Tag Archives: Rachmat Kaimuddin

Suksesi Bukalapak Willix Halim

Suksesi Bukalapak, Willix Halim Resmi Ditunjuk Jadi CEO

PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA) resmi menetapkan Willix Halim sebagai CEO Bukalapak, menggantikan Rachmat Kaimuddin yang mengundurkan diri pada akhir Desember 2021. Selain Willix, perusahaan juga mengumumkan penunjukan Victor Putra Lesmana dan Howard Nugraha Gani untuk masuk ke dalam jajaran direksi.

Dalam keterangan resminya, alasan penunjukan ini adalah baik Victor maupun Howard diyakini telah membawa pencapaian luar biasa bagi Bukalapak untuk memimpin digitalisasi UMKM di Indonesia. Adapun, Teddy Nuryanto Oetomo dan Natalia Firmansyah juga disebut akan tetap menjabat sebagai Direktur Bukalapak.

Hasil penunjukan Willix, Victor, dan Howard telah disetujui jajaran direksi, komisaris, dan pemegang saham Bukalapak dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

“Kami optimistis Willix Halim dapat meneruskan kepemimpinan Rachmat Kaimuddin dengan mengembangkan Bukalapak sebagai perusahaan publik yang kokoh secara finansial, berkembang secara berkelanjutan, dan membawa dampak signifikan bagi Indonesia,” tutur Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen Bukalapak Bambang Brodjonegoro.

Sebelumnya, Willix sempat ditunjuk sebagai CEO sementara karena Rachmat Kaimuddin mengundurkan diri untuk melanjutkan kariernya mengabdi ke pemerintahan. Willix bergabung dengan Bukalapak sebagai Chief Operating Officer pada 2016. Ia berperan penting dalam perjalanan perusahaan menjadi unicorn dan berkontribusi terhadap pengembangan Mitra Bukalapak hingga menjadi pemimpin pasar O2O.

“Tahun ini, kami berharap dapat semakin memperkuat posisi Bukalapak sebagai perusahaan teknologi yang menyediakan berbagai vertikal kepada pengguna kami. Dengan dukungan dari berbagai pihak, saya yakin transformasi ini akan terus berjalan dengan baik dan mencapai tujuan utama kami, yaitu menciptakan ‘A Fair Economy For All‘,” ungkap Willix.

Agenda transformasi Bukalapak

Dengan kepemimpinan baru ini, publik bakal mengantisipasi sejumlah langkah strategis yang akan diambil oleh jajaran direksi baru Bukalapak mengingat ada sejumlah agenda besar menanti. Terutama pada navigasi di lini bisnis Mitra Bukalapak yang menjadi penyokong kinerja keuangan Bukalapak tahun lalu.

Kami merangkum sejumlah aksi korporasi dan agenda besar yang mungkin dapat terealisasi di tahun ini. Menjelang akhir 2021, Bukalapak mengubah alokasi dana IPO sebesar Rp21,9 triliun. Rinciannya, 33% dari dana IPO akan digunakan untuk modal kerja, 34% untuk modal kerja anak usaha yang terdiri dari; Buka Mitra (15%), Buka Usaha (15%), serta Buka Investasi, Buka Pengadaan, Bukalapak, dan Five Jack masing-masing 1%.

Bukalapak memberikan alokasi baru sebesar 33% untuk pengembangan usaha perusahaan dan anak usaha, baik lewat skema pembelian saham dan/atau aset, dan/atau penyertaan saham pada satu atau lebih perusahaan termasuk joint venture, atau pelunasan fasilitas pinjaman yang digunakan untuk keperluan pertumbuhan dan/atau pengembangan usaha baik sekarang maupun yang akan datang.

Mengawali awal tahun ini, Bukalapak menjadi salah satu penyerap right issue Allo Bank milik CT Corp dengan mengambil alih 11,49% saham. Layanan Allo Bank ditargetkan komersial tahun ini. “Bagi Bukalapak, melalui bisnis Mitra dan konektivitasnya dengan vertikal vertikal baru di pasar UMKM, kerja sama ini dapat mengembangkan penawarannya serta aksesibilitas kredit bagi para pelaku usaha di area rural,” kata Willix beberapa waktu lalu.

Hingga tahun lalu, Bukalapak tercatat telah melayani lebih dari 100 juta pengguna, memiliki sebanyak 6,7 juta pelapak dan 10,4 juta Mitra Bukalapak.

Tak lama berselang, pemilik CT Corp Chairul Tanjung bahkan mengumumkan akan membentuk perusahaan online grocery patungan (joint venture) melalui PT Trans Retail Indonesia bersama Bukalapak. Komposisi kepemilikan Trans Retail akan sebesar 55% dan Bukalapak sebesar 45%,

Application Information Will Show Up Here

Willix Halim Steps up as Bukalapak’s Temporary CEO

On the same day (29/12), after Rachmat Kaimuddin resigned from his position as President Director, Bukalapak announced Willix Halim as the company’s Acting President Director or temporary CEO. He will lead Bukalapak during the transition period until the closing of the Company’s EGMS which ratifies and confirms the resignation of Rachmat Kaimuddin and the appointment of a new President Director.

Teddy Oetomo and Natalia Firmansyah will continue to serve as Bukalapak’s Directors.

“During his tenure as Acting President Director, Willix will be responsible for the company’s overall operational activities and ensure that Bukalapak maintains its mission of creating A Fair Economy For All,” Bukalapak management wrote in an official statement.

Willix joined Bukalapak as Chief Operating Officer in 2016. Under his departmental position, Willix handles all Bukalapak business operations, product, data & design, and technology.

Previously, he served as a Senior Vice President Growth for Freelancer.com, one of Australia’s largest startups. Willix received a bachelor’s degree in Computer Science and Mechatronics with First Class Honors in 2009 from the University of Melbourne.

Bukalapak’s management previously said that Rachmat’s resignation had been submitted on December 28, 2021, he planned to continue working for the government. According to the spreading rumor, it is reported that Rachmat will continue his career as one of the deputies under the leadership of Luhut Binsar Pandjaitan at the Coordinating Ministry for Maritime Affairs and Investments.

The Philippines scheme

Amid the managerial shifting, Bukalapak is reportedly eyeing expansion to the Philippines. It is marked by the job vacancy for the Country Manager position in the Philippines. The company’s representative has not provided any feedback to DailySocial regarding this matter.

Previously, Bukalapak, along with Sembrani Kiqani, BRI Ventures’ latest managed fund, were involved in the Yield Guild Games Southeast Asia (YGG SEA) funding with a total of $15 million in two rounds. YGG SEA is a DAO under YGG, a blockchain-based game development startup from the Philippines.

According to the e-Conomy SEA report, the country’s GMV generated from the digital economy is predicted to reach $17 billion, 93% increased YoY. The largest contributor came from the e-commerce business with a growth of 132% or worth $12 billion. At a 24% CAGR growth, it is predicted the overall internet economy is likely to reach a value of $40 billion by 2025.

In fact, the country’s internet penetration growth still has a wide scope, even one of the lowest compared to neighboring countries in ASEAN, since only 68% of the population are familiar with online services.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Bukalapak mengumumkan penunjukkan Willix Halim sebagai Pelaksanan Tugas (Plt) Direktur Utama Bukalapak selama masa transisi hingga ditutupnya RUPSLB

Willix Halim Ditunjuk sebagai CEO Sementara Bukalapak

Dalam hari yang sama (29/12), setelah Rachmat Kaimuddin mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Direktur Utama, Bukalapak mengumumkan penunjukkan Willix Halim sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama atau CEO sementara Bukalapak. Ia akan memimpin Bukalapak selama masa transisi hingga ditutupnya RUPSLB Perseroan yang meratifikasi dan mengonfirmasi pengunduran diri Rachmat Kaimuddin dan ditunjuknya Direktur Utama yang baru.

Teddy Oetomo dan Natalia Firmansyah akan tetap menjabat sebagai Direktur Bukalapak.

“Selama menjabat sebagai Pelaksana Tugas Direktur Utama, Willix akan bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional perusahaan secara menyeluruh serta memastikan Bukalapak terus mewujudkan misinya menciptakan A Fair Economy For All,” tulis manajemen Bukalapak dalam keterangan resmi.

Willix bergabung dengan Bukalapak sebagai Chief Operating Officer Bukalapak pada 2016. Di bawah posisi departemennya, Willix menangani seluruh operasional bisnis Bukalapak, product, data & design, hingga teknologi.

Sebelumnya, ia menjabat sebagai Senior Vice President Growth untuk Freelancer.com, salah satu startup terbesar di Australia. Willix mendapat gelar sarjana Computer Science dan Mechatronics dengan First Class Honors pada tahun 2009 dari University of Melbourne.

Manajemen Bukalapak sebelumnya menyampaikan pengunduran diri Rachmat telah diterima pada 28 Desember 2021 yang berencana ingin melanjutkan karirnya bekerja untuk pemerintah. Menurut kabar burung yang beredar, dikabarkan Rachmat akan melanjutkan karirnya sebagai salah satu deputi di bawah kepemimpinan Luhut Binsar Pandjaitan di Kemenko Kemaritiman dan Investasi.

Lirik Filipina

Di tengah kabar pergantian manajerial ini, Bukalapak dikabarkan tengah melirik ekspansi ke Filipina. Ditandai dengan dibukanya lowongan untuk posisi Country Manager di Filipina. Belum ada jawaban yang diberikan perwakilan perseroan saat DailySocial.id hubungi.

Sebelumnya, Bukalapak, bersama Sembrani Kiqani, dana kelolaan milik BRI Ventures, terlibat dalam pendanaan untuk Yield Guild Games Southeast Asia (YGG SEA) dengan total dana $15 juta lewat dua putaran. YGG SEA adalah DAO di bawah naungan YGG, startup pengembang game berbasis blockchain asal Filipina.

Menurut laporan e-Conomy SEA, pada tahun ini GMV yang dihasilkan dari ekonomi digital di negara tersebut diprediksi mencapai $17 miliar, naik 93% YoY. Kontributor terbesarnya datang dari bisnis e-commerce dengan pertumbuhan 132% atau senilai $12 miliar. Diprediksi dengan pertumbuhan 24% CAGR, pada 2025 mendatang, secara keseluruhan ekonomi internet kemungkinan akan mencapai nilai $40 miliar.

Di sana, pertumbuhan penetrasi internet masih memiliki ruang yang luas bahkan salah satu terendah dibandingkan negara tetangga di ASEAN, mengingat baru 68% populasi yang sudah menggunakan layanan online.

Application Information Will Show Up Here

Rachmat Kaimuddin Resigns from Bukalapak Amid Business Diversification and Expansion Agenda

President Director of PT Bukalapak.com Tbk., Rachmat Kaimuddin, officially resigned from the company as per December 28, 2021. It is also stated in the company’s disclosure published today (29/12). The resignation is submitted with due observance of the company’s provision of articles of association and the current laws and regulations.

It was also mentioned that Rachmat is to accept state assignments and work for the government, although there is no further details on this placement.

Rachmat officially became the Bukalapak’s director effective on January 6, 2020 replacing Achmad Zaky. In his leadership, the company has achieved a number of achievements, including the successful IPO on the Indonesia Stock Exchange. Previously, in early 2021 Bukalapak also secured the series G funding round for the IPO with a total value of 5.7 trillion Rupiah.

Rachmat’s one strategy is to encourage companies to achieve profitability and reduce the money-burning method. Since the end of 2020, the current business model has been “on-track” towards profit. At that time, Rachmat said that Bukalapak’s 50% market share came from transactions outside tier-1 cities driven by the partnership program.

The new CEO is yet to be announced

The company has not announced a new captain to take the wheel. Besides Rachmat, the company operates with 4 directors including Teddy Oetomo (President, CSO), Willix Halim (COO), and Natalia Firmansyah (CFO).

On December 23rd, Bukalapak just held an Extraordinary General Meeting of Shareholders which resulted in a number of agreements. First, the approval of Lau Eng Boon resignation as he has entered the retirement age. Second, the shifting focus on the IPO proceeds — 33% will be used as working capital, 34% to develop the 6 owned subsidiaries, the rest will be used for other purposes, including the possibility of adding a new subsidiary.

In terms of performance, as of Q3 2021, Bukalapak reported a total revenue of IDR 1.34 trillion triggered by the significant growth of Bukalapak’s partners’ revenue, an increase of 42% compared to the same period last year. In order to maintain growth, the company still experiencing operational losses of Rp. 1.2 trillion, down from the same period last year which was Rp. 1.4 trillion.

Expansion to the Philippines

According to the latest e-Conomy SEA report, Indonesia has generated $53 billion GMV in 2021 from e-commerce businesses and is projected to increase to $104 billion by 2025. It is indeed a huge potential foor Bukalapak with a core business in this field.

In the midst of fierce e-commerce business competition, Bukalapak is diversifying its business. It includes strengthening the Partner program, BIB investment services, B2B e-commerce services through BukaPengadaan, and game asset marketplaces through Five Jack.

The company is also seeking regional expansion. One of them is indicated by the job vacancies for the Country Manager position in the Philippines. We have asked the company for information regarding this matter, but the company refuse to comment as it is still focused on the succession to come.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Rachmat Kaimuddin Mundur dari Bukalapak

Rachmat Kaimuddin Mengundurkan Diri dari Bukalapak di Tengah Upaya Ekspansi dan Diversifikasi Bisnis

Direktur Utama PT Bukalapak.com Tbk. Rachmat Kaimuddin resmi mengajukan pengunduran dirinya dari perusahaan pada 28 Desember 2021. Hal ini turut disampaikan dalam keterbukaan yang diterbitkan perusahaan hari ini (29/12). Turut disampaikan permohonan pengunduran diri akan dilakukan dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Disampaikan selanjutnya Rachmat akan menerima tugas dari negara dan bekerja untuk pemerintah, meskipun tidak disebutkan detail penempatannya di mana.

Rachmat secara resmi masuk menjadi direktur Bukalapak efektif per 6 Januari 2020 menggantikan Achmad Zaky. Dalam kepemimpinannya, sejumlah pencapaian diraih perusahaan, termasuk keberhasilan IPO di Bursa Efek Indonesia. Sebelumnya, di awal tahun 2021 Bukalapak juga berhasil menutup putaran pendanaan seri G sebagai pengiring IPO dengan capaian 5,7 triliun Rupiah.

Salah satu strategi Rachmat, mendorong perusahaan untuk mencapai profitabilitas dan mengurangi metode bakar uang. Sejak akhir 2020 disampaikan, model bisnis yang dijalankan sudah “on-track” menuju profit. Kala itu Rachmat mengatakan bahwa pangsa pasar Bukalapak 50% datang dari transaksi di luar kota tier-1 dengan program kemitraan sebagai mesin penggerak utama.

Belum ada pengumuman CEO baru

Perusahaan belum mengumumkan tentang direktur baru yang akan menakhodai Bukalapak. Selain Rachmat, perusahaan memiliki 4 jajaran direktur meliputi Teddy Oetomo (President, CSO), Willix Halim (COO), dan Natalia Firmansyah (CFO).

Pada 23 Desember lalu, Bukalapak juga baru saja menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa menghasilkan sejumlah kesepakatan. Pertama, menyetujui pengunduran diri Lau Eng Boon karena sudah memasuki usia pensiun. Kedua, perubahan fokus pemanfaatan dana hasil IPO — 33% akan dijadikan modal kerja, 34% untuk mengembangkan 6 anak perusahaan yang dimiliki, sisanya akan digunakan untuk keperluan lainnya, termasuk kemungkinan menambah anak perusahaan baru.

Terkait kinerjanya, per Q3 2021 lalu Bukalapak melaporkan total pendapatan sebesar Rp1,34 triliun, yang dipicu oleh pertumbuhan signifikan dari pendapatan Mitra Bukalapak, meningkat 42% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.  Untuk mempertahankan growth, perusahaan juga masih merugi operasional sebesar Rp1,2 triliun, turun dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp1,4 triliun.

Pendapatan dan Kerugian Bersih Bukalapak Q3 2021

Siap ekspansi ke Filipina

Menurut laporan terbaru e-Conomy SEA, per tahun 2021 GMV yang dihasilkan dari bisnis e-commerce di Indonesia mencapai $53 miliar dan diproyeksikan meningkat hingga $104 miliar pada 2025 mendatang. Tentu ini potensi yang sangat besar dan harus bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Bukalapak yang memiliki core business di bidang tersebut.

Di tengah persaingan bisnis e-commerce yang sengit, Bukalapak lakukan diversifikasi bisnis. Termasuk dengan menguatkan program Mitra, layanan investasi BIB, layanan e-commerce B2B lewat BukaPengadaan, dan marketplace aset game lewat Five Jack.

Perusahaan juga tengah mengupayakan ekspansi regional. Salah satunya ditunjukkan dengan dibukanya lowongan untuk posisi Country Manager di Filipina. Kami sudah meminta keterangan ke perusahaan terkait hal ini, namun perusahaan belum mau berkomentar lantaran masih fokus terkait sukses kepemimpinan yang akan terjadi.

Application Information Will Show Up Here
Strategi Bisnis Bukalapak

Bukalapak Ubah Alokasi Dana IPO, Dorong Akselerasi Pertumbuhan Bisnis

PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA) mengumumkan perubahan alokasi dana yang diperoleh sebesar Rp21,9 triliun dari aksi melantai di Bursa Efek Indonesia. Bukalapak mengubah porsi modal kerja dan mengalokasikan sebesar 33% untuk pengembangan perusahaan dan anak usaha, misalnya melalui pembelian atau penyertaan saham dan/atau aset.

Dalam keterangan resminya, perubahan alokasi dana IPO ini disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bukalapak yang digelar pada Rabu, 23 Desember 2021.

Direktur Utama Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengatakan bahwa langkah ini sejalan dengan strategi perusahaan untuk fokus mencapai pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan. Perusahaan akan terus mengelola biaya-biaya yang timbul secara efisien serta mengkaji potensi dan kesempatan untuk mendorong pertumbuhan di masa depan.

Rinciannya, sebesar 33% dari dana IPO akan digunakan untuk modal kerja perusahaan. Kemudian, 34% untuk modal kerja anak usaha yang terdiri dari; Buka Mitra (15%), Buka Usaha (15%), serta Buka Investasi, Buka Pengadaan, Bukalapak, dan Five Jack masing-masing 1%.

Bukalapak memberikan alokasi baru sebesar 33% untuk pengembangan usaha perusahaan dan anak usaha. Dalam pernyataannya, pengembangan usaha ini tidak terbatas pada pembelian saham dan/atau aset, dan/atau penyertaan saham pada satu atau lebih perusahaan termasuk perjanjian patungan (joint venture), metode transaksi lain yang sesuai, serta pelunasan fasilitas pinjaman yang digunakan untuk keperluan pertumbuhan dan/atau pengembangan usaha baik sekarang maupun yang akan datang.

ALOKASI SEBELUM SESUDAH
Modal kerja 66% 34%
Buka Mitra  15% 15%
Buka Usaha  15% 15%
Buka Investasi Bersama 1% 1%
Buka Pengadaan 1% 1%
Bukalapak Pte. Ltd 1% 1%
Five Jack (itemku) 1% 1%
Pengembangan usaha lewat model; (1) pembelian saham dan/atau aset, (2) penyertaan saham pada satu atau lebih perusahaan, (3) pelunasan fasilitas pinjaman untuk keperluan pertumbuhan dan/atau pengembangan usaha saat ini dan akan datang  33%

Selain perubahan penggunaan dana IPO, RUPSLB juga mengumumkan pengunduran diri Lau Eng Boom dari jajaran Dewan Komisaris. RUPSLB ini dipimpin oleh Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen Bukalapak Bambang Brodjonegoro.

Lau Eng Boom telah memulai masa pensiunnya di Government of Singapore Investment Corporation Pte Ltd (GIC). Dengan kondisi ini, berakhir pula masa tugas Lau Eng Boon sebagai Komisaris Bukalapak.

“Agenda RUPSLB ini merefleksikan dinamika positif dan komitmen Bukalapak sebagai perusahaan publik untuk terus tumbuh melalui berbagai pengembangan. Kami optimistis pengembangan ini dapat terus mendukung tujuan Bukalapak menuju pertumbuhan berkelanjutan serta profitabilitas,” ujar Komisaris Utama dan Komisaris Independen Bukalapak Bambang Brodjonegoro.

Sebagaimana diketahui, Bukalapak resmi mencatatkan diri sebagai perusahaan publik pada Agustus 2021 dengan meraup dana sebesar $1,5 miliar atau sebesar Rp21,9 triliun (kurs saat itu). Bukalapak tercatat sebagai startup unicorn pertama yang go public di Asia Tenggara.

Mendukung bisnis existing

Jika mengacu pada pencapaian kinerja dan fokus strategi, alokasi dana baru ini bisa saja dimanfaatkan untuk mendongkrak bisnis existing Bukalapak, terutama pada lini bisnis yang tumbuh signifikan, melalui strategi anorganik.

Sebagai ujung tombak bisnis perusahaan, Mitra Bukalapak punya PR besar untuk mendigitalisasi segmen warung dan UMKM. Unit bisnis ini juga mengincar ruang pertumbuhan baru dengan rencana ekspansi ke kota tier 2 dan 3. Strategi anorganik ini dapat membantu Bukalapak mengakselerasi pertumbuhan Mitra Bukalapak.

Berdasarkan laporan keuangan di kuartal III 2021, marketplace memang masih menjadi kontributor pendapatan terbesar dengan Rp780,4 miliar, tetapi hanya tumbuh 5,1% secara tahunan. Sementara, pertumbuhan Mitra Bukalapak meroket hingga 322% menjadi Rp496,7 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu.

Bukalapak saat ini tengah mengecap momentum dari pertumbuhan Mitra Bukalapak serta klaim posisinya yang mendominasi segmen warung dan UMKM. Bukalapak kini punya 7 mitra dalam lima tahun sejak diluncurkan.

Porsi pendapatan Bukalapak didasarkan pada unit bisnisnya / DailySocial.id

Menurut survei Nielsen terhadap 1.800 warung dan 1.200 kios pulsa, Mitra Bukalapak tercatat sebagai pemimpin di pasar O2O dengan penetrasi sebesar 42% dibandingkan pemain O2O yang memiliki pengguna 2,5 kali lipat lebih banyak di survei ini.

Dihubungi secara terpisah, Head of Media and Communications Bukalapak Fairuza Ahmad Iqbal belum dapat memberikan informasi lebih lanjut terkait rencana dari alokasi baru tersebut. Ia menegaskan bahwa pihaknya terbuka terhadap peluang di sektor yang dapat menciptakan hasil yang bermanfaat dengan sumber daya yang dimiliki.

“Dengan disetujuinya perubahan penggunaan dana IPO ini, kami dapat menggunakan dana untuk mengimplementasikan rencana akuisisi. Namun, sampai sekarang belum ada ada yang bisa kami laporkan,” ungkapnya.

Application Information Will Show Up Here
Bukalapak IPO

Bukalapak Siap Tercatat di BEI pada 6 Agustus Mendatang

PT Bukalapak.com Tbk akhirnya mengumumkan secara terbuka untuk segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang akan memakai kode emiten BUKA ini, bakal listing di BEI pada 6 Agustus 2021.

Aksi unicorn ini jelas menarik perhatian karena menjadi perusahaan teknologi pertama di industri e-commerce Indonesia yang melantai ke bursa saham.

Berdasarkan prospektus yang disampaikan perseroan pada hari ini (9/7), Bukalapak melepas 25.765.504 lembar saham biasa atas nama yang seluruhnya merupakan saham baru, mewakili sebanyak-banyaknya 25% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah Penawaran Umum Perdana Saham.

Dari total tersebut, penjatahan untuk terpusat untuk investor ritel adalah 2,5% atau senilai Rp75 miliar. Namun akan disesuaikan kembali bila terjadi oversubscribed selama masa bookbuilding.

Harga penawaran saham berkisar antara Rp750 sampai Rp850 per lembar. Dengan demikian, nilai transaksi IPO ini sebanyak-banyaknya sebesar Rp21,9 triliun. Aksi ini bakal menjadi IPO terbesar sepanjang sejarah di Indonesia.

Perseroan akan segera melakukan roadshow menjaring investor besar di luar negeri dan di dalam negeri untuk berpartisipasi dalam aksi korporasi ini.

Dana yang diraup akan dialokasikan sekitar 66% untuk keperluan modal kerja. Sisanya digunakan untuk modal kerja entitas anak, yakni sekitar 15% dialokasikan untuk Buka Mitra Indonesia, sekitar 15% untuk Buka Usaha Indonesia. Kemudian, sekitar 1% untuk Buka Investasi Bersama, sekitar 1% untuk Buka Pengadaan Indonesia, sekitar 1% untuk Bukalapak Pte. Ltd., dan sekitar 1% untuk Five Jack (itemku).

Masa penawaran awal dilangsungkan pada 9 Juli-19 Juli 2021. Lalu, masa penawaranumum perdana saham pada 28 Juli-30 Juli 2021. Jika proses berjalan lancar, maka pencatatan saham perdana Bukalapak di BEI akan berlangsung pada 6 Agustus 2021 mendatang.

Dari total saham yang dilepas ke publik, perseroan akan mengaplikasikan sebanyak 0,1% untuk program alokasi saham kepada karyawan (employee stock allocation/ESA) atau sebanyak-banyaknya sebesar 25,76 juta dengan harga pelaksanaan ESA yang sama dengan harga penawaran.

Penawaran umum perdana saham perseroan tidak menggunakan sistem elektronik atau e-IPO. Manajemen menyebutkan tata cara pemesanan saham berdasarkan Peraturan No.IX.A.2 dan Peraturan No.IX.A.7 dengan penyesuaian tertentu berdasarkan surat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. S-108/D.04/2021 tanggal 7 Juli 2021.

Bukalapak menyediakan tautan khusus untuk memudahkan investor memperoleh informasi cara pemesanan. Ada 4 informasi yang disampaikan, yakni informasi emisi saham Bukalapak, harga saham, formulir pemesanan pembelian atau FPPS, serta prospektus awal dan prospektus.

Pemesanan saham Bukalapak dilakukan secara khusus. Investor wajib memiliki Single Investor Identification (SID), Sub Rekening Efek (SRE), dan Rekening Dana Nasabah (RDN).

Rencana berikutnya

Dari prospektus, perseroan membukukan nilai transaksi mencapai Rp85 triliun per tahun, meningkat dari sebelumnya Rp28 triliun. Peningkatan ini membuat pendapatan Bukalapak naik 4,6 kali menjadi Rp1,35 triliun dari Rp290 miliar per tahun.

“Tumbuh 115% rata-rata per tahun. Banyak perusahaan teknologi yang harus bakar uang untuk tumbuh, tapi cara berpikir kami beda. Kami ingin tumbuh dan memperbaiki profitabilitas kami. Kami memperbaiki EBITDA dan terus berusaha agar tren ini dapat terus berlanjut dan bisa menjadi perusahaan yang menguntungkan di masa mendatang,” ucap Presiden Direktur Bukalapak Rachmat Kaimudin dalam public expose, hari ini (9/7).

Ia juga menyampaikan bahwa aksi IPO ini adalah tonggak sejarah di industri teknologi dan pasar modal karena saham perusahaan unicorn sudah dapat dimiliki masyarakat luas. Sebelumnya Bukalapak hanya aplikasi yang sudah berdiri selama 11 tahun.

“Dengan mimpi yang besar, dimulai dari kos-kosan dan modal dari Rp80 ribu tapi punya tujuan besar memajukan UMKM.”

Menurutnya, masalah yang dihadapi UMKM di Indonesia cukup kompleks dan belum tersentuh teknologi, sehingga proses bisnisnya masih dijalankan secara tradisional. Teknologi menjadi solusi yang bisa dipakai untuk melayani masyarakat yang belum terlayani.

Kehadiran layanan e-commerce di satu sisi juga belum merata. Sebesar 70% transaksinya datang dari lima kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, dan Semarang. Populasi di kota tersebut hanya 10% dari total populasi di Indonesia.

Manajemen dan tim IPO Bukalapak

Sementara, 90% populasi Indonesia yang datang di luar lima kota tersebut hanya melakukan transaksi di layanan e-commerce sebesar 30% dari nilai transaksi. “Jadi perbandingannya 20:1 dari segi populasi masyarakat Indonesia. Strategi kami adalah membuka jaringan O2O melalui digitalisasi warung yang bisa menjadi infrastruktur tambahan.”

Pasca IPO, sambung Rahmat, perseroan akan melanjutkan strategi bisnis all commerce, melalui aplikasi Bukalapak dan Mitra Bukalapak (beserta aplikasinya), untuk menambah produk dan layanan buat mitra agar makin banyak yang terdigitalisasi dan punya banyak tambahan sumber pendapatan.

Direktur Bukapalak Teddy Oetomo turut menambahkan, pendapatan yang disumbang dari Mitra Bukalapak kemungkinan ke depannya bakal lebih dominan dari layanan e-commerce. Ia beralasan karena pertumbuhannya belakangan yang fantastis dan inovasi yang selalu dilakukan perusahaan.

“Bukalapak akan mendapat komisi bila pelapak kami bisnisnya tumbuh, maka bisnis kami itu saling beriringan. Semakin bisnis mereka berkembang, mereka dapat semakin loyal dengan Bukalapak,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Peluang di kota tier 2 dan tier 3 yang masih sangat besar mendorong optimisme Bukalapak memperluas pasar, terutama dengan skema mitra O2O

Bukalapak Tegaskan Segmen O2O Berbasis Kemitraan Jadi Ujung Tombak Bisnis

Bukalapak adalah salah satu startup unicorn yang dikabarkan berencana go public tahun ini. Kehadirannya di bursa saham bakal meningkatkan pembobotan saham-saham teknologi dan mendongkrak visibilitas bursa saham Indonesia di tengah-tengah tren global.

Di bursa saham Amerika Serikat dan Tiongkok, perusahaan-perusahaan teknologi sudah memiliki porsi besar. Di bursa saham Indonesia, sebagai perbandingan, perusahaan teknologi yang sudah go public masih bisa dihitung dengan jari dan skalanya belum ada yang raksasa.

Meski perusahaan belum bisa memberikan keterangan resmi tentang rencana ini, dalam perbincangan dengan DailySocial, Bukalapak menegaskan kembali pilar-pilar bisnis baru yang menjadi fokus perhatiannya.

Mitra Bukalapak

Kios mitra Bukalapak
Kios mitra Bukalapak

Meski Bukalapak mengakui bahwa pihaknya memiliki “ketertinggalan” di sisi e-commerce dibanding kompetitor, perusahaan mengklaim Mitra Bukalapak sebagai first mover di segmen O2O UMKM.

Diluncurkan hampir 5 tahun yang lalu, Mitra Bukalapak kini memiliki sekitar 7 juta mitra. Dengan peluang di kota tier 2 dan tier 3 yang begitu besar–lebih besar porsinya dibandingkan kota tier 1 yang menjadi konsumen utama online marketplace saat ini–perusahaan optimis bisa terus melakukan ekspansi pasar.

Peluang baru ini tidak hanya membantu masyarakat dapat bertahan menghadapi dampak ekonomi yang timbul dari pandemi, tetapi juga diklaim menciptakan dampak sosial-ekonomi yang positif.

Bukalapak mencatat banyak dari bisnis UMKM tersebut adalah kedai milik keluarga (warung). Untuk setiap 50-100 rumah, seseorang atau sebuah keluarga akan membuka sebuah toko di rumah mereka dan menjual Fast Moving Consumer Goods (FMCG) dasar seperti air, sabun, kopi, mie instan, dan lain-lain. Warung-warung tersebut kebanyakan adalah tumpuan masyarakat dan mulai tertinggal karena perkembangan zaman.

Bekerja sama dengan mitra, Bukalapak mengklaim dapat membuat warung-warung mengejar ketertinggalan tersebut, seperti menawarkan layanan pengantaran di hari berikutnya (Next Day) untuk kebutuhan FMCG, memungkinkan UMKM mendapatkan akses ke banyak produk dengan harga yang lebih murah.

Perusahaan juga menyediakan alat pembukuan untuk mendigitalkan bisnis dan menghasilkan data yang membuat mereka creditworthy. Para mitra juga didorong menjadi agen/distributor untuk produk digital seperti pulsa, voucher game, tiket pesawat/bus/kereta api, dan pembayaran digital untuk menyediakan pendapatan tambahan lain.

Solusi inklusi keuangan Bukalapak juga memungkinkan kemudahan pengiriman dana menggunakan jaringan para mitra. Para mitra bekerja dengan bank sebagai agen KYC, memungkinkan mereka yang tidak memiliki rekening bank untuk membuka rekening bank digital dan mengakses kredit.

Layanan finansial digital

Ini merupakan realisasi dari kemitraan layanan Banking-as-a-Service (BaaS) / Standard Chartered Bank
Bukalapak segera mealisasi dari kemitraan layanan Banking-as-a-Service (BaaS) / Standard Chartered Bank

Potensi lain yang menjadi perhatian Bukalapak adalah layanan-layanan finansial. Di luar fitur pembayaran tagihan (PPOB) yang sudah tersedia di marketplace, perusahaan mencoba berekspansi ke segmen yang lain.

Langkah pertama adalah menggandeng sejumlah layanan pembiayaan dan perbankan untuk kemudahan bagi  pembeli dan penjual. Langkah kedua, yang baru dilakukan akhir bulan lalu, adalah mengembangkan layanan investasi reksa dana di aplikasi tersendiri, yang disebut BMoney. Yang ketiga adalah mengembangkan layanan Banking-as-a-Service (BaaS) bersama Standard Chartered Bank yang menjadi salah satu investornya. Platform ini bernama generik nexus.

Ada dua fokus area yang dibidik. Pertama, menghadirkan inovasi keuangan dan e-commerce melalui ekosistem Bukalapak. Kedua, mendorong inklusi keuangan ke 100 juta pengguna dan 13,5 juta UMKM.

Kolaborasi ini nantinya menjadi solusi keuangan baru, terutama bagi mereka yang tinggal di luar kota-kota tier 1 dan membutuhkan akses cepat dan mudah ke layanan perbankan.

Meskipun dari sisi teknologi keduanya mengklaim sudah siap, namun dari sisi regulasi masih banyak aturan yang harus dipenuhi dan disesuaikan. Untuk itu kedua belah pihak memastikan nexus telah dikurasi untuk memenuhi persyaratan Bank dan regulator lokal.

Cluster CEO Indonesia & ASEAN Markets Standard Chartered Andrew Chia mengatakan, “Kami menciptakan solusi keuangan ini dalam kemitraan dengan Bukalapak untuk memberi pengguna pengalaman transformatif dan berpusat pada pengalaman pelanggan yang menggantikan pengalaman tradisional dan mengadaptasinya agar terhubung secara digital – sambil tetap memberlakukan kebijakan pengamanan bank untuk melindungi privasi data pengguna.”

Rencana IPO

Bukalapak dikabarkan bakal melantai di Bursa Efek Indonesia pada pertengahan tahun ini. Perusahaan juga disebutkan menjajaki potensi menggunakan perusahaan cek kosong (Special Purpose Acquisition Company / SPAC) untuk melantai di bursa saham Amerika Serikat.

Dana yang diharapkan diraih dari go public ini bakal menjadi salah satu yang terbesar bagi perusahaan publik di Indonesia. Saat ini Bukalapak memiliki tiga institusi sebagai pemegang saham terbesar, yaitu grup Emtek, Ant Financial (Alibaba Group), dan GIC Singapura.

Selain Bukalapak, sejumlah startup bervaluasi besar lainnya juga mempertimbangkan langkah serupa.

CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin, kepada DailySocial, mengatakan, “Kami senantiasa mengeksplorasi kesempatan bagi perusahaan untuk terus bertumbuh dan berkembang secara finansial. Namun, untuk saat ini, kami belum membuat keputusan apapun. Fokus kami saat ini adalah terus mencari strategi yang tepat untuk menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan menciptakan nilai tambah bagi para partner dan pengguna untuk waktu-waktu mendatang.”


Disclosure: Amir Karimuddin berkontribusi dalam pembuatan artikel ini

Application Information Will Show Up Here
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin saat potong tumpeng memperingati HUT ke-11 / Bukalapak

Putaran Seri G Bukalapak Dikabarkan Tembus 5,7 Triliun Rupiah Sebelum Realisasikan IPO

Kabar terkait pendanaan tahap akhir Bukalapak masih bergulir. UBS Group AG (bank investasi asal Swiss cabang London, Inggris) dan Resorts World (anak usaha Genting Berhad, Malaysia) turut terlibat di putaran Seri G tersebut. Informasi ini pertama kali dilaporkan oleh DealStreetAsia. Diproyeksikan untuk putaran kali ini Bukalapak mengumpulkan dana lebih dari $400 juta atau setara 5,7 triliun Rupiah.

Pada April ini, sebelum kedua investor tersebut masuk, Bukalapak ditaksirkan berhasil mengumpulkan dana hingga $234 juta atau setara 3,3 triliun Rupiah dari sejumlah investor, termasuk Microsoft, GIC, Emtek, Naver, Mandiri Capital, dan BRI Ventures.

Kami sudah mencoba mengonfirmasi kabar tersebut ke eksekutif Bukalapak, namun pihak terkait masih enggan memberikan respons. Disinyalir putaran pendanaan kali ini adalah putaran privat terakhir sebelum perusahaan melakukan IPO tahun ini.

Menurut Forbes, UBS AG London kini mengantongi 2,5% dari total saham Bukalapak, meskipun bisa jadi UBS hanya proxy bagi pihak lain yang tidak ingin disebut. Diestimasikan valuasi pasar Bukalapak kini di angka $3,5 miliar.

Diversifikasi

Tak dimungkiri, berbicara tentang Bukalapak mau tidak mau harus membandingkannya dengan unicorn lokal lain yang bermain di segmen yang sama, yakni Tokopedia. Ditinjau dari statistik situs, sebagai salah satu matriks penggunaan, Bukalapak masih terpaut cukup jauh dengan Tokopedia. Pada Q1 2021, diketahui Tokopedia menempati puncak klasemen kunjungan situs, disusul Shopee dan Bukalapak.

Valuasi terbaru Tokopedia diproyeksikan mencapai $7,5 miliar. Belum lagi soal kabar merger-nya bersama Gojek Hal ini cukup menjadi perhatian tersendiri bagi para pesaingnya. Ada beberapa potensi inovasi gabungan yang dapat terlahir dari keduanya.

Kembali ke Bukalapak, kendati sama-sama menjajakan platform online marketplace, masing-masing memiliki proposisi nilai yang berbeda. Ada beberapa hal yang menurut kami unggul di sisi Bukapalak. Pertama terkait program kemitraan yang mereka miliki. Mitra Bukalapak adalah salah satu pionir program kemitraan e-commerce dengan warung (kendati saat ini semua platform juga memiliki program serupa).

Menurut data terbaru, sejak dirilis tahun 2016 Mitra Bukalapak telah merangkul lebih dari 7 juta UMKM di Indonesia. Mitra Bukalapak juga sudah menjadi unit perusahaan tersendiri yang pimpin Howard Gani. Program ini juga dinilai berperan aktif dalam menjaring merchant di luar kota tier-1. Perusahaan juga telah mencanangkan ekspansi merchant di kota tier-1 sebagai fokus bisnis tahun 2021.

Kedua, Bukalapak cukup serius menggarap lini finansial, terutama terkait investasi. Tahun lalu Buka Investasi Bersama (BIB) diumumkan sebagai anak perusahaan Bukalapak yang akan fokus mengembangkan layanan investasi untuk instrumen reksa dana. Ini menjadi unit bisnis kedua setelah PT Buka Pengadaan Indonesia (BukaPengadaan / unit B2B Commerce). Presiden Bukalapak Teddy Oetomo memiliki jabatan tambahan sebagai CEO BIB.

Memiliki lisensi APERD, BIB lebih leluasa dalam mengembangkan produk reksa dana menyesuaikan target konsumennya dan meracik produk bersama dengan Manajer Investasi (MI) untuk menyediakan produk reksa dana pasar uang (RDPU), pendapatan tetap (RDPT), dan beberapa produk reksa dana lainnya. Perusahaan memasang target dapat mengakuisisi investor baru dari pengguna Bukalapak sebanyak 500 ribu orang pada 2021.

Dalam sebuah kesempatan, CEO Rachmat Kaimuddin mengatakan, dalam periode tersebut 2018-2020 perusahaan mampu mencapai pertumbuhan EBITDA 80% sebagai hasil dari juga upaya mengurangi cashburn. Saat ini, Bukalapak telah mengantongi 100 juta pengguna. Tahun lalu Bukalapak juga mencatat pertumbuhan signifikan, terutama dari segmen B2C melalui BukaMall dengan pertumbuhan 17% setiap bulan di sepanjang 2020. Per Desember 2020, transaksi Bukamall tumbuh 3,1 kali dibandingkan tahun lalu.

Kepemimpinan

Bukalapak juga dikabarkan menjadi unicorn lokal keempat yang menjajaki potensi IPO lewat SPAC. Mereka mulai menjajaki potensi go public di BEI (dengan sebagian kecil saham), lalu akan dilanjutkan melantai di bursa Amerika Serikat lewat mekanisme SPAC. Perusahaan dikatakan tengah dalam pembicaraan awal dengan beberapa perusahaan cek kosong dan sudah mulai menjalin eksplorasi dengan sejumlah investment bank.

Selain laju pertumbuhan bisnis, kepemimpinan perusahaan menjadi hal yang akan disoroti kala sebuah perusahaan berada di bursa saham. Bukalapak kini sudah “ditinggal” pada pendirinya [tidak lagi terlibat di posisi eksekutif], yakni Achmad Zaky (mundur dari posisinya sebagai CEO tahun 2020), Nugroho Herucahyono (2020, CTO), dan Fajrin Rasyid (2020, Presiden). Suksesi dilakukan dengan merekrut Rachmat dan mempromosikan Teddy.

Rachmat Kaimuddin Teddy Oetomo
Posisi CEO Bukalapak, Komisaris BIB President Bukalapak, CEO BIB
Perusahaan sebelumnya ·         KB Bukopin (Direktur Keuangan, Komisioner)

·         Bosowa Semen (Direktur)

·         Naring Priate Equity (Wakil Direktur)

·         Quvan Management (Principal)

·         Cardig Air Services (Direktur Keuangan)

·         IFC (Konsultan)

·         BCG (Konsultan)

·         Schroders (Head of Intermediary Business)

·         Credit Suisse (Direktur Riset Ekuitas)

·         Capital Markets (Analis)

Dari pekerjaan sebelumnya, Rachmat dan Teddy memiliki pengalaman yang cukup mumpuni di bidang manajemen keuangan dan investasi. Selain kedua sosok ini, Bukalapak juga masih memiliki Willix Halim yang menempati posisi sebagai COO.

Selain upaya terus mengurangi burn rate, dalam beberapa pernyataan para pemimpin Bukalapak juga mengungkapkan strategi bisnisnya untuk mengejar profitabilitas — termasuk dengan mengeksplorasi berbagai sektor di luar bisnis intinya sebagai layanan e-commerce.

Sempat diumumkan juga bahwa perusahaan tengah merekrut beberapa posisi strategis untuk sebuah unit bisnis baru di negara baru. Menurut spekulasi yang beredar, Bukalapak mencoba mengeksplorasi pasar Filipina. Terkait hal ini, kami juga sudah mencoba mengonfirmasi ke pihak Bukalapak, namun mereka memilih tidak berkomentar.

Persaingan ketat platform e-commerce terus meruncing, namun besarnya pangsa pasar Indonesia masih menyisakan peluang untuk dieksplorasi. Masih banyak isu yang belum benar-benar tuntas untuk diselesaikan, mulai dari logistik sampai pendekatan yang lebih hyperlocal. Melenggangnya para unicorn ke bursa saham dianggap sebagai langkah naik kelas untuk menarik lebih banyak investor luar memahami pendekatan digital dengan kearifan lokal yang disajikannya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

A Battle to Embrace Micro, Small and Medium Enterprises

With its high contribution to the Gross Domestic Product reaching more than 57,8%, the Micro, Small and Medium Enterprises (MSME) sector not only contributes to the economy, but is also capable to gather majority of Indonesian workforce (Central Statistics Agency/BPS, 2018). However, the perks of having technology is not quite inclusive in this segment.

“Since it was founded, Youtap’s vision is to provide and empower all lines of business, from the enterprise level to MSMEs to achieve their best through digital development. MSMEs have become one focus in developing our all-in-one solutions as Youtap spots a great potential in this sector,” Youtap Indonesia’s CEO, Herman Suharto said.

Meanwhile, according to BukuWarung’s Co-Founder & President, Chinmay Chauhan, MSMEs are not only an economic source, but also important for local communities, especially those who live in rural areas. BukuWarung has formed partnerships with more than 5 million businesses in 750 locations. Most of them function as a place for people to shop for daily necessities and to interact with neighbors.

“The major operational challenge for microbusinesses is their reliance on manual processes for bookkeeping and repayment with customers. We estimate that less than 10% of microbusinesses use any type of digital device to manage their business or accounting.”

From this case, technology companies are trying to play an important role in supporting efforts to digitize MSMEs in Indonesia. Chinmay recommends that they rather focus on how their day-to-day operations, than too focus on innovation and disruption, such as bookkeeping, stock fulfillment and receiving payments, can be made easier and more efficient.

BukuKas’ Co-Founder & CEO, Krishnan Menon learned from his living experience and working in Indonesia, MSMEs are the bread and butter of this country. However, not many technology companies have focused on the needs of this segment. He said to DailySocial that his business is positioned as a digitalization software company for MSMEs that will develop into a fintech player.

“Merchants have realized that going digital is very important for their business. Traders save 2-4 hours a day, 20% costs, and minimize manual calculation errors. We also allow merchants to recover their debt 3 times faster since it’s all automatic.”

Accelerating adoption

In the Social Impact 2020 report released by Bukalapak, MSMEs throughout Indonesia is said to face enormous challenges during the pandemic. Bukalapak is trying to turn this challenge into an opportunity. As the pandemic limits movement, they empower MSMEs capable of offering a wide range of services, from selling groceries and basic necessities, also offering remittances, bill payments and various financial services and other virtual products.

This step allows public to get services from conventional stores registered as Bukalapak’s partners. Until 2020, Bukalapak had added around 4 million Bukalapak vendors and partners. Overall, there are currently 6.5 million sellers (pelapak) and 7 million Bukalapak partners throughout Indonesia.

The pandemic has fasten target users’ acceleration and digital adoption. Chinmay said, MSME’s traditional socioeconomic role in Indonesia is fundamental. Indonesia’s economic potential, which currently experiencing a rapid digitalization during the pandemic, cannot be fully realized if small companies do not immediately taking part in the digital transformation.

“Indonesia is now doubling down on digitizing its companies to be more productive and competitive amid this economic recovery, focusing on a largely underbanked segment such as MSMEs. This is a commendable task but also a monumental one, as there are around 60 million similar businesses throughout the 6,000 islands in the country,” Chinmay said.

One way to focus on accelerating adoption is providing education. Each platform also strives to provide the features users need with easy-to-use technology.

“It is undeniable that the education is easier to do in Jakarta, compared to small cities outside Jabodetabek. In order to provide education easily and inclusively, it is important for players to build simple products to be easily used by traders,” Krishnan said.

With its unique characteristics, the Indonesian market does need a special touch. This is also said by BukuKas team. In order to reach users in small cities, they present an offline mode feature with automatic synchronization when the user is successfully connected to the internet network.

Meanwhile, Youtap sees the benefits of digital technology in helping business players maintain their operational during a pandemic. They are using technology services to increase their sales.

“However, to date, technological adaptation is still not very inclusive in various regions in Indonesia. In fact, if they can adapt, their business can move forward thanks to the ability and fluency of the advanced technology,” said Herman.

SME market potential

Based on BPS data in 2018, the MSME sector is still one of the biggest drivers of the economy at 64.2 million. However, only 16% (Ministry of Cooperatives and MSMEs, December 2020) have been connected to the digital ecosystem.

“Through the large number, the MSME market holds many great opportunities to maximize digital use in its business. Not only limited to business management, but also many other aspects such as marketing, financial management and digital payments, especially with the standardization of QR payments by the Government,” Herman said.

In order to provide the best services and products, BukuKas performs several strategies. One of them is to focus on seeing what their pain points look like and building the solutions required.

“We have the best team with an innovative product culture and DNA that no other player in the market has. This becomes our core strength. We remain focused on traders rather than worrying about competition,” Krishnan said.

BukuWarung claims to be the only player who makes money through payments. In this case, they see the payment adoption as a strategic driver to enable monetization through credit, savings and other financial services at a later stage of the merchant’s business cycle.

“Our focus is more on an in-depth understanding of our merchants to help us stay ahead, it’s proven by how our products and features have become the standard for other players,” Chinmay said.

Meanwhile, Bukalapak still has a vision to build the economy through MSMEs. Starting as a marketplace, Bukalapak has grown into a trading platform serving both online and offline markets.

“In 2016, to ensure that there are no MSMEs left behind, we started to provide solutions to serve the needs of the offline market including stalls, traditional kiosks and individual agents, enabling them to sell beyond FMCG goods,” Bukalapak’s CEO, Rachmat Kaimuddin said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian