Tag Archives: pwa

Lewat Aplikasi Bernama Bulletin, Google Ingin Semua Orang Bisa Mewartakan Berita

Dengan hanya bermodalkan smartphone, siapapun sebenarnya sudah bisa menjadi jurnalis dan mewartakan berita, dibantu oleh media sosial seperti Facebook atau Twitter sebagai media publikasinya. Namun Google menilai harus ada medium khusus yang mewadahi, tidak peduli seberapa kecil lingkup komunitas yang menjadi target pembacanya.

Dari situ mereka menguji sebuah aplikasi baru bernama Bulletin. Di situsnya, Bulletin dideskripsikan sebagai aplikasi untuk mewartakan berita dengan fokus pada lingkup yang amat kecil, atau dengan kata lain, berita-berita yang tidak kita jumpai di media-media publikasi kenamaan.

Berita-beritanya bisa sesimpel liputan pertandingan basket di sebuah sekolah, atau mungkin jalanan yang ditutup karena hajatan, dan bisa dilengkapi dengan foto maupun video. Semua prosesnya, mulai dari mengambil foto dan video, menulis berita sampai memublikasikannya ke web, dilakukan lewat smartphone.

Konten pada Bulletin semuanya bersifat publik dan mudah ditemukan, baik lewat pencarian Google, media sosial atau tautan yang disebarkan melalui aplikasi chatting. Yang cukup menarik, dari screenshot-nya kelihatan bahwa sang kontributor berita bisa meng-update artikelnya kapan saja ada informasi baru yang perlu ditambahkan.

Poin terakhir ini cukup penting karena, mengingat Bulletin pada dasarnya menerapkan metode crowdsourcing, peluang munculnya hoax atau sekadar berita yang salah pasti ada. Andai yang diberitakan memang salah, kontributornya bisa memberikan update untuk membenarkan, atau malah menurunkan beritanya sepenuhnya.

Secara teknis Bulletin merupakan sebuah Progressive Web App (PWA), yakni situs yang tampilan dan perilakunya mirip seperti aplikasi. Untuk sekarang, Google baru mengujinya di dua kota di Amerika Serikat, yakni Nashville dan Oakland saja. Ke depannya, Google sudah punya rencana untuk menggandeng media-media publikasi lokal untuk memanfaatkan Bulletin sebagai medium alternatif.

Sumber: Slate.

Google Resmi Hapus Chrome App untuk Windows, Mac dan Linux

Kalau Anda merupakan pengguna browser Chrome, besar kemungkinan Anda tahu akan istilah Chrome App, tapi belum tentu menggunakannya. Ini wajar mengingat kebanyakan Chrome App tidak lebih dari sekadar bookmark ke sebuah web app, meski ada juga yang menyimpan fungsionalitas khusus dan bisa berjalan di background layaknya aplikasi desktop standar.

Singkat cerita, Chrome App sangatlah sepi pengguna. Saking sepinya, sudah sejak tahun lalu Google berencana menghapus Chrome App dikarenakan hanya ada sekitar 1% pengguna Windows, Mac dan Linux yang secara aktif memakainya, setelah sebelumnya lebih dulu menghapus Chrome App Launcher. Menjelang pergantian tahun, Google akhirnya siap mengeksekusi rencana tersebut.

Penghapusannya dijalankan secara bertahap. Pertama-tama, seksi khusus Chrome App di Chrome Web Store akan ditiadakan, sehingga pengguna tidak bisa lagi men-install aplikasi baru. Untuk yang sudah terlanjur ter-install, aplikasi masih tetap bisa digunakan, tapi hanya sampai kuartal pertama tahun depan saja.

Lain halnya dengan Chrome Extension, atau yang biasa disebut dengan istilah plugin di browser lain. Extension yang biasanya diperuntukkan layanan seperti VPN, password manager dan adblocker ini masih akan terus tersedia melalui Chrome Web Store.

Bagaimana dengan Chromebook? Jangan khawatir, sebab Chrome App masih merupakan bagian esensial dari Chrome OS dan tidak akan ke mana-mana meski sudah hilang sepenuhnya dari tiga platform di atas.

Progressive Web App di Android / Google
Progressive Web App di Android / Google

Dengan ‘dibunuhnya’ Chrome App, apakah ini berarti nasib yang sama juga akan menimpa web app secara umum? Rupanya tidak, sebab Google sendiri sudah menyiapkan penggantinya dalam wujud Progressive Web App (PWA). PWA sebelumnya sudah tersedia di Chrome versi Android, dan Google menargetkan PWA bisa muncul di desktop mulai pertengahan tahun 2018.

Yang menarik, PWA yang diklaim bisa memberikan pengalaman mendekati native app ini ternyata tidak spesifik untuk Chrome saja. Browser lain seperti Samsung Internet, Firefox dan Opera versi Android juga bisa menjalankan PWA. Di luar platform Android, Microsoft dan Apple juga sudah mulai menghadirkan dukungan PWA di Edge dan Safari.

Kesimpulannya, kecuali Anda menggunakan Chromebook, Anda bisa mengucapkan selamat tinggal kepada Chrome App. Sebagai gantinya, mulai tahun depan web app di desktop bakal lebih sempurna dan fungsional berkat kehadiran PWA.

Sumber: Ars Technica.

Pertimbangan Memilih Progressive Web Apps Ketimbang Merilis Aplikasi

Mendirikan perusahaan teknologi yang mengandalkan internet sebagai lahan bisnis utamanya, sering dihadapkan pada pemikiran perlu atau tidaknya merilis aplikasi. Akan tetapi melihat kondisi sekarang ini, tiap perusahaan umumnya sudah meluncurkan aplikasi masing-masing.

Kondisi tersebut, membuat tingkat churn yang sangat tinggi. Tingkat keberlangsungan suatu aplikasi dalam smartphone pengguna semakin kecil untuk diunduh, bila manfaatnya tidak begitu terasa bagi mereka. Apalagi kalau tampilannya UI/UX-nya kurang menarik. Kekurangan lainnya, biaya pemeliharaan aplikasi tidaklah murah.

Berbagai kekurangan ini menjadi dilema bagi perusahaan apakah perlu ikut terjun ke arus tersebut atau tetap idealis mengandalkan mobile web saja. Salah satu solusi yang ditawarkan untuk pengembang adalah memanfaatkan teknologi Progressive Web Apps (PWA) yang diluncurkan Google sejak tahun lalu.

Strategic Partner Manager Google APAC Rica Handayani menerangkan aplikasi memang dirancang untuk meningkatkan engagement, tapi bila melihat daya jangkaunya kurang baik karena butuh jaringan 3G ke atas. Kondisi sebaliknya ditunjukkan oleh mobile web. Dari segi jangkauan sangat luas, namun tingkat engagement-nya kurang baik.

Dari data yang dihimpun Google, mengakses mobile web paling tidak membutuhkan waktu loading selama 19 detik dalam jaringan 3G. Bila situs delay lebih dari tiga detik, akan berpotensi kehilangan konsumen sebanyak 53%.

PWA memiliki kelebihan dapat dikunjungi secara offline, dapat menerima notifikasi, dan dapat diakses oleh feature phone sekalipun. Sehingga, pertimbangan untuk mengalihkan dari mobile web ke PWA menjadi lebih tepat apalagi ketika perusahaan beroperasi di Indonesia. Mengingat, pengguna smartphone belum sampai ke tingkat pedalaman dan jaringan yang belum merata.

“PWA itu mobile site yang di-upgrade seperti mobile app. Sementara ini pengguna PWA di Indonesia maupun seluruh dunia, secara rerata berasal dari [layanan] e-commerce, travel online, dan news publisher. Industri lainnya, semisal game belum ada yang mengimplementasinya, bahkan di seluruh dunia. Belum ada contoh case study-nya untuk itu,” terang Rica saat menjadi pembicara di gelaran konferensi Seamless Indonesia 2017, Rabu (11/10).

Salah satu perusahaan yang menerapkan PWA adalah Twitter. Di Indonesia, beberapa waktu lalu Twitter telah mengumumkannya ke publik. Rica menerangkan, setelah Twitter mengimplementasinya, berhasil meningkatkan tingkat kunjungan hingga 65%. Jumlah cuitan (tweet) naik 75% dan menarik 1 juta pengguna yang menaruh icon Twitter dalam home screen mereka.

Twitter juga mencatat tingkat konsumsi data dari PWA hanya 0,6 MB. Lebih kecil dibandingkan saat mengakses lewat aplikasi Android sekitar 23 MB atau iOS sebesar 100 MB.

Perusahaan lainnya, OLA, aplikasi ride hailing di India, juga menjadi pengguna PWA. OLA mencatat dapat membukukan lebih dari 1 juta perjalanan setiap harinya dan mengakuisisi lebih banyak pengemudi hingga 600 ribu. Perusahaan juga telah menjangkau lebih banyak kota di India hingga 110 kota.

Setelah mengimplementasi PWA, OLA berhasil masuk ke kota tier 2 dan 3. Dari total booking yang diterima perusahaan setiap harinya, sekitar 20% berasal dari pengguna yang mengakses PWA. Orang-orang tersebut sebelumnya adalah pengguna yang meng-uninstall aplikasi OLA.

“OLA melihat tingkat konversi dari pengguna di kota tier 2 sama besarnya dengan pengguna dari native app. Malah tingkat konversi di kota tier 3 lebih tinggi 30% dari native app.”

PWA kini sudah bisa diakses melalui Opera, Internet Explorer, Samsung Internet Browser, dan Mozilla.

Contoh lainnya adalah perusahaan kosmetik Lancome. Perusahaan tersebut berhasil meningkatkan durasi kunjungan hingga 53% untuk pengunjung dari platform iOS.

Di Indonesia sendiri, beberapa perusahaan yang telah menggunakan PWA di antaranya Tokopedia, Kaskus, Liputan 6, Bukalapak, DailySocial, Viva.co.id, JD.id, Traveloka, Kapan Lagi Networks, Babe, Kompas, Brilio, dan lain sebagainya.

Discolsure: DailySocial adalah media partner Seamless Indonesia 2017