Tag Archives: rainbow six esports

north america league

Ubisoft Umumkan Liga Rainbow Six Siege Baru, North America League

Rainbow Six Pro League tak lagi diselenggarakan. Namun, itu bukan berarti Ubisoft tak lagi peduli akan ekosistem esports dari Rainbow Six. Mereka baru saja mengumumkan turnamen esports Rainbow Six Siege baru untuk kawasan Amerika Utara. Turnamen tersebut akan diadakan pada akhir Juni 2020.

North America League akan dibagi ke dalam dua divisi, yaitu divisi Amerika Serikat dan divisi Kanada. Dalam divisi Amerika Serikat, terdapat 8 tim esports, yaitu Spacestation Gaming, TSM, DarkZero Esports, eUnited, Oxygen Esports, Disrupt Gaming, Susquehanna Soniqs dan Tempo Storm. Sementara divisi Kanada akan terdiri dari 4 tim esports. Sayangnya, masih belum diketahui tim mana saja yang akan menjadi bagian dari dviisi Kanada.

Pertandingan antara tim-tim di divisi Amerika Serikat akan diadakan dalam format offline di Las Vegas, Nevada. Sementara pertandingan antara tim di divisi Kanada akan diadakan secara online. Selain North America League, Ubisoft juga mengadakan Challenger Leagues untuk Amerika Serikat dan Kanada.

north america League
Timeline dari North America League pada 2020. | Sumber: Ubisoft

“Kami sangat bangga dengan struktur Rainbow Six Esports global yang memprioritaskan investasi dan pelokalan di masing-masing region,” kata Senior Director of Esports, Ubisoft, Che Chou, dikutip dari ESPN. “Di North America League, 8 tim Divisi AS dipilih dengan tujuan memastikan struktur tim yang stabil agar liga offline premium bisa diselenggarakan.” Dia menjelaskan, alasan Ubisoft memilih Las Vegas sebagai tempat untuk menyelenggarakan turnamen offline di Las Vegas adalah karena kota tersebut dianggap sebagai salah satu pusat hiburan di dunia.

Di situs resminya, Ubisoft menjelaskan bahwa satu musim North America League akan berlangsung selama 11 bulan, dari Maret sampai Februari tahun depan. Dalam satu musim, terdapat 3 Stages. Masing-masing Stage berlangsung selama 5 minggu. Namun, pada 2020, hanya akan ada 2 Stages karena tahun ini masih menjadi masa transisi ke sistem baru setelah Rainbow Six Pro League ditiadakan. Pada Desember, Ubisoft akan mengadakan turnamen Major, North American Finals, mempertemukan mempertemukan 16 tim terbaik di kawasan Amerika Utara. Mereka juga akan memberlakukan sistem promosi/relegasi bagi tim North America League dan Challenger League. Tim dengan posisi terbawah dari NAL akan harus bertanding dengan tim terbaik Challenger League.

Sepanjang musim, setiap tim yang berlaga di NAL juga memiliki kesempatan mendapatkan Global Standing Points jika mereka dapat memberikan performa yang memuaskan dalam satu Stage. Enam belas tim dengan poin tertinggi akan mendapatkan undangan ke Six Invitational, turnamen Rainbow Six Siege paling bergengsi.

Pada Februari 2020, Ubisoft memang menjelaskan keputusan mereka untuk merombak struktur esports Rainbow Six. Ketika itu, mereka mengungkap bahwa mereka akan menggunakan sistem poin untuk menentukan tim yang diundang ke Six Invitational. Harapannya, tim-tim profesional dapat memberikan performa yang lebih stabil sepanjang musim.

Ubisoft Gunakan Esports untuk Naikkan Jumlah Pemain Rainbow Six Siege

Ubisoft meluncurkan Rainbow Six Siege pada 2015. Biasanya, seiring bertambahnya umur sebuah game, jumlah pemainnya akan menurun. Menariknya, Ubisoft tidak hanya berhasil mempertahankan jumlah pemain Siege, mereka justru dapat menambah jumlah pemain Siege. Sekarang, Siege memiliki 55 juta pemain. Sebagai perbandingan, pada November 2016, jumlah pemain Siege hanya mencapai 10 juta pemain. Dalam waktu kurang dari 4 tahun, Siege juga berhasil menyumbang US$1 miliar untuk pendapatan Ubisoft. Karena itu, tidak heran jika Ubisoft berkomitmen untuk mendukung Siege hingga 10 tahun ke depan.

Senior Director of Esports, Ubisoft, Che Chou mengatakan bahwa esports menjadi salah satu alat marketing Ubisoft untuk Rainbow Six Siege. Selain itu, mengembangkan scene esports dari Siege juga menjadi cara untuk membuat para pemainnya tetap memainkan game tersebut. “Kami paham bahwa cara marketing dari game yang sudah berumur lima tahun berbeda dengan metode marketing dari game yang baru diluncurkan,” kata Chou, dikutip dari CNBC.

Sumber: Microsoft
Sumber: Microsoft

Rainbow Six adalah salah satu franchise game di bawah Ubisoft. Mereka pertama kali meluncurkan game Rainbow Six pada 1999. Sampai 2015, kebanyakan game Rainbow Six merupakan game single-player. Hal ini berubah dengan peluncuran Rainbow Six Siege. Senior Vice President of Marketing and Customer, Ubisoft, Tony Key mengatakan, Siege merupakan upaya Ubisoft untuk merombak franchise game yang popularitasnya mulai memudar.

Selain itu, ketika itu, mereka juga tengah berusaha untuk mengubah model bisnis mereka menjadi model service, yang mengharuskan Ubisoft untuk meluncurkan konten baru secara rutin. Dalam kasus Siege, konten baru yang dibuat oleh Ubisoft adalah operator atau karakter baru yang bisa pemain mainkan. Dengan update rutin, para pemain akan terus tertarik untuk memainkan game dan tak segan untuk membeli konten dalam game.

Selain membuat karakter baru, Ubisoft juga menyajikan konten segar pada fans melalui esports. Mereka mengadakan turnamen Six Invitational untuk pertama kalinya pada 2017. Ketika itu, total hadiah turnamen tersebut hanya mencapai US$100 ribu. Sementara untuk tahun ini, total hadiah Six Invitational naik menjadi US$3 juta, batas maksimal yang telah ditetapkan oleh Ubisoft. Untuk mengumpulkan total hadiah turnamen tersebut, Ubisoft menjual battle pass yang bisa dibeli pemain.

Ke depan, Ubisoft ingin untuk mengembangkan ekosistem esports dari lebih banyak game mereka. Selain itu, mereka juga ingin mengubah model bisnis dari game-game mereka yang lain. “Kami ingin membuat ekosistem, dan itulah yang kami mulai lakukan dengan game-game lain seperti Brawlhalla,” kata Chou. “Kami akan mendukung komunitas competitive gaming dan akan terus menanamkan investasi di program-program esports agar para pemain kami tetap setia.”

Ubisoft Rombak Struktur Turnamen Esports Rainbow Six

Ubisoft merombak struktur scene esports dari Rainbow Six. Sekarang, satu musim akan berlangsung selama sembilan bulan. Pihak Ubisoft menyebutkan, mereka menentukan lama waktu satu musim berdasarkan masukan dari para pemain dan tim profesional, yang mengaku bahwa mereka memerlukan waktu kosong selama 2 bulan untuk mempersiapkan diri.

Satu musim turnamen Rainbow Six akan terbagi ke dalam empat kuartal. Tiga kuartal pertama disebut “Stage”.  Pada setiap Stage, tim-tim profesional akan berlaga untuk mendapatkan poin. Di akhir Stage, akan digelar turnamen Major sebagai puncaknya. Sementara itu, kuartal keempat akan fokus pada pertandingan final untuk turnamen regional. Untuk masuk ke Six Invitational, Ubisoft akan menggunakan sistem poin. Sepanjang musim, setiap tim akan mendapatkan poin berdasarkan performa mereka. Dengan sistem baru ini, diharapkan para tim profesional akan dapat memberikan performa yang lebih stabil.

Perubahan lain yang Ubisoft lakukan adalah dengan membagi scene esports Rainbow Six ke dalam empat kawasan, yaitu Asia Pasifik, Eropa, Amerika Latin, dan Amerika Utara. Turnamen yang diadakan di masing-masing kawasan akan memiliki struktur dan penyelenggara yang berbeda. Meskipun begitu, semua turnamen regional ini masih akan terhubung ke dalam turnamen internasional.

Kawasan Asia Pasifik akan terbagi menjadi dua divisi, yaitu Utara dan Selatan. Liga untuk Divisi Utara akan terdiri dari 12 tim yang berasal dari Jepang, Korea Selatan, dan Asia Pasifik. Sementara Divisi Selatan akan mencakup tim-tim dari Oceania dan negara-negara di Asia Selatan. Sayangnya, Ubisoft belum memberikan informasi lengkap tentang divisi ini. Satu hal yang pasti, mereka telah bekerja sama dengan ESL untuk menyelenggarakan kegiatan esports di kawasan Asia Pasifik.

Sementara itu, liga di Amerika Latin, yang fokus pada turnamen offline, akan terbagi menjadi tiga divisi: Brasil, Meksiko, dan Amerika Selatan. Turnamen di Meksiko akan diadakan secara offline menggunakan LAN, sementara kompetisi untuk Brasil kini akan mengadu 10 tim, bertambah 2 tim dari 8 tim. Ubisoft akan turun tangan langsung untuk menyelenggarakan turnamen di kawasan Amerika Latin.

Kawasan Amerika Utara terbagi dalam dua divisi, yaitu Amerika Serikat dan Kanada. Sayangnya, masih belum banyak informasi yang ada tentang kedua divisi di kawasan Amerika Utara itu. Untuk kawasan Eropa, akan ada 10 tim yang bertanding dengan satu sama lain. Ubisoft juga akan mengadakan program esports nasional untuk masing-masing negara. Untuk menyelenggarakan turnamen dan acara di kawasan Eropa, Ubisoft akan bekerja sama dengan FACEIT dan LiveNation.

Overview turnamen Rainbow Six pada 2020.
Overview turnamen Rainbow Six pada 2020.

Ubisoft akan mulai menggunakan struktur baru ini pada tahun 2020. Namun, pada tahun pertama ini, mereka belum bisa mengadakan empat turnamen Major. Mereka akan menyelenggarakan turnamen Major di Amerika Utara pada Agustus dan di Eropa pada November. Setelah itu, mereka akan mengadakan Six Invitational pada Februari 2021. Model turnamen baru untuk Rainbox Six ini baru akan sepenuhnya diimplementasikan pada 2021 dengan tiga turnamen Major di Eropa, Amerika Utara, dan Asia Pasifik dan diakhiri dengan Six Invitational.

Sumber: The Esports Observer, Siege.gg

Team Scrypt Adalah Juara Road to Hybrid Cup 1: Rainbow Six

Road to Hybrid Cup 1: Rainbow Six telah usai. Team Scrypt keluar sebagai juara setelah bermain solid, mengalahkan 1z Esports dengan skor 2-0. Seperti dijelaskan sebelumnya, Road to Hybrid Cup merupakan bagian dari gelaran Hybrid Cup Series Play on PC: Rainbow Six Siege.

Namun demikian, sebagai edisi terakhir, Hybrid Cup Series Play on PC: Rainbow Six punya rangkaian yang sedikit lebih panjang. Bagian pertamanya adalah Road to Hybrid Cup 1 yang diselenggarakan pada 18-20 Desember 2019 lalu, dilanjut dengan Road to Hybrid Cup 2 pada Januari 2020 mendatang, ditutup dengan gelaran puncak Hybrid Cup Series Play on PC R6 yang diselenggarakan Maret 2020 mendatang.

“Dengan adanya turnamen ini, kami ingin komunitas R6IDN bisa lebih dikenal lagi oleh masyrakat luas. Hybrid ingin ikut serta memberikan sumbangsih nyata bagi kemajuan tren game R6 di Indonesia. Kami juga ingin mengajak para pembaca untuk menonton pertandingan pilihan yang akan ditayangkan secara live-streaming di official page Hybrid IDN serta channel Youtube komunitas R6IDN.” Wiku Baskoro, Co-Founder Hybrid.co.id memberikan pandangannya pada artikel sebelumnya.

Menuju babak final, baik Team Scrypt ataupn 1z Esports harus menghadapi lawan-lawan yang berat. Perjalanan Team Scrypt mengharuskan mereka menghadapi Limitless Gaming, salah satu tim kuat di skena Rainbow Six Indonesia. Lalu dari sisi 1z Esports mereka juga sudah bertemu dengan tim yang sama kuat sejak dari awal. Mereka bertemu Six Rising, yang sempat berjuang bersama di Close Qualifier Six Invitational bersama Team Scrypt.

Namun takdir pada akhirnya mempertemukan Team Scrypt dengan 1z Esports. Pada pertandingan map pertama, Kafe Dostoyevsky, 1z Esports dilibas habis dengan skor 7-2 dalam waktu yang cukup cepat. Namun masuk map kedua, 1z Esports mencoba untuk beradaptasi dengan lebih baik. Beberapa kali mereka mencoba-coba melakukan strategi berisiko demi mengalahkan Team Scypt. Tapi apa mau dikata, karena Team Scrypt kembali bermain dengan solid, Villa yang merupakan map 2 pertandingan tersebut berhasil dimenangkan dengan skor 7-3.

Pertandingan ini memberi sorotan kepada pemain yang bermain apik dari masing-masing tim. Ada Tolji (18 tahun) dari sisi Team Scrypt. Pemain yang bisa dibilang sebagai aim-star Team Scrypt ini baru saja terjun ke ESL Pro League Season 10 kemarin, karena baru cukup umur. Julukan tersebut ternyata tidak sekadar jadi omong kosong belaka, Tolji membuktikan diri lewat beberapa momen clutch yang ia lakukan beberapa kali di map 1 dan 2 untuk mengamankan ronde bagi tim Scrypt.

https://twitter.com/Hybrid_IDN/status/1209012343457239040

Dari sisi 1z Esports ada Hovenherst. Ajie Zata (WildLotus) shoutcaster dari komunitas R6 IDN, menyebut Hovenherst sebagai salah satu best open fragger untuk skena R6 di Indonesia saat ini. Beberapa kali ia erhasil mencuri entry point, dan menusuk ke dalam pertahanan Team Scrypt kemarin. “Berhubung ada peraturan usia, kita tunggu saja sampai Hoven mencapai usia 18 tahun untuk dapat terjun berkompetisi di ESL Pro League.” Ajie mengatakan.

Team Scrypt selaku juara berhak mendapatkan hadiah berupa uang tunai, dan juga kesempatan untuk bertanding di Hybrid Cup Series Play on PC yang akan diselenggarakan pada Maret 2020 mendatang. Selamat untuk Team Scrypt! Berikut daftar top 8 Hybrid Cup R6:

  • CHAMPION – Team Scrypt – Rp1.000.000
  • 2nd place – 1z Esports – Rp600.000
  • 3rd place – NITE RUSH – Rp400.000
  • 4th place – LIMITLESS Gaming – Rp200.000
  • 5th place – Team Sixth Rising – Rp200.000
  • 6th place – Menuju S1 – Rp200.000
  • 7th place – BOS eSports – Rp200.000
  • 8th place – The Mafias – Rp200.000

Rangkaian Hybrid Cup Series Play on PC R6 masih belum selesai. Masih ada Road to Hybrid Cup 2 yang akan hadir pada bulan Januari 2020 mendatang. Babak kedua Road to Hybrid Cup masih memperebutkan total hadiah yang sama, dan tentunya slot untuk menuju ke gelaran puncak Hybrid Cup Series Play on PC R6.

Hybrid Cup Series Play on PC disponsori oleh AMD dan Corsair, dengan dukungan dari AerocoolThunderX3TecwareRapooVPROViewSonic, dan ASRock.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Hybrid Cup dan program-program lain ke depannya, jangan lupa untuk memantau situs Hybrid.co.id dan follow akun media sosial Hybrid di TwitterFacebookInstagram, dan YouTube.

Turnamen Raleigh Major Sumbangkan Rp20,5 Miliar ke Perekonomian Lokal

Sebelum memilih Raleigh sebagai tempat diadakannya turnamen Rainbow Six Siege Major, Ubisoft mempertimbangkan beberapa kota lainnya. Che Chou, Senior Director of Esports, Ubisoft mengatakan, ada beberapa hal yang mereka pertimbangkan sebelum memilih sebuah kota sebagai tempat diselenggarakannya turnamen Major. Salah satu pertimbangan Ubisoft adalah fans. Selain itu, Raleigh memang agresif dalam usahanya meyakinkan Ubisoft untuk mengadakan turnamen Major di kota tersebut, seperti memberikan subisidi. Chou mengatakan, di Tiongkok, semakin banyak kota yang ingin menciptakan reputasi yang lekat dengan gaya hidup esports. Tren ini juga mulai muncul di Amerika Serikat.

Kenapa pemerintah kota ingin agar turnamen esports besar diadakan di kota mereka? Data dari agensi media dan esports Big Block menunjukkan, turnamen Raleigh Major memberikan sumbangan ekonomi langsung sebesar US$1,45 juta atau sekitar Rp20,5 miliar. Selain itu, pada akhir pekan ketika turnamen Raleigh Major diadakan, terdapat lebih dari 1.000 pencarian pekerjaan terkait industri game. Memang, di kawsan Raleigh-Durham, ada beberapa game developer studio ternama, seperti Epic Games, Insomniac Games, Funcom, dan Red Storm Entertainment yang merupakan studio Ubisoft.

Raleigh Major diadakan mulai 12 Agustus 2019. Namun, hingga tanggal 14 Agustus, pertandingan hanya disiarkan secara online. Turnamen diadakan di Raleigh Convention Center selama tiga hari, yaitu pada 16-18 Agustus 2019. Selama tiga hari, rata-rata pengunjung yang datang ke Raleigh Major mencapai lebih dari 2.600 orang. Memang, jika dibandingkan dengan pengunjung turnamen Intel Extreme Masters (IEM) — yang jumlah pengunjungnya mencapai 130 ribu orang — jumlah pengunjung Raleigh Major jauh lebih kecil. Namun, IEM yang diadakan di Polandia tersebut berlangsung lebih lama dan mengadu lebih dari satu game. Selain itu, kesuksesan turnamen Raleigh Major menunjukkan bahwa kota yang relatif kecil pun tertarik untuk mengadakan turnamen esports.

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

Alasan Raleigh berusaha agar turnamen esports diselenggarakan di kotanya adalah karena fans esports biasanya rela datang dari jauh untuk menghadiri turnamen. Memang, dari semua pengunjung yang datang, sebanyak 70 persen datang dari luar negeri atau luar negara bagian North Carolina. Selain itu, esports juga bisa membuat orang-orang tertarik untuk berkuliah universitas lokal. “Esports memiliki fans berat yang bersedia untuk datang dari seluruh belahan dunia. Ini akan meningkatkan pendapatan dari pariwisata. Sebagai perbandingan, acara olahraga tradisional atau konser biasanya menarik orang-orang dari kawasan sekitar,” Loren Gold, Executive Vice President of the Greater Raleigh Convention and Visitors Bureau, seperti dikutip dari Forbes.

Untuk memastikan turnamen Raleigh Major berjalan lancar, Greater Raleigh Convention and Visitors Bureau (Visit Raleigh) dan Greater Raleigh Sports Alliance (GRSA) mengajak kerja sama Big Block. Selain menjadi konsultan bagi Visit Raleigh dan GRSA selama Raleigh Major berlangsung, Big Block juga mengedukasi pelaku bisnis lokal tentang industri esports dan kesempatan yang bisa mereka manfaatkan. Ke depan, tiga badan ini juga akan bekerja sama untuk menjadikan Raleigh sebagai pusat esports. Tujuan mereka adalah agar dalam waktu tiga sampai lima tahun, ada lima acara esports yang diadakan di Raleigh.

Namun, Managing Director of Esports, Big Block, Ed Tomasi mengatakan, merealisasikan rencana itu tidak mudah. Industri esports telah ada selama hampir dua dekade dan tumbuh pesat dalam beberapa tahun belakangan. Ada banyak perusahaan yang tertarik untuk berinvestasi di industri ini atau menjadi sponsor para pemain dan tim profesional, merek non-endemik sekalipun. “Esports bukanlah sesuatu yang bisa dikembangkan dalam waktu singkat,” kata Tomasi, lapor The Esports Observer. Dia mengatakan, Greater Raleigh telah sukses menyediakan fasilitas dan ekosistem yang memadai untuk menyelenggarakan turnamen esports kelas dunia berkat bantuan dari Big Block, yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun.

Pertumbuhan Penonton Six Major Raleigh Lebih Tinggi dari Six Invitational

Setiap tahun, ada empat turnamen “Major” untuk Rainbow Six. Turnamen terbesar adalah Six Invitational, yang bisa disamakan seperti The International untuk Dota 2 atau Piala Dunia untuk sepak bola. Salah satu turnamen tahunan besar lainnya adalah Six Major, yang tahun ini diadakan di Raleigh.

Dari segi viewership, Six Invitational memang masih menjadi turnamen dengan durasi menonton paling lama. Meskipun begitu, pertumbuhan durasi menonton Raleigh Major jauh lebih besar dari pertumbuhan viewership Six Invitational. Viewership Raleigh Major tumbuh 22 persen, sementara pertumbuhan viewership Invitational hanya mencapai 7 persen. Di channel Twitch resmi Six Major Raleigh, total durasi turnamen itu ditonton mencapai 2,8 juta jam. Sebagai perbandingan, tahun lalu, turnamen Major yang diadakan di Paris hanya memiliki total durasi 2,1 juta. Jumlah concurrent viewer (CCV) turnamen Major Raleigh tahun ini juga lebih tinggi dari tahun lalu. Tahun ini, rata-rata CCV adalah 37 ribu, naik dari 26 ribu pada tahun lalu.

Anda bisa melihat total viewership Six Major Raleigh pada grafik di bawah.

Sumber data: The Esports Observer
Sumber data: The Esports Observer

Ubisoft meluncurkan Rainbow Six pada 2015. Meskipun begitu, game tersebut baru mulai populer di kalangan penikmat konten gaming pada 2018. Ketika itu, total durasi viewership Rainbow Six di Twitch naik hingga lebih dari dua kali lipat. Secara total, pada 2018, Rainbow Six ditonton selama 87,56 juta jam, naik dari 40,79 juta jam pada tahun sebelumnya.

Menurut laporan The Esports Observer, peningkatan drastis itu berkat diadakannya turnamen esports Rainbow Six. Ini menunjukkan bahwa esports dapat membantu sebuah game untuk tetap relevan bagi audiens bahkan beberapa tahun setelah ia dirilis.

Sayangnya, tahun ini, pertumbuhan durasi menonton Rainbow Six di Twitch mulai mengalami perlambatan. Total durasi menonton Six Invitational yang diadakan pada 11-17 Februari lalu mencapai 6 juta jam, naik 7 persen dari 5,65 juta pada tahun sebelumnya. Meskipun begitu, jumlah penonton babak final dari R6 Pro League Season 9 lebih sedikit jika dibandingkan dengan babak final Season 7 yang diadakan pada tahun sebelumnya.

Fakta bahwa viewership turnamen Six Major Raleigh naik adalah kabar baik. Karena, Rainbow Six merupakan game yang jumlah penontonnya sangat tergantung pada turnamen esports. Naiknya viewership turnamen Major Raleigh menujukkan adanya potensi untuk menaikkan jumlah penonton Rainbow Six dengan mengadakan turnamen profesional lain. Dan jika Rainbow Six itu sukses di esports, maka hal itu juga akan memberikan dampak baik bagi semua pelaku yang terlibat, termasuk tim, penyelenggara turnamen, dan para sponsor.

Minggu lalu, Senior Director of Esports, Ubisoft, Che Chou menjelaskan alasan mereka untuk mengadakan turnamen Six Major di Raleigh. “Kami mempertimbangkan beberapa kota. Ketika kami mencari kota sebagai tempat diselenggarakan turnamen Major, salah satu hal yang kami pertimbangkan adalah kami ingin mencari tempat yang berbeda,” kata Chou pada The Esports Observer. “Acara besar terakhir yang kami buat adalah US National Finals dan acara itu diadakan di Las Vegas. jadi, kami ingin mengadakan sesuatu di pesisir timur demi fans kami yang ada di sini.”

Alasan lainnya, Chou menjelaskan, Raleigh sangat agresif dalam meyakinkan Ubisoft untuk mengadakan acara di kota tersebut. Mereka bahkan memberikan subsidi biaya penyelenggaraan kompetisi yang diadakan di Raleigh Convention Center. “Mereka adalah rekan yang hebat, dan saya rasa, di industri esports, kita mulai melihat tren dimana kota-kota ingin agar acara esports besar diadakan di kota mereka — agar kota mereka lekat dengan gaya hidup esports,” katanya.

Penuh Pendatang Baru, SIXSENSE Juarai R6IDN Community Cup 11

Salah satu kompetisi rutin komunitas Rainbow Six Indonesia, Community Cup, kembali digelar akhir pekan ini (13 April 2019). Kompetisi Community Cup (ComCup) kali ini sudah masuk seri ke-11, dengan tim SIXSENSE berhasil keluar sebagai pemenang, setelah mengalahkan SPiCA. Nama SIXSENSE ini sendiri sebenarnya cukup lama malang melintang di komunitas R6IDN, walau terbilang masih cukup belia jika dibandingkan dengan para seniornya.

ComCup 11 ini menjadi bukti bahwa banyak peminat baru di kancah kompetitif R6. Bukti nyata hal ini salah satunya adalah, banyaknya tim mungkin belum terdengar sebelumnya dan belum muncul di kompetisi lain besutan R6IDN, namun mengikuti kompetisi ini. Ada 1z Academy yang merupakan divisi 2 dari tim 1z Esports, lalu ada tim SPiCA, dan tim SIXSENSE. Bukan hanya itu saja, ada juga tim Beyond The Limit yang bisa dibilang sebagai pendatang baru.

Menariknya para pendatang baru ini datang bukan tanpa persiapan. Bahkan, semua nama yang disebutkan barusan berhasil sampai di babak semi-final, dan memberikan permainan yang sangat mengagumkan. 1z Academy yang merupakan pemenang ComCup 10, sayangnya harus tumbang oleh SPiCA di babak semi final. Sementara itu Beyond The Limit, yang juga merupakan pendatang baru, juga harus tumbang di babak semifinal, oleh SIXSENSE .

Sumber: R6IDN Official Media
Sumber: R6IDN Official Media

Tersisa SPiCA dan SIXSENSE di babak final. Secara riwayat kompetisi, sejauh ini pencapaian SPiCA terbilang lebih baik dibanding SIXSENSE. Tempo hari SPiCA berhasil lolos dari Division Takedown dan naik ke divisi 2 R6IDN Star League. Sementara SIXSENSE masih belum bisa lolos dari Division Takedown, dan kini masih bertengger di divisi 3 R6IDN Star League.

Menariknya, di sini SIXSENSE malah tampil lebih memukau, berhasil menang 2-0 dari seri best-of-3. Hal ini terjadi salah satunya berkat permainan memukau dari Prayogo “Yokuxo” Tantono. Ia berkali-kali berhasil make play, sehingga membuat ia bisa dibilang sebagai pemain kunci yang berperan besar atas kemenangan SIXSENSE di seri ini.

Kemenangan ini menjadi kemenangan perdana bagi SIXSENSE, yang juga menobatkan mereka sebagai juara baru ComCup. Hal ini mengingat ComCup sebelumnya yang cenderung didominasi oleh nama-nama penuh pengalaman seperti Ferox, iNation, ataupun Limitless Gaming.

Terkait hal ini, ternyata memang ada peraturan baru yang diterapkan oleh R6 IDN untuk ComCup kali ini. “Jadi mulai dari ComCup 9, kita ubah sedikit peraturannya. Peraturan tersebut adalah melarang tim divisi 1 Star League untuk mengikuti kompetisi Community Cup.” Jawab Bobby Rachmadi Putra selaku founder dari R6IDN.

“Saat itu kita belum merasakan panasnya kompetisi, karena sepertinya banyak tim yang belum siap dengan peraturan baru ini. Masuk di ComCup 11 ini saya senang sekali melihat banyak tim baru bermunculan, dan beberapa tim lama yang performanya meningkat seperti SPiCA, ataupun SIXSENSE sang juara.” Bobby bercerita kepada Hybrid.

Sumber: R6 IDN Official Media
Sumber: R6 IDN Official Media

Bertajuk Community Cup, SIXSENSE sebagai juara berhak mendapatkan hadiah berupa 5 buah 1200 R6 Credit. Lebih lanjut soal ComCup dan komunitas R6IDN, Bobby menyatakan harapannya agar bisa lebih banyak tim baru yang bermunculan lewat kompetisi ini. “Saya juga berharap dengan ComCup, kemampuan bermain para tim bisa meningkat, dan nantinya bisa berlaga di Indonesia Series League, Star League, atau bahkan mengharumkan nama Indonesia di kancah R6 Indonesia” tambah Bobby.

Selamat untuk tim SIXSENSE, telah menjadi juara ComCup 11! Dengan kehadiran peraturan baru ini tentu akan membuat ComCup jadi semakin dinamis. Kira-kira, siapa nama baru yang bakal muncul di ComCup seri ke 12? Tunggu saja kelanjutannya ya!

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Rainbow Six: Siege Indonesia Community (R6 IDN)