Dihadirkan ke Indonesia bersamaan dengan tipe Note 4 yang memiliki layar lebih lebar di bulan April silam, smartphone Redmi 4X menawarkan performa kelas menengah di harga ekonomis. Meski begitu, saat pertama kali diperkenalkan di pasar lokal, perangkat ini merupakan produk entry-level Xiaomi – karena merupakan bagian dari keluarga Redmi – termahal.
Kabar gembiranya, harganya pelan-pelan berubah. Kira-kira dua sampai tiga bulan setelah tersedia resmi, harga Redmi 4X mengalami penurunan. Hal ini sangat menarik karena walaupun tidak menuntut kita merogoh kantong terlalu dalam, Redmi 4X menawarkan banyak fitur produk mid-range ke high-end, dari mulai tubuh unibody berbahan logam, layar 2.5D berlapis Corning Gorilla Glass hingga kehadiran sensor pemindai sidik jari.
Beberapa waktu lalu, Xiaomi memberikan saya kesempatan untuk bermain-main dengan Redmi 4X lebih lama. Aspek lain yang membuat saya bersemangat adalah, Xiaomi memutuskan buat meminjamkan unit berwarna hitam. Bagi saya, warna hitam betul-betul menonjolkan kesan premium dibanding varian dengan frame putih berpunggung emas. Namun pertanyaannya, apakah penampilan handset ini benar-benar merepresentasikan kualitasnya?
Desain
Simpel adalah kata yang terbersit dipikiran saya ketika Redmi 4X dikeluarkan dari bungkusnya. Alasannya sederhana: rancangan smartphone ini memberikan kesan rendah hati, serta bisa mudah membaur dengan gaya fashion user yang berbeda-beda. Meskipun bukan produk flagship, ia sama sekali tak memalukan untuk Anda bawa-bawa.
Kesan tersebut bisa tersuguh berkat beberapa hal. Pertama, kelengkungan sisi samping device sengaja dirancang agar serasi dengan layar 2.5D di smartphone 5-inci ini sehingga terlihat seperti satu kesatuan. Xiaomi juga memanfaatkan desain tanpa sudut, lalu area pinggir punggungnya sengaja dibuat melengkung demi memberikan efek ramping. Redmi 4X memiliki dimensi 139,2x70x8,7mm dan bobot 150g.
Selain lebih nyaman digunakan dengan satu tangan dan mudah diselipkan dalam kantong, Xiaomi juga tidak terlampau agresif dalam membubuhkan branding. Di unit berwarna hitam ini, ukiran laser logo Mi hanya terlihat samar-samar di sisi belakang smartphone. Berdasarkan pengamatan saya, bagian punggung Redmi 4X terbuat dari bahan logam, kecuali pada zona di atas dan bawah antena.
Layout tombol dan Redmi 4X akan terasa familier bagi Anda yang pernah memakai smartphone Redmi sebelumnya: tombol power dan volume berada di sisi kanan, tray dual SIM card di kiri, ada port audio 3,5mm di kiri-atas, dan tepat di area tengah, Anda bisa melihat sensor inframerah. Di bagian bawah, Anda akan menemukan port microUSB, diapit oleh rangkaian grille bundar yang menyimpan mic dan speaker. Lampu LED berada di dekat tombol home, menyala ketika ada notifikasi atau sewaktu handset sedang di-charge.
Layar
Panel Redmi 4X menyuguhkan resolusi 720×1280-pixel dengan kepadatan 294ppi. Sebagian orang mungkin akan menganggapnya tidak istimewa, tapi dilihat dari sisi praktis, menyematkan pixel terlalu banyak di layar 5-inci sebetulnya tak terlalu memberikan banyak manfaat. Dan sejauh saya memakainya, display Redmi 4X sudah lebih dari cukup buat menampilkan icon dan teks secara jelas, dan yang terpenting, dengan sigap merespons sentuhan.
Layar tersebut tampaknya menggunakan profile warna dingin, dan dari sedikit riset, memiliki tingkat ket maksimal di 450-nit. Warnanya tersaji cerah, lalu objek-objek tampil tajam. Bagian favorit saya adalah keleluasaan buat meredupkan kecerahaan layar ke level paling rendah – sangat berguna saat berselancar internet (9Gag!) sebelum tidur, ketika lampu kamar sudah dimatikan.
Kamera
Karakteristik kamera smartphone standar tetap berlaku pada Redmi 4X: kualitas jepretan sangat bergantung pada dukungan cahaya. Untuk kebutuhan fotografi, Xiaomi membenamkan sensor 13-megapixel dengan aperture lensa f/2.0 di kamera belakang, tak lupa dilengkapi LED flash. Jika cukup cahaya, hasil foto dapat tampil detail dan tajam. Bisa Anda lihat sendiri di bawah, foto-foto Redmi 4X memiliki temperatur yang ‘dingin’, dan ini bukan sekedar akibat dari profile output layarnya.
Kamera smartphone akan memperlihatkan kelemahan begitu Anda pakai buat melakukan dokumentasi di ruang rendah cahaya. Bahkan di siang hari di dalam kamar, foto-foto yang saya ambil tampak dipenuhi noise. Fitur phase detection autofocus-nya juga jadi lebih lambat dalam mengunci objek, dan Anda harus maklum seandainya beberapa jepretan betul-betul blur.
Seperti biasa, aplikasi kamera default menitikberatkan faktor kesederhanaan. Xiaomi memanfaatkan rancangan UI yang bersih, bahkan sejumlah fungsi di mode manual (white balance dan ISO) dapat diakses dengan dua kali tap. Opsi filter disuguhkan via live preview, dan produsen menyediakan tidak kurang dari sembilan pilihan mode.
Berikut adalah sampel foto Redmi 4X:
Dan seperti ini hasil jepretan kamera utama di kondisi indoor atau kurang cahaya:
Baik kamera depan dan belakang mampu merekam video di resolusi full-HD (1080p) dengan 30-frame rate per detik. Untuk selfie dan video chat, produsen mencantumkan sensor 5-megapixel f/2.2 . Begitu tampilan kamera di-switch ke depan, fitur ‘smart‘ beautify akan aktif secara otomatis, dan segera membuat pipi saya jadi merona merah. Buat hasil lebih natural, Anda bisa menonaktifkannya.
MIUI 8.0
Redmi 4X dibundel bersama MIUI 8.0 (atau tepatnya versi 8.2), interface hasil modifikasi dari OS Google Android 6.0.1 Marshmallow. Itu berarti, ia telah dibekali sejumlah fitur eksklusif unik Xiaomi seperti Dual Apps (masuk ke app melalui akun berbeda), Second Space (kemampuan log-in ke smartphone dengan profile sekunder), beserta kapabilitas scrolling screenshot dan hadirnya menu Quick Ball. Xiaomi juga sudah memodifikasi bagian gallery serta memperluas opsi edit foto dan video.
Aspek terfavorit saya dari MIUI 8.0 adalah kesederhanaan pemakaian, navigasi serta pengelolaan. Menu berisi icon-icon app tersaji dalam satu layer saja, kemudian untuk memindahkannya ke halaman lain, kita hanya tinggal menahan icon dengan satu jari dan menggeser page dengan jari lainnya. Dan via app Themes, Anda bisa memilih puluhan tema berbeda.
Hardware dan kinerja
Xiaomi Redmi 4X dipersenjatai komponen yang tergolong mumpuni, tak kalah dari smartphone kelas menengah yang dibanderol di harga lebih tinggi. Sebelum membahas performa, Anda perlu tahu susunan hardware-nya:
- System-on-chip Qualcomm Snapdragon 435
- CPU octa-core Cortex-A53 1,4GHz
- GPU Adreno 505
- RAM 3GB
- ROM 32GB
- Baterai non-removable 4.100mAh
Beberapa aplikasi benchmark saya gunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai kinerja hardware Redmi 4X dan di mana posisinya berada jika dikomparasi dengan produk lain. Software-software tersebut antara lain AnTutu v6.2.7, PCMark dan 3DMark. Tentu saja saya tidak lupa menguji performa handset secara real-time via dua game: Real Racing 3 dan Modern Combat 5.
Di sesi tes AnTuTu, smartphone ini memperoleh nilai terbaik di 42381. Angkanya berada cukup jauh dari skor yang diperoleh Redmi Note 4, tentu saja disebabkan oleh perbedaan performa antara Snapdragon 625 dan Snapdragon 435. Berdasarkan keterangan AnTuTu, baik soal kualitas game ataupun pemakaian sehari-hari, komposisi ini cukup memuaskan, berada di level menengah.
Dalam PCMark Work 2.0, Redmi 4X meraih skor 3495. Di bawah ini Anda bisa melihat rincian dan kurvanya:
Kemudian di 3DMark Sling Shot 1.0 (standar), proses benchmark terlihat cukup tersendat. Detailnya bisa disimak di bawah:
Terlepas dari angka-angka benchmark di atas, saya punya satu berita gembira untuk Anda: kemampuan Redmi 4X buat mengerjakan tugas sehari-hari sama sekali tidak buruk. Saya tidak merasakan adanya keterlambatan respon saat menggeser menu atau ketika mengetik di keyboard SwiftKey. Dan saya rasa, layar beresolusi HD juga menyebabkan game jadi tidak terlalu membebani hardware serta membuat baterai jadi lebih awet.
Satu-satunya kendala visual yang tertangkap oleh mata sewaktu bermain Real Racing 3 adalah ujung objek yang jaggy. Selain itu, permainan tersaji mulus. Efek-efek semisal pantulan pada permukaan mobil, partikel asap, bayangan, bloom dari matahari, hingga detail-detail kecil seperti pergerakan jarum speedometer serta pantulan kaca spion tersuguh semua di sana.
Modern Combat 5 berjalan semulus Real Racing 3, namun saya juga melihat efek jaggy serta kurang tajamnya tekstur pada objek. Terlepas dari itu, fitur-fitur visual seperti asap, light pillar sampai percikan air pada lensa hadir semua di permainan. Ini dia beberapa screenshot yang telah saya ambil.
Daya tahan baterai merupakan salah satu aspek andalan di Redmi 4X. Setelah diisi penuh, baterai 4.100mAh di dalam siap menjaga smartphone tetap menyala hingga dua hari dalam pemakaian normal – termasuk browsing, membuka email, streaming musik, main game dan menonton film. Hebatnya lagi (salah satu alasan mengapa penayangan artikel review ini jadi terlambat, dalam arti baik), waktu standby dapat mencapai 18 hari.
Konklusi
Saat pertama kali diumumkan, saya sebetulnya berharap agar Xiaomi membanderol Redmi 4X dengan harga di bawah Rp 2 juta. Harga saat itu, Rp 2,1 juta, terlalu mendekati Note 4 di Rp 2,4 juta. Namun sekarang, harapan tersebut akhirnya terpenuhi. Xiaomi menurunkan harganya jadi Rp 1,99 juta. Dan jika Anda mengecek beberapa eCommerce tempat Redmi 4X dijual (seperti Lazada), angkanya bahkan turun lagi ke Rp 1,3 sampai 1,5 jutaan tergantung spesifikasi.
Karena alasan itulah, saya tak segan-segan menyebut Xiaomi Redmi 4X sebagai satu dari sedikit smartphone dengan rasio kinerja versus performa terbaik di bawah harga Rp 2 juta. Memang masih ada banyak hal yang bisa diperbaiki oleh Xiaomi, terutama pada aspek fotografinya. Lalu, sejumlah konsumen mungkin mengharapkan layar beresolusi lebih tinggi. Namun bagi saya, Redmi 4X adalah jalan keluar bagi konsumen yang menginginkan produk berkualitas, tapi terhalang oleh kendala modal.
Memang masih ada banyak hal yang bisa diperbaiki oleh Xiaomi, terutama pada aspek fotografinya. Lalu, sejumlah konsumen mungkin mengharapkan layar beresolusi lebih tinggi. Namun bagi saya, Redmi 4X adalah jalan keluar bagi konsumen yang menginginkan produk berkualitas, tapi terhalang oleh kendala dana.