XL memasarkan konten dan aplikasi ke seluruh pelanggan XL melalui gerai-gerai ritel Carrefour yang ada di seluruh Indonesia. Kerjasama keduanya ini merupakan satu-satunya dan pertama kali di Asia Tenggara. Jadi kini, di masa-masa perkenalan ini konten yang ditawarkan masih sebatas Ring Back Tone (RBT) sementara konten semacam games dan aplikasi kemungkinan besar segera menyusul.
Tag Archives: rbt
Sony Music Indonesia: Pendapatan Dari iTunes Sudah Melampaui Pendapatan Dari Ringback Tone
Sebuah harapan baru untuk industri musik Indonesia yang kian carut marut akibat penurunan drastis penjualan fisik album, datang dari salah satu label rekaman besar di Indonesia, Sony Music Indonesia. Pasalnya, label yang telah lama malang melintang di industri musik Indonesia baru saja mengumumkan pendapatan musik yang didapatkan dari iTunes sudah melampaui pendapatan yang dihasilkan dari penjualan Ringback Tone (RBT), dimana kondisi pasar dari RBT dinyatakan sudah kian jenuh beberapa waktu belakangan ini.
[Manic Monday] What The Resurrection Of RBT And Arrival Of iTunes Store Indonesia Mean For You
December 5th, 2012 was a good day if you worked in the recording music industry in Indonesia – well, at least, considering the doom and gloom that hung over the industry players recently. After over a year since the so-called Black October happened, Indosat, XL Axiata and 12 of Indonesia’s largest music labels, launched a major initiative to support ringback tone sales. The program integrates the promotion of ringback tones of both telcos, formerly using separate dial-in numbers, to a single code applicable to both telcos, and also combines the promotion efforts – and marketing money – done by both telcos. The telcos are now investing heavily again in promoting ringback tones to their customers.
Kode Akses Tunggal RBT Terbuka Untuk Operator Lain (Selain XL dan Indosat)
XL dan Indosat menggelar Pesta RBT dan iRing untuk menaikkan kembali pamor RBT di kalangan masyarakat setelah ‘Black October 2011’ yang dianggap mematikan bisnis RBT. Bersamaan dengan pest RBT dan iRing ini disediakan pula kode tunggal untuk mengakses layanan lewat *919#. Namun kode akses tunggal ini tetap terbuka untuk operator lain tidak hanya XL dan Indosat.
Continue reading Kode Akses Tunggal RBT Terbuka Untuk Operator Lain (Selain XL dan Indosat)
XL dan Indosat Bersama Hidupkan Kembali Layanan Ring Back Tone
Masih ingat setahun lalu ketika semua kegiatan yang berhubungan dengan Content Provider, termasuk Ring Back Tone (RBT) dibekukan oleh BRTI? Kali ini XL Axiata (XL) dan Indosat beserta 12 record label bersama-sama menghidupkan kembali program RBT dan iRing. Tentu saja dengan konsep yang seharusnya lebih matang, lebih baik dan lebih transparan bagi pelanggan.
Continue reading XL dan Indosat Bersama Hidupkan Kembali Layanan Ring Back Tone
[Music Monday] Mengapa Kita Perlu Peduli dengan Ringback Tones
Bagi sebagian orang di Indonesia, ringback tone (RBT) menjadi sebuah isu kontroversial; membuat marah banyak orang dan memisahkan industri terkait hampir dalam situasi pro – kontra. Tetapi sebelumnya, RBT booming dan menjadi tumpuan dari industri musik (masih sampai sekarang, tergantung Anda bertanya pada siapa). Dan tidak hanya industri musik, pertumbuhan dari pasar RBT menjadikan indikasi pertama bahwa Indonesia, sebagai pasar konten digital, adalah berbeda dengan negara lain dan digerakan oleh aturan yang berbeda.
Saya telah menuliskan tentang bagaimana startup di segmen musik telah ada kurang lebih sejak 6-7 tahun ke belakang, dan saya merasa tulisan ini pas sebagai bagian dari seri yang mendikusikan ringback tone (RBT). RBT menjadi populer di Korea untuk mengantikan nada dering yang membosankan ketika Anda menunggu telepon Anda diangkat, RBT (dikenal juga sebagai ‘color ringback tones’, karena nada ini menambahkan ‘warna’ pada nada sambung Anda), teknologi tersebut akhirnya diterapkan di Indonesia pada tahun 2004 ketika Indosat dan Telkomsel mulai membangun layanan RBT mereka dan menawarkannya pada publik pada tahun yang sama. Perusahaan telekomunikasi mendekati label musik untuk memelihara agar layanan ini tetap menarik; negosiasi mengambil tempat dan kesepakatan bisnis tercipta dimana akhirnya mendefinisikan model bisnis untuk RBT di seluruh industri ke depan.
Continue reading [Music Monday] Mengapa Kita Perlu Peduli dengan Ringback Tones
[Music Monday] Why You Should Care About Ringback Tones
For many in Indonesia, the ringback tone is somewhat of a controversial issue; drawing the ire of many, and polarizing related industries into an almost “for-and-against” situation. But not too long ago, ringbacktones were the craze of the moment and the darling of the music industry (and remains the darling of the music industry, depending on who you ask). And not only the music industry – the soaring growth of the ringbacktone market was one of the first indications that Indonesia, as a digital content market, is simply different from other countries and plays by different rules.
I have been writing about how music startups have actually been around in Indonesia for the past 6-7 years or so, and I felt it fitting to dedicate the last post in the series to discuss the ringback tone. Popularized in Korea to replace that boring connecting tone when you wait for the person on the other end to pick up your call, ringback tones (also known as ‘color ringback tones’, as they added ‘color’ to your ringback tone), the technology was imported into Indonesia in 2004 when both Indosat and Telkomsel started building their ringback tone services and offered them to the public later that year. The telecommunication companies approached the music labels to obtain attractive content for these services; negotiations took place, and business deals were agreed which were to define the business model for ringback tones across the industry.
Continue reading [Music Monday] Why You Should Care About Ringback Tones
Bagaimana Masa Depan Industri Musik Digital di Indonesia
Guest Post kali ini ditulis oleh Ario Tamat dan akan memaparkan beberapa pendapat dan analisis dia atas masa depan industri musik digital di Indonesia, artikel ini juga bisa menjadi tambahan informasi atas artikel bertema sama yang muncul sebelumnya di DailySocial.
Ario Tamat bekerja di industri musik digital di Indonesia pada tahun 2003-2010, dan saat ini bekerja di industri film dan TV di Vietnam. Dia bisa ditemui di Twitter di @barijoe atau blog-nya di http://barijoe.wordpress.com
Setelah membaca artikel Aulia, saya merasa bahwa saya perlu menambahkan artikel tersebut dengan fakta dan informasi tambahan serta pendapat saya sendiri tentang topik yang sering dibahas namun dipandang lambat bergerak, yaitu seputar industri musik ke arah medium digital di Indonesia.
Saya telah menulis secara panjang lebar tentang ke mana industri musik ini harus bergerak – digital atau lainnya, serta tulisan lain tentang beberapa pertanyaan seputar kontroversi RBT, jadi saya tidak akan menyentuh tema-tema tersebut.
Bagaimana Caranya Untuk Membawa Penjualan Musik Digital di Indonesia?
Industri musik di Indonesia saat ini sangat bergantung pada layanan ringback tone (RBT), sebuah layanan yang menggantikan suara yang Anda dengar ketika Anda membuat panggilan telepon ke nomor ponsel. Ketika penjualan album fisik memburuk selama dekade terakhir, ringback tone menjadi sangat populer sejak diperkenalkan pada pertengahan 2000-an. Layanan RBT ini bisa berbentuk potongan lagu, kutipan, nyanyian atau suara lainnya.
Ringback tone adalah layanan premium yang disediakan oleh content provider (CP) yang menawarkan potongan audio melalui penggunaan layanan SMS premium. Pelanggan mobile dapat meminta untuk mengubah nada panggilan mereka ke salah satu dari banyak pilihan yang disediakan oleh jaringan operator.
Meskipun ada banyak potongan suara yang tersedia, yang paling populer di layanan RBT adalah lagu. Ini berarti penyedia konten harus bekerja sama dengan label musik untuk membuat lagu yang tersedia sebagai nada singkat selama 30 detik.
Continue reading Bagaimana Caranya Untuk Membawa Penjualan Musik Digital di Indonesia?
What Lies Ahead for Digital Music Industry in Indonesia
This is a guest post by Ario Tamat. Ario worked in the digital music industry in Indonesia from 2003 to 2010, and currently works in the movie and TV industry in Vietnam. Keep up with him on Twitter at @barijoe or his blog on http://barijoe.wordpress.com
After reading Aulia’s post, I felt that I needed to add to it with some more facts and insight, and throw in my own opinion about the much-discussed yet perceived-as-slow-to-develop state of the music industry’s move to the digital medium in Indonesia.
I have written extensively on where the industry should go – digital or otherwise – and fronted several tough questions around the RBT controversy, so I won’t revisit those issues.
Let’s get through some points in the article first:
Continue reading What Lies Ahead for Digital Music Industry in Indonesia