Tag Archives: Razer Core

Razer Core X Chroma Padukan Segala Kebaikan GPU Enclosure Generasi Sebelumnya

Hampir setahun setelah Razer meluncurkan Core X, kini mereka kembali hadir dengan GPU enclosure baru. Masih bertajuk Core X, tapi kali ini dengan embel-embel Chroma, yang dapat disimpulkan sebagai penyempurnaan dari segi estetika.

Namun tentu sebatas menambahkan sistem pencahayaan RGB (Chroma) akan terkesan konyol, dan Razer tahu betul akan itu. Core X Chroma masih menghadirkan pembaruan dari segi fungsionalitas, utamanya kapasitas power supply yang lagi-lagi ditingkatkan; dari 650 W menjadi 700 W.

Namun kekurangan terbesar Core X standar bukanlah kapasitasnya, melainkan kelengkapan konektivitasnya. Razer tidak lupa membenahi hal tersebut dengan menambahkan port USB ekstra (total ada empat) beserta Gigabit Ethernet pada Core X Chroma.

Razer Core X Chroma

Terkait dimensi, Core X Chroma tidak berubah banyak, masih sanggup menampung kartu grafis kelas wahid yang umumnya memakan tiga slot di PC. Seperti biasa, instalasi kartu grafis pun sudah mengadopsi mekanisme toolless demi memudahkan penggunaannya, terutama di kalangan kreator konten yang mungkin kurang terbiasa dengan ilmu rakit-merakit PC.

Tentunya semua penambahan ini akan berdampak pada ongkos produksi sekaligus harga jual. Beruntung dampaknya tidak terlalu besar; Razer memasarkan Core X Chroma seharga $400, tepat di tengah-tengah Core X ($299) dan Core V2 ($499), padahal yang konsumen dapatkan adalah perpaduan kebaikan di antara keduanya.

Sumber: Razer.

Razer Singkap GPU Enclosure yang Lebih Besar dan Lebih Murah, Core X

Razer Blade generasi baru bukan satu-satunya berita segar dari sang produsen periferal cap kaki tiga. Mereka turut menyingkap eksistensi Razer Core X, semacam casing untuk mengakomodasi kartu grafis, untuk kemudian disambungkan ke laptop dan mendongkrak performanya secara drastis – atau bahasa kerennya, GPU enclosure.

Hal yang paling menarik dari Core X adalah harganya yang cuma $299, jauh lebih murah ketimbang Core V2 yang dijual seharga $499. Desainnya memang tidak sekeren Core V2, apalagi mengingat sistem pencahayaan RGB absen di sini. Di samping itu, Core X juga tidak dilengkapi port USB ekstra maupun Ethernet seperti V2.

Razer Core X

Selebihnya, Core X malah lebih superior soal akomodasi. Dimensi sasis aluminiumnya yang lebih besar mampu menampung kartu grafis yang gemuk sekalipun, yang biasanya memakan tiga slot di PC. Entah itu seri Nvidia GeForce, Nvidia Quadro, AMD Radeon maupun Radeon Pro, Core X siap menjadi rumah buat salah satunya, dengan dukungan suplai daya dari PSU (power supply unit) berdaya 650 watt – V2 hanya 500 watt.

Cara kerjanya masih sama persis, di mana laptop harus disambungkan via satu kabel Thunderbolt 3 (USB-C). Selagi terhubung, baterai laptop juga akan terisi dengan laju sebesar 100 watt. Yang istimewa, Razer telah merancang supaya Core X dan Core V2 kompatibel dengan lini MacBook, dan ini jelas bakal sangat membantu para kreator konten maupun developer yang membutuhkan kinerja grafis ekstra.

Razer Core X

$299 sejatinya adalah banderol yang lebih masuk akal, apalagi mengingat ini sama sekali tidak termasuk kartu grafisnya. Core X saat ini sudah dipasarkan di bebarapa negara, tapi sayang Indonesia belum termasuk salah satunya.

Sumber: Razer.

Zotac Luncurkan Dua Sasis GPU Eksternal untuk Laptop dan Mini PC

Diperkenalkan pada awal tahun 2016, Razer Core merupakan bentuk pemanfaatan cerdas akan teknologi konektivitas Thunderbolt 3 (USB-C). Thunderbolt 3 yang dikembangkan oleh Intel secara teori sanggup meneruskan data dalam kecepatan 40 Gbps. Dari situ Razer berpikir bahwa kapabilitas ini bisa dimanfaatkan untuk meneruskan power yang dimiliki sebuah kartu grafis ke laptop super-tipis.

Jadi ketika sedang bekerja, kita hanya perlu membawa laptop yang berbodi sangat ringan. Lalu sesampainya di rumah, tinggal sambungkan Razer Core (yang sudah dipasangi kartu grafis) ke laptop, maka sesi gaming bisa dinikmati secara mulus tanpa kompromi soal performa.

Konsepnya terbukti menarik, hingga akhirnya pabrikan lain juga tergerak untuk mengembangkan produk serupa. Gigabyte sudah, kini giliran Zotac yang meluncurkan AMP Box dan AMP Box Mini, yang keduanya ditujukan untuk segmen yang berbeda.

Zotac AMP Box

Zotac AMP Box ditujukan untuk pemilik laptop maupun mini PC yang membutuhkan dongkrakan performa yang signifikan, terutama untuk gaming. Sasis aluminiumnya dibekali PSU (power supply unit) berdaya 450 watt, dan sanggup mengakomodasi kartu grafis dengan panjang maksimum 22,9 cm.

Mengingat mayoritas kartu grafis high-end memiliki panjang 30 cm ke atas, pengguna AMP Box berarti hanya bisa memasangkan versi mini dari model GPU yang diinginkan, macam keluaran Gigabyte atau Zotac sendiri. Satu port Thunderbolt 3 yang ‘dikorbankan’ bakal ditebus dengan empat port USB 3.0, satu di antaranya mendukung fast charging untuk perangkat mobile. Sebagai pemanis, ada pencahayaan RGB yang bisa diprogram.

Zotac AMP Box Mini

Zotac AMP Box Mini di sisi lain lebih dimaksudkan untuk menopang produktivitas. Sasis yang juga terbuat dari logam hanya mampu mengakomodasi GPU sepanjang 20 cm dan yang membutuhkan tidak lebih dari 6 pin PCIe. Dengan kata lain, Anda cuma bisa menjejalkan GPU kelas entry, yang sudah tergolong cukup untuk setup multi-monitor guna meningkatkan produktivitas.

AMP Box Mini juga dapat digunakan untuk menenagai SSD tipe PCIe berkapasitas dan berkecepatan tinggi. Sama seperti kakaknya, ia turut mengemas empat port USB 3.0, hanya saja tidak ada port fast charging.

Zotac berencana memamerkan keduanya di panggung CES 2018 dalam waktu dekat. Banderol harganya belum diungkap, sedangkan pemasarannya dijadwalkan antara kuartal pertama atau kedua tahun ini.

Sumber: Zotac dan AnandTech.

Razer Blade Stealth Kini Usung Prosesor Quad-Core Intel Generasi Kedelapan

Juni lalu, Razer mengungkap ultrabook Blade Stealth versi baru yang berpenampilan lebih stealthy dan berlayar lebih besar. Kini giliran spesifikasinya yang kembali disuntik, utamanya dengan prosesor Intel generasi kedelapan.

Blade Stealth kini mengemas prosesor quad-core Intel Core i7-8550U yang memiliki clock maksimum 4 GHz. Meski kedengarannya sepele, kehadiran prosesor baru ini penting sebab ada dua core ekstra dibandingkan generasi sebelumnya, sehingga peningkatan performanya diestimasikan mencapai 40%, namun di saat yang sama masih bisa memberikan daya tahan baterai sampai 10 jam pada Blade Stealth.

Razer Blade Stealth

RAM yang digunakan masih berkapasitas 16 GB, tapi kecepatannya sedikit didongkrak menjadi 2133 MHz, sedangkan penyimpanannya mengandalkan SSD 512 MB bertipe PCIe M.2. Blade Stealth versi baru ini memiliki bodi sedikit lebih tebal dan lebih berat di angka 13,8 mm dan 1,35 kg (versi sebelumnya 13,1 mm dan 1,33 kg).

Selebihnya hampir tidak ada yang berubah. Tanpa kartu grafis terpisah, Blade Stealth masih belum sanggup menyuguhkan kinerja gaming yang mumpuni. Solusinya adalah menggunakan GPU enclosure bernama Razer Core, dan Razer juga baru saja mengungkap versi barunya yang lebih sempurna perihal desain.

Razer Core V2

Razer Core V2 mengusung layout internal baru yang kini dapat mengakomodasi kartu grafis kelas high-end yang umumnya berukuran lebih panjang, baik buatan Nvidia ataupun Nvidia. Semua tenaga pengolahan grafis itu tetap disalurkan via satu kabel Thunderbolt 3 (USB-C), tapi Razer mengklaim performanya kini bakal lebih mulus sebab alur data dari GPU dan peripheral sudah dipisahkan.

Konstruksinya masih mengandalkan sebongkah aluminium utuh yang kemudian dibentuk menjadi sasis berukuran ringkas. Di dalamnya terdapat power supply berdaya 500 watt dan sejumlah kipas pendingin untuk memastikan kartu grafis yang menghuninya tidak kepanasan.

Razer Blade Stealth dengan prosesor quad-core ini sekarang sudah dipasarkan seharga $1.699, sedangkan Razer Core V2 akan menyusul dalam waktu dekat seharga $499 – belum termasuk kartu grafisnya.

Sumber: Razer.

Razer Blade Stealth Kini Hadir dalam Varian 13,3 Inci dan Penampilan yang Lebih Profesional

Razer kembali meng-update ultrabook andalan mereka, Blade Stealth. Namun yang mereka lakukan kali ini bukan sekadar menyempurnakan spesifikasinya saja, tapi juga menyajikan desain baru yang tampak lebih profesional – Razer memang tidak menarget kalangan gamer saja dengan Blade Stealth – plus varian baru dengan layar 13,3 inci.

Semua kelebihan Blade Stealth generasi sebelumnya tetap dipertahankan pada varian 13,3 incinya ini: bodi serba aluminium, dengan ketebalan hanya 13,1 mm dan bobot 1,33 kg. Selain warna hitam, varian ini juga tersedia dalam warna abu-abu gelap (gunmetal), dan khusus varian gunmetal ini, kesan stealthy benar-benar melekat padanya.

Razer Blade Stealth

Hilang sudah logo Razer yang menyala hijau, demikian pula dengan keyboard ber-backlight RGB, digantikan oleh backlight putih standar. Meski tergolong minor, revisi desain ini menjadikan Blade Stealth terlihat lebih elegan dan tidak lagi terkesan seperti mainan di dunia profesional akibat lampu warna-warninya.

Layar sentuhnya sendiri bertambah besar tanpa banyak mempengaruhi dimensi perangkat secara keseluruhan berkat bezel yang lebih ramping sampai sekitar 50%. Panel yang digunakan adalah panel IGZO beresolusi 3200 x 1800, dengan viewing angle seluas 178 derajat dan dukungan spektrum warna sRGB 100%.

Razer Blade Stealth

Soal spesifikasi, Razer telah membekalinya dengan prosesor Intel Core i7-7500U, GPU Intel HD Graphics 620, RAM 16 GB, dan pilihan SSD tipe PCIe berkapasitas 256 GB, 512 GB atau 1 TB. Baterai berkapasitas 53,6 Wh miliknya diestimasikan bisa bertahan hingga 9 jam penggunaan.

Konektivitasnya mencakup sepasang port USB 3.0 standar, jack audio, port HDMI 2.0 dan tentu saja Thunderbolt 3 (USB-C) untuk menyambungkan GPU eksternal Razer Core – atau Aorus GTX 1070 Gaming Box besutan Gigabyte kalau Anda mau alternatif yang lebih menarik sekaligus lebih masuk akal dari segi harga.

Razer Blade Stealth

Razer Blade Stealth 13,3 inci rencananya akan dipasarkan secara global mulai bulan Juli mendatang. Razer mematok harga untuk masing-masing varian $1.400 (256 GB), $1.600 (512 GB), dan $2.000 (1 TB). Kalau Anda lebih mementingkan penampilan khas gamer, Anda tinggal memilih varian berwarna hitam yang tetap dilengkapi sistem pencahayaan Chroma.

Sumber: Razer.

Gigabyte Ungkap Aorus GTX 1070 Gaming Box, Ubah Ultrabook Jadi Laptop Gaming dalam Sekejap

Ultrabook dengan bodinya yang begitu tipis kerap harus berkompromi soal performa. Tanpa chip grafis yang perkasa, mustahil ultrabook bisa menyuguhkan pengalaman gaming secara mulus. Untuk itulah solusi seperti Razer Core eksis, sayang problem utamanya lagi-lagi menyangkut harga.

Razer Core dibanderol $500, dan itu sama sekali belum termasuk kartu grafisnya. Jadi kalau Anda mau menikmati VR gaming misalnya, Anda masih harus menyediakan dana ekstra paling tidak sebesar $300 untuk memboyong GPU Nvidia GeForce GTX 1060.

Di Computex 2017, Gigabyte melalui divisi gaming-nya memperkenalkan solusi serupa yang jauh lebih atraktif. Dijuluki Aorus GTX 1070 Gaming Box, secara konsep ia begitu mirip dengan Razer Core, namun harganya jauh lebih masuk akal.

$600 tapi sudah mencakup GeForce GTX 1070, bandingkan dengan Razer Core yang seharga $500 tanpa kartu grafis sama sekali / Gigabyte
$600 tapi sudah mencakup GeForce GTX 1070, bandingkan dengan Razer Core yang seharga $500 tanpa kartu grafis sama sekali / Gigabyte

Gigabyte mematok harga $600, dan sesuai nama perangkatnya, itu sudah termasuk kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070 – yang kalau dibeli sendirian harganya berkisar $380. Sisa $200 lebih itu untuk menebus power supply 400 watt dan sasis yang lebih ringkas ketimbang Razer Core, yang dirancang untuk menampung kartu grafis dengan form factor mini-ITX.

Cara kerjanya pun sama persis, sama-sama mengandalkan konektivitas Thunderbolt 3. Jadi dengan satu kabel USB-C saja, Anda bisa menyambungkan Gaming Box ke ultrabook, dan peningkatan performanya bisa langsung dirasakan secara instan tanpa perlu me-restart sama sekali.

Aorus GTX 1070 Gaming Box bakal dipasarkan mulai Juli mendatang. Ke depannya Gigabyte juga berencana untuk menghadirkan versi GTX 1080. Pertanyaan saya sekarang: apakah ke depannya perangkat dalam kategori ini bisa terus bertahan, apalagi mengingat sebentar lagi laptop gaming seperti Asus ROG Zephyrus dan lainnya yang berlabel Max-Q juga siap meluncur ke pasaran?

Sumber: PC Gamer dan Gigabyte.

Teknologi Razer Ini Bisa Bantu Sony dan Microsoft Mengamankan Masa Depan Console

Revolusi besar tengah terjadi di industri game. Terobosan para raksasa di ranah hardware dan grafis memungkinkan terhidangnya virtual reality untuk konsumen biasa serta membuka gerbang ke era 4K gaming. Alhasil, console  current-gen menua lebih cepat, ‘memaksa’ produsen seperti Sony dan Microsoft me-refresh perangkat mereka dengan versi baru.

Keadaan seperti ini sendiri hampir tidak pernah menjadi masalah di PC karena penggunanya bisa mudah meng-upgrade hardware ketika diperlukan. Hal tersebut berperan sebagai kelebihan sekaligus kekurangan: PC kurang bersahabat buat user awam yang menginginkan produk ringkas, dan itulah keunggulan home console. Dan buat skenario yang kini menghadang PlayStation dan Xbox, penciptanya dapat mencari solusi dari sebuah produk milik Razer.

Diperkenalkan bersamaan dengan penyingkapan Razer Blade Stealth, Razer Core ialah solusi pintar atas terbatasnya hardware sebuah device. Penyajiannya sangat simpel, ia hadir berupa docking berisi kartu grafis discrete. Jika ingin menikmati konten VR atau permainan di resolusi tinggi, gamer cukup menyambungkan Core ke laptop via kabel Thunderbolt 3. Melalui cara ini, Razer dapat menjaga penampilan Blade Stealth tetap ringan serta ramping.

Pendekatan tersebut sebetulnya bukanlah sesuatu yang istimewa dan bisa segera diadopsi console maker, sehingga mereka tidak perlu mengganti seluruh sistem. Kabar baiknya lagi, Sony dan Microsoft bahkan tidak perlu repot-repot membuat modul ala Core, tinggal tambahkan saja kompatibilitas ke Razer Core karena teknologi pendukungnya tidaklah eksklusif – Core tercipta berkat bantuan dari Intel (Thunderbolt), Microsoft, Nvidia serta AMD.

“Menurut saya konsep modular sebuah PC – menyuguhkannya dalam wujud tipis serta ringan ditambah performa desktop – dapat jadi jalan keluar,” kata Systems Product Market Manager Razer Travis Furst pada Digital Trends. Ia juga menyampaikan, gagasan modular sudah banyak diimplementasikan ke berbagai hal, contohnya seperti saat kita mengganti knalpot mobil.

Tentu saja ide console modular menyimpan banyak rintangan, seperti yang dijelaskan analis dari Wedbush Securities, Michael Pachter. Seandainya modul cuma dibeli oleh sebagian orang, maka akan tercipta standar grafis berbeda dan itu menimbulkan masalah baru; misalnya membingungkan konsumen, membatasi pasar, dan membuatnya tidak populer di kalangan developer.

Sekarang saja, banyak gamer merasa kesal dengan kedatangan New PS4, Xbox One S, dan PS4 Pro serta Scorpio; sebab akan memicu kebingungan dan menyebabkan console generasi pertama jadi ketinggalan zaman.

Tak hanya user, developer juga tidak begitu gembira ketika tahu harus mengembangkan game untuk dua spesifikasi hardware berbeda. Tapi suka atau tidak, ide upgradable atau modular merupakan satu dari sedikit cara menjaga console agar tidak lekang oleh waktu.

 

Razer Blade Stealth Kini Sajikan Intel Kaby Lake, SSD 1TB dan Mendapatkan Upgrade Baterai

Di antara beragam produk Razer, Blade Stealth merupakan salah satu yang paling unik karena esensinya ia tidak disiapkan hanya untuk gamer saja. Blade Stealth mengusung desain super-tipis dan memanfaatkan pendekatan docking, sehingga Anda dapat membawa-bawanya dengan mudah, tapi tetap dapat menikmati beragam permainan blockbuster saat tiba di rumah.

Dengan konsep atraktif itu, Blade Stealth memperoleh banyak pujian terutama pada sisi desain dan performa berkat dukungan GPU desktop. Masalahnya, penyajian produk sedikit kurang sempurna karena keterbatasan penyimpanan dan kurang maksimalnya daya tahan baterai. Namun pengungkapan Intel Kaby Lake menandai langkah upgrade besar-besaran yang Razer terapkan pada Blade Stealth, disingkap di ajang PAX West 2016.

Razer Blade Stealth 4

Meski demikian, Anda mungkin tidak akan melihat update di sisi penampilan. Versi baru Blade Stealth serupa pendahulunya, termasuk ukuran dan spesifikasi layar. Notebook mempunyai ketebalan hanya 1,32-sentimeter dan berbobot kurang dari 1,3kg – dibentuk dari bongkahan aluminium kelas pesawat terbang, serta didukung sistem pencahayaan Razer Chroma.

Razer Blade Stealth 5

Laptop menghidangkan layar seluas 12,5-inci dengan pilihan resolusi QHD 2560×1440 atau 4K 3840×2160, keduanya menggunakan tipe indium gallium zinc oxide (IGZO). Para pekerja kreatif akan sangat mengapresiasi tipe 4K karena panel memiliki Adobe RGB 100 persen, menjanjikan kualitas warna jempolan dan saturasi ‘high-color‘. Viewing angle-nya sendiri mencapai 170 derajat, sehingga konten tetap dapat terlihat jelas hampir dari semua arah, cocok buat presentasi maupun bekerja.

Razer Blade Stealth 2

Upgrade terbesar yang Razer implementasikan adalah mengganti chip Skylake i7-6500U dengan prosesor Intel Core generasi ketujuh i7-7500U, memberinya kekuatan komputasi 2,7Ghz sampai 3,5Ghz via Turbo Boost. Lalu kehadiran GPU integrated Intel HD Graphics 620 diklaim mampu mendongkrak performa visualnya. Selain itu, Razer menyematkan RAM sampai 16GB serta storage SSD 1TB di dalam ‘new‘ Blade Stealth.

Untuk sumber tenaganya, device ditopang baterai 53,6Wh, diisi ulang dengan power adapter USB type-C. Unit baterai tersebut menjaga Blade Stealth tetap beroperasi selama sembilan jam, kapasitasnya 15 persen lebih tinggi dibanding model terdahulu.

Razer Blade Stealth 1

Untuk unit docking Razer Core, Razer tak lupa menyediakan beragam pilihan GPU anyar dari Nvidia (Pascal) maupun AMD (Polaris); yaitu Radeon RX 480, RX 470, dan RX 460, serta GeForce GTX 1080, GTX 1070 dan RX 1060 – memastikannya sudah ‘VR Ready’.

Harganya sudah pasti tidak murah. Blade Stealth dibanderol mulai dari US$ 1.000, dan Razer Core dijual terpisah, yakni US$ 500 (US$ 400 dengan pembelian Blade Stealth). Gerbang pre-order telah dibuka, dan produk akan mulai didistribusikan di bulan Oktober 2016.

Sumber: Razer Zone.

Razer Blade Stealth Ingin Jadi Ultrabook Sekaligus Desktop Gaming?

Melalui pengenalan Blade di 2013, Razer mempelopori persaingan bergengsi dalam kelas produk ultrabook gaming. Razer Blade memang tak selalu mampu mempertahankan predikat laptop gaming tertipis, beberapa kali gelarnya berhasil direbut oleh kompetitor. Namun ada hal istimewa yang dibawa oleh varian terbaru Blade.

Di Consumer Electronics Show 2016, Razer menyingkap ‘ultrabook mutakhir’ bernama Blade Stealth. Ia diramu untuk menjadi pewaris brand PC portable kebanggaan Razer, dengan desain familier, dan perpaduan fitur serta teknologi mumpuni. Blade Stealth merupakan mesin gaming sejati, tapi buat pertama kalinya, device tak lagi cuma diperuntukkan bagi gamer hardcore saja.

Razer Blade Stealth 03

Dari sisi desain, Blade Stealth meninggalkan tipe-tipe terdahulu jauh di belakang. Ia lebih tipis dan anggun. Tubuh notebook sangat ramping, hanya berketebalan 13,2mm dan memiliki bobot 1,25kg – terlihat serasi dengan panel 12,5-inci beresolusi tinggi di sana. Untuk chassis, Razer memanfaatkan material aluminium CNC yang umumnya digunakan buat merakit pesawat terbang.

Anda ditawarkan dua tipe display, yaitu QHD 2560×1440 234ppi atau UHD 3840×2160 352ppi. Keduanya mengusung jenis layar sentuh IGZO (Indium Gallium Zinc Oxide). Tingkat saturasi, kecerahan dan presisi warnanya sangat tinggi, dengan Adobe RGB di 100 persen. Artinya, Blade Stealth sangat pas buat para desainer grafis serta fotografer. Saat para profesional itu harus mobile, baterai dijanjikan sanggup tetap aktif hingga delapan jam.

Razer Blade Stealth 04

Razer tak repot-repot menjejalkan chip kartu grafis dedicated dalam Blade Stealth. Sang produsen dari San Diego itu ‘cuma’ membekalinya dengan prosesor dual-core Intel i7-6500U 2,5GHz, GPU HD Graphics 520, RAM 8GB, storage SSD 128/256/512GB, dan baterai 45W ber-power adapter USB-C. HD 520 memang cukup buat menjalankan permainan-permainan casual, namun bagaimana jika kita ingin menikmati The Witcher 3 atau Just Cause 3?

Razer Blade Stealth 02

Solusi Razer adalah Razer Core, sebuah docking yang bisa menyimpan kartu grafis discrete, baik milik Nvidia maupun AMD maksimal 375-watt. Core dilengkapi konektivitas tambahan (empat buah USB 3.0, Gigabit Ethernet, dan Thunderbolt 3 untuk tersambung ke PC), power supply 500-watt, serta sistem lighting Chroma.

Chroma juga terdapat di keyboard backlight Blade Stealth. Kita bisa mengkonfigurasi pola warnanya atau menyetel efek sinkronisasi ke permainan: Misalnya saat Anda tertembak ketika bermain Call of Duty, LED akan ikut menyala merah.

Untuk produk dalam keluarga Blade, harga Blade Stealth tergolong terjangkau. Ia dijajakan mulai dari US$ 1.000 sampai US$ 1.600 tergantung resolusi layar dan kapasitas storage. Untuk Core, Razer masih belum mengungkap harganya.

Razer Blade Stealth

Via CNET. Sumber: Razer Zone.