Tag Archives: rebranding

Penerapan digitalisasi agen di BeliRumah ini bertujuan untuk memberikan layanan yang lebih efektif

Beliruma Rebranding, Kini Hadirkan Solusi Digitalisasi Operasional Agen Properti

Startup proptech Beliruma mengumumkan rebranding menjadi BeliRumah, sekaligus mengubah domain situsnya. Bersamaan dengan itu, perusahaan juga mulai menyeruisi digitalisasi agen properti agar operasional mereka lebih efisien, dalam bentuk aplikasi dan situs mobile yang sudah bisa diakses secara publik.

CEO BeliRumah Effendy Tanuwidjaja menyampaikan perluasan fokus ini dilatarbelakangi oleh perubahan perilaku konsumen yang kini cenderung mencari informasi properti secara online melalui berbagai kanal, seperti situs agen properti, portal iklan, dan media sosial. Mau tak mau dari ekosistem pendukungnya, dalam hal ini agen properti, juga perlu dibenahi dengan digitalisasi.

“Digitalisasi menjadi kunci untuk mencapai audiens yang lebih luas,” ujar dia saat dihubungi DailySocial.id.

Dia berpendapat, penerapan digitalisasi agen di BeliRumah ini bertujuan untuk memberikan layanan yang lebih efektif kepada para penggunanya. Bentuk solusi digital untuk agen properti berupa aplikasi dan situs yang sudah bisa diakses secara publik.

Tersedia berbagai fitur, seperti manajemen daftar properti, alat pemasaran, berkomunikasi dengan konsumen, pencarian properti, integrasi dengan sistem manajemen properti, dan laporan analisis yang membantu agen dalam pengambilan keputusan penjualan yang lebih strategis.

Seluruh fitur di atas, menurutnya dapat menarik berbagai benefit, seperti kemampuan untuk mencapai audiens yang lebih luas, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas layanan, meningkatkan hasil penjualan, dan meningkatkan daya saing.

“Diferensiasi kami terletak pada integrasi layanan yang relevan seperti mitra agen properti, kantor agen, developer, dan rekanan bank, yang mendukung dan membantu kami menyediakan solusi end-to-end kepada konsumen.”

Dia melanjutkan, “Kami memiliki strategi pemasaran digital yang siap membantu agen properti mencapai audiens yang lebih luas dan lebih tertarget. Ini bisa mencakup layanan di web kami, kampanye iklan online yang terukur, atau media sosial kami.”

Model bisnis BeliRumah

Effendy mengaku pihaknya sudah menjalankan strategi monetisasi dalam semua produknya. Untuk model agen properti, dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satunya yang paling umum ialah komisi penjualan properti. Perusahaan mengincar para agen properti dari kalangan independen yang bekerja sendiri sebagai agen dan bersedia bekerja sama dengan BeliRumah, serta bekerja sama dengan agen yang tergabung dalam kantor agen properti.

“Agen properti akan mendapatkan persentase tertentu dari nilai transaksi ketika mereka berhasil menjual properti.”

Di luar itu, monetisasi dilakukan dengan menyediakan pemasaran properti, program afiliasi, membangun pendapatan dari iklan atau langganan premium, dan program mitra. Disebutkan, kontributor terbesar BeliRumah sejauh ini adalah para penjual properti.

“Kepercayaan yang diberikan oleh penjual kepada kami dalam menjual properti mereka adalah aset berharga yang kami jaga dengan baik. Ada juga peran pembeli properti dalam setiap transaksi di kami. Mereka merupakan komponen penting. Selanjutnya, kami menjalin kemitraan bisnis dengan pihak terkait, seperti bank rekanan. Kemitraan ini dapat memberikan pendapatan tambahan melalui referensi atau kolaborasi bisnis.”

Ke depannya dalam rangka meningkatkan suplai, perusahaan berencana akan terus menggalakkan hubungan yang intens dengan lebih banyak pengembang properti, kantor agen, dan pemilik properti, demi mendapatkan akses lebih awal ke properti yang akan mereka jual.

“Lalu untuk meningkatkan demand, kami lakukan dengan pemasaran yang efektif dengan menggunakan pemasaran online dan offline yang efektif untuk menjangkau calon pembeli.”

Beberapa inisiatif yang akan mereka lakukan adalah memanfaatkan tools pemasaran digital untuk meningkatkan visibilitasnya di platform online, serta ikut pameran properti untuk memperkenalkan solusinya kepada para calon pembeli potensial. “Kami juga mendengarkan kebutuhan dan preferensi konsumen untuk membantu mencocokkan dengan properti yang sesuai.”

Seperti diketahui, BeliRumah merupakan produk kedua dari PT Real Estate Teknologi, yang juga membawahi solusi digital lainnya bernama Rentfix. Pada awal kehadirannya di 2020, perusahaan memosisikan dirinya sebagai platform pencarian properti online. Misi yang dibawa adalah menjadikan proses mencari, menjual, dan membeli properti jadi lebih mudah dan cepat bagi semua orang.

Diklaim, perusahaan telah melayani ratusan ribu pencari properti apartemen dan rumah baru di Jabodetabek dan kota besar lainnya. Mitra developer dari BeliRumah menawarkan pilihan properti mulai dari Rp200 juta–Rp500 jutaan dengan ribuan pilihan unit Project Listing. BeliRumah juga menyediakan pilihan hunian berkonsep Transit Oriented Development (TOD) yang cocok bagi masyarakat kota kalangan usia muda.

Dengan merek baru, Effendy juga memperkuat platform pencarian ini secara lebih komprehensif, fitur pencarian diperkuat, ulasan properti yang lebih informatif, dan menjanjikan ribuan proyek yang diinginkan.

“Dengan semua ini, pencari properti dapat dengan mudah menemukan rumah atau apartemen yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Senada dengan visi misi kami, yakni mempercepat pertumbuhan kepemilikan rumah di Indonesia melalui teknologi. [..] memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional melalui digitalisasi transaksi properti,” pungkas Effendy.

Goplay Everywhere

GoPlay Ganti Identitas Menjadi Everywhere.id

GoPlay memperkenalkan Everywhere.id sebagai identitas barunya, menggantikan nama mereknya saat ini. Identitas tersebut menandai langkah awal GoPlay sebagai perusahaan independen pasca-lepas kepemilikannya dari induk usaha PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO).

“Sejak awal, visi kami tidak berubah. Kami ingin mendukung kreator konten di Indonesia, membantunya mendapat lebih banyak panggung dan meningkatkan pendapatan mereka. Brand Everywhere.id akan lebih lanjut memperkuat posisi kami [di industri kreatif],” ungkap CEO Everywhere.id Edy Sulistyo dalam kesempatan wawancara dengan DailySocial.id.

Edy juga memperkenalkan Everywhere.id sebagai produk terbarunya menggantikan video-on-demand yang selama ini menjadi poros bisnis perusahaan. Everywhere.id menawarkan live stage secara O2O2O (online to offline to online) bagi kreator dan pemilik bisnis di segmen Horeka. Adapun, Edy menyebut bahwa GoPlay telah meninggalkan bisnis video-on-demand sejak beberapa tahun lalu.

Sebagai konteks, beberapa waktu lalu CEO GoTo Patrick Walujo menyatakan akan melepas bisnisnya di bidang hiburan. “Kami sedang proses untuk keluar dari bisnis hiburan karena bukan lagi inti dari strategi kami, dan kami akan terus mencari peluang untuk mendivestasi aset non-inti lainnya,” demikian kata Patrick dalam salinan Earning Call Kinerja 2Q23 pada Selasa (15/8).

GoTo memiliki lini bisnis hiburan yang terdiri dari platform streaming on-demand GoPlay di bawah entitas PT Produksi Kreasi Anak Bangsa, serta platform ticketing management service Go-Tix di bawah entitas PT Global Loket Sejahtera.

Berdasarkan informasi yang kami himpun, GoPlay dan Go-Tix diketahui tidak lagi bernaung di bawah Grup GoTo sejak Agustus 2023. DailySocial.id mencoba mengonfirmasi hal ini ke manajemen GoTo, tetapi pihaknya menolak berkomentar. Dari pantauan di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), belum ada pengumuman divestasi GoTo di bisnis hiburan.

Ide awal Everywhere.id

Edy bercerita bagaimana pandemi Covid-19 membawa dampak positif terhadap perilaku masyarakat Indonesia, baik dalam memproduksi maupun mengonsumsi sebuah konten. Selama pandemi, kreator melatih kemampuan berbicara dan membekali diri dengan peralatan dalam mendukung produksi konten. Ini membuat kualitas kreator kini menjadi lebih siap pasca-pandemi.

Hanya saja, ungkapnya, muncul tantangan baru seiring dengan kembalinya aktivitas luar ruang. Sejumlah kreator di daerah sulit mendapat pekerjaan karena keterbatasan geografis. “Situasi ini memicu terjadinya oversupply kreator di sejumlah kota. Kreator daerah terhalang kondisi geografis, ada ketimpangan. Pain point kami clear, membantu mereka dapat panggung,” ujar Edy.

Melihat tantangan tersebut, muncul ide untuk mengembangkan sebuah teknologi yang memungkinkan kreator, seperti penyanyi, pemain alat musik, hingga instruktur olahraga, untuk tampil secara real-time dengan konsep O2O2O. “Bagaimana kita bisa buat kreator tampil di mana-mana secara online dan offline tanpa dibatasi oleh kondisi geografis,” tuturnya.

Keluarannya ada dua; sistem operasi PlayOS dan perangkat playbox untuk menampilkan tayangan dari kreator. Edy menjelaskan, PlayOS adalah sistem operasi yang dikembangkan sendiri, memakai engine bawaan platform GoPlay dan dimodifikasi kembali. PlayOS dapat dipasang di berbagai perangkat lain dengan ukuran layar variatif, seperti TV atau proyektor.

Sementara, playbox memungkinkan kreator untuk tampil secara live dari lokasinya. Playbox dapat dipasang di restoran, kafe, atau tempat lainnya. Edy menegaskan bahwa kualitas tayangan dapat tetap optimal meski di kawasan dengan koneksi 3G sekalipun. “Perangkat ini kami manufaktur sendiri karena teknologi di belakangnya sangat kompleks,” tambahnya.

DailySocial.id berkesempatan menyaksikan langsung playbox Everywhere.id yang telah dipasang di food court sebuah mal Jakarta Selatan. Bentuknya menyerupai pendingin ruangan berukuran tinggi dan besar. Playbox menampilkan penyanyi yang tampil secara live. Audiens di mal dan penyanyi dapat saling berinteraksi dua arah layaknya video call lewat ponsel. Layar playbox memiliki fitur scan yang memungkinkan audiens request lagu, juga ada fitur virtual gift semacam tip.

Model bisnis

Karena modelnya B2B2C, skema tarif paling dasar adalah playbox Everywhere.id dapat disewa/pinjam oleh pemilik bisnis. Jadi tidak ditujukan ke end-user langsung. Everywhere.id menawarkan tarif variatif kepada penyewa yang ingin mengadakan penampilan atau acara tertentu. Ambil contoh, penampilan musik.

Tarif paling dasar adalah Rp150 ribu-Rp200 ribu per hari di mana pemilik bisnis dapat menghemat biaya hingga 85% dari tarif yang biasa dikeluarkan untuk menyewa musisi. Sebagai disclaimer, persentase ini bisa bervariasi karena biaya penampilan musisi di setiap kota/daerah berbeda-beda. Ada juga paket 30 hari dengan biaya Rp5 juta.

“Kalau pemilik venue mengeluarkan biaya lebih murah, ini memungkinkan mereka untuk lebih sering menyewa musisi. This is the best use case of the true sharing economy karena menguntungkan semuanya. Kami ingin mendukung industri kreatif Indonesia supaya kreator bisa meningkatkan pendapatan. Kami meyakini, apabila mereka sudah punya pendapatan yang layak, mereka tidak perlu lagi membuat konten yang bersifat skandal atau sensasional. Otomatis konten yang dihasilkan positif,” kata Edy.

Menurut Edy, belum ada layanan sejenis Everywhere.id di Indonesia maupun di luar negeri, sehingga ia dapat menempatkan posisinya sebagai pelopor penyedia playbox untuk kreator. Kendati tak ada kompetitor sejauh ini, ia mengaku belum menemukan tantangan tertentu untuk melakukan benchmark. “Sejauh ini kami belum menemukan layanan seperti ini, makanya kami ingin mencari benchmark supaya bisa belajar.”

Produk Everywhere.id dikatakan telah beroperasi sejak beberapa bulan lalu, dan mendapat traksi positif dari pengguna. Ia mengaku ada kenaikan pendapatan, trafik, dan loyalitas pelanggan yang diperoleh pelaku bisnis dengan menggunakan produk Everywhere.id. Selanjutnya, Everywhere.id tengah menjajaki kemitraan dengan segmen korporasi.

Application Information Will Show Up Here

Lapakgaming Pertajam Fokus di Industri Hiburan Digital

Platform top-up game dan produk digital besutan Bukalapak, Lapakgaming, mengumumkan rebranding bisnis. Hal ini disebut sebagai upaya mempertegas posisi sebagai salah satu penyedia layanan top-up game dan produk digital terkemuka di Indonesia.

Mengusung tagline “Dijamin Aman, Garansi 10x Lipat,” rebranding ini juga ditandai dengan peluncuran logo baru dan tampilan situs yang lebih segar. Hal ini diharapkan bisa menjadi wajah dan simbol transformasi Lapakgaming ke depannya.

AVP Gaming Bukalapak Hendi Huang dalam keterangan resmi, Senin (10/7), menyebutkan, “rebranding ini kami rancang sesuai dengan semangat para gamer. Mereka cenderung identik dengan passion and full energy, jadi kami ingin mewakilkan semangat mereka lewat rebranding Lapakgaming ini.”

Lapakgaming diluncurkan secara resmi pada Juni 2020. Selain memberi kemudahan bagi para gamer untuk top-up atau membeli keperluan in-game item dengan mudah dan murah, Lapakgaming juga menjamin keamanan produk dengan menawarkan garansi 10x lipat jika terjadi kendala dalam proses pembelian.

Selama tiga tahun beroperasi, platform ini mencatat pertumbuhan bisnis yang cukup signifikan. Sepanjang 2022 saja, Lapakgaming berhasil mencatatkan pertumbuhan trafik hingga lebih dari 200 persen. Kenaikan ini sejalan dengan meningkatnya jumlah transaksi dan pendapatan perusahaan yang mencapai lebih dari 100 persen.

Pertumbuhan bisnis ini juga didukung berbagai keunggulan yang disuguhkan platform ini, seperti jaminan produk dengan harga termurah, sistem keamanan transaksi yang sudah terjamin, metode pembayaran yang beragam, serta jumlah kategori game yang terus bertambah. Tersedia berbagai jenis game populer, mulai dari Mobile Legends, Free Fire, PUBG Mobile, Genshin Impact, dan lainnya.

Marketplace produk gaming 

Industri game di Indonesia disebut telah bertumbuh pesat dan konsisten sejak beberapa tahun terakhir. Hal ini terlihat jelas dari makin banyaknya jumlah gamer yang kini tidak hanya dinikmati oleh para amatir saja, tetapi juga para profesional yang menjadikannya sebagai mata pencarian utama.

Menurut laporan data.ai, Indonesia mencatatkan jumlah unduhan game mobile sebanyak 3,45 miliar sepanjang 2022. Dari segi transaksi, terjadi peningkatan yang juga cukup signifikan. Tercatat para gamer Indonesia menghabiskan sekitar $370 juta untuk game mobile saja, angka ini bertambah sekitar $50 juta dari tahun sebelumnya.

Sejalan dengan jumlah gamer yang meningkat, jumlah transaksi pembelian produk-produk terkait juga meningkat. Hal ini juga sudah dilirik oleh pemain e-commerce tanah air, seperti Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak yang telah resmi mengakuisisi platform online marketplace itemku pada 2021.

itemku sendiri merupakan bagian dari Five Jack, didirikan pada 2014. Selain 500 Startups, mereka juga mendapatkan dukungan pendanaan dari Bon Angels Venture Partners. Platform ini menyediakan layanan marketplace yang memungkinkan pengguna untuk melakukan jual-beli aset permainan digital. Mereka juga menjual berbagai voucher untuk akses premium ke sebuah game.

Di samping itu, ada juga situs pembelian item dan voucher game Codashop yang sudah hadir secara global di 30 negara, tersebar di Afrika, Amerika, Asia, hingga Rusia, dan Mongolia. Codashop menyediakan ragam metode pembayaran, mencakup potong pulsa (direct carrier billing/DCB) dan gerai offline (Alfamart, Indomaret, dan agen TrueMoney).

Seiring pertumbuhan industri gaming yang belum akan redup dalam waktu dekat, marketplace untuk produk gaming dan hiburan digital diproyeksi akan semakin banyak. Beberapa nama pemain lainnya yang juga menawarkan layanan serupa untuk para konsumen gamers adalah UniPlay, Dunia Games, Garuda Voucher Indonesia, UniPin, JuraganCash, UPoint.ID.

CMO Feedloop.AI Muhammad Ajie Santika / Feedloop

Feedloop Perkenalkan Inovasi Berbasis AI untuk Efisiensi Proses Bisnis

Penyedia SaaS untuk digitalisasi bisnis Feedloop.io mengumumkan perubahan nama menjadi Feedloop.AI, menyusul kehadiran AI Co-Pilot untuk mendorong efisiensi proses bisnis.

Kepada DailySocial.id, CMO Feedloop.Ai Muhammad Ajie Santika mengungkap upayanya untuk memperkuat posisinya sebagai pemain utama di bidang AI termasuk proses penggalangan dana seri A tahun ini.

Rebranding dan penggalangan dana

Feedloop didirikan oleh Ahmad Rizqi Meydiarso, Muhammad Ajie Santika, dan Ronaldi Kurniawan Saphala pada 2019, yang fokus menghadirkan solusi Low-Code Platform bagi bisnis dan perusahaan melalui produk QORE untuk digitalisasi dan pembuatan aplikasi.

Feedloop.io memutuskan untuk rebranding menjadi platform Feedloop.AI, yang memungkinkan perusahaan untuk membuat AI Co-Pilot sendiri dalam mengefisienkan proses bisnis. Feedloop.AI yang didukung dengan OpenAI dari Microsoft Azure, menghadirkan fitur-fitur untuk kebutuhan internal perusahaan, di antaranya sebagai sumber pengetahuan, asisten personal virtual, hingga peningkatan produktivitas secara otomatis.

Sumber: Feedloop.AI

Feedloop.AI dapat diintegrasikan dengan database milik perusahaan, baik dalam format PDF, website, atau dokumen lain. Dengan begitu, hal ini dapat dimanfaatkan untuk membagikane product knowledge perusahaan ke karyawan internal maupun pelanggan.

Tak hanya itu, Feedloop.AI juga dapat dimanfaatkan sebagai asisten personal yang kemampuannya dapat dilatih serta disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Feedloop.AI mengklaim dapat digunakan dengan optimal dan aman sesuai data dan instruksi yang diberikan.

“Feedloop tidak hanya memberikan produk yang siap pakai, tetapi juga memberikan solusi yang dapat diadaptasi sesuai perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis klien. Tim ini akan bekerja sama dengan klien untuk memahami secara mendalam kebutuhan bisnis mereka dan tantangan yang dihadapi dan mengembangkan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut,” ujar Ajie.

Dari sisi fleksibilitas, Feedloop.AI menawarkan kemampuan kustomisasi yang didukung oleh tim Solution & Delivery untuk mengakomodasi pemilik bisnis punya kebutuhan unik dan terus berkembang.

Lebih lanjut, Feedloop.AI berencana menggalang pendanaan baru tahun ini. “Saat ini, Feedloop sedang dalam proses penggalangan dana untuk tahap seri A untuk memperkuat posisi kami sebagai pemain utama dalam industri AI,” kata Ajie.

Sebelumnya, Feedloop telah memperoleh pendanaan awal dari angel investor sebagai modal awal untuk memulai operasional. Di 2021, Feedloop mendapat pendanaan pra-seri A dari TMI, Aksara Ventures, dan East Ventures. Pendanaan ini memungkinkan Feedloop untuk mengembangkan produk dan layanan lebih lanjut, serta memperluas jangkauan bisnis.

Pengembangan tanpa coding rendah

Meskipun sudah populer di Amerika Serikat dan Eropa, pengembangan solusi dengan sedikit coding (low-code) dan tanpa coding (no-code) dinilai masih tahap pengenalan di Indonesia. Menurut Ajie, pemahaman dan kesadaran atas manfaat dan potensi ini perlu ditingkatkan.

“Banyak perusahaan dan software developer masih mengandalkan pendekatan tradisional dalam pengembangan aplikasi, yang memerlukan keahlian pemrograman yang mendalam dan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan produk yang kompleks,” tuturnya.

Feedloop.AI mengklaim sebagai pionir yang mengembangkan solusi dengan pendekatan low-code dan no-code di Indonesia. Dengan mengadopsi kemampuan ini, pihaknya dapat mengembangkan aplikasi dan solusi perangkat lunak lebih cepat dan efisien sehingga dapat mengurangi biaya dan waktu pengembangan, meningkatkan fleksibilitas, dan mempercepat go-to-market produknya.

Secara khusus, Feedloop.AI berfokus membantu transformasi digital enterprise di Indonesia melalui low-code platform, customer experience platform, dan AI platform. Saat ini, Feedloop.AI telah menangani 41 klien mulai dari sektor perbankan dan keuangan, FMCG, hingga BUMN. Ke depannya, Feedloop.AI akan memperluas penggunaan produknya ke berbagai kategori bisnis, tak hanya segmen enterprise.

“Pengguna dapat berlangganan dan menggunakan platform Feedloop.AI dengan membayar biaya langganan sesuai dengan paket yang mereka pilih. Selain itu, Feedloop.AI juga menyediakan layanan tambahan untuk memenuhi kebutuhan kustom dari klien. Layanan ini dapat mencakup fitur-fitur tambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan bisnis individu.”

startup HR tech Reeracoen Indonesia mengumumkan rebrand menjadi Gaweku, sekaligus mengubah badan hukumnya PT Gaweku Human Technology

Ambisi Gaweku Setelah Rebranding, Ingin Ciptakan Solusi HR-Tech Terpadu

Baru-baru ini, startup HR-tech Reeracoen Indonesia mengumumkan rebrand menjadi Gaweku, sekaligus mengubah badan hukumnya PT Gaweku Human Technology. Langkah ini mengawali ambisi perusahaan yang ingin membentuk ekosistem HR menyeluruh di Indonesia dengan bantuan teknologi terkini.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, COO Gaweku Kenichi Fujiki menyampaikan, rebrand ini adalah upaya perusahaan agar semakin dekat dengan Indonesia — agar mudah diingat dan dilafalkan daripada merek sebelumnya.

“Sebelumnya kita sudah ada keinginan agar lebih mudah diingat klien. Karena kebetulan masuk ke tahun ke-10, sekalian saja kita rebrand […] kami ingin fokuskan ke satu nama yang sangat merepresentasikan Indonesia,” ujarnya.

Gaweku berasal dari kata “gawe” dan “aku”. Gawe berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti “pekerjaan”. Menurut Fujiki, nama tersebut mencerminkan kebanggaan perusahaan atas kualitas pekerjaan tim Gaweku selama ini, serta kontribusi yang diberikan kepada masyarakat Indonesia melalui pertumbuhan pelanggan dan kesuksesan perusahaan.

Baginya, transformasi ini tidak hanya sekadar perubahan brand saja, perusahaan memahami bahwa banyak profesional di bidang SDM menghabiskan waktu berharga mereka untuk tugas-tugas administratif yang panjang dan berulang.

Berdasarkan pemahaman ini, Gaweku bertekad untuk mengembangkan bisnisnya dan mengintegrasikan teknologi ke dalam bidang SDM. Melalui langkah ini, Gaweku bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dan memberikan solusi inovatif dalam industri teknologi SDM.

“Sudah 10 tahun kami bekerja di seputar HR, kami tahu dalam praktiknya ada kesulitan yang mereka alami setiap hari. Dengan brand baru, kami ingin jadi penyedia jasa untuk berikan solusi kepada praktisi HR dan bentuk ekosistem HR yang saling terhubung satu sama lain.”

Produk utama Gaweku yang sudah hadir sejak awal berdiri di 2013 adalah Gaweku Recruit, adalah recruitment agency (headhunter) untuk mencari talenta terbaik yang dibutuhkan klien perusahaan. Kemudian, pada 2018, meluncurkan solusi earned wage access (EWA) dinamai Kasibon (dulu bernama Ultratech), memberikan solusi gaji prabayar kepada karyawan yang mengajukan.

Diklaim Kasibon adalah pelopor produk EWA di Indonesia. Perusahaan menyediakan solusi tersebut dengan menggunakan kapital sendiri, tidak bekerja sama dengan perusahaan dari jasa keuangan. “Jadi klien Gaweku Recruit bisa jadi klien Gaweku Kasibon juga.”

Produk ketiga adalah media online khusus HR bernama HRPods, membahas seluruh topik mengenai dunia HR yang selama ini akses informasinya terbatas. Fujiki memastikan HRPods ini bersifat netral dan tidak hanya memberitakan semua informasi terbaru dari Gaweku.

Produk terbaru yang sedang dikembangkan perusahaan adalah Gaweku HR System, untuk mengatasi kesulitan HR dalam mengelola administrasi, basis data karyawan, pembayaran gaji, hingga absensi. Menurut Fujiki, solusi ini sedang dalam tahap pengembangan yang ditargetkan dapat dirilis segera. “Produk ini akan jadi yang pertama menyelesaikan isu HR dalam satu platform.”

Sudah cetak untung

Terkait status keuangan perusahaan, Fujiki mengaku sejak tahun pertama perusahaan berdiri sudah cetak laba, mengingat bisnis headhunting tergolong lebih sehat karena B2B, sehingga tidak perlu bakar duit. Meski tidak bisa dirinci dengan angka, ia bilang pertumbuhannya cukup fluktuatif mengingat banyak faktor pemicunya. Lantaran bisnis headhunting seperti ini berurusan dengan manusia, bukan dari tools, teknologi, atau solusinya.

“Tapi tentang orangnya, konsultan-konsultan kami itu kan manusia, jadi ada masa istirahatnya, resign atau sebagainya, ketika itu terjadi bisa memengaruhi produktivitas perusahaan.”

Terlebih perusahaan sedang mengembangkan produk baru dan ambisi besar lainnya di HR-tech, bila diperhitungkan dengan rinci, perusahaan butuh investor strategis untuk membantunya. Tak hanya cari dana segar, ia pun menargetkan Gaweku dapat IPO setidaknya pada 2027 mendatang.

“Ketika kita bisa go public di 2027, maka akan semakin banyak orang yang tertarik dengan kita, sehingga ekosistem HR yang mau kita bangun semakin melebar.”

Sebagai catatan, Gaweku merupakan anak usaha dari perusahaan recruitment agency asal Jepang, Neo Career Group. Tak hanya di Indonesia, Reeracoen beroperasi di 8 negara di Asia, seperti Thailand, India, Malaysia, Vietnam, Filipina, Taiwan, dan Hong Kong. Di Indonesia, Neo Career membentuk perusahaan patungan dengan perusahaan lokal.

Tren industri HR

Menurut Fujiki, pasca pandemi, perusahaan yang kembali membuka lowongan pekerjaan tumbuh tinggi karena mereka mulai ekspansi jor-joran setelah tertahan selama beberapa tahun saat pandemi. Walau tidak digambarkan dengan angka, diibaratkan jumlah lowongan yang dicari klien lewat Gaweku lebih tinggi daripada di 2019, alias sebelum pandemi.

“Tapi meski lapangan kerja yang dicari naik, bukan berarti orang yang bisa mengisi posisi tersebut memenuhi kriteria. Tugas kami adalah menjembatani para pencari kerja yang sesuai kapasitasnya dengan yang dicari perusahaan.”

Gaweku sendiri melayani seluruh segmen industri yang membutuhkan jasa headhunting, walau kebutuhan talenta teknologi untuk perusahaan teknologi belakangan banyak dicari di Indonesia. Solusinya paling banyak digunakan oleh perusahaan yang bergerak di industri manufaktur, logistik, trading, service, dan teknologi.

Berkaitan pula dengan strategi ekspansi yang banyak dilakukan perusahaan, maka tren lowongan pekerjaan yang paling banyak dicari saat ini adalah orang-orang yang berpengalaman di dunia sales, juga engineer.

“Permintaan tech talent di Indonesia secara umum tinggi, begitupula di kami. Tapi karena ada dampak mass layoff di A.S, itu berdampak juga di Indonesia. Kebutuhannya tetap tinggi, tapi pertumbuhannya stagnan,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here
Logo Argor / Argor

Go-Ventures Rebranding Jadi Argor, Umumkan Dana Kelolaan Baru

Lengan investasi dari GoTo, Go-Ventures, mengumumkan rebranding menjadi Argor Capital Management (Argor), sekaligus umumkan dana kelolaan senilai $240 juta (lebih dari 3,6 triliun Rupiah) dalam bentuk komitmen modal untuk dana kelolaan kedua, serta beberapa fasilitas yang dikelola secara terpisah.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (20/6), dana kelolaan tersebut berasal dari Sovereign Wealth Fund (SWF), investor institusi, korporasi, dan family office yang berasal dari Asia, Timur Tengah, Australia, Eropa, dan Amerika Serikat. Meskipun GoTo tetap menjadi investor di dana kelolaan Argor, strategi dan keputusan investasi Argor tetap dilakukan secara independen.

Argor merupakan nama unik yang berasal dari kombinasi kata ‘ardor (semangat)’, ‘rigor (tegas)’, dan ‘go (maju)’. Nama ini mencerminkan gairah serta semangat kemitraan yang tim kami miliki dalam berinvestasi dan membantu perusahaan-perusahaan portofolio kami di Asia Tenggara mengubah hidup jutaan orang menjadi lebih baik. Meskipun perubahan nama ini dilakukan pada masa ekspansi, kata ‘Go’ pada nama kami menjadi pengingat penting akan kesuksesan serta dukungan kuat yang telah kami terima dari GoTo serta para investor awal sejak perjalanan ini di mulai pada tahun 2018,” kata Partner Argor Aditya Kamath.

Dalam kiprahnya sejak 2018, perusahaan menutup dana kelolaan pertamanya pada 2020 dengan total komitmen sebesar $175 juta. Dana ini telah diinvestasikan di 19 startup regional, yang mana startup tersebut berhasil menggalang pendanaan lanjutan dari investor pihak ketiga dengan total mencapai $1,4 miliar.

Berdasarkan keberhasilan tersebut, Go-Ventures memutuskan untuk mengubah nama menjadi Argor agar memperkuat kemandirian perusahaan, serta memperluas kemampuannya untuk mendorong pertumbuhan perusahaan portofolionya. Meski demikian, Argor menegaskan tetap menjaga hubungan erat yang dimiliki dengan GoTo dan investor-investor perusahaan lainnya.

“Kami sangat berterima kasih kepada para investor yang telah mendukung langkah baru ini. Walau menghadapi tantangan makro secara global, kami tetap optimis dengan potensi yang dimiliki ekosistem teknologi di Asia Tenggara, yang mana didukung oleh konsumsi serta adopsi teknologi di kalangan konsumen dan juga bisnis. Kami akan tetap fokus dalam mencari dan memberikan dukungan kepada startup-startup terbaik di Asia Tenggara.”

Selama dua tahun terakhir, Argor telah secara cepat memperluas kemampuan investasi serta dukungan untuk portofolionya dengan bergabungnya Siddharth Pisharody dan Adrian Foo sebagai Partner. Selain itu, Argor mengalami pertumbuhan ukuran tim sebesar tiga kali lipat. Penambahan anggota tim baru ini termasuk eksekutif industri terkemuka di berbagai bidang seperti teknologi, produk, data science, talenta, dan pemasaran.

Dengan dirampungkannya penggalangan dana teranyar ini, Argor berencana untuk meningkatkan dampak yang diciptakannya terhadap ekosistem teknologi di Asia Tenggara dengan berinvestasi di startup-startup tahap awal dan menengah yang menyasar peluang-peluang pasar besar dan menarik sambil terus mendorong terciptanya dampak sosial yang signifikan.

“[..] Kami akan tetap agnostik dalam menyelusuri sektor industri, dan berfokus pada investasi ke perusahaan-perusahaan dengan jumlah terbatas namun memiliki tingkat keyakinan tinggi yang memberikan hasil bagi investor kami sekaligus mentransformasikan kehidupan masyarakat di Asia Tenggara,” pungkasnya.

Hingga kini, Argor telah mendanai tujuh perusahaan dari permodalan ventura keduanya yang menjangkau berbagai sektor, seperti marketplace B2B, bisnis konsumen berbasis teknologi, platform digitalisasi UKM, teknologi lingkungan, serta sistem keuangan.

Adapun portofolio perusahaan adalah sebagai berikut:

Pickup Coffee (Filipina) Juragan Material
Paper.id Segari
Fairatmos Pluang
AgriAku Food Market Hub (Malaysia)
KitaBeli NOICE
KitaLulus Skuad
Mobile Premier League (India) eFishery
Rebel Foods (India) SafeBoda (Uganda)
Narasi TV Kumparan
Vara (exit,  acquired di 2021) Vietcetera (Vietnam)
PasarPolis Mall91 (India)
CPO & Co-Founder Dimas Pramudya Putra, CEO & Co-Founder Wisnu Nugrahadi, CCO & Co-Founder Sampingan Margana Mohamad / Staffinc

Di Balik Perubahan Nama Sampingan Menjadi “Staffinc” dan Rencana Bisnis Berikutnya

Bertujuan untuk bisa menambah kredibilitas dan memberikan jaminan kepada pelanggan baru, Sampingan yang meluncur pada tahun 2018 lalu resmi melakukan rebranding dengan nama baru “Staffinc”.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Staffinc Wisnu Nugrahadi mengungkapkan, perubahan nama ini sekaligus memperkuat layanan dan produk yang mereka tawarkan, bukan hanya fokus kepada pekerja kerah biru part time saja, namun juga full time dan potensi lainnya.

“Kita tidak mau mengubah kultur yang sudah dibangun dan tidak mau menjadi brand yang terlalu korporat dan monoton. Semoga dengan nama baru bisa diterima masyarakat dengan baik, agar bisa diseimbangkan dengan tim yang kita miliki,” kata Wisnu.

Selain nama perusahaan, beberapa aplikasi yang dimiliki juga berganti nama. Aplikasi Sampingan berubah menjadi “Staffinc Jobs”, platform yang dapat dimanfaatkan pencari kerja untuk mencari pekerjaan. Sementara itu, aplikasi Kerjaan yang dapat digunakan pekerja untuk melaporkan kehadiran, memenuhi tugas, dan mendapatkan gaji mereka, semuanya di satu tempat menjadi “Staffinc Work”.

Di usianya yang ke-4, Staffinc juga memiliki target untuk bisa menjadi platform workforce solution dan labour provider terbesar di Asia Tenggara. Menyasar kepada enterprise, perusahaan mengklaim saat ini kebanyakan klien mereka bukan hanya dari startup, namun juga perusahaan yang sudah profitable hingga listing company.

Produk unggulan Staffinc Suite

Staffinc juga memperkuat lini bisnis yang bergerak di bidang sumber daya manusia (SDM) di bawah nama Staffinc Suite. Berbeda dengan platform SDM kebanyakan yang fokus mengatur proses SDM pada tenaga kerja kantoran, layanan  ini merupakan platform SDM digital yang dirancang untuk memberikan transparansi dan fleksibilitas pada kegiatan operasional SDM yang bervolume tinggi dan dilakukan secara harian, contohnya kurir dan sales promotor.

Staffinc Suite memiliki 9 fitur yang difokuskan untuk mengelola kegiatan operasional SDM para pekerja lapangan hanya dalam satu platform dengan beberapa keunggulan utama seperti menyederhanakan proses perekrutan dalam jumlah besar dalam waktu singkat, memudahkan serta memastikan keakuratan proses absensi, hingga mempercepat proses penggajian dengan sistem yang otomatis. Selain menargetkan korporasi, melalui Staffinc Suite mereka juga berharap produk ini bisa digunakan untuk pelaku UMKM.

“Karena enterprise kebutuhannya cukup besar, mereka menggunakan solusi atau layanan dari kita. Untuk perusahaan yang tidak terlalu besar, bisa memanfaatkan tools yang kami miliki. Staffinc Suite adalah extension dari situ, kita menawarkan platform ke perusahaan yang ingin menjalankan proses tersebut dengan sendirinya,” kata Wisnu.

Selain memberikan solusi kepada perusahaan, melalui beberapa program Staffinc juga menawarkan benefit kepada pekerja. Di antaranya adalah training yang lebih ke arah upskill dari pekerja tersebut, disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Yang kedua adalah akses finansial bagi mereka yang telah terkurasi oleh Staffinc dalam bentuk Earned Wage Access (EWA).

Layanan tersebut dihadirkan setelah menerima feedback dari para pekerja yang kerap kesulitan untuk bekerja karena berbagai alasan, mulai dari tidak ada biaya untuk membeli bahan bakar dan lainnya. Dengan benefit ini bagi pekerja yang memiliki performa yang baik, berhak untuk mendapatkan akses finansial dalam bentuk EWA.

Pandemi mengakselerasi platform pekerja kerah biru

Perusahaan mengawali bisnisnya sebagai on-demand platform yang memberdayakan pekerja lapangan dengan menghubungkan mereka kepada beragam pekerjaan. Kini perusahaan telah berevolusi menjadi sebuah layanan tenaga kerja yang inklusif yang melayani kebutuhan staffing seperti rekrut dan mengelola karyawan secara digital sekaligus menjadi platform penyedia kerja bagi para pekerja di Indonesia.

Tercatat saat ini pelanggan dari kalangan enterprise yang telah menggunakan teknologi Staffinc adalah mereka yang menyasar kepada sektor ritel, F&B hingga logistik. Perusahaan tersebut pada umumnya membutuhkan pekerja dengan jumlah besar mulai dari 50 orang ke atas. Hingga saat ini, Staffinc memiliki lebih dari 1 juta mitra, di 80 kota di Indonesia. Layanan staffing digital juga telah digunakan oleh lebih dari 150 perusahaan di Indonesia.

“Di awal mula berdiri, misi kami adalah memberdayakan pekerja dengan memberikan mereka akses ke beragam pekerjaan termasuk part-time dan full-time agar mereka dapat mendapatkan penghasilan. Di sisi lain, kami pun berupaya menjadi solusi ketenagakerjaan yang terpercaya bagi rekan bisnis,” kata Wisnu.

Salah satu alasan mengapa saat ini platform yang menyasar kepada pekerja kerah biru seperti Staffinc tumbuh secara positif di Indonesia adalah, adopsi teknologi yang secara langsung mengakselerasi semua proses yang ada.

Jika dulunya proses untuk wawancara pekerja dilakukan secara langsung atau offline, pandemi membuat proses tersebut beralih secara online. Platform seperti Staffinc yang sejak awal di desain untuk melakukan proses secara digital, menjadi relevan dan tentunya dibutuhkan oleh perusahaan.

“Kita memposisikan diri kita sebagai worksforce solution powerd by technology. Yang kita lihat teknologi untuk streamed line proses, improve value dan reduce cost. Tapi pada akhirnya, untuk enterprise adalah trust, bagaimana kami bisa memberikan layanan dan kepercayaan kepada perusahaan dan pekerja,” kata Wisnu.

Disinggung apakah perusahaan memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan lanjutan, Wisnu menegaskan selama mereka menemukan investor yang tepat, peluang untuk menggalang dana tetap terbuka. Namun Wisnu menegaskan dengan kondisi saat ini tentunya akan ada adjustment expectation.

“Pada dasarnya kita membangun perusahaan ini untuk sustainable. Tidak hanya 5-6 tahun saja, kita sudah berusia 4 tahun dan ingin menjadi pemain terbesar. Untuk melakukan itu kita harus memikirkan sustainability. Jika kita menemukan mitra yang tepat, akan membuka kesempatan untuk fundraising,” kata Wisnu.

Awal tahun 2021 lalu perusahaan telah mengantongi pendanaan seri A senilai $5 juta atau setara 71 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin Altara Ventures, dengan partisipasi Access Ventures, XA Network, iSeed SEA, serta dua investor di putaran sebelumnya yakni Golden Gate Ventures dan Antler. Sejauh ini, startup yang didirikan Wisnu Nugrahadi, Margana Mohamad, dan Dimas Pramudya ini berhasil mengumpulkan dana hingga $7,1 juta.

Application Information Will Show Up Here
SmartSeller merupakan rebranding dari aplikasi Ngorder yang diluncurkan pada tahun 2016

SmartSeller Kembangkan Layanan Omnichannel untuk UMKM

Aplikasi yang membantu pengelolaan pesanan, pengiriman, serta laporan keuangan dari sebuah bisnis sudah bukan hal yang baru di Indonesia. Inisiatif ini telah berlangsung sebelum pandemi dan berhasil menanjak popularitasnya di saat pembatasan skala besar diberlakukan — yang mengharuskan masyarakat tetap tinggal di rumah dan melakukan berbagai interaksi secara daring.

Salah satu aplikasi yang sudah cukup lama meluncur di pasar adalah Ngorder, yang menargetkan para pedagang baik itu reseller, dropshipper, ataupun supplier. Per 4 April 2022, perusahaan memutuskan untuk berganti nama menjadi “SmartSeller” serta memperluas jangkauan layanannya menjadi perusahaan teknologi di bidang shipping dan order management.

Selain rebranding, perusahaan juga telah memperbarui beberapa fitur di antaranya aplikasi kelola jualan online, aplikasi manajemen order, aplikasi stok barang, dan web toko online. Melalui platform pengelolaan omnichannel berbasis cloud yang kuat, perusahaan menargetkan pebisnis baik online maupun offline bisa meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses penjualan.

SmartSeller menawarkan setidaknya lima fitur utama dalam aplikasinya. Pada fitur Order Management, para pengguna dapat mencetak label pengiriman dan invoice, mendapatkan notifikasi nomor resi secara otomatis dan barcode untuk input produk dengan cepat. Pengguna juga bisa menentukan diskon atau kode voucher serta memonitor mutasi bank untuk konfirmasi. Dari sisi pembeli, mereka memiliki alternatif pembayaran baik secara tunai, digital, atau cicilan.

Pada fitur Shipping Management, pengguna dapat secara langsung mengecek jumlah ongkos kirim dari puluhan kurir, mengatur dan melacak pengantaran, melakukan pengiriman langsung dari rumah penjual, serta menerima pembayaran secara COD, tunai, ataupun digital. Saat ini SmartSeller telah bekerja sama dengan berbagai rekanan logistik termasuk JNE, J&T Express, SiCepat, LionParcel, SAP, JX Express, dan ID Express.

Selain itu, pengguna juga bisa memanfaatkan sistem inventori di aplikasi untuk mengelola stok barang. Bagi pemilik bisnis yang berjualan di sejumlah platform marketplace, SmartSeller menawarkan fitur Marketplace Integration untuk membantu pengguna dalam import produk, mengelola inventori, serta sinkronisasi pemesanan dari sejumlah marketplace seperti Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak.

Secara model bisnis, layanan ini dapat dinikmati secara gratis untuk para pengguna yang baru memulai bisnisnya. Untuk para pebisnis yang sudah memiliki basis pelanggan yang cukup besar, SmartSeller menawarkan beberapa paket premium mulai dari Rp75 ribu hingga Rp200 ribu per bulannya dengan fitur-fitur yang lebih lengkap dan bervariasi.

Dalam menggunakan aplikasi, pengguna akan dibekali dasbor dengan tampilan sederhana dan mudah dipelajari. Platform ini juga dilengkapi dengan video pembelajaran dan fitur live chat dengan layanan pelanggan. Hingga saat ini, SmartSeller telah melayani lebih dari 50.000 pengguna aktif dari berbagai industri di Indonesia. Kebanyakan dari mereka berjualan secara online.

Aplikasi pengelola bisnis

Kehadiran aplikasi-aplikasi untuk membantu pengelolaan ini bertujuan untuk menyederhanakan kompleksitas operasional dalam menjalankan bisnis. Pemilik bisnis dapat memonitor pengiriman, memantau stok barang, serta melakukan berbagai kebutuhan lainnya dalam satu platform. Dengan begitu, mereka memiliki lebih banyak waktu untuk fokus pada produknya.

Di Indonesia sendiri, pemain di segmen ini sudah cukup menjamur. Sebut saja SIRCLO yang belum lama ini mengumumkan akuisisi terhadap Warung Pintar. Selain itu juga ada Jet Commerce, Jubelio, aCommerce, Anchanto, 8Commerce, serta pemain baru seperti Graas yang telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $40 juta.

Tidak hanya itu, beberapa pemain juga menawarkan layanan yang lebih spesifik seperti Qasir, Cashlez, Moka, dan Doku untuk POS dan Payment Gateway, Waresix untuk solusi pergudangan, hingga marketplace yang sudah besar seperti Blibli juga menawarkan solusi fulfillment bagi para pemilik bisnis.

e-niaga telah berkembang menjadi komponen penting dari lanskap ritel dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai hasil dari digitalisasi kehidupan modern yang berkelanjutan, pembeli dari hampir setiap negara saat ini mendapat manfaat dari pembelian online. Penetrasi pengguna eCommerce di Asia Tenggara adalah 53,8% pada tahun 2022 dan diperkirakan akan mencapai 63,3% pada tahun 2025.

Laporan kebiasaan pengguna ecommerce dari Lazada yang diberi judul “Transforming Southeast Asia” menunjukkan bahwa percepatan transisi ekonomi offline ke online di Asia Tenggara telah melampaui proyeksi sebelumnya dengan jumlah pengguna digital diperkirakan mencapai lebih dari 400 juta di tahun 2025.

Application Information Will Show Up Here
Unit bisnis Fazz Financial Group, Xfers mengumumkan rebrand menjadi Fazz Business, solusinya lebih dari sekadar pembayaran, tapi juga tabungan dan kredit.

Xfers “Rebrand” Jadi Fazz Business, Perkuat Misi sebagai Penyedia Solusi B2B [UPDATED]

Unit bisnis Fazz Financial Group (FFG), Xfers mengumumkan rebrand menjadi Fazz Business. Dalam situs resminya disampaikan, perubahan nama ini menjadikan fokus perusahaan lebih dari sekadar pembayaran, tapi juga tabungan dan kredit. Rangkaian produk keuangan ini diharapkan dapat mendukung dan mengembangkan berbagai bisnis di Asia Tenggara.

“Perubahan ini kami lakukan unutk dapat terus membantu Anda membangun, menjalankan, dan mengembangkan bisnis,” tulis manajemen.

Sementara itu, StraitsX tetap menjadi cabang kripto independen di bawah Fazz Business yang mendukung infrastruktur pembayaran untuk aset digital. StraitsX itu sendiri didirikan pada 2019 sebagai pengembang platform aset digital untuk memajukan ekosistem keuangan terbuka di Singapura yang didukung oleh Zilliqa.

Secara terpisah, kepada DailySocial.id, manajamen perusahaan menyampaikan tak hanya Xfers yang rebrand, nama induk perusahaannya, yakni FFG juga turut diubah menjadi Fazz.

“Fazz sendiri merupakan ekosistem layanan finansial yang terdiri atas: Fazz (akun bisnis di Asia Tenggara), dengan Fazz Business sebagai komponen dari Fazz. Fazz Business merupakan rebrand dari Xfers, yang melayani usaha menengah dan startup-startup dengan pertumbuhan cepat di Singapura dan Indonesia dan StraitsX (infrastruktur pembayaran bagi aset digital),” tulis manajemen.

Didirikan pada tahun 2015, Xfers membawa misi untuk mempercepat akses keuangan di Asia Tenggara dengan memungkinkan bisnis menerima pembayaran dan mengirim uang. Xfers menawarkan berbagai jalur keuangan last-mile, termasuk Xfers Send, Xfers Accept, Xfers Wallet, dan StraitsX.

Di Singapura, Xfers telah mengantongi lisensi yang dikeluarkan oleh Monetary Authority of Singapore untuk penerbitan uang elektronik. Di Indonesia, Xfers menghubungkan bisnis ke berbagai metode pembayaran yang mencakup transfer bank, e-wallet, dan saluran offline seperti jaringan perbankan agen dan toko serba ada.

Sejak Xfers diakuisisi oleh Payfazz, keduanya punya independensi dalam mencapai tujuan. Payfazz akan fokus ke pasar Indonesia karena cakupannya yang luas, sementara Xfers berfungsi sebagai layanan B2B dari FFG (Fazz Financial Group), fokus menghubungkan pelanggan eksternal ke infrastruktur pembayaran dan jaringan pengguna yang sudah dikumpulkan oleh grup.

Selain itu, Xfers juga bakal menjadi kendaraan bagi grup untuk ekspansi ke sejumlah negara di Asia Tenggara, mengingat perusahaan sudah hadir di tiga negara.

Enam tahun Fazz

Pada waktu yang berdekatan, induk grup dari Xfers mengumumkan hari jadinya yang ke-6 yang dirayakan dengan pergantian logo. Dalam paparannya, CEO Fazz Hendra Kwik menyampaikan saat perusahaan dirintis, ia harus mengunjungi warung satu per satu dengan motor. Banyak usaha kecil yang membayar tagihan dengan uang tunai, komputer dengan hardware jadul untuk transfer dan menerima dana, dan mencatat pengeluaran dengan cara kuno, pakai pensil dan kertas.

Solusi yang dikembangkan Fazz diklaim berhasil membantu lebih dari 200 ribu bisnis yang tersebar di Singapura dan Indonesia, permudah pengiriman dan penerimaan dana, pencatatan dan laporan keuangan secara otomatis, menerima kredit, bahkan mengakses blockchain lewat smartphone. “Bagi pemilik bisnis kecil, ini mengubah hidup mereka,” kata Hendra.

Akan tetapi, sambungnya, masih banyak usaha kecil yang belum terjamah. Usaha kecil ini merupakan kontributor penting bagi perekonomian di Asia Tenggara yang mewakili antara 97% dan 99% dari perusahaan dan antara 60% dan 80% dari ketenagakerjaan di negara-negara ASEAN.

“Mereka adalah sumber kehidupan ekonomi Asia Tenggara – dan mereka berada di bawah ancaman. Ketika pemilik usaha kecil terpaksa tutup, ada keluarga di belakang mereka yang kehilangan penghasilan. Jika kita tidak membantu mereka untuk berhasil, kemajuan yang telah kita buat selama ini akan sia-sia.”

Untuk itu, dalam dua tahun mendatang perusahaan akan menjadi periode penting dalam meningkatkan dampak secara lebih luas, melayani lebih banyak kategori bisnis, dan memperluas jangkauan layanan keuangan, mengingat masih banyak ruang yang bisa digarap di industri keuangan.

“Tahun ini, kami memulai dengan kuat memperluas cakupan kami dari Indonesia ke Singapura, memperluas penawaran kategori kami untuk melayani bisnis yang lebih luas, termasuk FMCG, F&B, grosir, distributor, startup e-commerce, startup D2C, memperluas jangkauan layanan keuangan kami ke transfer, kredit, BNPL, manajemen biaya, tabungan hasil tinggi, dan pembukuan,” tutup Hendra.

*) Kami menambahkan pernyataan tertulis dari manajemen Fazz, termasuk rebrand FFG menjadi Fazz

Application Information Will Show Up Here
Pintar HarukaEDU

Pintaria Berganti Nama Jadi “Pintar”, Fokus Berdayakan Angkatan Kerja Lewat Teknologi

Berubahnya dunia kerja seiring perkembangan teknologi menyebabkan adanya kesenjangan demand dan supply dalam pasar tenaga kerja. Pintar (sebelumnya Pintaria, bagian dari  HarukaEDU) hadir untuk menutup celah tersebut dengan mengembangkan sebuah platform pengembangan diri. Ini juga jadi pengajawantahan visi perusahaan untuk memberdayakan angkatan kerja Indonesia lewat akses belajar tanpa kenal usia.

Pintar memiliki 3 produk pembelajaran utama, yaitu Kuliah, Kursus, dan Korporasi. Pada produk Kuliah ini, mereka bekerja sama dengan mitra universitas lokal untuk menyediakan Sistem Manajemen Pembelajaran (LMS) dan membantu menjalankan digitalisasi dalam proses pembelajaran.

Selain itu, ada juga Kursus yang menawarkan kelas-kelas untuk pengembangan diri dan karier. Lalu pada produk Korporasi, Pintar bermitra dengan para korporasi yang ingin berinvestasi pada para pekerja untuk membantu menyediakan pembelajaran yang fleksibel sesuai kebutuhan untuk upskilling dan reskilling para pekerja.

Ragam layanan yang disediakan Pintar lewat platformnya

 

CEO Pintar Ray Pulungan menyatakan bahwa keputusan rebranding dari nama “Pintaria” ke “Pintar” ini mempertegas misi perusahaan untuk membuka akses kepada pendidikan berkualitas di era digital sebagai bagian dari proses pembangunan ekonomi yang inklusif, berdaya saing tinggi, dan berkelanjutan.

Pendidikan yang ditawarkan oleh Pintar tidak cuma berupa pendidikan formal tetapi pendidikan yang dinamis dan peka terhadap perubahan zaman.

“Pendidikan ini sesuatu yang tidak mengenal ruang dan waktu. Ini yang kami perjuangkan. Pintar hadir untuk memberikan kesempatan yang setara bagi setiap pembelajar di usia produktif. Kami ingin memberdayakan angkatan kerja lewat akses pendidikan tanpa kenal usia,” jelas Head of Learning Pintar Grace Gunawan.

Dalam acara soft-launching Pintar yang diikuti oleh diskusi bertajuk “Empowering Indonesia’s Workforce through Upskilling”, salah satu isu yang turut diangkat adalah fenomena horizontal mismatch atau ketidakselarasan output pada dunia kerja. Ditengarai banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada bidang yang tidak sesuai dengan latar belakangnya.

“Menurut penelitian LIPI, 4,6% tenaga kerja Indonesia undereducated, 27,9% tenaga kerja overeducated, dan 68,4% mengalami field of study mismatch. Berbagai mismatch ini menimbulkan konsekuensi berupa kesenjangan keterampilan, rendahnya kepuasan kerja, tingginya angka pengangguran, sampai kesenjangan gaji/upah,” tutur Shinta Kamdani selaku Chair of B20 Indonesia 2022 sekaligus Wakil Ketua Kadin Indonesia dan CEO Sintesa Group.

Pintar mencoba menjawab dan menangani kesenjangan antara supply dan demand tenaga kerja di Indonesia tersebut. Selain itu, juga menjembatani skill gap di dunia kerja lewat kolaborasi dengan berbagai institusi. “Kami percaya pendidikan itu bukan cuma persoalan individu. Hal ini membutuhkan sinergi dari banyak pihak untuk bisa meningkatkan sumber daya manusia,” ucap Grace.

Incoming Dean for School of Professional Studies Shankar Prasad yang juga hadir dalam sesi ini, mengungkapkan pentingnya kolaborasi dengan edutech bagi institusi pendidikan tradisional seperti universitas demi menciptakan konten-konten yang lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Selain itu, platform teknologi juga dinilai mampu menjangkau lebih banyak pembelajar dibanding institusi pendidikan tradisional.

“Saat ini adalah waktu yang sangat tepat untuk berinvestasi dalam keterampilan karyawan. Secara global teknologi sudah cukup maju, apa pun bisa dipelajari karena platform pembelajaran bisa diakses dengan mudah. Keberadaan platform-platform ini membuat para pekerja bisa terus mengembangkan
diri dengan tidak terhambat oleh pendidikan formal,” tambah Vice President Samator Group Imelda Harsono yang turut hadir mengisi sesi diskusi.

Perjalanan Bisnis Pintar

Didirikan pada tahun 2014, HarukaEDU — yang kemudian rebranding menjadi Pintaria— lalu sekarang resmi menggunakan identitas Pintar, memulai bisnis sebagai mitra universitas yang ingin meluncurkan pembelajaran online. Beberapa di antaranya adalah Universitas Kristen Indonesia dan Universitas Al Azhar Indonesia, untuk mendigitalkan konten mereka dan mengelola sisi teknologi dari proses pembelajaran.

HarukaEDU membantu universitas meningkatkan pendaftaran siswa baru dan meningkatkan pengalaman belajar siswa. Perusahaan meluncurkan platform Pintaria pada tahun 2018, menawarkan pelatihan teknis dan soft skill bagi mereka yang bersiap memasuki dunia kerja. Di tahun berikutnya, kembali meluncurkan CorporateEDU untuk mendukung perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah dalam memberikan pelatihan perusahaan yang fleksibel, efektif, dan terukur bagi karyawan.

Selama masa pandemi COVID-19, Platform ini juga membantu pemerintah Indonesia dengan inisiatif pelatihan ulang Program Kartu Prakerja. Perusahaan fokus pada pengembangan program dan pilihan untuk memastikan bahwa siswa memiliki sarana dan sistem pendukung yang mereka butuhkan untuk menyiapkan mereka agar sukses dalam karier dan kehidupan mereka.

Sejak berdiri di tahun 2014, platform ini telah memfasilitasi transformasi karier melalui pendidikan dan pengalaman dalam keterampilan yang paling dibutuhkan saat ini. Ketika pengguna memulai pembelajaran dalam platform, mereka dapat memilih berbagai format dan modul untuk membantu mereka mencapai tujuan, termasuk full-online, blended learning, dan opsi short-form — di kampus dan online.

Resmi menggunakan identitas baru, Pintar menggunakan pendekatan bisnis yaitu kemitraan. Perusahaan bekerja sama dengan banyak universitas khususnya lokal. “Namun, misi penting kami tidak hanya dengan universitas saja, melainkan juga melibatkan institusi pendidikan lainnya dan tentunya pelaku teknologi. Ke depannya kami akan membangun kerja sama yang lebih luas lagi dengan berbagai stakeholder baik lokal maupun global,” ujar Ray.

Hingga kini, perusahaan sudah memiliki jaringan yang luas dengan 700+ kursus online, kemitraan dengan 13 universitas dan lebih dari 50 mitra pelatihan. Platform ini juga telah menjadi mitra Prakerja sejak 2020. Pintar juga telah berhasil menggaet lebih dari satu juta pengguna untuk mengakses kursus singkat, pendidikan tinggi, dan program Prakerja.