Makin meningkatnya model bisnis rollup e-commerce atau brand aggregator di Indonesia dimanfaatkan oleh berbagai startup untuk memberikan wadah bagi entrepreneur D2C memperkuat bisnis mereka. Salah satu platform yang mencoba untuk memberikan layanan tersebut adalah Tjufoo.
Baru meluncur awal tahun 2022, startup yang didirikan oleh mantan pegawai Grab, TJ Tham, ingin menjadi brand aggregator dengan konsep “House of Brands”. Yakni membantu brand lokal untuk meningkatkan performa melalui rangkaian teknologi digital, platform data, kecerdasan buatan, dan tim yang berpengalaman.
Kepada DailySocial.id, TJ Tham menegaskan, berbeda dengan platform lainnya yang menawarkan layanan serupa, Tjufoo secara khusus ingin fokus kepada pasar Indonesia secara menyeluruh. Dengan demikian bisa membantu pemilik brand di berbagai daerah memaksimalkan bisnis mereka lebih besar lagi.
Terkait dengan kategori brand pun, TJ Tham enggan untuk menyasar satu kategori secara spesifik. Kompleksnya jenis brand D2C di Indonesia, menjadikan Tjufoo lebih memilih untuk agnostic dan menerima semua brand yang relevan.
“Masih terlalu dini bagi kami untuk menentukan brand secara spesifik yang ingin kami targetkan. Dari pengalaman saya bertanya kepada investor hingga konsultan yang ternama, mereka masih belum bisa menemukan konsep brand yang ideal untuk bisnis D2C di Indonesia. Untuk itu kami memilih agnostic,” kata TJ Tham.
Di Indonesia saat ini platform brand aggregator yang sudah hadir di antaranya adalah Una Brands, Hypefast dan OpenLabs.
Ingin menjadi mitra strategis
Dari sisi kurasi brand, tim Tjufoo tetap memiliki ticket size investasi yang disesuaikan. Dan cara mereka melihat brand untuk bisa diinvestasikan: Apakah mereka sudah siap untuk menjalin kerja sama strategis dengan Tjufoo?
Jika memang belum siap, Tjufoo menawarkan kepada pemilik brand untuk mengikuti program inkubator Sarinah Pandu. Sarinah Pandu menjadi salah satu bentuk PT SARINAH membina pelaku UMKM melalui serangkaian pelatihan dengan silabus yang sistematis serta berkolaborasi dengan para stakeholder.
Dalam kerja sama ini, Tjufoo juga memberikan dukungan berupa pendanaan bisnis, mentoring, dan ekosistem guna pengembangan digitalisasi UMKM rujukan Sarinah.
Tjufoo berkomitmen untuk mempercepat pertumbuhan UMKM dengan mengakuisisi brand lokal pada kategori D2C atau berjualan tanpa perantara. Di tahun ini, Tjufoo berencana untuk mempercepat pertumbuhan bisnis UMKM di Indonesia dengan mengakuisisi brand lokal potensial. Permodalan masih menjadi masalah kompleks yang selalu dihadapi oleh para pengusaha UMKM di Indonesia.
“Untuk itu, kami berkomitmen untuk mengembangkan UMKM dan brand lokal dari berbagai kategori dan level dengan berinvestasi pada modal pengembangan usaha dengan nilai akuisisi sebesar Rp1,8 triliun yang akan segera kami jalankan sebagai rencana jangka pendek. Dengan dukungan permodalan ini, kami berharap Indonesia mampu menelurkan ratusan brand lokal yang dapat bersaing di pasar global,” kata TJ Tham.
Tahun ini ada beberapa rencana yang ingin dilancarkan oleh Tjufoo, di antaranya adalah membangun fondasi yang kuat bagi ekosistem D2C dan terus merekrut brand dengan jumlah yang tidak terbatas, selama ada kecocokan di antara mereka.
Tjufoo juga ingin menjadi mitra bagi brand, yang bukan hanya memberikan investasi saja sekitar 51%, namun juga ingin menjadi mitra yang membantu brand mengelola bisnis hingga membantu mereka merekrut talenta digital yang terbaik. Untuk bisa bertumbuh secara berkelanjutan sesuai dengan perkembangan zaman, Tjufoo juga senantiasa memberikan mentoring dari indvidu-individu unggul perusahaan lintas sektor besar seperti Apple, Grab, Amazon, SAP, dan JP Morgan.
“Kebanyakan brand aggregator memilih cara exit yaitu membeli brand tersebut secara penuh. Namun di Tjufoo selain menawarkan cara tersebut, kami juga ingin bersama membangun brand lebih baik lagi dan bertindak sebagai mitra strategis,” kata TJ Tham.
Rencana penggalangan dana seri A
Saat ini Tjufoo telah merampungkan pendanaan pra-seri A. Tercatat sudah ada dua venture capital yang memberikan pendanaan kepada mereka, di antaranya adalah TNB AURA dan Venturra Discovery. Tahun ini Tjufoo memiliki rencana untuk melanjutkan kegiatan penggalangan dana untuk tahapan seri A.
Kepada DailySocial.id, Partner Ventura Discovery Raditya Permana mengungkapkan, melihat besarnya potensi bagi platform seperti Tjufoo untuk tumbuh di Indonesia sebagai brand aggregator, menjadi alasan utama mengapa Venturra tertarik untuk memberikan investasi kepada Tjufoo.
Alasan lain mengapa Venturra Discovery tertarik untuk menjadi investor adalah, pengalaman TJ Tham sebagai CEO yang sebelumnya turut membangun Grab tumbuh di Indonesia. Dilihat dari pengalaman, skill dan empati yang dimiliki TJ Tham, menjadi alasan yang kuat bagi mereka untuk membantu Tjufoo tumbuh menjadi brand aggregator unggulan di Indonesia.
“Kami juga melihat fokus Tjufoo yang hanya di Indonesia menjadi pilihan terbaik. Berbeda dengan brand aggregator lainnya yang lebih memilih untuk memasarkan ke pasar global, pemilihan Tjufoo untuk fokus di Indonesia menjadi ideal, karena lanskap commerce di Indonesia yang terbilang kompleks. Channel yang dipilih kebanyakan oleh pemilik brand kelas mikro bukan hanya channel e-commerce saja namun juga chat commerce, media sosial, dan lainnya,” kata Raditya.