Tag Archives: PUBG esports

PUBG SEA Series Jadi Jalan Menuju Kejuaraan Dunia

Beberapa waktu yang lalu, kita sempat mendengar soal perubahan struktur kompetisi PUBG (Steam) secara internasional. Salah satu perubahan yang paling terasa adalah hilangnya liga untuk regional Eropa (EU) dan Amerika (NA). Penyebabnya mungkin karena format kompetisi liga untuk PUBG tidak berjalan dengan lancar di sana. Mereka mencoba membangun hype dengan menjual skin spesial liga dengan sistem bagi hasil kepada tim peserta, namun cara itu juga kurang berhasil.

Namun demikian, struktur tersebut tidak banyak berubah jika kita bicara ajang kompetitif skala regional SEA. Tahun lalu kita punya PUBG SEA Championship, yang jadi ajang unjuk gigi tim PUBG se-Asia Tenggara, termasuk wakil Indonesia Victim Esports. Tahun ini, walau masih menggunakan struktur yang kurang lebih sama, namun kompetisi tersebut kini hadir dengan membawa nama PUBG SEA Series (PSS).

Sumber: Geek Events Official Release
Sumber: Geek Events Official Release

Kompetisi tingkat SEA kini juga berubah jadi hanya memiliki format online saja. Turnamen ini terbuka hanya untuk tim dari empat negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Bagi Anda yang ingin mengikutinya, Anda bisa segera mendaftar di tautan pubg.geekevents.asia, dengan batas akhir pendaftaran pada tanggal 8 Februari 2020 mendatang.

Nantinya, empat tim terbaik dari gelaran PSS akan bertanding di tingkat yang lebih tinggi, yaitu PUBG Global Series Berlin Asia Pacific Region (PGS Berlin APQ). Dalam gelaran PGS Berlin APQ, peserta dari PSS akan diadu lagi dengan masing-masing 4 tim dari kompetisi tingkat tinggi di regional Asia Pasific, termasuk PUBG Master League (PML – Chinese Taipei), PUBG Thailand Series (PTS), dan PUBG Vietnam Series (PVS).

Setelah melalui kompetisi di PGS Berlin APQ, tim-tim tersebut nantinya akan melaju ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu kompetisi tingkat internasional, PUBG Global Series Berlin 2020 (PGS Berlin). Sebelumnya PUBG juga sempat mengumumkan lebih lanjut terkait struktur kompetisi di tahun 2020 ini. Tahun ini, PUBG mencoba untuk lebih merapihkan sistem sirkuit kompetisi PUBG secara global.

Sumber: Official PUBG
Sumber: Official PUBG

Pada pengumuman tersebut PUBG Corp. mengatakan bahwa mereka akan mengadakan 3 gelaran PGS di tahun 2020, dan 1 gelaran PUBG Global Championship (PGC) sebagai puncak tertinggi kancah kompetitif PUBG global. PGS mempertandingkan 32 tim, sementara PGC mempertandingkan 16 tim saja.

Empat besar gelaran PGS secara otomatis melaju ke PGS selanjutnya. Jika tim tersebut berhasil menempati empat besar di PGS ketiga, maka ia berhak melaju ke PGC 2020. Bagaimana dengan sisa 12 slot lainnya di PGC 2020? Untuk mengisinya, PUBG Corp. menjumlahkan poin Kill/Chicken Dinner yang didapat dari tiga PGS yang diikuti oleh tim. Setelahnya 12 tim dengan poin tertinggi akan secara otomatis melaju ke PGC 2020.

Babak final PUBG SEA Series akan diselenggarakan secara online pada tanggal 16 Februari 2020 mendatang. Setelah itu kompetisi lalu dilanjut dengan PGS Berlin APQ, dan ditutup dengan gelaran PUBG Global Series: Berlin yang diadakan pada 31 Maret sampai 12 April 2020 mendatang.

Melihat Sistem Bagi Hasil Penjualan Skin di Esports PUBG yang Kurang Berhasil

Playerunkown’s Battleground (PUBG – Steam) memulai kemunculannya lewat mod Arma III. Ketika itu, kehadiran mod tersebut ternyata berhasil menarik minat para gamers, karena model permainan yang sangat baru dan ternyata seru, yaitu Battle Royale. Walau berhasil meledak pada awalnya, namun popularitas game ini di PC berangsur menurun. Hype game ini coba dipertahankan lewat esports, namun berakhir kurang sukses dengan jumlah penurunan penonton yang cukup drastis.

Secara esports, tahun 2019 merupakan tahun yang cukup buruk bagi PUBG PC. Secara struktur, PUBG hadir lewat enam liga regional, dan tiga regional kompetitif tambahan. Mengutip Esports Insider, walau liga tersebut terlihat megah dari luar, namun ternyata berbagai pertandingan tersebut datang dengan beberapa masalah. Beberapa di antaranya seperti sedikitnya jumlah penonton, jadwal pertandingan yang ngaret, dan berbagai masalah lainnya.

Tak sampai situ saja, ternyata sistem bagi-hasil pembelian in-game item untuk esports PUBG juga mengalami masalah. Bagi Anda yang belum tahu PUBG sempat menerapkan sistem bagi-hasil untuk setiap pembelian merchandise digital terkait pada kompetisi seperti National PUBG League di Amerika Serikat, PUBG Europe League, atau PUBG Global Championship.

Sumber: PUBG Official
Sumber: PUBG Official

Pada artikel tersebut, Esports Insider juga mengungkap berapa angka hasil penjualan merchandise digital dari beberapa gelaran esports PUBG. Satu yang paling terasa adalah National PUBG League di Amerika Serikat. PUBG Corp menyediakan bermacam in-game item dari beberapa fase liga NPL berjalan. Pada fase dua, total yang didapatkan tim peserta masih lumayan, walau terbilang rendah untuk sebuah liga profesional.

Pada fase 2, NPL menjual jaket digital seharga US$9.99 (sekitar Rp136 ribu) dan berhasil meraup pendapatan total sebesar US$21.498,01 (sekitar Rp293 juta). Penyelenggara lalu membagi 25 persen pendapatan sebesar US$5.374,50 (sekitar Rp73 juta), kepada 16 tim peserta liga. Ini artinya masing-masing peserta hanya menerima US$335,91 (sekitar Rp4,5 juta) saja.

Pendapatan fase tiga malah lebih menurun lagi. Pada fase ini, PUBG Corp menghadirkan tongkat baseball NPL. Dengan besaran bagi hasil yang sama, yaitu 25 persen, besaran yang didapat adalah US$2775,84 (sekitar Rp37 juta). Jumlah tersebut kembali dibagi 16 peserta liga, yang berarti masing-masing tim hanya menerima sebesar US$173,49 (sekitar Rp2,3 juta).

https://twitter.com/MattDillonGG/status/1214674042478718976

Melihat angka penghasilan yang didapat tim tersebut, ditambah jumlah viewership yang terus menurun, tak heran jika PUBG secara esports terbilang kurang sukses pada 2019 kemarin. Dari sisi penjualan game, PUBG mungkin masih mendulang cukup hasil, karena mereka masih bisa menjual 4,7 juta kopi pada 2019 lalu.

Lalu, apa berikutnya bagi PUBG? Sebenarnya cukup menarik jika melihat esports PUBG secara keseluruhan. Sementara PUBG Mobile sedang mendulang popularitas perhatian khalayak internasional, PUBG PC malah sedang terseok-seok dengan segala masalahnya. Tahun 2020, PUBG Corp, sudah mengumumkan struktur terbarunya. Satu yang cukup terasa adalah hilangnya liga dari dalam struktur. Apakah ini akan memberikan hasil yang baik? Sebagai salah satu penggemar game PUBG, saya hanya bisa berharap yang terbaik saja bagi pionir game Battle Royale di PC ini.

Sumber header: PUBG Official

Ubah Struktur, PUBG Global Series Diumumkan Hadir Tahun 2020

Badai tren genre Battle Royale mungkin bisa dibilang sudah habis masanya. Letupan tren genre ini dimulai akhir tahun 2017 lalu lewat game yang dibuat dari mod ARMA II, PlayerUnkown’s Battleground. Setelah hampir dua tahun berlalu, kini tinggal soal mempertahankan agar genre ini tetap menjadi pilihan favorit gamers selain dari MOBA atau FPS klasik 5v5.

Muncul berbarengan dengan tren esports, tak heran jika PUBG (baik PC ataupun Mobile) menggunakan hal tersebut sebagai salah satu cara memasarkan game buatannya. PUBG Mobile sedikit banyak sudah mengumumkan rencana programnya untuk tahun 2020 mendatang. Lalu bagaimana dengan rencana esports dari original PUBG yang hadir di Steam dan PlayStation 4 ini?

Perubahan struktur

Dalam sebuah blog post, PUBG Corp mengumumkan bahwa akan ada perubahan struktur yang cukup signifikan untuk program esports PUBG di tahun 2020 mendatang. Kalau sebelumnya hanya ada satu kompetisi global, yaitu PUBG Global Championship, tahun depan PUBG Corp merencanakan akan ada 4 gelaran kompetisi tingkat internasional strata tertinggi.

Empat gelaran tersebut terdiri dari tiga gelaran PUBG Global Series 2020 (PGS 2020) dan satu gelaran PUBG Global Championship 2020 (PGC 2020). Rangkaian kompetisi internasional ini akan dimulai bulan April 2020 mendatang, dengan Berlin sebagai kota tempat penyelenggaraan. Setelahnya, turnamen PGS seri kedua dan ketiga akan diadakan pada bulan Juli, Oktober, yang ditutup dengan PGC 2020 pada bulan November 2020.

Masing-masing kompetisi ini nantinya akan jadi lebih besar lagi dibanding dengan tahun 2019 ini. Tim peserta setiap kompetisi akan tetap sejumlah 32 tim, namun setiap rangkaian kompetisi nantinya akan menawarkan total hadiah yang lebih besar dengan memanfaatkan sistem crowdfunding lewat penjualan in-game item.

Ini dilakukan melihat dari gelaran PGC tahun ini, yang berhasil mengumpulkan lebih dari US$6 juta (Rp83 miliar) lewat penjualan item-item kosmetik bertemakan PUBG Global Championship. Nantinya akan ada in-game item baru untuk setiap PGS yang akan menambah jumlah total hadiah dan memberikan tambahan pemasukan bagi tim yang mengikuti gelaran tersebut.

Hilangnya struktur liga dan menurunnya antusiasme penonton esports PUBG

Satu yang cukup terasa dari pengumuman perubahan struktur ini adalah hilangnya liga-liga PUBG tingkat regional. PUBG memiliki liga yang dibagi ke dalam tiga regional pada struktur esports secara keseluruhan, yaitu; PUBG Korea League, National PUBG League (NPL – Regional Amerika), dan PUBG Europe League (PEL – Regional Eropa).

Sebelumnya, slot untuk dapat masuk ke dalam kompetisi PUBG Global Championship 2019, salah satunya datang dari liga. Tahun depan, struktur kompetisi kembali menjadi kualifikasi terbuka, yang artinya setiap tim harus mengikuti kualifikasinya di regional masing-masing untuk dapat ikut serta di dalam gelaran PGS ataupun PGC 2020.

Keputusan PUBG Corp untuk menghilangkan liga dari struktur esports internasional sebenarnya cukup masuk akal. Salah satu alasannya adalah semudah karena liga esports PUBG tidak menarik untuk jadi tontonan bagi para gamers, terutama NPL. Mengutip dari esports charts, NPL mengalami penurunan jumlah penonton yang drastis sepanjang masa hidupnya.

Sepanjang 2019, ada tiga fase National PUBG League. Dari tiga fase tersebut, NPL Phase 2 jadi pertandingan dengan total penonton terbanyak. NPL Mencatatkan ditonton sebanyak 457.208 jam, dengan jumlah penonton terbanyak di saat bersamaan sebanyak 32.286 orang. Menariknya, pada NPL Phase 3, jumlah penonton menurun dengan sangat signifikan, dengan jumlah penonton terbanyak di saat bersamaan sebanyak 8.967 orang.

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Selain dari itu program esports internasional PUBG juga menderita penurunan drastis yang sama. Sejak dari tahun 2018 sampai tahun 2019, ada beberapa gelaran tingkat internasional yang diselenggarakan oleh pengembang, yaitu PUBG Global Invitational 2018, PUBG Nations Cup 2019, PUBG Global Championship 2019.

Sepanjang pelaksanaan tersebut, PUBG menderita penurunan penonton yang drastis, bahkan mencapai lebih dari 50%. Inisiatif pertama, yaitu PUBG Global Invitational berhasil menarik perhatian banyak orang. PGI 2018 mencatatkan data sebanyak 759.909 orang penonton terbanyak di saat yang bersamaan dan ditonton selama 9.303.474 jam.

PUBG Nations Cup 2019 adalah percobaan PUBG Corp untuk sedikit mengubah format kompetisi, dari sebelumnya berupa pertandingan dengan format klub, menjadi dengan format negara. Perubahan tersebut malah membuat jumlah penonton menurun. PNC 2019 hanya ditonton selama 3.405.203 jam dengan jumlah penonton terbanyak pada saat bersamaan sejumlah 492.735 orang.

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

PUBG Global Championship 2019 jadi penurunan yang paling drastis. Walau total jam ditonton hanya berkurang 200 ribu saja, namun jumlah penonton terbanyak di saat bersamaan hanya jadi tinggal 186.468 orang saja. Penurunan jumlah jam ditonton yang tidak signifikan terbilang cukup wajar, mengingat total durasi tayangan PGC mencapai 42 jam, sementara PNC hanya 16 jam saja.

Data penurunan penonton pada esports PUBG jadi menarik dibahas, karena sang adik, PUBG Mobile, juga mengalami fenomena yang sama. Walau tidak segitu signifikan seperti perbandingan antara PNC 2019 dengan PGC 2019, namun tren jumlah penonton PUBG Mobile lewat gelaran PMCO juga mengalami sedikit penurunan.

Tahun 2020 akan jadi tahun yang berat bagi genre battle royale, terutama PUBG, baik PC atau Mobile. Mampukah Tencent dan PUBG Corp. mempertahankan tren esports PUBG di tahun 2020 mendatang?

Perjuangan Victim Esports di PUBG SEA Championship Phase 3

Di tengah scene esports yang sedang berkembang dengan sangat cepat, bongkar pasang roster, tambal pasang divisi seperti sudah menjadi hal yang lumrah bagi sebuah organisasi esports. Tetapi Victim Esports mencoba jalan yang beda, mereka memilih untuk mengembangkan talenta mentah, dan menjadi organisasi esports yang berkembang bersama pemainnya.

Hal tersebut ternyata berbuah cukup manis bagi Victim Esports, terutama untuk kedua divisi PUBG PC mereka, Victim Rise dan Victim Reality, yang baru saja menyelesaikan pertandingan mereka di PUBG SEA Championship 2019 (PSC 2019) Phase 3. Tim ini memang sudah memberikan kejutan sejak dari kualifikasi Indonesia.

Walau Victim Rise dan Victim Reality merupakan tim yang dipandang dalam peta kekuatan kancah PUBG Indonesia, namun sebelumnya prestasi mereka terbilang masih cukup tertinggal dibanding para seniornya seperti Aerowolf atau RRQ. Namun, mental pantang menyerah sepertinya memang menjadi ciri khas dari organisasi Victim Esports.

Sumber: PUBG ID Official Page
Sumber: PUBG ID Official Page

Pada PSC 2019 ini, mereka akhirnya mendapatkan panggung untuk mereka sendiri. Pada kualifikasi Indonesia, Victim berhasil mengirimkan dua timnya, Victim Rise dan Victim Reality, ke PSC 2019 Phase 3. Dengan ini, berarti ada 3 wakil Indonesia di PSC 2019 Phase 3, Victim Rise, Victim Reality, dan RRQ.

Tetapi, dari dua tim PUBG PC Victim Esports tersebut, Victim Rise jadi lebih menonjol karena permainan mereka yang sangat ciamik. Pada babak Final Stage, mereka berhasil mendapatkan dua kali Chicken Dinner dari 15 ronde yang dipertandingkan. Selain itu, permainan mereka juga cukup stabil di ronde-ronde lainnya. Walau tidak mendapat Chicken Dinner, mereka mendapatkan peringkat 3 dengan 8 kill pada ronde 3, dan peringkat 4 dengan 9 kill pada ronde 11.

Untuk tim RRQ sendiri malah sedang menurun performa permainannya pada PUBG SEA Championship 2019 kali ini. Selama Offline Main Stage, mereka tidak mendapatkan Chicken Dinner sama sekali. Posisi terbaiknya mereka dapatkan pada ronde 8, ketika mereka mendapat peringkat 3 dengan 6 kill.

Sumber: PUBG ID Official Page
Sumber: PUBG ID Official Page

Setelah kurang lebih satu bulan pertandingan, Victim Rise akhirnya harus puas berada peringkat 4 dengan perolehan sebesar 148 poin. Victim Rise harus kalah dari Divine Esports yang jadi juara dengan perolehan 191 poin, dilanjut dengan Armory Gaming di peringkat 2 dengan perolehan 173 poin, lalu Sky Gaming Daklak di peringkat 3 dengan perolehan 171 poin. Lalu selain itu, Victim Reality harus rela finish di peringkat 9 dengan 111 poin yang diperoleh. Terakhir ada RRQ yang harus rela finish di peringkat 13 dengan perolehan hanya 71 poin saja.

PSC 2019 ini juga menjadi penting karena memperebutkan slot untuk bertanding di PUBG Global Championship 2019 (PGC 2019) yang akan diadakan pada November 2019 mendatang. Sky Gaming Daklak sebagai peringkat ketiga menerima slot tersebut, karena Divine Esports dan Armory Gaming sudah diundang langsung ke gelaran (PGC 2019). Ini menjadi momen yang cukup menyesakkan bagi tim Victim Rise, karena mereka seperti hanya satu langkah lagi untuk dapat bertanding di kompetisi tingkat global.

Victim Rise dan Victim Reality dalam PUBG SEA Championship 2019

Dengan hasil yang cukup membuat para penggemar (dan juga saya) gemas, namun tak bisa dipungkiri dua tim Victim ini sudah memberikan performa semaksimal mungkin. Hafiz Rachman, General Manager Victim Esports juga mengatakan bahwa ia sudah cukup puas dengan hasil yang didapatkan ini.

“Menurut kami hasil tersebut sudah cukup memuaskan, meskipun cukup sayang mereka belum bisa lolos ke PGC 2019. Melihat mereka yang sudah berjuang sekuat tenaga, saya merasa ini sudah cukup. Apalagi bisa dibilang pion yang mereka kumpulkan selama offline stage hampir lebih tinggi jika dibanding Sky Gaming Daklak.”

Satu hal yang juga membuat saya penasaran adalah persiapan dari kedua tim ini, terutama Victim Rise. Mengingat sebelumnya tim ini belum sempat terlihat muncul ke permukaan di kancah PUBG PC. “Memang Victim Rise sempat vacuum dari kompetisi selama kurang lebih 2 bulan setelah pergantian roster.” ucap Hafiz. “Kalau bicara persiapan dan pelatihan, sebetulnya tidak berbeda dibandint tim lain, mungkin memang Victim Rise baru menemukan formula dan chemistry tim.”

Lagi-lagi, walau bikin geregetan, saya juga setuju bahwa ini adalah hasil yang memuaskan bagi Victim Esports. Apalagi Victim Esports yang sebelumnya ketinggalan dibanding para seniornya. Namun mungkin yang cukup disayangkan adalah peringkat akhir dari Victim Reality yang bedanya cukup jauh dibanding Victim Rise

Roster Victim Rise pada PSC 2019 Phase 3

Sumber: PUBG ID Official Page
Sumber: PUBG ID Official Page
  • Fakhri “VTR_C1moy15” Adha
  • Kamaruddin “VTR_Kamalz”
  • Riski “VTR_Tantruum” Oktavianda
  • Risky “VTR_Chibiritt” Junaidi

Roster Victim Reality pada PSC 2019 Phase 3

Sumber: PUBG ID Official Page
Sumber: PUBG ID Official Page
  • Alvin “VTM_Miseryy” Sahri
  • Irham “VTM_Vandal9Boy” Fikri
  • Jaka “VTM_Jekzy” Saputra
  • William “VTM_SashaGrey” Hutagalung

Selamat bagi Victim Esports atas hasil yang didapatkan. Semoga bisa semakin baik di masa depan!

PUBG Indonesia Series, Ajang Perebutan Kesempatan Bertanding di PUBG SEA Championship 2019

Dengan selesainya gelaran MET Asia Series: PUBG Classic pada Juli 2019 kemarin, maka jadwal kalender kompetisi PUBG PC pun berlanjut ke fase berikutnya. September 2019 mendatang, akan kembali menghadirkan kompetisi PUBG SEA Championsip 2019.

Untuk bulan ini, PUBG SEA Championship 2019 sendiri sudah memasuki seri ketiga. Kira-kira siapa tim yang akan jadi wakil Indonesia untuk gelaran ini? Pencarian wakil Indonesia sendiri dilakukan lewat gelaran PUBG Indonesia Series yang diadakan oleh INDOESPORTS.

Kompetisi ini sendiri dibuka untuk umum, dengan beberapa tim diundang langsung untuk bertanding. Mereka yang mendapat undangan adalah tim yang namanya mungkin sudah cukup sering Anda dengar di scene PUBG Indonesia, ada Aerowolf, Victim, Ghost Alliance, dan The Prime.

Empat tim tersebut mungkin sudah bisa dibilang sebagai empat tim papan atas di kancah PUBG indonesia. Sebelum RRQ mulai muncul ke permukaan, Aerowolf bisa dibilang adalah rajanya PUBG PC Indonesia.

Sumber: Instagram @aerowolfproteam
Aerowolf Team One, tim PUBG Indonesia yang sempat mendapat sorotan khalayak internasional karena chicken dinner yang didapatkan di London. Sumber: Instagram @aerowolfproteam

Tim ini sudah langganan mewakili Indonesia dalam beberapa kompetisi PUBG Internasional, walau kerap melakukan roster shuffle. Mereka sempat mewakili Indonesia di salah satu rangkaian kompetisi PUBG Classic, yaitu FACEIT Global Summit: PUBG Classic 2019.

Selain dari Aerowolf, ada juga Victim yang bisa dibilang sebagai salah satu penantang keras RRQ dan Aerowolf. Sebagai tim yang tergolong baru, dan Victim Esports terbukti cukup berhasil dengan menggunakan strategi serta visinya untuk menjadi tim yang berkembang dengan pemain.

Terakhir kali, tim ini dengan membawa nama Victim Reality sempat mewakili Indonesia dalam gelaran setingkat Asia yang bertajuk GeForce Pacific Cup. Lalu untuk dua tim sisanya, The Prime dan Ghost Alliance, sebenarnya punya potensi untuk menjadi penantang di kancah PUBG PC Indonesia. Tetapi untuk saat ini, mereka sepertinya harus berusaha lebih lagi agar dapat bicara lebih banyak di kancah PUBG Indonesia.

Sumber: INDOESPORTS Official Release
Sumber: INDOESPORTS Official Release

PUBG Indonesia Series diadakan pada 27-31 Agustus 2019, mempertandingkan 47 tim PUBG Indonesia dengan memperebutkan total hadiah sebesar Rp10 juta. Nantinya, juara dan runner-up PUBG Indonesia Series akan mendapatkan slot bertanding di PUBG SEA Championship 2019 – Phase 3.

Jika Anda ingin menyaksikan aksi tim PUBG Indonesia terbaik dalam memperebutkan kesempatan bertanding di kancah yang lebih tinggi, Anda dapat menyaksikan tayangan langsungnya pada channel youtube INDOESPORTS.

Siapakah dua tim yang akan mewakili Indonesia di PUBG SEA Championship 2019 – Phase 3? Apakah akan menjadi milik Aerowolf dan Victim? Atau malah akan ada kuda hitam baru yang muncul?

 

Victim Esports Dalam Visinya Menjadi Tim yang Berkembang Bersama Pemain

Jumat, 23 Agustus 2019 lalu menjadi momentum penting bagi salah satu organisasi esports yang sedang berkembang, Victim Esports. Lewat gelaran konfrensi pers yang diselenggarakan di FX Sudirman, Jakarta, momen tersebut sekaligus menjadi perayaan momen kemenangan Victim Esports di laga latih tanding melawan timnas Mobile Legends untuk SEA Games 2019.

Selain dari selebrasi kemenangan Victim Esports, momen ini juga digunakan manajemen tim untuk mengumumkan berbagai macam hal. Mulai dari visi misi, berbagai divisi yang dimiliki, sampai jajaran brand ambassador yang akan menjadi wajah dari Victim Esports.

Awal Mula Victim Esports

Dalam sesi tersebut, Hafiz Rachman Fauzi, General Manager Victim Esports bercerita banyak soal perjalanan mereka dari awal hingga sekarang. Perjalanan awal Victim Esports mendapatkan nama di esports Indonesia sendiri adalah lewat PUBG PC.

Walaupun namanya mungkin baru mulai naik daun di Mobile Legends belakangan ini, tapi Victim Esports sebenarnya sudah lebih dulu mulai dikenal lewat PUBG, baik PC ataupun Mobile. Lahir sejak 10 September 2018, mereka mulai merintis lewat divisi PUBG PC.

Sumber: NVIDIA
Sumber: NVIDIA

Ketika itu, walaupun status mereka awalnya adalah tim kuda hitam, namun mereka kerap menyaingi nama-nama besar di kancah PUBG PC, seperti Aerowolf ataupun RRQ.

Victim Esports, lewat nama Victim Reality, sempat menjuarai penyisihan Nvidia GeForce PUBG Pacific Cup, dan mewakili Indonesia di tingkat yang lebih tinggi. Begitu juga dengan divisi PUBG Mobile Victim Esports, yang turut mewakili Indonesia di PUBG Mobile Club Open (PMCO) Spring, bersama dengan Bigetron, EVOS, ONIC, dan WaW.

Menjadi Organisasi yang Berkembang Bersama Pemain

Dengan segala prestasi yang sudah dimiliki, Victim Esports pun berkembang sedikit demi sedikit, menjadi memiliki beberapa divisi untuk game-game populer, termasuk juga Mobile Legends. Pada gelaran konfrensi pers, Victim Esports memperkenalkan semua divisi yang mereka miliki, yaitu: PUBG PC (2 Tim), PUBG Mobile, Mobile Legends, Free Fire, dan Auto Chess.

Yang membuat tim ini jadi menarik, manajemen tim menegaskan bahwa Victim Esports adalah organisasi esports yang ingin berkembang bersama pemainnya. Ketika itu ada Rickel Albert, manajer tim MLBB Victim Esports, menceritakan hal ini.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

“Kita berawal dari pemain-pemain yang ingin berkembang, lalu bergabung menjadi satu, kita campur semua, sampai akhirnya menjadi seperti sekarang, tim yang berprestasi.” Rickel mengatakan pada sesinya.

Doni Setiawan selaku CEO Victim Esports juga menegaskan hal tersebut. “Kita memang strateginya adalah mencari talenta-talenta baru, ambil dari semi-pro. Lalu kita didik, ajarin attitude dan juga cara bermain, supaya pemain ini menjadi pemain yang matang.”

Penasaran dengan visi ini, kami lalu mencoba mencari tahu lebih lanjut komitmen Victim Esports dalam mewujudkan visi tersebut, dan mencoba mewawancara dan Hafiz Rachman Fauzi, General Manager Victim Esports, . Pertama-tama soal latihan dan program yang disediakan. Victim Esports terbilang punya standar disiplin yang cukup ketat.

“Yang pasti, manajer di masing-masing divisi kita punya kewajiban mengatur jadwal, mulai dari latihan, sampai aspek kehidupan lainnya seperti waktu untuk makan, tidur, dan istirahat. Ucap Hafiz.

“Lalu kalau fasilitas sih seperti kebanyakan tim esports ya, gaming house, gaji yang cukup, dan lain sebagainya.” Hafiz lalu melanjutkan membahas soal fasilitas.

Lebih lanjut soal mencari talenta baru, scouting atau usaha mencari pemain berbakat dari berbagai daerah juga jadi hal lain yang menarik untuk dieksplorasi. Ini lalu menjadi topik berikutnya yang kami bahas.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

“Sejauh ini pemain-pemain kami (Victim Esports) domisilinya sudah cukup beragam, kita juga ada pemain asal Sulawesi dan Kalimantan. Karena memang visi kami adalah mengembangkan pemain, jadi kami kerap melakukan scouting ke berbagai daerah. Nanti sekiranya ada pemain yang potensial, kemungkinan besar akan kami rekrut dan kami latih agar menjadi pemain yang lebih matang.” Hafiz bercerita.

Kendati demikian, mereka tetap masih urung untuk mencoba mengembangkan basis operasionalnya ke daerah lain. Tapi ini bukan sepenuhnya tanpa alasan. Alasan Hafiz sebenarnya cukup mirip seperti apa kata Dani Handoko, owner tim Hanz Pro Gaming, tim yang berasal dari warnet di Palembang.

“Kita sempat mendapat tawaran investor untuk membuat cabang di Bali. Tapi gimana juga, nggak bisa bohong bahwa kebanyakan event masih di Jakarta. Daripada nantinya biaya operasional kita jadi membengkak, makanya sementara ini kita fokus di Jakarta dulu.” tukas Hafiz.

Regenerasi, dan Usaha Menjadi From Zero to Hero

Apa yang dilakukan dan menjadi visi bagi Victim Esports ini sebenarnya menarik. Mengapa? Karena hal ini seperti menjadi kompromi antara dua hal. Pertama secara ekosistem, Hybrid sudah beberapa kali membahas soal urgensi regenerasi pemain di scene esports Indonesia. Yohannes P.Siagian, mantan kepala sekolah SMA PSKD 1, menjadi salah satu sosok yang vokal soal hal ini yang juga sempat Hybrid wawancarai.

Lalu di sisi lain adalah soal kepentingan. Selama ini tak banyak entitas esports yang merasa punya kepentingan melakukan hal tersebut. Memang sudah ada JD.ID High School League ataupun Indonesia Esports League University Series. Namun keduanya hanya wadah pertandingan saja.

Untuk regenerasi, saya merasa ekosistem esports Indonesia ini memang masih kekurangan wadah pelatihan. Beberapa tim besar cenderung lebih memilih mengambil pemain yang sudah matang. Tetapi Victim Esports dengan visinya, mungkin bisa menjadi bagian penting dari ekosistem ini.

Apalagi Doni Setiawan sang CEO Victim Esports, juga secara gamblang ingin menciptakan tim yang bisa berjuang dari nol hingga menjadi juara. Secara peluang, Victim Esports sebenarnya bisa saja mencari keuntungan instan, dengan menjual pemain yang sudah dimatangkan oleh manajemen Victim Esports kepada tim yang lebih mapan. Namun, Doni lebih memilih jalan yang terjal untuk menjadi juara.

“Semisal ada pilihan jual pemain demi keuntungan instan, atau menggunakan pemain didikan untuk kompetisi yang belum tentu bisa memenangkan kompetisi, saya lebih memilih tetap menggunakan pemain didikan saya untuk mengikuti kompetisi yang belum tentu jadi juara.” jawab Doni Setiawan, CEO tim Victim Esports.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Keluarga besar Victim Esports, mulai dari manajemen, pemain semua divisi, hingga brand ambassador. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

“Karena begini, saya percaya dengan pemain saya. Mereka yang belum tentu jadi juara tentunya akan belajar. Dari kekalahan tersebut, mereka pasti bakal menemukan pelajaran agar dapat jadi juara di kemudian hari.” Doni melanjutkan.

Keteguhan Doni dalam mengembangkan tim dari nol ini, terutama Mobile Legends, mungkin bisa dibilang ada hubungannya dengan liga franchise MPL Season 4. Mengingat tim Mobile Legends Victim Esports terbilang cukup baru, mereka tidak mengikuti liga franchise MPL Season 4.

Maka dari itu, ini waktu yang tepat untuk mendidik pemain dan membangun kekuatan terlebih dahulu bukan?

Lebih lanjut, Doni juga menjelaskan keinginannya untuk ikut serta pada MPL musim berikutnya. “Kita kemungkinan besar bakal gabung entah di MPL musim kelima atau musim keenam.” Doni membuka pembicaraan.

“Tapi mengingat biaya franchise tersebut (Rp 15 miliar) bukan berarti divisi Mobile Legends adalah prioritas. Hanya saja, untuk pertarungan sekelas MPL, saya merasa Victim Esports wajib turut serta untuk dapat menunjukkan siapa diri kita.” Doni kembali menegaskan.

Lewat visinya, Victim Esports memang secara tidak langsung jadi punya “kewajiban” untuk meregenerasi atlet esport, yang dalam konteks ini adalah atlet esports Mobile Legends. Ini jadi cara yang menarik yang tentunya diharapkan bisa berdampak positif pada ekosistem.

Kendati kekhawatiran terhadap prospek masa depan suatu game akan terus ada, regenerasi pemain tetap menjadi hal yang wajib dilakukan dalam ekosistem esports. Agar ekosistem ini  tetap ada untuk bertahan, bukannya hanya menjadi tren sesaat yang lalu hilang ditelan zaman.

RRQ Duduki Peringkat 12 di MET Asia Series: PUBG Classic

MET Asia Series: PUBG Classic selesai digelar (26-28 Juli 2019). Dalam turnamen tingkat Asia ini, Indonesia diwakili oleh RRQ. Sayangnya, meskipun RRQ sukses melewati babak kualifikasi tingkat Asia Tenggara untuk bertanding di MET Asia Series, mereka harus puas dengan peringkat 12.

Tim Gen.G dari Korea Selatan keluar sebagai juara MET Asia Series, membawa pulang hadiah uang sebesar USD130 ribu. Posisi dua diduduki oleh DPG EVGA, yang juga berasal dari Korea Selatan. Sementara posisi ketiga dikuasai oleh tim Weibo dari Tiongkok.

RRQ tampil dalam MET Asia Series setelah bertanding di PUBG Southeast Asia Championship 2019 – Phase 2. Dalam babak kualifikasi tingkat Asia Tenggara itu, RRQ menyabet juara dua dengan hadiah sebesar USD20 ribu.

Sebelum pertandingan, Arwanto “WawaMania” Tanuwiharja mengatakan bahwa Korea dan China menjadi dua negara yang harus diwaspadai dalam MET Asia Series. Dugaannya ini tepat.

Dalam kompetisi tingkat Asia ini, posisi 10 besar didominasi oleh tim dari dua negara itu, hanya ada tiga tim yang tidak berasal dari Korea atau China. Tiga itm itu adalah Armory Gaming dari Thailand, yang menduduki posisi 3, tim AHQ dari Taiwan di posisi 7, dan tim DGW dari Jepang yang ada di posisi 10.

Anda bisa melihat hasil pertandingan dari MET Asia Series pada gambar di bawah.

met asia

MET Asia Series diadakan selama tiga hari, mulai dari tanggal 26 Juli sampai 28 Juli. Pada hari pertama dan kedua, para peserta harus bertanding sebanyak enam kali: tiga kali di peta Erangel dan tiga kali di peta Miramar.

Pada hari pertama, RRQ tampil dengan cukup baik. Meskipun tidak pernah mendapatkan Chicken Dinner, tapi mereka berhasil mendapatkan posisi empat dalam tiga pertandingan. Pada akhir hari pertama, RRQ mendapatkan 36 poin dan 24 kill.

Sayangnya, performa RRQ pada hari kedua memburuk. Dari enam pertandingan pada hari kedua, RRQ hanya dapat meraih 12 poin dan 6 kill. Performa mereka pada hari ketiga membaik, walau tetap tidak sebaik performanya pada hari pertama. Di hari terakhir, RRQ mendapatkan poin 27 dan kill 23.

Pada akhir kompetisi, mereka mendapatkan total poin 75 dengan jumlah kill 53. Sebagai perbandingan, tim Gen.G mendapatkan poin 111 dan kill 75.

Menurut Manajer Divisi PUBG tim RRQ, Denny Wijaya, tantangan tersulit yang harus timnya hadapi saat berkompetisi tidak hanya tim lain, tapi juga diri sendiri.

“Lawan terberat selain tim lain dan para player lain adalah diri sendiri dan zona,” katanya. “Bagaimana mengimplementasi strategi, percaya diri, dan rotasi dengan baik ketika zona tidak ke arah kami.”

Ini bukan kali pertama RRQ bertanding dalam kompetisi level Asia. Pada Januari, RRQ ikut bertanding dalam PUBG Asia Invitational 2019. Ketika itu, mereka hanya dapat meraih peringkat 15 dari 16 peserta.

Dalam MET Asia Series, terlihat bahwa ada peningkatan soal peringkat yang dicapai oleh RRQ, meski tidak banyak. Ke depan, tidak tertutup kemungkinan tim RRQ dapat menampilkan performa yang lebih baik dan mencapai peringkat yang lebih tinggi.

Mewakili tim RRQ divisi PUBG, Denny berkata bahwa target mereka masih sama seperti sebelumnya, yaitu juara di tingkat global.

“Yang pasti, target berikutnya tetap konsisten dengan target sebelumnya, yaitu juara. Karena kita sudah menembus SEA dan main di Asia, pastinya, target berikutnya ke global,” ujarnya.

Jalan Terjal RRQ Menghadapi MET Asia Series: PUBG Classic

Selain gelaran PUBG Mobile Club Open 2019, akhir pekan nanti juga akan menjadi ajang puncak dari gelaran kompetisi PUBG PC tingkat Asia lewat gelaran MET Asia Series: PUBG Classic. Dalam gelaran ini, tim RRQ yang beranggotakan Surya “Bogor” Mandika Andesta dan kawan-kawan menjadi wakil Indonesia, melawan tim kelas berat asal Korea, China, Jepang, dan sesama Asia Tenggara.

Sebelumnya, divisi PUBG PC RRQ berhasil lolos ke dalam kompetisi ini setelah melewati beberapa kualifikasi, mulai dari tingkat lokal Indonesia, sampai ke tingkat Asia Tenggara. Pada tingkat lokal, RRQ tampil dengan stabil. Mereka berhasil mengalahkan dua tim Aerowolf, yang sedari dulu terkenal kuat di kancah kompetitif PUBG lokal.

Sumber: Facebook Page @PUBG.ID.Official
Sumber: Facebook Page @PUBG.ID.Official

Masuk ke tingkat Asia Tenggara, penampilan RRQ cukup impresif. Melawan jagoan-jagoan FPS asal Thailand, mereka berhasil mendominasi untuk beberapa kali. Satu dua chicken dinner, ditambah kill yang banyak, membuat tim RRQ bisa memborong banyak poin. Alhasil, mereka bisa lolos ke tingkat Asia setelah menjadi runner-up dalam gelaran PUBG SEA Championship.

“Untuk persiapan kita tetap dengan jadwal latihan seperti biasa, scrim dengan tim luar negeri dan ditambah dengan latihan aim secara pribadi.” ucap Denny Wijaya, manajer divisi PUBG RRQ, menyambung mulut dari para pemainnya. Sepeninggalan Ryan “Supernayr” Prakasha dari tim Aerowolf One, peta kekuatan kancah kompetitif PUBG di Indonesia mulai berubah.

Tim RRQ bangkit dengan strategi permainan yang solid, ditambah dengan skill bidikan para pemain yang tajam, membuat RRQ kini menjadi raja baru di kancah kompetitif PUBG Indonesia.

Sumber: PUBG Mobile Indonesia
Sumber: PUBG Mobile Indonesia

“Untuk MET Classic, menurut saya RRQ punya peluang yang cukup bagus.” jawab Arwanto “WawaMania” Tanuwiharja saat saya tanyakan komentarnya. “Pemain-pemain mereka sudah bonding cukup lama. Ditambah lagi, Bogor, pengganti ASWP, mainnya juga sudah klop dengan yang lain.” lanjut Wawa.

Kendati demikian, lawan mereka datang dari regional-regional yang memang terkenal kuat di kancah PUBG. “MET Classic ini lawannya datang dari Korea, China, dan Jepang. Di antara tiga tersebut, ada dua negara yang menurut saya perlu diwaspadai, yaitu Korea dan China.” jawab Wawa, menganalisis. “Mereka jadi perlu diwaspadai karena playstyle-nya yang sangat cerdik. Mereka kerap berpikir 1-step-ahead, yang akan menyulitkan bagi siapapun yang menghadapinya.”

Menghadapi jalan terjal di MET Asia Series, tim RRQ ternyata tak gentar dan tetap optimis. “Kami tidak berani berprediksi, namun kami akan berjuang semampu kami dan mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik kami.” para pemain tim RRQ mengatakan kepada sang manajer, Denny Wijaya.

Sumber: MET Asia Series Official Site
Sumber: MET Asia Series Official Site

Divisi PUBG PC tim RRQ akan bertanding di dalam gelaran MET ASIA Series: PUBG Classic mulai dari hari ini sampai 28 Juli 2019 mendatang. Anda dapat menyaksikan tayangan pertandingan ini pada kanal Twitch resmi milik MET Events.

Dapatkan mereka menjadi yang terbaik, merebut bagian dari total hadiah US$300.000, dan mewakili Indonesia di tingkat internasional? Mari kita doakan agar tim RRQ bisa mendapatkan hasil yang terbaik!

 

PMCO SEA Week 3: Thailand Masih Tak Terkalahkan, Bigetron Naik Pamor

Pertandingan PUBG Mobile Club Open SEA Spring Split yang kini berada dalam fase liga, sudah memasuki pekan ketiga. Pada pekan lalu, klasemen secara keseluruhan sebetulnya tidak banyak berubah. Posisi top 3 masih dikuasai duo tim asal Thailand yaitu RRQ.Athena dan ILLUMINATE The Murder, ditambah BOX Gaming asal Vietnam yang membayangi mereka berdua.

Ketiga tim tersebut punya perbedaan poin total yang cukup tipis-tipis, hanya sekitar 100 sampai 200 poin saja; yang sebenarnya masih bisa dikejar dalam satu pekan pertandingan. Tersisa dua pekan pertandingan lagi, bagaimana kabar dari tim Indonesia? Walaupun EVOS dan Bigetron masih saling pepet di posisi 4 dan 5, namun kenyataan berat yang harus mereka terima adalah perbedaan poin mereka dengan BOX Gaming yang cukup jauh.

Kendati demikian, pekan ketiga ini bisa dibilang menjadi ajang kebangkitan bagi tim Bigetron. Setelah dua pekan bermain konsisten, pekan ini Bigetron seakan sudah berhasil menemukan celah pada musuh-musuh mereka, terutama iLMN TM, yang jadi lawan dalam pertandingan grup C vs A.

Sumber: Facebook Page @PUBGMOBILE.ID.OFFICIAL
Sumber: Facebook Page @PUBGMOBILE.ID.OFFICIAL

Dua pekan terakhir, Bigetron ataupun EVOS masih belum mampu membuat MARTIN dan kawan-kawan iLMN TM bertekuk lutut secara klasemen keseluruhan. Namun setidaknya Bigetron sudah berhasil taklukkan mereka saat pertandingan grup C vs grup A. Pada pertandingan tersebut, Bigetron tahan iLMN TM di peringkat kedua dan mengisi peringkat pertama setelah kumpulkan 4 kali chicken dinnner dari 8 ronde pertandingan.

“BTR memang jauh lebih stabil secara placement dan juga kill. Sementara EVOS di sisi lain memang lagi turun secara performa. Menurut saya itu juga jadi penyebab BTR bisa membalap mereka dan naik ke peringkat 3.” kata Florian “Wolfy” George memberi komentar seputar permainan Bigetron

Selain Bigetron, tim Indonesia lain, yaitu We Against the Worlds (WAW), juga sedang on-fire pekan ini. Setelah dua pekan terakhir kerap berada di peringkat bontot, pekan ini mereka mengalami peningkatan yang signifikan, terutama saat pertandingan grup C vs A. Sementara Bigetron menguasai klasemen di pertandingan tersebut, WAW membuntuti dengan mengumpulkan jumlah kill yang lumayan, ditambah placement yang juga tidak buruk; dua kali jadi runner-up dari delapan ronde pertandingan.

“WAW sebetulnya kuat dari sisi firepower. Sayang, mereka sering kena pickoff pada awal permainan, yang membuat mereka kesulitan ketika clash dengan tim lain pada mid phase. Tetapi minggu ini mereka melakukan sedikit perubahan. Mereka mainnya langung berkumpul 4 orang di awal-awal, membuat tingkat survivability mereka lebih tinggi di early phase. Alhasil mereka bisa lengkap di mid-late phase dan mendapatkan hasil yang baik.” Jawab Wolfy membahas peningkatan WAW di pekan ketiga ini.

Kendati demikian, entah kenapa permainan tim Indonesia selalu kurang lepas, terutama saat pertandingan grup A vs B, atau grup B vs C. Mungkin karena pertandingan grup tersebut diisi oleh tiga sekaligus dari Big Three kompetisi PMCO SEA Spring Split, yaitu RRQ.Athena, iLMN TM dan BOX Gaming.

Tim sekelas Bigetron bahkan cuma mampu mencapai peringkat 9 saja pada pertandingan grup A vs B, dengan kehadiran RRQ.Athena dan iLMN TM. Sementara di sisi lain EVOS juga harus puas di peringkat 6 pada pertandingan grup B vs C, dengan kehadiran RRQ.Athena dan BOX Gaming di dalam pertandingan tersebut.

“Bisa dibilang A vs B itu grup neraka, ada 5 tim dari Thailand yang bisa dibilang sebagai region paling kuat. Gara-gara hal tersebut makanya tim Indonesia cukup kelimpungan, dan kemungkinan tim Thailand untuk menang juga lebih besar. Lalu kalau pada grup B vs C, Indonesia sebenarnya punya peluang. Tapi sayang, EVOS dan ONIC performanya sedang turun, walaupun Onic mainnya udah lebih bagus saat jelang akhir minggu.”

Gelaran PMCO SEA Spring Split memasuki pekan keempat pada pekan ini. Dapatkan tim-tim Indonesia mengalahkan dominasi dari regional Thailand? Anda dapat langsung mengunjungi kanal Youtube PUBG Mobile ID, untuk tayangan langsung PMCO SEA Spring Split setiap Rabu sampai Minggu.

PMCO SEA Week 2: EVOS Konsisten, Bigetron Tampil Membaik

Pekan lalu jadi pekan kedua dari fase liga PUBG Mobile Club Open (PMCO) SEA Spring Split. Pada pekan kedua ini, format pertandingan masih tetap sama, yaitu league round robin. 24 tim yang menjadi peserta dibagi ke dalam tiga grup, lalu setiap pekannya masing-masing grup akan saling bertemu dengan urutan berupa, grup A vs B, grup B vs C, dan grup C vs A.

Pada pekan kedua ini kejutan datang dari salah satu tim asal Thailand yang bernama ILLUMINATE The Murder (iLMN TM). Walau pekan lalu dominasi masih bisa dipegang oleh RRQ.Athena, tetapi pekan ini iLMN TM berhasil muncul ke permukaan berkat permainan mereka yang konsisten.

Sebenarnya permainan tim iLMN TM terbilang sudah konsisten dari hari ke hari, pekan ke pekan. Pekan pertama, walau mereka masih belum bisa taklukkan RRQ.Athena, namun GODDARD dan kawan-kawan masih menempel di posisi klasemen kedua. Pekan ini, entah apa yang terjadi, performa RRQ.Athena cenderung menurun. iLMN TM yang masih cukup konsisten memanfaatkan momentum ini untuk membungkam sang raja. Terbukti pada saat grup A vs B, sementara iLMN TM berjaya, RRQ.Athena hanya harus puas berada di posisi klasemen 5 dengan perolehan 120 poin saja.

Pada sisi lain, tim-tim Indonesia yang bertanding dalam gelaran ini juga tampil dengan cukup konsisten., terutama tim EVOS. Setelah mereka tampil ngotot di pekan pertama, EVOS ternyata berhasil pertahankan performa mereka di pekan kedua ini. Kendati harus berhadapan juga dengan iLMN TM , namun mereka tak gentar, dan bahkan sempat mencuri chicken dinner saat ronde ke-7.

Florian “Wolfy” George, selaku shoutcaster bahasa Indonesia yang bertugas selama gelaran liga PMCO SEA, juga turut memberi komentarnya melihat performa tim Indonesia belakangan ini. Ia memberi komentar senada, mengatakan bahwa memang performa tim Indonesia cenderung meningkat pada week 2 ini. “Peningkatan terbesar terlihat pada tim Victim. Pekan lalu mereka masih kurang maksimal. Pekan ini, menariknya mereka betul-betul naik tingkat, step-up dan mengumpulkan banyak poin, walau terasa kurang lengkap karena belum mendapat chicken dinner.” jawab Wolfy membahas performa tim Indonesia.

Sumber: Hasagi.gg
Florian “Wolfy” George, ex-pemain semi-pro League of Legends, yang kini menjadi caster bahasa Indonesia dalam gelaran PMCO SEA Spring Split. Sumber: Hasagi.gg

Untuk sementara ini, dua tim Indonesia masih mengisi posisi top 5 pada klasemen total perolehan poin. EVOS yang masih konsisten berada di peringkat 4 dengan perolehan 741 poin, sementara Bigetron yang permainannya berangsur membaik berada di peringkat 5 dengan perolehan 640 poin. Sementara itu Victim dan Onic Esports sementara ini posisinya cukup terpuruk di klasemen, walau masih di zona aman. Victim saat ini berada di peringkat 9 dan Onic Esports berada di peringkat 13.

Pertandingan pekan ketiga sudah dimulai sejak hari rabu kemarin, dan akan berlangsung sampai akhir pekan ini. Perjuangan tim Indonesia di ajang PMCO SEA dapat langsung Anda tonton pada kanal Youtube PUBG Mobile ID. Mari kita doakan para tim Indonesia agar bisa mendapat hasil yang terbaik dan mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional!