Industri game dan esports memang identik dengan dunia pria. Meskipun begitu, tetap ada beberapa pemain esports perempuan yang berhasil meraih sukses. Berikut 10 pemain esports perempuan dengan pemasukan terbesar, menurut Esports Earners. Menariknya, para pemain yang masuk daftar ini berlaga di game yang berbeda-beda. Padahal, kebanyakan pemain esports laki-laki yang mendapatkan hadiah terbesar merupakan pemain Dota 2, khususnya, para pemenang The International.
Berikut daftar 10 pemain profesional perempuan dengan pemasukan terbesar.
1. Sasha “Scarlett” Hostyn
Dengan total pemasukan sebesar US$393,5 ribu, Scarlett merupakan pemain esports perempuan dengan penghasilan terbesar. Tak hanya itu, dia juga merupakan pemain Starcraft perempuan pertama yang berhasil memenangkan turnamen major. Dan belum lama ini, dia menandatangani kontrak dengan tim baru, Shopify Rebellion. Memang, skena esports Starcraft tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan game esports lain seperti League of Legends atau Counter-Strike: Global Offensive. Meskipun begitu, turnamen major dari Starcraft masih diminati. Jadi, Scarlett masih akan bisa melanjutkan karirnya.
2. Vi “VKLiooon” Xiaomeng
VKLiooon duduk di posisi kedua dalam daftar pemain perempuan dengan pemasukan terbesar. Secara total, dia telah mendapatkan penghasilan sebesar US$238 ribu. Dia merupakan salah satu pemain perempuan ternama di skena esports Hearthstone. Dia mendadak menjadi tenar ketika berhasil memenangkan Hearthstone Grandmasters Global Finals pada 2019. Ketika itu, dia menjadi perempuan pertama yang memenangkan kompetisi tersebut.
3. Kat “Mystik” Gunn
Sekarang, Mystik berkontribusi dalam industri game dan esports dengan menjadi streamer dan cosplayer. Namun, sebelum dia dikenal sebagai streamer, dia merupakan pemain profesional CS:GO. Dia berhasil memenangkan hadiah besar berkat kesuksesan timnya, Carolina Core, di Championship Gaming Series (CGS). Dengan total pemasukan US$122,6 ribu, dia merupakan pemain esports perempuan dengan pemasukan terbesar ketiga. Memang, karir Mystik sebagai pemain profesional tidak bertahan lama. Namun, hal itu cukup untuk membuat namanya dikenal di kalangan fans esports sehingga dia bisa ganti haluan menjadi streamer.
4. Rumay “Hafu” Wang
Hafu dikenal sebagai satu streamer terpopuler di Twitch. Dia dikenal berkat kemampuannya dalam bermain Teamfight Tactics. Sejauh ini, dia telah mendapatkan US$84,5 ribu. Belakangan, dia tidak lagi bertanding di kompetisi esports. Meskipun begitu, dia masih aktif di dunia esports sebagai streamer. Pada November 2020, Hafu menjadi streamer perempuan dengan penonton terbanyak setelah Valkyrae.
5. Ricki Ortiz
Ricki Ortiz, pemain Street Fighter, duduk di peringkat lima dengan total pemasukan sebesar US$81,2 ribu. Memang, sejak awal karirnya, Ricki selalu fokus pada fighting game. Sekarang, dia bermain sebagai perwakilan Evil Geniuses di kompetisi fighting game, khususnya Street Fighter. Dia bahkan berhasil meraih juara dua di Capcom Cup 2016. Dia hanya kalah di babak final dari mantan juara Du “NuckleDu” Dang.
6. Nina “Nina” Qual
Sepanjang karirnya sebagai pemain esports, Nina berhasil mendapatkan US$77,9 ribu. Hal ini membuatnya duduk di posisi enam. Sama seperti Scarlett, Nina juga merupakan pemain Starcraft 2. Sampai saat ini, dia masih aktif ikut kompetisi Starcraft bersama Team eXoN. Sebelum itu, dia merupakan bagian dari ROOT Gaming. Dia pertama kali bergabung dengan ROOT Gaming pada 2012. Dia sempat keluar dari tim tersebut karena alasan keluarga pada Oktober 2012. Namun, satu bulan kemudian, dia kembali bergabung dengan ROOT Gaming.
7. Kim “Geguri” Se-yeon
Geguri merupakan pemain Overwatch asal Korea Selatan. Dalam tim, dia biasanya berperan sebagai Off-Tank. Beberapa hero yang menjadi ciri khasnya adalah Zarya, D.Va, Roadhog, dan Orisa. Dia bergabung dengan Shanghai Dragons — tim Overwatch League yang mewakili Tiongkok — pada Februari 2018. Bersama Shanghai Dragons, Geguri pernah memenangkan beberapa turnamen bergengsi, seperti Overwatch League 2020 – Asia Playoffs, Overwatch League – 2020 Regular Season, dan Overwatch League 2020 – Countdown Cup. Namun, dia keluar dari Shanghai Dragon pada Oktober 2020. Secara total, Geguri berhasil mendapatkan US$70,1 ribu.
8. Tina “Tinaraes” Perez
Dengan total pemasukan sebesar US$66,2 ribu, Tinaraes duduk di peringkat delapan. Dia merupakan pemain Fortnite dan bergabung dengan Gen.G pada Oktober 2018. Ketika itu, Gen.G juga menandatangani kontrak dengan Maddie “Maddiesuun” Mann. Bersama dengan Maddiesuun, Tinaraes menjadi duo Fortnite perempuan di Gen.G. Keduanya merupakan pemain Fortnite perempuan pertama yang mendapatkan kontrak dengan tim esports besar. Bersama dengan Rhux dan Pika, Tinarae berhasil menjadi juara pertama dari TwitchCon 2019.
9. Maureen “Alice” Gabriella
Jika Anda merupakan pemain PUBG Mobile atau fans esports, Anda pasti pernah mendengar nama Maureen Gabriella alias Alice. Sepanjang karirnya, pemain Bigetron Red Alien ini telah mengumpulkan US$57,4 ribu, menjadikannya sebagai pemain esports perempuan dengan penghasilan terbesar ke-9. Berperan sebagai Sniper atau Support, Alice memang sudah memenangkan banyak kompetisi bergengsi bersama Bigetron, seperti PUBG Mobile Pro League – Fall Split 2020: SEA dan PUBG Mobile Pro League – Fall Split 2020: Indonesia League. Dalam PUBG Mobile GLobal Championship Season 0: League, Alice bersama Bigetron berhasil menjadi juara dua.
Nama Marjorie Bartell dikenal di dunia esports setelah dia mengalahkan Sarah Harrison di Championship Gaming Series, turnamen Dead or Alive. Dalam waktu kurang dari satu tahun, dia berhasil memenangkan lebih dari US$55 ribu, membuatnya menjadi pemain Dead or Alive dengan pemasukan terbesar. Dia mengambil nama “Kasumi Chan” dari salah satu karakter di seri Dead or Alive.
Sandika “Sansskuy” Hadit Prasetyo, shoutcaster PMPL Indonesia Season 3 yang akan memberikan analisanya mengenai 10 tim mulai dari bursa transfer pemain sampai prediksi tim.
1. EVOS Reborn
Sesuai dengan namanya, EVOS lahir kembali dengan menghadirkan pemain ternama di roster mereka. Microboy yang merupakan sosok penting di Bigetron RA, kini memutuskan hijrah ke tim macan putih sebagai IGL. Selain itu juga ada duet pemain ION Esports yaitu Redface dan Auro, KF dari Rubic FXN, dan juga Sinyo yang dikenal sebagai pelatih dari Bigetron RA. Lyzerg menjadi satu-satunya pemain dari PMPL ID Season 2 EVOS yang dipertahankan di musim ini.
“Roster yang lahir kembali kali ini memiliki rasa yang hampir sama dengan Bigetron RA. Ada Microboy yang sebelumnya menjadi otak permainan Bigetron. Ada juga Redface dan Auro yang memiliki aimpower yang kuat. Meski begitu, karena masih tim baru, mereka belum punya chemistry yang kuat yang terlihat baik di scrim atau turnamen komunitas karena masih ada miskomunikasi. Untuk target 5 besar, dengan roster ini EVOS berpeluang besar asalkan bisa menyatukan para pemain yang sudah punya jam terbang tinggi.”
2. Geek Fam ID
Kehilangan Summer yang saat ini bergabung ke MORPH Supplybang, Geek Fam ID memilih untuk menambah roster mereka sampai 6 pemain. Katou, yang sebelumnya menjadi pelatih, kini menjadi pemain dan ditambah Dinosaurus sebagai pemain keenam. Posisi pelatih Geek Fam kini ditangani oleh MxMoore.
“Walau tidak banyak berubah namun Geek Fam yang sekarang justru tidak terlalu kelihatan seperti awal mereka PMPL yang sangat agresif untuk mencari Kill. Hadirnya Dinosaurus dan Katou masih belum memberikan banyak perubahan yang terlihat dari hasil scrim dan turnamen dengan masih mencari-cari gameplay.
3. Genesis Dogma GIDS
Menjadi salah satu tim yang bertarung di PMPL ID Season 1, mereka kembali ke panggung PMPL usai juara PMCO 2021. Meski datang dengan seluruh pemain yang baru debut di PMPL, GD Gids punya ambisi tinggi. Pasalnya, mereka mendatangkan Benny Moza, mantan pemain Point Blank RRQ Endeavour yang didapuk untuk menjadi pelatih tim.
“Pencapaian mereka menjadi juara PMCO Spring Split Indonesia 2021 membuat nama mereka bisa bersaing dengan nama-nama besar di PMPL ID Season 3. Permasalahan mereka hampir sama dengan tim-tim yang baru hadir di PMPL cenderung takut untuk bersaing ketika memperebutkan dropzone dan membuat mereka hanya bisa scrapping di kota-kota kecil. Kehadiran BennyMoza diharapkan bisa membawa pengalamannya di ranah esports untuk membantu para pemain GD Gids yang baru debut PMPL.”
4. MORPH Supplybang
Kehilangan 4 pemain sekaligus, MORPH melakukan berbagai perubahan roster. Zabrol yang dikenal adik dari TakaNome kembali bermain setelah di PMPL Indonesia Season 2 memutuskan untuk hiatus. Selain itu, mereka juga menghadirkan Summer, 2Cool, dan Hokky dengan status pinjaman dari Supplybang. Tidak hanya itu, Morfeus yang pernah bermain di EVOS dan Geek Fam menjadi analis bagi MORPH Supplybang.
“Meski melepas NoMercy dan Jeixy namun MORPH mendatangkan pemain yang tidak kalah bagus dengan datangnya Summer yang menjadi IGL. Lalu ada Hokky yang walau masih muda namun cukup menjanjikan dengan skill yang bagus dan membuktikan kapabilitasnya sejauh ini untuk menggantikan posisi NoMrcy. Tugas dari MORPH saat ini hanya tinggal bagaimana mereka memaksimalkan pemain-pemain yang ada.”
5. ONIC Esports
Perubahan roster yang cukup menarik dilakukan ONIC dengan mendatangkan pemain debutan di PMPL yaitu POWERPUNK dari Einheijar Originss yang menggantikan Kape dan Matthew. Ada juga Rafi yang meraih MVP di PMPL Indonesia Season 2, Kent yang kembali menjadi IGL dan Nikk yang sebelumnya juga meraih Terminator di PMPL Indonesia Season 1.
“ONIC tidak terlalu banyak melakukan perubahan dan permainan mereka tidak jauh berbeda dengan PMPL Season 2 karena masih mempertahankan pemain-pemain inti mereka. Kedatangan POWERPUNK saya rasa menjadi angin segar bagi ONIC yang mencoba memunculkan pemain bintang baru di ranah PUBGM Indonesia.”
6. Skylightz Gaming
Merupakan tim esports baru di Indonesia, Skylightz Gaming langsung menjalani debut perdana mereka di PMPL dengan mengakuisisi slot dari ION Esports. Skylightz menghadirkan Jerssy sebagai satu-satunya pemain di roster ION. Ia ditemani oleh Slayer, mantan pemain dari Louvre Kings dan dua pemain debutan PMPL yaitu Pinky dan Jaymax.
“Tim debutan baru yang hadir di PMPL yang berpusat di Jerssy mantan ION Esports. Kesempatan ini menjadi ajang pembuktian baginya yang tidak banyak bermain di PMPL musim kedua karena permasalahan umur. Secara keseluruhan, permainan dari timnya masih belum terlihat baik di scrim atau turnamen komunitas namun menarik untuk dilihat bagaimana penampilan di Skylightz di PMPL.”
7. TAKAE Esports
Meski gagal lolos ke PMPL ID Season 3, Takae Esports hadir di PMPL setelah mengakuisisi slot The Pillars Slayer. Bangkhuz dan Argenta menjadi pemain yang dihadirkan dari roster The Pillars. Selain itu juga ada Zaay yang berstatus pemain pinjaman dari Capital9. Sedangkan 2 pemain terakhir adalah Hadezz dan Kean yang menjalani debut PMPL perdana mereka.
“Takae berisikan mantan pemain yang sudah memiliki jam terbang tinggi seperti duet mantan pemain The Pillars, Bangkhuz dan Argenta. Selain itu juga ada Zaay yang memiliki aim yang bagus dengan membuktikan saat masih bersama MORPH. Untuk bisa ke Grand Final, mereka masih bisa bersaing namun mereka menurut saya harus berjuang ekstra menembus 10 besar atau bahkan 5 besar karena racikan pemain mereka yang baru dan tidak bisa disamakan baik MORPH atau The Pillars.”
8. RRQ Ryu
Meski melepas Dron dan Boonk, RRQ Ryu masih mempertahankan Nerpehko, Warunk, VALDEMORT, dan Mildway yang masih bertahan dari PMPL ID Season 2. Satu-satunya pemain yang didatangkan adalah Kenboo yang sebelumnya menjadi brand ambassador RRQ. Ia merupakan pemain awal dari RRQ Ryu yang terbentuk di tahun 2018.
“Permasalahan utama dari RRQ Ryu adalah inkonsistensi mereka saat turnamen. Kalau mereka sedang bagus bisa sangat dominan namun di match selanjutnya bisa drop. Secara pemain, karena mereka tidak mengganti susunan pemain seharusnya bisa lebih matang lagi secara gameplay. Kehadiran Kenboo sebagai pemain kelima lebih ke arah pemain cadangan karena ia terlihat jarang diturunkan di scrim atau turnamen komunitas. Namun pengalaman kompetitif yang cukup tinggi bakal membantu mereka di PMPL ID Season 3.”
9. Voin Victory88
Voin Victory88 kembali berhasil lolos ke panggung PMPL usai meraih juara ketiga PMCO Spring Split Indonesia 2021. Setelah harus puas di peringkat 22 PMPL Indonesia Season 2, mereka mempertahankan Dabs2k dan Aimbot dari roster lama dan mendatangkan Maybe mantan pemain Nara Esports yang kini didapuk sebagai IGL. Selain itu juga ada Assa dan CaL yang akan debut perdana di PMPL.
“Voin seharusnya bisa bermain lebih baik di PMPL musim ini setelah sempat terjadi masalah internal yang menjadi penyebab buruknya performa mereka di musim kedua. Kedatangan Maybe dari Nara menjadi PR terbesar untuknya mengingat, selain menggantikan posisi Hulk yang kini di 69 Esports, apakah ia bisa bermain lebih baik dibanding musim sebelumnya.”
10. Victim Sovers
Sukses meraih juara keempat di grand final PMPL ID Season 2, Victim justru harus ditinggal 3 pemain yaitu Jughead, Cisun, dan Banyuu. Meski begitu, mereka juga mendatangkan pemain yang sepadan yaitu Rocky. Meski tidak banyak bermain di PMPL ID Season 2 saat bersama Red Rocket Cosmic karena kendala umur, ia sukses mencuri perhatian berkat aksi yang ia berikan. Selain itu juga ada Bobbs yang merupakan mantan pemain BOOM Esports dan Nandy yang sebelumnya pelatih tim kini menjadi pemain kelima.
“Victim Sovers bakal menjadi salah satu penantang yang bakal mengganggu persaingan tim-tim papan atas seperti EVOS, Bigetron RA, Aerowolf, dan AURA. Hal ini terlihat dari hasil scrim dan turnamen yang terbilang cukup baik dengan roster baru mereka. Kedua pemain yang didatangkan juga terbilang mumpuni dengan Rocky yang dikenal sebagai pemain muda yang menjanjikan saat bersama Red Rocket dan Bobbs, mantan pemain BOOM Esports yang memiliki pengalaman dan permainan yang masih dibilang cukup bagus.”
PUBG Mobile dan Free Fire adalah dua game yang kerap diperdebatkan soal siapa yang lebih baik atau keren. Namun konotasi “baik” atau “keren” sebenarnya relatif dan subjektif. Maka dari itu mari kita mencoba lebih objektif dalam membandingkan dua game tersebut. Dalam artikel ini kita akan bicara data dan fakta, serta membahas bagaimana perkembangan ekosistem esports-nya, sampai memprediksi nasib masa depan yang mungkin terjadi bagi kedua game tersebut.
Tanpa berlama-lama lagi, mari kita mulai membahas dua game Battle Royale terpanas di mobile tersebut, dimulai dari kulit terluarnya.
Mengupas Kulit Luar PUBG Mobile dan Free Fire
Sebelum membahas ke aspek yang lebih “dewasa”, mari kita bahas kulit terluar dari dua game tersebut terlebih dahulu yaitu gameplay. Dua game tersebut sama-sama Battle Royale. Apa itu Battle Royale? Bagaimana cara bermainnya?
Battle Royale adalah genre yang cukup unik, bahkan bagi para gamers sekalipun. Ketika konsep permainan tersebut pertama kali diperkenalkan 2017 lalu, konsep ini segera menjadi tren baru yang diadaptasi ke dalam berbagai bentuk oleh berbagai developer. Dalam ranah mobile, dua yang paling besar dan gencar persaingannya adalah PUBG Mobile dan Free Fire.
Apa bedanya Battle Royale dengan genre game lain? Game kompetitif pada umumnya menggunakan konsep permainan tim vs tim beranggotakan 5 orang. Pertandingan bisa dilakukan dalam permainan MOBA (Mobile Legends contohnya) atau First-Person Shooter (Point Blank atau Counter-Strike). Battle Royale sedikit berbeda.
Mode kompetitif Battle Royale mempertandingkan 14 tim sekaligus. Masing-masing tim berisikan 4 pemain. Tujuan yang harus dicapai masing-masing tim adalah menjadi tim yang bertahan hidup paling terakhir. Cara bertahan hidup bisa bervariasi, bisa dengan bersembunyi, ataupun secara agresif mengalahkan tim lain. Dalam PUBG Mobile dan Free Fire, cara mengalahkan tim lain adalah menembaki musuh-musuhnya dengan menggunakan senjata.
Lalu apa yang jadi perbedaan utama antara PUBG Mobile dengan Free Fire? Perbedaan tersebut datang dari sisi cara memainkan game-nya (disebut juga mekanik permainan). Sebagai game tembak-tembakkan, kemampuan pemain untuk mengarahkan lalu menembakkan senapan ke arah musuh sangatlah diutamakan.
Dalam Free Fire, proses mengarahkan dan menembak musuh banyak dibantu oleh sistem game-nya sendiri. Beberapa contoh bantuannya sendiri adalah: bidikan (crosshair) senjata yang akan berubah warna saat mengarah tepat ke musuh dan bantuan untuk mengarahkan kembali bidikan ke arah musuh apabila melenceng terlalu jauh (disebut juga aim-assist). Hentakan senjata (disebut juga weapon recoil) juga sengaja dibuat lebih bisa diprediksi agar pemain bisa menembaki musuhnya dengan lebih mudah.
Lalu bagaimana dengan PUBG Mobile? Mekanisme menembak di PUBG Mobile cenderung lebih sulit. Mekanismenya jadi lebih sulit karena minimnya bantuan dari sistem game. Bantuan yang seperti apa? Warna bidikan di PUBG Mobile akan tetap sama ke manapun arahnya, walau tetap memberi timbal balik visual apabila tembakan Anda mengenai orang lain atau objek-objek yang bisa dihancurkan (kendaraan misalnya). PUBG Mobile sebenarnya juga punya aim-assist, tetapi bantuan dari sistem game untuk mengarahkan kembali bidikan yang melenceng tergolong minim. Selain itu, fitur aim-assist di dalam PUBG Mobile juga bisa dimatikan, tidak seperti di Free Fire yang bersifat permanen. Hentakan senjata di PUBG Mobile juga dibuat layaknya senjata di dunia nyata sehingga pemain cenderung lebih sulit untuk menembaki musuh.
Karena perbedaan mekanisme perrmainan tersebut, PUBG Mobile dan Free Fire cenderung menciptakan segmentasi yang berbeda. PUBG Mobile cenderung lebih digandrungi oleh pemain yang kompetitif, suka tantangan, dan cenderung lebih dewasa. Pada sisi lain, Free Fire lebih digandrungi oleh pemain tipe casual yang cenderung lebih muda, walau tetap bisa dinikmati secara kompetitif juga.
Di luar dari gameplay, PUBG Mobile dan Free Fire juga punya beberapa perbedaan aspek visual. Tema visual dan perlengkapan persenjataan di dalam PUBG Mobile cenderung lebih realistis dan militaristik. PUBG Mobile tetap menyajikan skin warna-warni, tapi persenjataan di PUBG Mobile tetaplah persenjataan yang lazim digunakan di dunia milier (seperti granat, flashbang, dan berbagai jenis senjata api yang memang ada di dunia nyata).
Free Fire punya tema visual yang lebih berwarna-warni dan dilengkapi dengan beberapa perlengkapan yang bersifat futuristik dan fantasi. Free Fire sebenarnya tetap memiliki senjata yang berasal di dunia nyata, tetapi beberapa persenjataan lain adalah sesuatu yang bersifat fantasi. Beberapa contohnya seperti: Gloo Wall yang memungkinkan pemain memunculkan tembok es untuk bertahan, karakter yang punya berbagai macam kemampuan, ataupun kendaraan-kendaraan yang terlihat futuristik.
Setelah membahas kulit luarnya, mari kita menyelam ke dalam pembahasan “dewasa” yang tadi saya janjikan, yaitu aspek ekosistem esports, perkembangan jumlah pemain, dan pemasukan dari kedua game tersebut.
Ekosistem Esports PUBG Mobile vs Free Fire
Skema ekosisstem esports PUBG Mobile sudah sempat kita bahas pada kesempatan sebelumnya. Lalu bagaimana dengan ekosistem esports Free Fire? Ada turnamen apa saja? Bagaimana skema dari sisi kompetitifnya? Free Fire punya empat kompetisi di Indonesia. Ada Free Fire Masters League dan Free Fire Indonesia Masters sebagai dua kompetisi kasta utama yang dibuat oleh pihak pertama yaitu Garena Indonesia selaku publishergame. Free Fire Masters League bisa dikatakan sebagai babak Regular Season dari satu musim kompetisi, sementara Free Fire Indonesia Masters adalah babak Playoff-nya.
Selain dua kompetisi utama tersebut, Garena Indonesia juga punya dua jenis kompetisi lain. Ada Free Fire The One yang menjadi wadah kompetisi bagi solo player dan Free Fire Royale Combat sebagai wadah kompetisi tim-tim amatir. Sistem kompetisi esports yang diadopsi oleh skena Free Fire sendiri sebenarnya bisa dibilang sebagai sistem campuran.
Garena Indonesia menerapkan sistem tertutup untuk Free Fire Masters League. Liga FFML tergolong sebagai sistem tertutup karena seleksi dilakukan secara terbatas. Selain itu, tim yang ingin ikut serta juga tidak bisa cuma modal jago saja. Christian Wihananto selaku Produser Free Fire dari Garena Indonesia sempat menjelaskan proses masuk ke dalam FFML pada konfrensi pers peluncuran FFML Season 1 yang dilakukan pada awal Januari 2020 lalu. Chris menjelaskan adanya seleksi administratif dan keharusan buy-in slot seharga Rp50 juta bagi tim yang ingin masuk ke dalam liga FFML.
Tetapi ada sedikit perbedaan antara sistem tertutup yang diterapkan di Free Fire Masters League dengan Franchise League yang diterapkan Mobile Legends: Bang-Bang pada liga MPL. Model franchise dalam liga MPL menetapkan 8 tim yang bertanding di dalamnya sebagai peserta tetap, tanpa adanya sistem promosi ataupun relegasi.
Sementara investasi ke dalam Free Fire Masters League hanya berlaku untuk satu musim saja. Seiring perkembangannya, Free Fire Masters League di musim ke-3 bahkan memperkenalkan FFML Divisi 2 dan menyertakan sistem promosi-relegasi. Karenanya peserta FFML Divisi 2 yang memiliki performa baik akan punya kesempatan untuk naik ke divisi 1 dan sebaliknya (Tim divisi 1 yang berperforma buruk akan turun ke divisi 2 pada musim berikutnya). Maka dari itu liga FFML sendiri memang tidak bisa dibilang sebagai franchise league murni.
Dalam wawancara yang saya lakukan, Christian Wihananto mengatakan bahwa dirinya lebih suka menyebut liga FFML sebagai buy-in model. Selain itu, skena esports Free Fire juga menyertakan sistem terbuka lewat kompetisi Free Fire Indonesia Masters (FFIM). Kompetisi FFIM mempertandingkan 12 tim terbaik se-Indonesia. 12 tim yang bertanding terdiri dari 6 tim yang datang dari Free Fire Masters League dan 6 tim sisanya dari babak Play-Ins.
Bagaimana dengan ekosistem bisnis esports Free Fire? Model bisnis ekosistem esports Free Fire sebenarnya bisa dikatakan masih mirip dengan PUBG Mobile ataupun Mobile Legends: Bang-Bang. Kemiripannya terlihat dari besarnya peran publisher (yaitu Garena Indonesia) di dalam bisnis esports Free Fire. FFML, FFIM, sampai turnamen-turnamen tingkat grassroot seperti FFRC dan FF The One, semuanya diselenggarakan oleh Garena Indonesia sendiri.
Namun demikian, salah satu perbedaan cukup terlihat ketika kita membicarakan turnamen tingkat pelajar/mahasiswa di dalam skena PUBG Mobile dan Free Fire. Dalam ekosistem PUBG Mobile, kompetisi tingkat pelajar/mahasiswa juga diselenggarakan oleh Tencent Games selaku publishergame tersebut di Indonesia. Turnamen tersebut adalah PUBG Mobile Campus Championship atau PMCC.
Sementara pada sisi lain, kebanyakan turnamen pelajar di ekosistem Free Fire diselenggarakan oleh pihak ketiga, bahkan beberapa di antaranya melibatkan badan pemerintah. Beberapa contohnya adalah seperti Dunia Games Campus League (2019) dan IEL University Series (2020).
Selain itu, segmentasi dua game tersebut sebenarnya juga cukup terlihat dari penyelenggaraan kompetisi tingkat pelajar/mahasiswa. Seperti yang sebelumnya saya sebut, PUBG Mobile cenderung menyasar anak kuliahan lewat penyelenggaraan turnamen seperti PMCC.
Sementara itu kompetisi Free Fire cenderung menyasar anak sekolah. Selain dua contoh yang saya sebut di atas, Free Fire juga punya turnamen-turnamen yang diikuti oleh anak sekolah. Beberapa contohnya seperti Piala Pelajar (khusus pelajar setingkat SMA) atau Piala Menpora Esports (terbuka untuk pelajar setingkat SMA dan mahasiswa). Sama seperti sebelumnya, dua turnamen tersebut juga diselenggarakan oleh pihak ketiga.
Kelanjutan soal segmentasi akan saya bahas pada sub-pembahasan berikutnya. Sekarang mari kita melihat presensi global kedua game tersebut dari segi esports.
Tahun 2020 lalu dua game tersebut sama-sama menyelenggarakan turnamen internasional secara online. PUBG Mobile menyelenggarakan PUBG Mobile World League pada bulan Juli hingga Agustus 2020 lalu, sementara Free Fire mengadakan FF Continental Series di bulan November.
Dua turnamen tersebut sama-sama membagi pesertanya berdasarkan regional agar memudahkan teknis penyelenggaraan turnamen internasional secara online. PMWL membagi turnamennya menjadi dua bagian: East Region (negara-negara Asia dan sekitarnya) dan West Region (negara-negara barat dan sekitarnya). FFCS membagi turnamennya menjadi tiga bagian: EMEA (Timur tengah dan sekitarnya), Americas (Amerika Latin dan sekitarnya), dan Asia (SEA dan sekitarnya).
Walaupun Free Fire punya lebih banyak region pertandingan, tetapi PUBG Mobile ternyata punya lebih banyak perwakilan negara. Mengutip dari data Liquidpedia, tercatat ada 31 negara yang terwakilkan melalui pemain-pemain yang tergabung dalam PWML: West Region dan 13 negara untuk PMWL East Region. Maka dari itu, total ada 44 negara negara terwakili di dalam gelaran PMWL.
Masih mengutip dari Liquidpedia jumlah negara yang terwakilkan di FFCS lebih sedikit. Tercatat ada 12 negara terwakilkan melalui pemain-pemain yang jadi peserta di FFCS: Americas, 13 negara di FFCS: EMEA, dan 7 negara di FFCS Asia. Maka dari itu total ada 32 negara terwakilkan di dalam gelaran FFCS.
Presensi global esports kedua game tersebut juga bisa kita lihat salah satunya melalui jumlah tayangan bahasa lokal yang disajikan kedua turnamen tersebut. Mengambil data menggunakan fitur pro dari Esports Charts, PMWL memiliki total 16 tayangan bahasa lokal (tidak termasuk bahasa Inggris) dengan 9 bahasa untuk PMWL East dan 7 bahasa untuk PMWL West.
Beralih ke Free Fire, FFCS memiliki total 10 tayangan bahasa lokal (tidak menyertakan bahasa Inggris) dari 3 region yang dipertandingkan tersebut. Dari total 10 tayangan bahasa lokal tersebut, pembagiannya adalah 2 bahasa untuk FFCS: EMEA, 6 bahasa untuk FFCS: Asia, dan 2 bahasa untuk FFCS: Americas.
Lalu bagaimana jika bicara dari viewership secara internasional? Untuk bagian ini saya kembali menggunakan data dari Esports Charts. Secara angka, Free Fire memang punya jumlah viewers yang lebih banyak ketimbang PUBG Mobile. Namun keduanya memiliki kesamaan yaitu sama-sama memiliki basis penggemar terbesar di Asia. Menurut catatan Esports Charts, PMWL: East berhasil mebukukan 1,1 juta lebih peak viewers sementara FFCS: Asia membukukan 2,5 juta lebih peak viewers. Data lebih lengkapnya bisa Anda lihat pada gambar yang saya sajikan di atas.
Data Jumlah Pemain dan Pemasukan PUBG Mobile vs Free Fire
Dua game tersebut sedari awal memang sudah membedakan segmentasinya. Hal itu dapat kita lihat buktinya melalui laman Google Play. Dari laman Google Play, kita bisa melihat PUBG Mobile memiliki rating 16+ sementara Free Fire memiliki rating 12+. Karenanya jadi tidak heran juga kenapa Free Fire menyajikan gameplay yang lebih sederhana yang dilengkapi dengan aspek visual yang warna-warni, futuristik, juga bersifat fantasi.
Walaupun punya dua segmentasi yang berbeda, kedua game tersebut menjalani persaingan yang ketat dari segi angka. Mari kita lihat dulu dari segi jumlah pemain. Mengutip dari Invenglobal yang merujuk ke Business of Apps, jumlah pengguna harian PUBG Mobile sempat mencapai angka 65 juta pemain (peak Daily Active Users) pada tahun 2020 lalu.
Untuk Free Fire, SEA (perusahaan induk Garena) sempat mempublikasikan laporan keuangan perusahaan mereka pada bulan Agustus 2020 lalu. Dalam laporan tersebut dituliskan bahwa Free Fire sempat mencapai 100 juta pengguna harian (peak Daily Active Users). Masih mengutip dari laporan keuangan tersebut, dikatakan juga bahwa Free Fire berhasil masuk daftar Top Grossing di Amerika Latin dan Asia Tenggara. Free Fire juga masuk peringkat 3 most downloaded dalam kategori mobilegames secara global.
Setelah membahas jumlah pemainnya, sekarang mari melanjutkan pembahasan dari segi pendapatan dari kedua game. Walaupun PUBG Mobile kalah jumlah pemain, tapi game yang dikembangkan oleh Lightspeed & Quantum tersebut ternyata lebih menguntungkan ketimbang Free Fire, mengutip dari data pemasukan terakhir kedua game tersebut.
Sensor Tower melaporkan pada bulan Desember 2020 lalu bahwa PUBG Mobile berhasil mencetak US$2,6 miliar. Catatan pendapatan tersebut merupakan gabungan dari game PUBG Mobile yang dirilis secara global dan pendapatan dari Peacekeeper Elite yang merupakan versi lokal Tiongkok atas game tersebut. Dengan total pendapatan tersebut, PUBG Mobile pun menjadi game dengan pendapatan tertinggi di atas Honor of Kings (AOV versi Tiongkok), Pokemon GO, dan 3 gamecasual lainnya (Coin Master, Roblox, dan Monster Strike).
Sementara itu, Free Fire sempat berhasil membukukan pendapatan sebesar US$2,13 miliar berdasarkan dari data yang dikeluarkan oleh SuperData. Karenanya Free Fire digolongkan sebagai gamefree-to-play paling menguntungkan di tahun 2020 bersama dengan Pokemon GO, Roblox, League of Legends, dan lain sebagainya.
Dari kedua data tersebut, kita bisa melihat bahwa Free Fire dan PUBG Mobile tergolong punya kesuksesannya masing-masing di ranah genre Battle Royale untuk mobile. Free Fire berhasil menggaet banyak pemain berkat gameplay yang lebih casual dan beragam skin serta kolaborasi yang dilakukan. Pada sisi lain, walaupun punya jumlah pemain yang lebih sedikit, pemain PUBG Mobile cenderung lebih mudah untuk dikonversi menjadi paid-user yang mungkin terjadi berkat segmentasi pemainnya yang lebih dewasa.
Dengan berbagai kesuksesan yang mereka dapatkan di tahun 2020 lalu, bagaimana iklim perkembangannya di masa depan? Mari kita berlanjut ke sub-topik berikutnya untuk mendiskusikan masa depan kedua game tersebut dari sisi esports ataupun daya tarik masyarakat.
Menatap Masa Depan Battle Royale dan Iklim Perkembangan PUBG Mobile vs Free Fire.
Dari sisi iklim perkembangannya, game PUBG Mobile sebenarnya bisa dikatakan kurang beruntung. Game PUBG Mobile sempat mengalami banyak kontroversi secara internasional ataupun lokal.
Secara internasional, PUBG Mobile kerap kali dianggap sebagai game yang memberikan “dampak negatif.” PUBG Mobile sempat diblokir di Pakistan gara-gara hal tersebut. Selain itu, PUBG Mobile juga diblokir di India walau karena perkara yang berbeda. Lalu dari tingkat lokal, PUBG Mobile juga dicap haram oleh Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh sejak bulan Juni 2019 lalu.
Dalam kasus lokal, mengutip dari Kompas.com, PUBG Mobile diblokir karena dianggap menyebabkan kecanduan. Dalam kasus internasional, masalahnya juga sama. Mengutip India.com, dikatakan bahwa salah satu alasan Pakistan memblokir PUBG Mobile adalah karena masyarakat menganggap game tersebut bersifat adikfif dan berpotensi memberi dampak buruk terhadap kesehatan fisik dan psikis anak.
Pandangan negatif tersebut memang sering tercetus di masyarakat, terutama apabila membahas soal gameonline. Walaupun sering dicetuskan, namun pandangan negatif itu sebenarnya lemah argumentasinya. Pembahasan lebih panjangnya bisa Anda lihat pada artikel Hybrid.co.id yang satu ini.
Di luar dari itu, menurut opini saya pribadi, konten game yang cenderung realistis dan bersifat militaristik mungkin jadi alasan munculnya rasa paranoid atas PUBG Mobile. Apabila Anda memainkan PUBG Mobile tanpa skin, kosmetik, atau konten tambahan yang disajikan Lightspeed & Quantum, Anda bisa lihat sendiri bagaimana PUBG Mobile menyajikan dunia yang kelam, berisi peperangan, dan penuh kekerasan.
Gara-gara konten perang dan kekerasan tersebut, PUBG Mobile sendiri sebenarnya sempat diblokir di negara asal pengembangnya yaitu Tiongkok. Karena hal tersebut, PUBG Mobile pun kini berganti nama menjadi Peacekeeper Elite di Tiongkok dan meminimalisir konten kekerasan di dalamnya.
Tencent selaku publisher dan Lightspeed & Quantum selaku developer mungkin sadar bahwa salah satu alasan banyaknya kontroversi terhadap PUBG Mobile adalah karena konten peperangan yang disajikan. Maka dari itu, seiring perkembangannya, PUBG Mobile pun berusaha untuk memberi lebih banyak warna ke dalam game PUBG Mobile. Salah satu usaha untuk memberli lebih banyak warna ke dalam game adalah dengan menghiasi PUBG Mobile menggunakan berbagai skin bertema futuristik. Salah satu contohnya mungkin bisa Anda lihat dari konten Royale Pass Season 18 yang baru saja dirilis.
Bagaimana dengan Free Fire? Walaupun sama-sama Battle Royale, Free Fire cenderung lebih minim kontroversi. Dari sisi konten, game Free Fire memang terlihat realistis pada awalnya. Namun seiring waktu, Free Fire juga terus berusaha mengembangkan kontennya ke arah game fantasi yang bersifat futuristik. Selain itu, Garena selaku publisher juga giat melakukan kolaborasi konten untuk semakin mengedepankan unsur fantasi ke dalam game tersebut.
Free Fire sempat berkolaborasi dengan serial Money Heist dari Netflix, pesepak bola Christiano Ronaldo untuk menghadirkan karakter Chronos, sampai anime Attack on Titan untuk menampilkan karakter Eren Jaeger ke dalam game. Free Fire sebenarnya juga sempat diblokir pemerintah India, namun pemblokiran tersebut lebih ke arah bentuk pemboikotan India terhadap produk-produk besutan Tiongkok yang terjadi karena masalah konflik perbatasan India-Tiongkok.
Sebagai pembahasan terakhir, hal yang menjadi pertanyaan mungkin adalah bagiamana nasib genre Battle Royale dan esports atas game tersebut ke depannya? Dari sisi esports, walaupun genre Battle Royale memang sempat mendapat kritik ketika saat dikompetisikan, namun perkembangan pesat Free Fire dan PUBG Mobile sebagai esports sebenarnya sudah jadi bentuk bukti minat pasar ke esports Battle Royale.
Namun demikian, seiring perkembangannya, baik PUBG Mobile ataupun Free Fire kerap kali melakukan perubahan format. Tetapi perubahan dan evolusi tersebut sebenarnya bisa dianggap positif mengingat posisi genre Battle Royale sebagai esports yang masih belia sehingga terus butuh perubahan untuk menemukan format terbaiknya.
Dalam kasus PUBG Mobile misalnya, saya sempat membuka diskusi membahas kemungkinan penggunaan mode First-Person Perspective untuk pertandingan esports-nya. Dari pembahasan tersebut, kita bisa melihat bahwa memang masih ada ruang untuk membuat esports genre Battle Royale jadi lebih baik lagi. Pembahasan tersebut masih baru satu aspek saja. Masih ada aspek lain yang sebenarnya juga bisa dipertanyakan seperti format turnamen yang tepat ataupun format pemberian poin yang adil baik untuk Free Fire ataupun PUBG Mobile.
Lalu bagaimana dengan genre Battle Royale sendiri? Apakah game dengan genre tersebut akan pudar popularitasnya di masa depan? Sebenarnya agak sulit untuk memprediksi hal tersebut.
Untuk menjawab perkara ini, sepertinya saya akan kembali mengutip pembahasan saya soal kausalitas antara game gratis dengan esports. Dari pembahasan tersebut kita bisa menyadari bahwa memang kehadiran ekosistem esports bisa membuat sebuah game (atau genre game) jadi lebih panjang hajat hidupnya. Selama esportsgame Battle Royale masih ada, maka pemain baru untuk genre tersebut mungkin akan terus muncul, entah karena ingin menjadi pemain esports atau sekadar ingin menjajal gara-gara menonton pertandingannya.
Minggu lalu, ada dua perusahaan esports yang mendapatkan kucuran dana segar, yaitu Envy Gaming dari Amerika Serikat dan NODWIN Gaming dari India. Selain itu, studio asal Malaysia mengumumkan bahwa mereka akan merilis game horror mereka, Dying Flame, pada akhir Maret 2021. Sementara itu, Sensor Tower mengungkap bahwa versi mobile dari Genshin Impact berhasil mendapatkan lebih dari US$800 juta hanya dalam lima bulan.
Dalam 5 Bulan, Genshin Impact Jadi Mobile Game Terbesar Ke-3
Menurut perkiraan Sensor Tower, sejak Genshin Impact diluncurkan pada 28 September 2020, miHoYo telah mendapatkan US$874 juta dari versi mobile dari game tersebut. Hal itu berarti, Genshin Impact berhasil menjadi mobile game dengan pemasukan terbesar nomor tiga hanya dalam waktu lima bulan. Posisi pertama diduduki oleh Honor of Kings, dengan pemasukan US$1,2 miliar, sementara posisi kedua diduduki oleh PUBG Mobile, yang memiliki pemasukan sebesar US$1,1 miliar.
Gamer Tiongkok menjadi kontributor terbesar pada pemasukan miHoYo. Sejauh ini, pemasukan Genshin Impact dari App Store di Tiongkok mencapai US$253 juta atau sekitar 29% dari total pemasukan Genshin Impact versi mobile.
OPPO dan Snapdragon Jadi Sponsor dari Liga Peacekeeper Elite
Perusahaan solusi esports asal Tiongkok, VSPN dan publisher Tencent baru saja mengumumkan rencana mereka terkait skena Peacekeeper Elite — PUBG Mobile versi Tiongkok — untuk tahun ini. Leo Liao, Marketing Director of Tencent Interactive Entertainment Group dan President of Peace Elite League (PEL) mengungkap, PEL 2021 akan didukung oleh delapan sponsor.
Perusahaan smartphone OPPO merupakan salah satu sponsor utama dari PEL. Selain itu, PEL juga akan didukung oleh tiga rekan strategis, yaitu Warhorse, Buick, dan Snapdragon dari Qualcomm. Empat perusahaan lain yang akan mensponsori PEL antara lain layanan chatting GOGO, platform e-commerce JingDong Esports, Suansuanru, dan merek permen karet Stride, lapor The Esports Observer. Liao juga menyebutkan, turnamen tahunan Peacekeeper Elite Championship (PEC) akan diadakan di Shanghai Mercedes-Benz Arena pada tahun ini. Turnamen itu menawarkan total hadiah sebesar RMB12 juta (Rp26,6 miliar).
Super League Gaming Akuisisi Mobcrush
Minggu lalu, Super League Gaming mengumumkan bahwa mereka akan mengakuisisi platform streaming Mobcrush. Dalam setahun, Mobcrush telah menyiarkan dua juta jam konten dari gaming influencer. Selain itu, mereka juga bisa menyiarkan konten mereka di platform lain seperti Twitch, YouTube, Facebook, dan lain sebagainya, menurut Games Industry.
Salah satu alasan Super League Gaming mengakuisisi Mobcrush adalah untuk menumbuhkan jumlah penonton mereka. Alasan lainnya adalah karena mereka ingin menggunakan platform live streaming Mobcrush serta software berbasis AI yang bisa menampilkan highlight dari sebuah pertandingan. Selain itu, Super League Gaming juga tertarik dengan Virtualis Studio, divisi Mobcrush yang fokus pada produksi konten berbasis cloud.
Game Horror dari Malaysia, Dying Flame, Bakal Rilis 22 Maret 2021
RoundTable Games dari Malaysia, tengah membuat game survival horror berjudul Dying Flame. Game ini memiliki grafik 16-bit dan punya fitur-fitur khas RPG horor dari Jepang. Puzzle-solving menjadi salah satu fitur utama dari game tersebut. Selain itu, Anda juga harus waspada akan jump scare di Dying Flame. Pasalnya, Anda tidak akan bisa melihat keadaan sekeliling dengan leluasa karena keterbatasan sumber cahaya, seperti yang disebutkan oleh IGN.
Dying Flame bercerita tentang James, yang terjebak di sebuah mansion tua bersama istrinya, Mary. Hanya saja, keduanya terpisah. Berbekal korek api, James harus menemukan Mary. Selama mencari Mary, para pemain tidak hanya harus memecahkan puzzle yang ada, tapi juga waspada akan keberadaan monster di mansion itu. Dyng Flame akan dirilis di Steam pada 22 Maret 2021.
Envy Gaming Dapat Investasi Sebesar US$40 Juta
Organisasi esports asal Amerika Serikat, Envy Gaming, mengumumkan bahwa mereka telah mendapatkan investasi sebesar US$40 juta. Ronde investasi ini dipimpin oleh perusahaan media, Gray Television. Mereka menanamkan modal sebesar US$28,5 juta pada ronde pendanaan Seri C untuk Envy Gaming. Dengan ini, Gray Television akan mendapatkan dua kursi direktur di dewan direktur Envy Gaming, lapor Esports Insider.
Krafton Suntik Dana Rp325 Miliar ke NODWIN Gaming dari India
Krafton, perusahaan game asal Korea Selatan, menanamkan investasi sebesar 164 Crore (sekitar Rp325,3 miliar) ke NODWIN Gaming, perusahaan esports asal India. Modal ini akan NODWIN Gaming gunakan untuk mempercepat ekspansi mereka di Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika, menurut laporan Esports Insider. Dengan kucuran dana segar ini, NODWIN juga bisa memperkuat infrastruktur gaming mereka, mendukung para talent, dan menyelenggarakan berbagai turnamen esports, baik pada tingkat nasional di India maupun di level internasional.
Tahukah Anda kalau PUBG punya situs khusus untuk lore dalam game-nya? Buat sebagian besar orang, pelopor genre battle royale ini memang tidak perlu memiliki narasi khusus maupun deretan karakter yang menarik untuk ditelusuri riwayat hidupnya masing-masing, tapi pengembangnya rupanya berpendapat berbeda.
Pada kenyataannya, PUBG Studio selaku pihak pengembangnya sedang sibuk menyiapkan game baru yang akan mendalami lore tersebut lebih jauh lagi. Game baru ini mereka beri judul PUBG: New State, dan dijadwalkan bakal tersedia di platform Android sekaligus iOS pada tahun 2021 ini juga.
Secara lore, PUBG: New State mengambil setting di tahun 2051 pada sebuah map baru bernama Troi. Pada video trailer-nya, kita bisa melihat bagaimana suasana perang di PUBG universe di masa depan bakal melibatkan beragam perlengkapan canggih, mulai dari drone sampai combat shield.
Variasi senjatanya pun juga terkesan lebih modern daripada yang ada sekarang. Menariknya, kita juga akan mendapati sejumlah elemen gameplay baru pada PUBG: New State, salah satunya adalah kebebasan untuk memodifikasi senjata selama match sedang berlangsung, mirip seperti fitur weapon attachment yang ditawarkan Apex Legends.
Meski cuma dibuat untuk platform mobile, PUBG: New State menjanjikan kualitas grafik yang cukup superior jika melihat sejumlah screenshot gameplay-nya. Kebetulan developer-nya memang adalah PUBG Studio sendiri, bukan LightSpeed & Quantum Studios, anak perusahaan Tencent Games yang selama ini bertanggung jawab atas pengembangan PUBG Mobile.
Belum diketahui kapan pastinya PUBG: New State akan dirilis, namun sebelumnya pengembangnya bakal mengadakan fase alpha testing terlebih dulu. Buat pengguna perangkat Android, Anda sudah bisa melakukan pra-registrasi mulai sekarang untuk mendapatkan skin kendaraan edisi terbatas yang akan masuk ke akun Anda secara permanen.
Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas lebih lanjut seputar apa-apa saja yang ada di dalam ekosistem esports Indonesia dengan menggunakan game PUBG Mobile dan MLBB sebagai contoh. Selain itu saya juga akan mencoba menjelaskan bagaimana cara kerja ekosistem tersebut dengan harapan dapat membantu brand (sponsor), pemain, ataupun Anda yang ingin memulai bisnis esports yang membaca artikel ini.
Ekosistem esports, walau istilah tersebut sering kami gunakan di artikel-artikel Hybrid.co.id, namun kami belum sempat menjelaskannya terperinci. Secara umum, ekosistem esports bisa diartikan sebagai berbagai elemen dengan ragam fungsinya yang membuat roda gigi bisnis esports terus berjalan. Elemen ekosistem yang paling umum dikenal mungkin adalah sang pembuat game, tim esports, sponsor, dan turnamen. Tetapi apakah ekosistem esports hanya empat elemen itu saja?
Membedah Ragam Elemen yang Ada di Ekosistem Esports MLBB dan PUBG Mobile Lokal
Ada alasan tertentu dua game tersebut saya pilih sebagai contoh. Salah satunya adalah karena perkembangan ekosistsem dua game tersebut tergolong pesat di Indonesia. Dua game tersebut juga dapat dikatakan sebagai dua game esports terbesar di Indonesia. Sebagai salah salah satu bukti, Anda bisa baca artikel saya sebelumnya. Saya sempat membahas bagaimana penonton MPL ID yang jumlahnya menyalip liga LoL Korea dan bagaimana jumlah penonton tayangan turnamen PUBG Mobile tingkat internasional didominasi oleh penonton tayangan berbahasa Indonesia.
Ada apa saja di dalam ekosistem esports MLBB dan PUBG Mobile Indonesia? Elemen-elemen ekosistem esports MLBB dan PUBG Mobile Indonesia kurang lebih seperti apa yang pada gambar di bawah. Elemen yang saya jajarkan di bawah ini adalah ekosistem inti yang fungsinya hampir tidak tergantikan.
Posisi paling kiri adalah elemen terpenting dari ekosistem esports, yaitu sang pembuat game. Moonton memegang peran ganda untuk game Mobile Legends: Bang-Bang. Moonton adalah perusahaan yang membuat (developer) dan memasarkan (publisher) game MLBB.
Sementara itu PUBG Mobile berbeda. Tencent Games di Indonesia hanya mengambil peran sebagai pemasar (publisher) game PUBG Mobile saja. Sementara itu di PUBG Mobile ada Lightspeed & Quantum berperan sebagai pembuat (developer) game PUBG Mobile yang merupakan salah satu anak perusahaan Tencent Games juga.
Bergeser ke kanan kita melihat ada turnamen, elemen terpenting kedua di dalam ekosistem. Sejauh perkembangannya, turnamen esports dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu turnamen 1st party yang digagas oleh developer/publisher dan turnamen 3rd party yang digagas oleh komunitas ataupun pelaku bisnis esports. Lalu siapa yang tergolong sebagai 2nd Party? Kalau pakai analogi produsen dan konsumen, maka 2nd party adalah para pemain.
Hanya ada dua turnamen yang digagas oleh 1st party di dalam ekosistem MLBB. Turnamen tersebut adalah Mobile Legends Profesional League Indonesia (MPL ID) selaku liga utama dan Mobile Legends Developmental League Indonesia (MDL ID) selaku liga kedua.
Pertandingan Mobile Legends ibarat seperti sepak bola. Dua tim berisikan 5 pemain saling tanding sampai salah satunya berhasil menghancurkan bangunan inti yang ada di dalam game.
MPL ID dan MDL ID memiliki dua babak yang menggunakan format berbeda. Ada babak Regular Season yang dipertandingkan dengan format grup round-robin dan ada babak Playoff yang dipertandingkan dengan format bracket. Kalau dibandingkan dengan olahraga, format liganya kurang lebih mirip seperti liga bola basket NBA.
Selanjutnya adalah PUBG Mobile. Ekosistem PUBG Mobile punya lebih banyak jenis turnamen yang digagas oleh pihak 1st party. Liga utama PUBG Mobile Indonesia adalah PUBG Mobile Professional League (PMPL ID), diikuti liga kasta kedua yaitu PUBG Mobile Indonesia National Championship (PINC), dan liga kasta ketiga dalam bentuk PUBG Mobile Club Open (PMCO) serta PUBG Mobile Community Cup (PCC).
Selain empat kompetisi di atas, ekosistem PUBG Mobile juga punya dua pertandingan lain yang dikhususkan untuk segmentasi tertentu. Para mahasiswa punya turnamen khusus yang bernama PUBG Mobile Campus Championship (PMCC). Para perempuan juga punya turnamen khusus yang biasanya digabungkan ke dalam rangkaian PINC.
Hampir semua pertandingan PUBG Mobile bisa disebut memiliki format liga, karena tidak mungkin menggunakan format bracket dalam pertandingan esports Battle Royale. Berbeda dengan Mobile Legends, PUBG Mobile mempertandingkan 16 tim sekaligus di dalam satu pertandingan. Karena itu, 16 tim tersebut biasanya bertanding dalam beberapa ronde di dalam satu hari pertandingan. Kalau diibaratkan olahraga, format liga Battle Royale mungkin mirip seperti pertandingan olimpiade cabang atletik.
Klasifikasi turnamen kedua adalah turnamen 3rd party atau turnamen yang digagas oleh pihak ketiga. Pihak ketiga bisa jadi siapa saja, bahkan bisa jadi perusahaan yang bisnis utamanya tidak berhubungan dengan esports.
Turnamen esports yang dilakukan sebagai sarana soft-launching coffee shop pun sebenarnya tergolong sebagai turnamen esports pihak ketiga. Namun pihak ketiga yang tidak berhubungan langsung dengan esports biasanya hanya membuat turnamen esports sesekali atau satu kali saja dengan skala yang cenderung kecil. Daftar turnamen pihak ketiga yang saya sertakan pada daftar di atas adalah turnamen pihak ketiga yang tergolong rutin dan punya skala cukup besar.
Turnamen Dunia Games (DG) contohnya. Dunia Games (DG) adalah brand yang digagas oleh Telkomsel demi menarik minat konsumen pada segmentasi gaming. Walaupun bisnis utamanya adalah jasa telekomunikasi, namun esports akhirnya jadi salah satu ujung tombak Telkomsel untuk menarik minat anak muda menggunakan jasanya.
Saat ini DG tergolong cukup rutin mengadakan turnamen atas beberapa game esports dan bisa dikatakan sebagai salah satu bagian ekosistem PUBG Mobile. Beberapa contoh turnamen pihak ketiga yang digagas oleh Telkomsel termasuk DG Waktu Indonesia Bermain (DG WIB), DG League (DGL), dan Indonesia Games Championship (IGC).
Tiga turnamen tersebut adalah turnamen untuk umum yang dapat diikuti oleh siapapun. Ada beberapa pihak ketiga yang mencoba menyasar segmentasi yang spesifik. Seperti Ligagame yang menyelenggarakan IEL University Series untuk mahasiswa ataupun Indonesia Gaming League (IGL) yang menyelenggarakan Women Star League (WSL).
Setelah turnamen, ada event organizer (EO). Mungkin Anda sedikit bingung, “mengapa ada event organizer setelah turnamen?” Jawabannya adalah karena tidak semua pihak yang menggagas turnamen esports punya kemampuan teknis untuk menyelenggarakan sebuah turnamen. Contohnya turnamen milik Dunia Games. Telkomsel adalah perusahaan telekomunikasi. Jadi rasanya sih tidak heran kalau perusahaan tersebut tidak memiliki keahlian dalam menyelenggarakan turnamen esports.
Karenanya bisnis EO (saya menyebutnya esports organizer) menjadi salah satu elemen penting yang cukup menjanjikan. Mineski Indonesia bisa jadi adalah salah satu esports organizer paling terpercaya sejauh ini. Mineski Indonesia adalah sosok di balik layar dari beberapa turnamen esports besar di Indonesia. Termasuk turnamen 1st party seperti MPL ID dan PMPL ID ataupun turnamen 3rd party seperti DG League.
Esports organizer terkadang juga menggelar turnamen mereka sendiri dengan harapan dapat menjadi media bagi sponsor untuk mempromosikan brand mereka. IEL University Series dan WSL adalah contohnya, dua turnamen yang masing-masing diselenggarakan oleh Ligagame dan Indonesia Gaming League (IGL).
Selanjutnya ada talent management. Elemen tersebut tergolong cukup baru ada di ekosistem esports Indonesia sebagai reaksi atas pesatnya perkembangan esports belakangan. Dalam konteks sebuah turnamen esports, talent management biasanya berperan dalam menyalurkan talenta yang dibutuhkan seperti shoutcasters, influencers, atau mungkin cosplayer.
Tiga talent management yang saya tuliskan di atas bisa dibilang sebagai tiga yang paling dominan dan memiliki keterkaitan dengan MLBB dan PUBG Mobile. Revival Talent Management adalah salah satu pemasok talenta shoutcasters di turnamen MPL, sementara Mineski Talent pemasok talenta di turnamen PMPL. Pada sisi lain, WHIM merupakan talent management milik EVOS dengan beberapa influencers ternama di dua ekosistem game tersebut.
Terakhir adalah tim. Sebelum berkembang seperti sekarang, dahulu peserta kompetisi esports biasanya hanya berisi sekolompok gamers yang tidak dikelola secara profesional. Seiring perkembangan, mulai muncul sebuah organisasi yang mengelola tim-tim secara profesional tersebut agar dapat lebih berprestasi dan tentunya harapan mendapatkan keuntungan finansial bagi organisasi terkait. Tim esports yang saya tulis di atas saya kelompokkan menjadi beberapa.
Hal tersebut saya lakukan karena liga MPL yang bersifat tertutup. Seperti yang Anda lihat, ada beberapa nama yang saya sebut dua kali seperti EVOS Esports dengan EVOS Legends. Tim tersebut sebenarnya dikelola oleh satu organisasi yang sama (EVOS), namun diberi tambahan kata yang berbeda sebagai branding untuk membedakan tim divisi game satu dengan lainnya.
Tim yang saya tulis di atas saya kelompokan berdasarkan liga kasta utama yang diikuti. Seperti 8 tim paling atas adalah peserta liga franchise MPL, diikuti oleh 3 tim di luar franchise yang jadi peserta MDL, lalu ada tim-tim peserta PMPL Indonesia, dan terakhir adalah organisasi-organisasi esports lainnya di Indonesia yang masih memiliki hubungan dengan ekosistem esports terkait namun tidak turut bertanding di liga kasta utama.
Setelah dari ekosistem inti yang saya sebut di atas, ada ekosistem yang tergolong suplemen yang bisa Anda lihat di atas gambarkan di atas. Mereka tergolong ekosistem suplemen karena penyelenggara turnamen bisa saja tidak memanfaatkan elemen terkait untuk turnamen yang akan diselenggarakan.
Fungsinya bisa dibilang sudah cukup jelas berdasarkan dari masing-masing kelompok. Streaming platform berperan untuk menyajikan turnamen kepada para penggemar. Tournament platform biasanya adalah sebuah software yang memudahkan pendaftaran peserta dan pembuatan bracket turnamen. Online media adalah media massa yang kini menggunakan basis teknologi entah itu website ataupun video. Brand adalah para sponsor yang menjadi penyokong dari berjalannya turnamen-turnamen esports. Bagian terakhir adalah kategori lain-lain yang ada di Indonesia namun masih minim pemain. Coaching platform adalah penyedia jasa pelatihan menjadi pemain profesional. Esports facilities adalah penyedia jasa fasilitas yang fokus kepada esports.
Lalu kalau mereka memang tergolong ekosistem suplemen, bagaimana contoh turnamen esports yang tidak memanfaatkan elemen-elemen tersebut? Mari kita kembali berandai-andai apabila coffee shop ingin mengadakan turnamen esports. Misalnya tujuan mereka cuma ingin mempromosikan coffee shop di daerah sekitar saja, maka mereka bisa dan boleh saja mengadakan turnamen esports tanpa menggunakan elemen-elemen yang barusan saya jabarkan.
Turnamen bisa tidak di-stream, tidak menggunakan teknologi platform tertentu, tidak membutuhkan media untuk memberitakan turnamennya, tidak butuh sponsor dari pihak ketiga, apalagi membutuhkan elemen yang lain-lain. Kenapa jadi tidak butuh? Kembali lagi kepada tujuan sang penyelenggara, yang dalam penjelasan ini adalah hanya untuk mempromosikan coffee shop ke daerah sekitar.
Namun demikian mereka akan selalu menggunakan elemen-elemen inti yang dibahas sebelumnya, walau mungkin digantikan dengan menggunakan alternatif-alternatif yang tidak bersifat profesional. Tetap butuh game buatan developer untuk dipertandingkan, tetap butuh turnamen dengan format yang jelas, tetap butuh organizer dan talent walau bisa saja dikerjakan oleh pegawai coffee shop, serta butuh tim peserta yang bertanding.
Liga Tertutup dan Liga Terbuka
Seiring dengan perkembangannya, esports pun mulai mencoba mengadopsi sistem liga yang ada di olahraga. Ada sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka punya model seperti liga sepak bola. Sementara sistem tertutup banyak diadopsi di liga olahraga Amerika Serikat, salah satunya liga bola basket NBA. Pembahasan lebih mendalam seputar liga tertutup atau liga franchise bisa Anda baca pada pembahasan saya di tautan berikut ini.
Liga tertutup dan liga terbuka memberi pengaruh terhadap cara kerja ekosistem esports secara keseluruhan. MLBB dan PUBG Mobile menganut dua sistem yang berbeda. MLBB menganut sistem tertutup sementara PUBG Mobile menganut sistem terbuka.
Bagaimana pengaruh dari perbedaan model terhadap elemen-elemen yang ada di ekosistem. Mari kita bedah dari ekosistem MLBB. Sistem liga tertutup memberi pengaruh yang sangat besar kepada tim dan jenjang turnamen. Sejauh yang saya tahu, tim yang bertanding di liga MPL adalah tim yang memenuhi 2 syarat: lolos seleksi administratif dari pihak pertama (Moonton) dan dapat membayar biaya franchise yang dikabarkan sekitar US$1 milyar.
Delapan tim yang bertanding di MPL saat ini adalah tim yang memenuhi 2 syarat tersebut. Mereka akan terus bertanding di liga utama selama durasi yang disepakati oleh pihak pertama (Moonton) dan pihak kedua (tim). Terus bertahan di dalam liga adalah satu perbedaan utama antara liga terbuka dengan liga tertutup.
Lalu apakah tim komunitas bisa masuk ke dalam MPL? Bisa saja. Namun Anda tidak bisa masuk liga utama hanya bermodal jago saja. Anda harus punya kemampuan bisnis dan memiliki modal untuk bisa memenuhi syarat di atas.
PUBG Mobile mengadopsi sistem terbuka. Sebagai tim, sistem terbuka memberi kesempatan yang lebih mudah untuk masuk ke dalam liga PMPL. Modalnya cukup jago saja, tidak terlalu perlu modal finansial yang terlalu banyak ataupun modal kemampuan bisnis. Tencent Games memberi jenjang yang jelas untuk bisa bertanding di PMPL. Anda cukup kumpulkan skuad Anda, menangkan turnamen PINC, maka Anda bisa berlaga di liga kasta utama yaitu PMPL Indonesia.
Lalu bagaimana lagi perbedaan kedua sistem mempengaruh ekosistem? Apabila kita hanya membahas dua ekosistem tersebut, maka perbedaannya hanya dari sisi tim saja. Mengapa demikian? Menurut opini saya, ekosistem esports PUBG Mobile sebenarnya tergolong semi-terbuka karena pihak pertama memiliki turnamen untuk semua tingkat, mulai dari kasta utama sampai kasta komunitas.
Pihak ketiga seperti esports organizer yang saya sebut cenderung punya ruang gerak yang lebih sempit di PUBG Mobile karena tidak punya kesempatan untuk menjadi liga utama. IEL University Series yang digagas Ligagame bisa jadi contohnya. Liga tersebut bisa tetap digolongkan sebagai liga kasta kedua karena pemain dan penonton mungkin akan tetap memilih PMCC yang digagas Tencent Games langsung karena cenderung dianggap sebagai turnamen resmi.
Lalu liga esports apa yang tergolong sebagai liga terbuka murni? Ekosistem CS:GO dan Fighting Games Community mungkin bisa jadi contoh. Pembeda terbesar antara dua ekosistem tersebut dengan ekosistem PUBG Mobile adalah kesempatan bagi penyelenggara pihak ketiga untuk mendapat status kompetisi kasta utama.
Pada CS:GO, contohnya ada Intel Extreme Masters. Walaupun turnamen tersebut digagas oleh pihak ketiga (ESL) namun Intel Extreme Masters masih dianggap sebagai turnamen internasional terbesar dari CS:GO. Begitu juga dengan Fighting Games. Walaupun ada turnamen seperti Capcom Pro Tour ataupun Tekken World Tour, turnamen EVO tetap dianggap sebagai pertandingan kasta utama bagi ekosistem esports Fighting Games sejauh ini.
Bagaimana Ekosistem Esports MLBB dan PUBG Mobile Indonesia Bekerja?
Pada pembahasan di sini saya akan fokus membahas kepada cara kerja dua ekosistem esports di atas dari sudut pandang pemain dan secara bisnis keseluruhan. Mari kita bedah skema ekosistem esports dari sudut pandang pemain terlebih dahulu, mulai dari PUBG Mobile. Sebagai pemain, jalan Anda untuk menuju profesional sebenarnya tergolong tidak rumit. Saya sengaja tidak bilang mudah, karena bagaimanapun perjuangan menjadi bintang esports tentu akan sangat sulit.
Seperti pada gambar di atas, jalur menuju profesional di musim kompetisi PUBG Mobile pada tahun 2020 sebenarnya sesederhana itu. Sebagai pemain, Anda bisa membuat tim, ikut PINC, dapatkan posisi top 4 maka Anda akan langsung mendarat di turnamen utama yaitu PMPL Indonesia. Namun demikian prosesnya tentu tidak semudah itu.
Untuk bisa masuk ke laga utama PINC Anda harus bersaing dengan 6000 tim lebih. Pada fase kualifikasi, Anda bahkan harus berhadapan dengan 4 dari total 8 tim peringkat terbawah dari PMPL musim sebelumnya. Apabila Anda berhasil mengisi peringkat teratas, maka Anda akan lolos ke babak final PINC.
Tadi itu adalah proses kualifikasi dengan metode Squad. Pada PINC 2020 lalu, Tencent Games juga menyediakan kualifikasi lewat jalur Solo yang dilakukan di 32 provinsi di Indonesia. Setelah beberapa proses, pemain solo tersebut lalu disatukan ke dalam Squad, ditandingkan, dan diberangkatkan ke Grand Final setelah berhasil mencapai peringkat teratas.
Perjuangan masih belum berhenti sampai sana. Persaingan akan menjadi lebih keras lagi saat mencapai babak final. Babak final mempertandingkan 16 tim sebanyak 14 ronde dari 2 hari pertandingan (1 hari 7 ronde). Bukan skill saja yang diuji, daya tahan konsentrasi Anda juga diuji pada turnamen tersebut. Apabila Anda berhasil finish di posisi 8 besar, maka selamat! Anda berhasil mencapai liga utama PUBG Mobile yaitu PMPL ID.
Format tersebut adalah format untuk musim tahun 2020 lalu. Bagaimana dengan tahun 2021 ini? Kabarnya akan ada sedikit perubahan skema. Berdasarkan informasi terakhir, PMCO akan menjadi jalur untuk menuju ke pertandingan PMPL 2021. Mengutip dari Liquidpedia, persaingan malah jadi lebih ketat lagi karena hanya 4 tim teratas di PMCO 2021 saja yang bisa lolos ke PMPL 2021.
Lalu bagaimana dengan turnamen ladies atau PMCC? Sejauh ini dua turnamen tersebut tidak memiliki jenjang untuk menuju ke liga kasta utama. Pemenang turnamen PMCC akan berhenti di turnamen tersebut saja, tidak mendapat kesempatan untuk bertanding di liga profesional. PCC pun demikian, hanya jadi sarana bertanding bagi komunitas dengan tanpa jenjang ke tingkat yang lebih profesionial. Begitu juga dengan para perempuan yang hanya punya turnamen PINC Ladies saja sebagai turnamen kasta utama di tahun 2020 kemarin.
Setelah PUBG Mobile mari kita bedah ekosistem MLBB bagi pemain. Bagaimana cara pemain untuk dapat bertanding di liga kasta utama MPL? Sejujurnya, tidak ada yang tahu cara pastinya — meski umumnya, pedoman ini masih bisa berlaku buat Anda yang tertarik menjadi pemain esports profesional. Maksudnya, Moonton tidak menyediakan turnamen sebagai jalur formal bagi tim amatir untuk menuju liga kasta utama layaknya PINC ke PMPL.
Ekosistem MLBB memang punya MDL. Namun liga MDL juga tidak terbuka bagi umum. Mengutip dari ONE Esports, Lius Andre sempat menjelaskan bahwa kesempatan kualifikasi untuk masuk MDL dibagikan melalui undangan secara privat terhadap beberapa tim esports yang sudah tergolong profesional (memiliki badan hukum PT salah satu syaratnya).
Kalaupun sudah masuk MDL, jangan berharap juga Anda bisa langsung masuk MPL. Seperti yang saya jelaskan di atas, Anda harus memenuhi dua syarat terlebih dahulu untuk masuk ke dalam MPL: lolos seleksi administrasi dan dapat membayar sejumlah uang yang disepakati kedua belah pihak untuk biaya franchise. Biaya franchise tentunya tidak dibebankan kepada pemain, melainkan kepada organisasi profesional tempat para pemain bernaung.
Dari penjelasan di atas, mungkin jadi terkesan bahwa ekosistem MLBB sangatlah tertutup dengan kesempatan yang minim bagi pemain untuk bisa mendapat kesempatan menjadi bintang esports. Meskipun begitu, beberapa tim MPL untungnya sempat membuka kesempatan bagi siapapun yang ingin bertanding di dalam liga kasta utama MLBB tersebut. RRQ contohnya.
Rex Regum Qeon sempat membuka seleksi terbuka untuk divisi MLBB. EVOS pun demikian, sempat membuka seleksi terbuka untuk mengisi beberapa role yang dipublikasi melalui sang pelatih yaitu Bjorn “Zeys” Ong. Apabila berhasil lolos seleksi, Anda kemungkinan akan dimainkan di laga MDL terlebih dahulu baru setelahnya dipindah ke MPL apabila menunjukan potensi yang baik.
Setelah membahas dari sudut pandang pemain, sekarang kita beralih ke sudut pandang bisnis. Untuk sudut pandang bisnis, saya merasa ada dua hal yang perlu dibahas di sini. Dari sudut pandang seseorang yang ingin memulai bisnis di ekosistem esports dan sudut pandang brand yang ingin terjun di esports.
Dalam hal memulai bisnis, seperti pada klasifikasi di pembahasan awal, ekosistem inti bisa dibilang sebagai elemen-elemen yang paling dibutuhkan di dalam ekosistem esports. Karena ada kebutuhan alias permintaan, Anda jadi bisa menyuguhkan penawaran layaknya ekosistem bisnis lainnya. Walaupun begitu, satu hal yang patut disadari adalah dan dipertanyakan adalah seberapa besar jumlah permintaan atau kebutuhan ekosistem terhadap elemen-elemen inti esports seperti di atas? Ditambah lagi, persaingan yang ada sekarang juga tergolong cukup berat.
Seperti saya tulis di atas, Mineski Indonesia bisa dikatakan hampir memonopoli permintaan jasa penyelenggaraan event esports karena mereka dipercaya untuk menyelenggarakan berbagai proyek besar seperti MPL dan PMPL. Revival Talent juga tergolong hampir memonopoli permintaan dari sisi talent shoutcasters. Salah satu alasannya adalah karena talenta mereka telah mengisi dua liga kasta utama di kedua game tersebut, MPL (Kornet, RangerEmas, PakPulung) dan PMPL (Sanskuy dan ElDogee).
Sebagai alternati lain, Anda mungkin bisa membuat brand turnamen Anda sendiri sebagai penyelenggara pihak ketiga. Namun demikian Anda akan butuh kesiapan dana investasi yang besar dalam jangka panjang apabila memilih jalan tersebut karena Anda perlu membangun reputasi serta kesadaran masyarakat terhadap turnamen yang Anda adakan.
Membuat tim mungkin bisa menjadi opsi, tapi lagi-lagi kesempatannya cenderung sangat terbatas dengan persaingan yang ketat. Ekosistem MLBB cenderung terbatas karena sistem tertutup yang diterapkan. Ekosistem PUBG Mobile mungkin punya kesempatan yang lebih luas karena menggunakan sistem terbuka. Di luar dari sistem yang diterapkan, mencari pemain berkualitas juga bukan perkara mudah di dua ekosistem tersebut. Kalaupun ada pemain berbakat, tentu ada kemungkinan Anda harus berebut satu pemain tersebut dengan beberapa tim sekaligus yang akan membuat nilai pemain tersebut bisa jadi sangat mahal.
Terakhir dari sudut pandang brand. Sebagai brand, kesempatan untuk memasuki pasar esports terbilang masih terbuka sangat lebar mengingat ragam kegiatan marketing yang bisa dilakukan di esports. Mensponsori liga kasta utama bisa digolongkan sebagai pilihan utama. Nilai sponsornya mungkin akan sangat besar, tapi timbal balik yang diberikan bisa jadi sepadan mengingat liga kasta utama yang jadi tontonan utama penggemar esports dari kedua ekosistem game tersebut.
Selain mensponsori liga kasta utama, beberapa pilihan aktivitas marketing lain juga bisa menjadi pilihan bagi brand yang ingin memasuki pasar esports. Mensponsori tim misalnya, seperti yang dilakukan oleh Visa kepada EVOS. Mensponsori acara pihak ketiga juga bisa jadi pilihan lain yang bahkan bisa memberi kesempatan kepada brand untuk menjadi title sponsor. Salah satu contohnya adalah IEL University Super Series yang disponsori oleh Super Soccer. Menyelenggarakan turnamen esports sendiri mungkin juga bisa menjadi salah satu pilihan, misalnya seperti Blibli yang mengadakan Blibli Esports Championship.
—
Begitulah kurang dan lebihnya ekosistem esports berdasarkan apa yang saya amati dari perkembangannya sekitar 1 tahun ke belakang. Penjabaran di atas tentu bukan merupakan ilmu pasti yang akan terus bertahan selama bertahun-tahun ke depan. Hal tersebut mengingat industri esports yang terus berkembang dan berevolusi secara cepat.
Pembahasan tersebut juga tergolong hanya gambaran kasar saja berdasarkan apa yang terlihat dari kulit luar. Semoga pembahasan di atas dapat membantu Anda untuk lebih memahami ekosistem esports. Apabila ada kesempatan, saya akan mencoba membahas ekosistem esports game lain ataupun memperbarui penjelasan ekosistem esports di atas berdasarkan dari insight-insight terbaru.
Pertandingan esports dari berbagai skena sudah dimulai pada pekan pertama bulan Februari 2021 ini. Selain rekap pertandingan dari berbagai skena esports, ada juga kabar perpindahan pemain di skena PUBG Mobile, serta beberapa pengumuman pertandingan besar. Berikut rekap berita esports di pekan kedua Februari 2021.
Setelah cukup lama dinanti, skena esports Dota 2 akhirnya mengumumkan pertandingan besar untuk bulan Maret 2021 nanti. Pertandingan tersebut adalah Dota 2 Singapore Major yang merupakan bagian dari Dota 2 Pro Circuit 2021. Pertandingan Singapore Major nantinya akan diselenggarakan oleh ONE Esports yang bekerja sama dengan PGL dan Singapore Tourism Board. Pertandingan dijadwalkan berjalan tanggal 27 Maret hingga 4 April 2021 mendatang dan mempertandingkan 18 tim terbaik dari masing-masing DPC Regional League yang sedang berjalan saat ini.
Riot Games Umumkan Wild Rift Icon Series
The wait is over. Introducing our first official tournament series for Wild Rift esports in Southeast Asia, The League of Legends: Wild Rift SEA Icon Series: Preseason tournament starting from February 26. Read more here – https://t.co/YlGPh2YXc4pic.twitter.com/vlKnAReWSs
Lama ditunggu, Riot Games akhirnya memberi secercah cahaya terhadap kepastian esports Wild Rift di Asia Tenggara. Melalui rilis, Riot Games mengumumkan turnamen bertajuk Wild Rift Icon Series sebagai inisiatif esports perdana atas versi mobile dari game League of Legends tersebut. Wild Rift Icon Series merupakan sebuah rentetan pertandingan yang diadakan di setiap akhir pekan mulai dari Februari hingga Maret 2020 mendatang. Setiap pekan pertandingan menampilkan pertandingan lokal dari 7 negara Asia Pasifik yaitu Vietnam (26-28 Februari), Malaysia (6-7 Maret), Taiwan (11-14 Maret) dan Thailand (13-14 Maret), Indonesia ( 19-21 Maret) dan Filipina ( 20-21 Maret), serta Singapura (26-28 Maret) sebagai penutup. Mengutip blog resmi, tim bertanding adalah tim yang diundang langsung oleh Riot Games. Untuk sementara waktu, Alter Ego dan ONIC Esports adalah dua tim undangan pertama untuk Icon Series Indonesia.
BOOM Esports Resmi Gabung Liga LoL PCS
BOOM Esports sepertinya terlihat sangat serius ingin terjun ke dalam ekosistem esports Riot Games. Beberapa saat setelah mengumumkan divisi Wild Rift, muncul sebuah berita bahwa BOOM Esports resmi tergabung ke dalam liga League of Legend (PC) tingkat asia pasifik yaitu PCS. Akun resmi Pacific Championship Series mengatakan bahwa organisasi BOOM Esports akan mewakili Thailand pada PCS Spring Split 2021 nanti. Gary Ongko Putera selaku Founder dan CEO BOOM Esports juga kembali menegaskan lewat media sosial bahwa sang #HungryBeast tidak memainkan pemain Indonesia di liga PCS tersebut.
Omega Esports asal Filipina Jadi Juara Wild Rift Asia Brawl
Turnamen Wild Rift antar tim esports perdana Asia akhirnya rampung tanggal 7 Februari 2021 kemarin. Omega Esports yang berisikan pemain Filipina berhasil keluar sebagai juara setelah berhasil menang pertandingan dengan skor 4-2 dari seri pertandingan best-of-7. Mereka berhadapan dengan Nexplay Esports dan bertanding sengit pada babak Grand Finals. Bigetron Infinity sebagai satu-satunya wakil Indonesia yang lolos ke babak Playoff harus tumbang di lower bracket ronde ke-2 setelah terlibas 0-2 oleh Nexplay Esports. Victim Esports adalah wakil Indonesia lainnya dalam pertandingan tersebut. Sayangnya Victim Esports sudah pulang terlebih dahulu setelah gagal lolos dari babak grup.
Rekap DPC Regional League SEA Week 3
Pertandingan SEA Regional League dari Dota Pro Circuit 2021 telah memasuki pekan ketiga. Pekan ini BOOM Esports harus menjalankan dua pertandingan di Upper Division SEA Regional League. BOOM Esports berhasil menang 2-1 saat melawan Fnatic, walau sayangnya harus kalah 1-2 saat melawan T1. Sementara di Lower Division, HOYO (Jhocam dkk) dan Army Geniuses (MamangDaya dkk) sayangnya mendapat hasil yang kurang memuaskan. Sementara pada sisi lain ZeroTwo (InYourDream, Dreamocel dkk) yang juga bertanding di Lower Division berhasil mendapat hasil manis berupa kemenangan 2-0 melawan Yangon Galacticos dari Myanmar.
Rekap Match Day 7 & 8 Free Fire Master League Division 1
Pertandingan Free Fire Master League divisi 1 sudah memasuki match day ke-8 pada hari minggu 7 Januari 2021 kemarin. Pertandingan cukup didominasi oleh BOSS Nightmare berkat 3 kali Booyah yang mereka dapatkan dari total 6 ronde pertandingan pada match day ke-8. Mengikuti di belakangnya ada DG Esrorts yang mendapatkan 2 kali Booyah. Sebelum pertandingan hari ke-8 ada pertandingan hari ke-7 yang mempertandingkan grup lainnya. Persaingan di match day ke-7 terbilang lebih sengit karena Booyah didapatkan oleh tim yang berbeda-beda kecuali First Raiders yang berhasil mendapat dua Booyah di ronde 1 dan ronde 5.
VALORANT Champions Tour Indonesia – Stage 01 Dimenangkan oleh BOOM Esports
VALORANT Champions Tour Indonesia – Stage 01 telah selesai digelar pada akhir pekan kemarin. BOOM Esports berhasil merebut tahtanya kembali setelah berhasil mengalahkan Alter Ego di babak Grand Final. Kemenangan yang didapat oleh BOOM Esports bukanlah kemenangan yang mudah karena Alter Ego memberi perlawanan yang keras di pertandingan tersebut. Setelah menang game pertama di map Bind, Alter Ego berhasil menang dua kali berturut-turut di map Split dan Haven. Untungnya BOOM Esports segera memberi balasan keras dengan berhasil menang dua kali berturut-turut di map Split pada game ke-4 dan 5 sehingga skor berujung menjadi 3-2 dari seri best of 5.
Pasca PMGC 2020 selesa, skena esports PUBG Mobile pun kini memasuki masa off-season. Berbarengan dengan itu, transfer window pun dibuka sehingga kita dapat melihat perpindahan pemain dari tim satu ke tim lainnya. Pekan ini ada beberapa perpindahan menarik yang dapat kita lihat. Salah satu yang cukup besar adalah skuad Dranix Esports yang diboyong oleh tim Kong Esports. Tim yang berisikan Botz, Ucup, Noox, dan Licin, memang belum berhasil menjadi juara di turnamen besar, namun menunjukkan potensi yang cukup menjanjikan. Selain itu ada juga Jughead yang pindah ke 21esports, Bobbs yang pindah dari BOOM Esports ke Victom Esports, Henz yang pindah dari Louvre ke Dewa United, dan Uni yang kini bergabung ke Dewa United.
Sentinels Juarai VALORANT Champions Tour Amerika Utara
Berbarengan dengan VCT Indonesia, seri VALORANT Champions Tour juga berjalan di Amerika Utara pada akhir pekan lalu. Babak final VCT Amerika Utara mempertemukan Immortals dengan tim Sentinels. Walau harus merangkak dari Lower Bracket, Sinatra dan kawan-kawan ternyata berhasil keluar sebagai juara setelah memenangkan seri best of 5 dengan skor 3-1. Kemenangan dari Sentinels terbilang cukup mendominasi. Bahkan Sentinels sempat mendapat kemenangan 13-3 pada game pertanma dengan salah satu pemainnya membukukan 19 kill dengan 3 kali death saja. Kemenangan Sentinels mungkin menjadi kemenangan yang cukup mengagetkan, mengingat Immortals sebelumnya mendominasi kompetisi dengan 10 kali kemenangan beruntun sebelum menghadapi Sentinels di final.
PUBG Global Invitational.S 2021 Dimulai
While one takes the win and leaves another rises to the battlefield.🔥@buriramesports is tagged in and with Soniqs out of the way can they get the next win?
Walaupun sempat mengalami beberapa polemik, namun esports PUBG (PC) masih tetap terselenggara hingga tahun 2021 ini. Tahun ini PUBG Corp. mencoba strategi baru dengan menghadirkan pertandingan internasional dalam format liga yang bertajuk PUBG Global Invitational.S 2021. Turnamen internasional tersebut diikuti oleh 32 tim yang berasal dari Eropa, Tiongkok, Asia Tenggara, Amerika Utara, Korea Selatan, Amerika Selatan, Jepang, dan Taiwan. Pekan lalu menjadi pekan pertandingan perdana untuk menentukan grup dari masing-masing tim. Nantinya pertandingan akan dilakukan secara rutin setiap pekan hingga 28 Maret 2021 mendatang.
Kompetisi Battle of Gods Tunjukkan Antusiasme Kawan-Kawan Difabel Terhadap Esports
Turnamen Battle of Gods sudah akan segera dimulai. Walaupun baru akan dimulai, namun sudah ada informasi menarik dari turnamen yang diselenggarakan oleh Dewa United tersebut. Informasi tersebut adalah antusiasme dari teman-teman disabilitas yang sangat tinggi terhadap turanmen tersebut. David selaku CEO Dewa United bahkan mengakui bahwa teman-teman disabilitas sudah memenuhi 100 slot peserta turnamen PUBG Mobile yang dibuka. Puncak pertandingan Battle of Gods akan diselenggarakan tanggal 18 Februari 2021 mendatang. Turnamen tidak hanya terbuka untuk umum, tapi juga untuk teman-teman disabilitas.
Sumber Gambar Utama – Twitter @pglesports.
—
Info Turnamen dan Event Minggu Ini
OMEN Boot Camp Valorant Quest telah membuka pendaftaran untuk Anda yang ingin mengikuti rangkaian acara terkait game Valorant. Ada coaching clinic, battlequest atau individual challange. Acara ini juga berhadiah total cukup menarik yaitu 50 juta rupiah.
Turnamen PES. Tertarik mengasah keahlian bermain PES atau Pro Evolution Soccer? Anda bisa mencari turnamen terdekat sesuai domisili lewat situs Turnamenpes.com.
PUBG Mobile Global Championship 2020 telah usai digelar tanggal 26 Januari 2021 kemarin. Tahun ini mungkin menjadi tahun yang sedikit mengecewakan bagi fans esports PUBG Mobile lokal karena Bigetron RA hanya mampu meraih peringkat 5 saja dalam turnamen tingkat dunia tersebut. Walau begitu pencapaian Bigetron RA tetap patut diacungi jempol.
Walaupun Bigetron RA tidak berhasil memenuhi ekspektasi fans, namun PMGC 2020 sebenarnya menampilkan pertandingan yang teramat sengit secara keseluruhan. Hal tersebut terlihat dari hasil luar biasa yang ditorehkan tim-tim dari negara yang sebelumnya tidak terlalu menonjol di skena esports PUBG Mobile, seperti Zeus Esports asal Mongolia ataupun Navi dari Ukraina. Berkat hal tersebut, PMGC 2020 pun menarik banyak perhatian penonton dan berhasil mencatatkan rekor catatan jumlah penonton yang luar biasa.
Kendala Teknis dan Dampaknya Pada Jumlah Penonton
Mengutip dari Esports Charts, PMGC 2020 berhasil mencatatkan jumlah peak viewers yang memukau. 3,8 juta peak viewers yangdicatatkan adalah bukti keinginan para penggemar untuk menonton penampilan tim PUBG Mobile terbaik dari berbagai penjuru dunia. Pencapaian tersebut terbilang cukup istimewa mengingat tantangan berat yang dihadapi oleh sang penyelenggara untuk memastikan pertandingan PMGC 2020 tetap berjalan.
Rencana awalnya, PMGC 2020 digelar offline di Coca Cola Arena, Dubai, Uni Emirat Arab. Namun pada akhirnya rencana hanyalah tinggal rencana.
Gelombang masalah dimulai setelah beberapa pemain ditemukan positif COVID-19. Mengikuti protokol kesehatan, isolasi mandiri pun dilakukan. Para pemain pun bermain dari kamar hotel masing-masing. Sang penyelenggara sepertinya tidak siap dengan kemungkinan perpindahan lokasi pertandingan karena hotel sepertinya tidak memiliki koneksi internet yang mumpuni. Masalah teknis jaringan pun turut muncul karena perubahan format. Pertandingan sempat tertunda selama dua hari berturut-turut (22 dan 23 Januari 2021), walau setelahnya pertandingan dapat kembali lancar terselenggara. Masalah tersebut membuat angka penonton menunjukkan penurunan. Namun angkanya yang tidak terlalu jauh menjadi bukti antusiasme penonton yang ternyata masih bertahan saat pertandingan kembali berjalan.
Esports PUBG Mobile sendiri ternyata masih menjadi primadona bagi penonton Indonesia. Ada 2,1 juta lebih orang menonton tayangan berbahasa Indonesia pada tanggal 26 Januari 2021 yang jadi hari terakhir. Menyusul di posisi kedua ada tayangan berbahasa Arab dengan 494 ribu lebih peak viewers, posisi ketiga ada Russia dengan 415 ribu lebih peak viewers, Thailand dengan 269 ribu lebih peak viewers, dan Malaysia dengan 266 ribu lebih peak viewers.
Jumlah penonton Indonesia kali ini tidak lagi tersaingi oleh penonton India seperti pada PMWL East 2020 lalu. Kasus pemblokiran PUBG Mobile di India sepertinya jadi alasan atas hal tersebut. Karena hal tersebut, tidak ada tim India yang turut serta di dalam pertandingan PMGC 2020. Terlepas dari itu, tim penyelenggara PMGC 2020 tetap menyajikan tayangan berbahasa India dan masih berhasil menduduki peringkat 6 penonton terbanyak dengan catatan 182 ribu lebih peak viewers.
Selain bahasa India, tim penyelenggara PMGC 2020 juga menayangkan PUBG Mobile dengan berbagai macam bahasa lokal. Inisiatif tersebut menurut saya adalah salah satu kelebihan dari esports PUBG Mobile yang patut dicontoh oleh pertandingan esports global lainnya. Catatan peak viewers dari bahasa lain dapat Anda lihat pada grafik kedua di atas.
Fanatisme Penonton Indonesia dan Performa Bigetron RA
Peringkat jumlah penonton terbanyak berdasarkan hari dan ronde pertandingan menunjukkan pola yang mirip seperti ibadah shalat tarawih di bulan ramadhan, ramai di awal dan akhir. Lima besar pertandingan dengan jumlah penonton terbanyak adalah pertandingan hari pertama dan hari terakhir dengan tanpa kehadiran pertandingan hari ke-2 atau ke-3 di dalam daftar. Catatan penonton terbanyak ada pada hari pertama yaitu sebanyak 3,8 juta lebih peak viewers, disusul dengan pertandingan hari terakhir dengan 2,8 juta lebih peak viewers di hari ke-4.
Melihat polanya, bisa jadi kendala teknis adalah penyebab utama menurunnya jumlah penonton pada hari ke-4. Penurunannya cukup drastis, hampir 1 juta penonton berkurang dari pertandingan hari pertama dibanding hari ke-4. Walaupun begitu, penonton Indonesia terlihat masih sangat semangat ingin melihat momen comeback dari tim Bigetron RA terutama di hari terakhir.
Hal tersebut terbukti dari 2,1 juta penonton (grafik kedua pada gambar di atas) tayangan berbahasa Indonesia yang menonton pertandingan ronde ke-24 di hari terakhir pertandingan. Melihat pola tersebut, salah satu penyebabnya mungkin karena reputasi Bigetron RA sebagai tim ‘lambat panas’ yang telah terpatri kepada penonton Indonesia. Walhasil jadi ada banyak penonton hadir di tayangan berbahasa Indonesia hadir karena menantikan momen gemilang Zuxxy, Luxxy, Ryzen, Liquid di hari terakhir pertandingan yang sempat terjadi di beberapa turnamen sebelumnya.
Dari segi platform, kali ini Nimo TV berhasil muncul sebagai platform andalan para penggemar esports PUBG Mobile. Nimo TV berhasil mencatatkan 2,8 juta lebih peak viewers pada tanggal 21 Januari 2021 yang merupakan hari pertama dari pertandingan PMGC 2020. Menyusul di bawahnya ada YouTube dengan 1 juta lebih peak viewers, disusul dengan Facebook di peringkat ke-3 dengan 380 ribu lebih peak viewers, dan Twitch di peringkat ke-4 dengan 17 ribu lebih peak viewers. Untuk grafik dan data lebih lengkap dari YouTube dan Twitch dapat Anda lihat pada gambar di atas.
—
Ulet dan gigihnya tim penyelenggara dalam memastikan pertandingan kembali berjalan lancar sepertinya menjadi hal yang paling patut diacungi jempol dari gelaran PMGC 2020 ini. Dengan berbagai masalah serta kendala teknis, PMGC 2020 berhasill berjalan dengan lancar setelahnya walau dengan 2 hari penundaan yang membuat para penggemar cukup kecewa.
Para penggemar esports PUBG Mobile Indonesia juga kembali membuktikan diri sebagai fans paling ngotot dari komunitas PUBG Mobile secara keseluruhan. Walaupun ada kendala teknis, fans esports PUBG Mobile asal Indonesia ternyata terbukti tetap menonton demi membela, mendukung, dan menyaksikan perjuangan Bigetron RA.
*Disclosure: Esports Charts adalah Partner dari Hybrid.co.id.
Mengawali bulan Februari ini kita mendapatkan beberapa berita menarik seputar hasil pertandingan dan bursa transfer lokal, update game, dan berita esports luar negeri. Mulai dari hasil PMGC, DPC SEA 2021 pekan kedua, sampai bursa transfer PUBG Mobile yang kini semakin memanas. Tanpa berlama-lama, berikut rangkuman berita esports pekan pertama Februari 2021.
Rekap PMGC 2020: Nova Esports Jadi Juara, Bigetron RA peringkat 5, dan Aerowolf Limax Peringkat 13
Pertandingan PUBG Mobile Global Championship 2020 telah selesai, walau hasilnya sedikit mengecewakan bagi penggemar esports PUBG Mobile Indonesia. Bigetron RA yang diharapkan untuk kembali menjadi juara sayangnya harus dijegal keras oleh dua tim asal Tiongkok, Nova Esports dan 4AM. Dengan permainan yang begitu solid, Nova Esports pun akhirnya keluar sebagai juara setelah mebukukan total 319 poin dari 29 ronde pertandingan. Bigetron RA dengan segala perjuangannya masih bisa bertahan di peringkat 5 besar dengan total perolehan sebanyak 241 poin. Wakil Indonesia lainnya yaitu Aerowolf Limax juga menunjukkan ketangguhan perwakilan Indonesia dengan beberapa Chicken Dinner, walau harus puas finish di peringkat 13 dengan total perolehan sebanyak 161 poin.
Rekap DPC 2021 SEA Regional League – Week 2: Kemenangan Perdana BOOM Esports
BOOM Esports akhirnya berhasil mendapatkan kemenangan perdananya di dalam DPC 2021 SEA Regional League – Upper Division. Melawan 496 Gaming asal Vietnam, Fbz dan kawan-kawan berhasil meraih kemenangan 2-1. Pada Lower Division, giliran ZeroTwo mendapatkan kemenangannya. Lawan IYD, Dreamocel, dan kawan-kawan kali ini adalah Lilgun yang berhasil dilibas 2-0. HOYO yang memiliki Jhocam di dalam roster terpaksa menelan pil pahit kekalahan setelah dilibas oleh Cignal Ultra. Untuk itu klasemen sementara dari tim-tim dengan pemain Indonesia di DPC 2021 SEA Regional League saat ini adalah: BOOM Esports peringkat 4 (Upper Division), Army Geniuses peringkat 1 (Lower Division), HOYO peringkat 4 (Lower Division), dan Zero Two peringkat 7 (Lower Division).
Bigetron Infinity Lolos Babak Grup Wild Rift Asia Brawl
Wild Rift Asia Brawl merupakan sebuah turnamen yang digalakkan oleh sosok streamer bernama Assassin Dave. Turnamen tersebut mengundang beberapa organisasi-organisasi Asia ternama yang sudah memiliki divisi Wild Rift seperti Liyab Esports (Filipina), Berjaya Dragons (Malaysia), bahkan juga Alliance (berisikan pemain Singapura). Turnamen tersebut juga diikuti oleh dua wakil Indonesia yaitu Bigetron Infinity dan Victim Esports. Bigetron Infinity berhasil lolos ke babak selanjutnya mendapatkan catatan menang-kalah 2-1 dan menjadi pemuncak di grup A. Victim Esports tidak berhasil mendapat kesuksesan serupa, harus terhenti di babak grup karena finish di peringkat ke-3 dengan catatan menang-kalah 1-2 di grup B.
Kabar tersebut diumumkan oleh EVOS Esports tanggal 29 dan 30 Januari 2021 kemarin melalui akun instagram resmi dari EVOS Esports. Kepindahan Microboy cukup mengejutkan bagi para penggemar. Hal tersebut mengingat pernyataan dari akun Instagram resmi Bigetron Esports yang mengatakan bahwa Nizar Lugatio memutuskan tidak memperpanjang kontrak dan pensiun pada tanggal 29 Januari 2021. Apalagi Microboy juga masih bertanding bersama Bigetron RA pada gelaran PMGC 2020 yang berlangsung hingga tanggal 26 Januari 2021. Sementara itu Redfacen sendiri memang sudah meninggalkan ION Esports pada tanggal 18 Januari 2021 kemarin. Namun perpindahan tersebut juga cukup mengejutkan mengingat keputusan EVOS Esports untuk mengambil dua pemain bintang sekaligus.
G9 dan Beer11 Pensiun dari RRQ Athena
Selain kepindahan Microboy, berita mengejutkan lain dari skena PUBG Mobile juga adalah pensiunnya G9 dan Beer11 dari tim RRQ Athena yang berbasis di Thailand. Melalui media sosial resminya G9 menuliskan dalam bahasa Thailand bahwa alasan dirinya pensiun adalah karena lelah dengan serentetan hasil yang kurang memuaskan dari tim RRQ Athena belakangan ini. Memang prestasi terbaik milik RRQ Athena adalah pada saat awal mula ketika esports PUBG Mobile mulai bersemi. Mereka adalah juara dunia PUBG Mobile pertama setelah berhasil menjadi juara di gelaran PMSC 2018. Sayangnya performa mereka berangsur menurun sejak saat itu. Terakhir mereka bahkan hanya mendapat peringkat 11 saja di gelaran PMGC 2020.
Fitur yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga di League of Legends Wild Rift. Melalui laman resminya, Riot Games mengumumkan akan menghadirkan fitur Replay dan Spectator mode di dalam game Wild Rift bulan Februari 2021 ini. Walaupun tidak menyebut tanggal, namun update tersebut sepertinya akan datang dalam waktu dekat mengingat banyaknya laporan dari komunitas soal kehadiran fitur tersebut walau masih belum sempurna. Pengumuman update 2.1 tersebut juga mengumumkan kehadiran Champion baru (2 buah di bulan Februari, 4 buah di bulan Maret), event imlek, dan set skin PROJECT.
Capcom Umumkan CPT 2020 Season Final yang Dipertandingkan Online
Capcom Pro Tour 2020 Season Final sebenarnya direncanakan untuk diselenggarakan secara offline di awal tahun 2021 ini. Sayangnya kondisi pandemi masih belum membaik yang membuat Capcom harus mengubah rencana pertandingan menjadi online yang diadakan tanggal 20 hingga 21 Februari 2021 mendatang. Menyadari masalah netcode pada game Street Fighter, Capcom pun mempertandingkan pemain yang memiliki domisili yang dekat untuk menghindari masalah lag yang terjadi. Contohnya adalah seperti mempertandingkan Daigo dengan Gachikun yang sama-sama berasal dari Jepang atau mempertandingkan iDom dengan Smug yang sama-sama berasal dari Amerika Serikat. Jadwal lebih lengkapnya dapat Anda lihat pada laman resmi dari Capcom Pro Tour.
Tim asal Jerman tersebut kembali menunjukkan dominasinya di skena esports VALORANT eropa. Mixwell dan kawan-kawan berhasil menjadi juara di turnamen Red Bull Home Ground setelah mengalahkan Team Liquid dengan skor 3-1. Turnamen tersebut terbilang sebagai pertandingan yang cukup besar dengan kehadiran tim-tim ternama seperti Ninja in Pyjamas dan Futbolist. Kemenangan tersebut tentunya akan semakin mengukuhkan posisi G2 Esports sebagai salah satu tim VALORANT terkuat di Eropa.
Info Turnamen dan Event Minggu Ini
OMEN Boot Camp Valorant Quest telah membuka pendaftaran untuk Anda yang ingin mengikuti rangkaian acara terkait game Valorant. Ada coaching clinic, battlequest atau individual challange. Acara ini juga berhadiah total cukup menarik yaitu 50 juta rupiah.
Turnamen PES. Tertarik mengasah keahlian bermain PES atau Pro Evolution Soccer? Anda bisa mencari turnamen terdekat sesuai domisili lewat situs Turnamenpes.com.
HybridIDN Subscription. Berlangganan Hybrid hanya dengan 25k rupiah dan dapatkan artikel ekslusif dan berbobot khas Hybrid.co.id. Cek link ini. https://hybrid.co.id/subscription
Pada minggu lalu, ada berbagai berita menarik terkait industri esports. Moonton menetapkan Razer sebagai rekan untuk M2 World Championship, sementara Team Vitality dari Prancis bekerja sama dengan Garmin. Sebanyak 35 pemain CS:GO dilarang bermain karena melanggar kode ESIC dan babak final PMGC harus ditunda karena masalah teknis.
ESIC Tetapkan Larangan Bermain untuk 35 Pemain CS:GO
Esports Integrity Commission (ESIC) mengumumkan bahwa mereka telah menetapkan hukuman larangan bermain pada 35 pemain Counter-Strike: Global Offensive. Durasi larangan bermain yang ditetapkan oleh ESIC beragam. Tergantung pada kesalahan yang pemain buat, mereka bisa mendapatkan ban selama 1 -5 tahun. Alasan para pemain CS:GO ini terkena ban adalah karena mereka membuat taruhan pada tim lain atau tim mereka sendiri, yang merupakan pelanggaran dari Anti-Corruption Code, lapor VP Esports.
Team Vitality Kena Denda Karena Lakukan Stream-Sniping
Selain menetapkan hukuman pada 35 pemain CS:GO, ESIC juga memberikan denda sebesar US$10 ribu pada pemain-pemain CS:GO dari Team Vitality. Pasalnya, mereka melakukan stream-sniping di BLAST Premier Global Final. Sebuah tim dianggap melakukan stream-sniping ketika mereka menonton siaran pertandingan untuk mengetahui posisi atau strategi musuh mereka. Di babak final BLAST Premier Global, Vitality dapat mengalahkan Team Liquid dengan skor 2-1, menurut laporan Talk Esport.
ESIC issues $10,000 fine to team Vitality in response to stream-sniping breach of the ESIC Code.
While there was no malicious intention detected by ESIC in its examination of evidence, ESIC’s zero tolerance approach mandates accountability from the organisation for the breach. pic.twitter.com/Gs7Kwut0le
Babak final dari PUBG Mobile Global Championship sempat tertunda karena sebagian pemain mengalami masalah jaringan internet. Pada awalnya, pertandingan akhir dari PMGC hendak diadakan secara offline di Coca Cola Arena di Dubai. Namun, karena ada tiga pemain PUBG Mobile yang terbukti positif COVID-19, pihak penyelenggara akhirnya memutuskan untuk mengadakan PMGC Finals secara online, lapor Talk Esport. Perubahan mendadak ini menyebabkan pihak penyelenggara tidak siap untuk menghadapi sejumlah masalah yang muncul, termasuk jaringan internet yang buruk bagi sebagian pemain.
VSPN Dapatkan Investasi US$60 Juta
Versus Programming Network (VSPN), perusahaan penyedia solusi esports asal Tiongkok, mengumumkan bahwa mereka mendapatkan investasi Seri B sebesar US$60 juta. Ronde pendanaan ini dipimpin oleh Prospect Avenue Capital (PAC) dan diikuti oleh Guotai Junan International dan Nan Fung Group. Sementara itu, Lighthouse Capital menjadi satu-satunya penasehat finansial dalam pendanaan kali ini.
Berdasarkan pengumuman dari VSPN, mereka akan menggunakan dana ini untuk mengembangkan “teknologi inovatif” demi membuat produk dan konten esports baru. Investasi itu juga akan digunakan untuk ekspansi bisnis ke luar Tiongkok. Menurut laporan The Esports Observer, Dino Ying, Co-founder dan CEO VSPN, mengatakan bahwa saat ini, VSPN ingin memperkaya tipe produk dan konten esports yang mereka bisa mereka tawarkan pada rekan bisnis serta fans esports di dunia.
Razer Jadi Rekan Moonton di M2 World Championship 2021
Moonton menyambut Razer sebagai rekan peripheral resmi untuk turnamen Mobile Legends: Bang Bang, M2 World Championship 2021. Salah satu bentuk kerja sama ini adalah Razer akan membuat versi khusus dari gaming headset BlackShark V2. Dalam versi khusus M2 itu, BlackShark V2 akan menampilkan ilustrasi dari salah satu karakter Mobile Legends, yaitu Miya. Gambar Miya pada BlackShark V2 menjadi tanggung jawab dari Shane Tortilla, seniman asal Indonesia, lapor Esports Insider.
Team Vitality Bekerja Sama dengan Garmin
Team Vitality, organisasi esports asal Prancis, mengumumkan kerja sama dengan Garmin. Melalui kerja sama ini, Garmin akan menyediakan Instinct Esports Edition untuk Team Vitality. Selain itu, Garmin juga akan berkolaborasi dengan Team Vitality untuk melakukan riset dan mengembangkan produk esports dari Garmin.
“Setiap perusahaan punya keahlian mereka masing-masing. Garmin adalah perusahaan yang punya tim riset dan pengembangan yang berbakat,” kata CEO Team Vitality, Nicolas Maurer, seperti dikutip dari Esports Insider. “Sementara itu, kami punya para pemain profesional berpengalaman.”