

Application Information Will Show Up Here