Tag Archives: report

Diestimasi Asia Tenggara menghabiskan $3,4 miliar pada tahun ini untuk membeli segelas kopi modern, menurut sebuah studi Momentum Works / Pexels

Momentum Works: PDB Coffee-Chain di Asia Tenggara Ditaksir Capai Rp52,6 Triliun

Diestimasi Asia Tenggara menghabiskan $3,4 miliar atau sekitar 52,6 triliun Rupiah pada tahun ini untuk membeli segelas kopi modern, menurut sebuah studi baru yang dirilis Momentum Works.

Hasil penelitian dipublikasikan dalam laporan “Coffee in Southeast Asia 2023,” yang merangkum secara mendalam mengenai dinamika bisnis di balik modernisasi ritel minuman sehari-hari yang banyak dikonsumsi mayoritas masyarakat Asia Tenggara.

Dipaparkan, Indonesia dan Thailand adalah pasar coffee shop modern terbesar, masing-masing diperkirakan omzet tahunannya sebesar $947 juta dan $807 juta. Pertumbuhan besar ini sebagian besar didorong perluasan jaringan para pemain coffee shop lokal. Kemudian disusul Vietnam yang hanya memiliki sedikit pemain jaringan milik asing.

Berdasarkan jumlah gerai, terdapat dua coffee shop asal Thailand, Café Amazon dan Inthanin menjadi pemain dengan gerai terbanyak di Asia Tenggara dengan masing-masing sebanyak lebih dari 3.900 gerai dan 1.000 gerai.

Dari Indonesia, terdapat Janji Jiwa dan Kopi Kenangan dengan total masing-masing, 900 gerai dan 800 gerai. Kemudian dari Vietnam terdapat Highland Coffee dengan 700 gerai. Starbucks dan Dunkin menjadi dua pemain coffee shop asing dengan gerai terbanyak, masing-masing memiliki 2.000 gerai dan 1.300 gerai.

Laporan Momentum Works

“Konsumen di Asia Tenggara lebih terbiasa dengan kopi, dengan sebagian besar konsumsinya didorong oleh kopi instan dan seduh manual yang dijual oleh pedagang perorangan di pasar. Meningkatnya daya beli di kawasan ini telah mendorong permintaan akan kopi yang bernilai lebih tinggi dan berkualitas lebih baik, sehingga memicu pertumbuhan jaringan kopi modern milik lokal dan asing,” tulis Momentum Works.

Mengapa tetap ramai?

Momentum Works melihat industri coffee shop modern di kawasan ini sangat kompetitif, tapi mengapa masih banyak pemain di pasar? Alasannya karena industri ini terbagi dari dua target konsumen yang berbeda. Yakni, mass dan premium.

Konsumen mass ini membeli kopi dari pemain mass (berdasarkan harga dan brand positioning) karena harganya lebih murah. Mereka, penjual kopi formal dan informal, juga mudah ditemukan di berbagai titik dengan lalu lintas tinggi dilewati orang. Dari sisi penawaran produk, mereka lebih condong ke arah kopi instan dan tradisional dengan memfokuskan diri pada keunggulan harga.

Sementara konsumen premium ini, memilih untuk beli di coffee shop premium yang harganya lebih mahal bisa sampai 4x lipat dari merek mass. Akan tetapi, penawaran produk ini menggunakan biji kopi berkualitas tinggi dan teknik penyiapannya lebih canggih. Biasanya pemain premium ini cenderung berada di lokasi yang lebih premium dan mengutamakan pengalaman pelanggan dan suasana toko.

Laporan Momentum Works

Selain itu, karena permintaan pasti terus ada karena minum kopi sudah jadi bagian dari kebutuhan, maka secara industri pasar coffee shop modern ini menjadi tetap menarik bagi investor, pengusaha, pemilik perkebunan kopi, dan konglomerat yang memiliki usaha ritel F&B. Di Singapura saja, dengan pasar terkecil dari enam negara lainnya, memiliki lebih dari 30 jaringan coffee shop yang beroperasi. Fore Coffee adalah pemain teranyar asal Indonesia yang baru ekspansi ke Singapura.

Meskipun para pemain coffee shop sering kali berbeda dalam konsep, suasana, menu kopi -bahkan pasangan makanannya, pada dasarnya satu sama lain lebih banyak kemiripannya daripada yang tidak sama sekali.

Ruang pertumbuhan melambat

Akan tetapi, yang menjadi catatan besar dari laporan ini adalah estimasi PDB konsumsi kopi (CAGR: 0,8%) mulai melambat sepanjang 2018-2021, dibandingkan dengan pertumbuhan PDB secara per kapita (CAGR 2.65%). Kawasan ini berbeda dengan pasar yang secara tradisional didominasi oleh teh, seperti Tiongkok dengan pertumbuhan signifikan sama seperti Korea dan Jepang.

Walau demikian, ruang pertumbuhan akan tetap terjadi dan diperkirakan terjadi karena pergeseran konsumsi kopi, misalnya dari kopi instan ke kopi kafe, dari kopi tradisional ke kopi milik waralaba yang sedikit lebih premium.

“Kuncinya di sini adalah meningkatkan nilai setiap cangkir kopi yang dijual ke basis konsumen yang sama.”

Laporan Momentum Works

Pemain coffee shop dituntut untuk mengembangkan bisnisnya, selain menambahkan makanan dan item lainnya ke dalam menu, ada dua cara lain yang dapat dilakukan bersamaan:

  1. Mengambil pangsa pasar dari pemain lain atau bentuk konsumsi;
  2. Meyakinkan konsumen untuk meningkatkan dan membelanjakan lebih banyak pada setiap cangkir (disebut juga premiumisasi);

“Untuk mencapai masing-masing (atau keduanya), pemain harus memiliki strategi yang jelas dan valid, pemahaman yang baik tentang dinamika persaingan yang berkembang, dan tentu saja eksekusi yang baik.”

Oleh karena itu, Momentum Works menyarankan kepada para pelaku industri untuk melihat lebih dari sekedar meningkatkan produk, mulai mencari cara bagaimana model bisnisnya dapat naik sambil memanfaatkan teknologi dan data untuk meningkatkan efisiensi operasional di berbagai bidang.

Peningkatan tersebut harus didukung oleh tim kepemimpinan yang kuat, struktur organisasi yang kokoh, dan sumber daya manusia yang mampu. Pasar yang terus berkembang menawarkan banyak studi kasus, dengan pembelajaran tidak hanya untuk industri ini, namun juga untuk semua organisasi di berbagai sektor yang ingin berinovasi.

Momentum Works memprediksi GMV TikTok Shop di Asia Tenggara diprediksi bakal tembus $15 miliar pada 2023, naik dari $4,4 miliar pada 2022

Transaksi TikTok Shop Diprediksi Tembus Rp230 Triliun, Siap Salip Lazada dan Tokopedia

Nilai transaksi bruto (Gross Merchandise Value/GMV) TikTok Shop di Asia Tenggara diprediksi bakal tembus $15 miliar (sekitar Rp230 triliun) pada tahun 2023. Angka tersebut akan membuatnya setara dengan Lazada dan Tokopedia yang sudah berdiri selama lebih dari satu dekade.

Menurut laporan Momentum Works dalam “The TikTok Shop Playbook”, merinci GMV yang dihasilkan TikTok Shop berturut-turut mencapai $600 juta pada 2021 dan $4,4 miliar pada 2022. Kenaikan didukung karena pada tahun tersebut platform social commerce tersebut ekspansi dari Indonesia hingga lima pasar utama di Asia Tenggara. Walau demikian, pangsa pasarnya tetap rendah, hanya satu digit di semua pasar tersebut.

Di Indonesia saja, TikTok Shop bertengger di urutan kelima (5%) berdasarkan pangsa pasarnya pada tahun lalu, sementara di lima negara lain, berada di kisaran 1%-4%. Shopee memiliki pangsa pasar sebesar 36%, diikuti Tokopedia (35%), Lazada (10%), Bukalapak (10%), dan Blibli (4%).

Secara regional, GMV yang disumbangkan Shopee masih jadi terbesar $47,9 miliar. Lalu disusul Lazada dengan GMV sebesar $20,1 miliar dan Tokopedia sebesar $18,4 miliar.

“Namun, penting untuk dicatat bahwa di sebagian besar pasar ini, TikTok Shop dimulai dari nol pada awal tahun – dan di Indonesia, TikTok Shop telah mencapai $10 juta setiap hari pada akhir tahun 2022. Pertumbuhan tersebut berlanjut pada tahun 2023, dengan indikasi terbaru bahwa di berbagai pasar, tingkat kinerja GMV Toko TikTok pada tahun 2023 mendekati tingkat kinerja Lazada,” tulis laporan tersebut.

Momentum Works

TikTok Shop kini hadir di sembilan negara, termasuk Asia Tenggara, Inggris, Arab Saudi, dan Amerika Serikat. Perusahaan tersebut menargetkan dapat mencapai GMV $20 miliar secara global pada tahun ini, sebanyak $15 miliar akan disumbangkan dari Asia Tenggara.

Momentum Works menyampaikan, banyak pakar yang skeptis dengan target tersebut. Namun jika dilihat di lapangan, setidaknya di Asia Tenggara saja, angka tersebut berada di jalur yang tepat untuk paruh pertama tahun ini. Tantangan dan beberapa masalah organisasi dalam prosesnya, namun upaya TikTok untuk mengonversinya terus berlanjut.

“Perkembangannya tampak kacau, dengan adanya keraguan dari ekosistem dan bahkan beberapa pemangku kepentingan utama (internal dan eksternal). Meskipun demikian, sejauh ini kepemimpinan dan organisasi dapat beradaptasi, dalam upaya mencapai e-commerce.”

Kategori produk

Adapun, produk yang paling banyak dibeli dari TikTok Shop adalah kategori kecantikan dan perawatan diri berdasarkan kinerja di kuartal I 2023. Dua merek yang paling laku terjual untuk pasar Indonesia saja adalah Skintific dan The Originote. Diestimasi GMV masing-masing sebesar $6 juta (volume penjualan di atas 200 ribu), dan $4,2 juta (volume penjualan di atas 360 ribu).

Kategori ini berdasarkan GMV memberikan kontribusi sebesar 70%, dibandingkan kategori lainnya seperti fesyen perempuan (9%), kuliner (5%), smartphone dan elektronik (4%), perabotan rumah tangga (5%), dan mainan dan hobi (7%).

Kategori ini juga paling mudah dan realistis untuk dipasarkan oleh penjual/key opinion leader (KOL), terutama dalam format video atau live streaming yang demonstrasinya dilakukan secara real time. Penjual dapat mendemonstrasikan produk dalam format yang menarik secara visual dan dapat dengan mudah direplikasi dalam skala besar, sehingga tingkat konversinya lebih baik.

Kesempatan monetisasi

Laporan ini juga menyampaikan, pada 2022, pengguna aktif bulanan (MAU) TikTok secara global melebihi 1 miliar, menghabiskan miliaran jam di platform tersebut. Cara monetisasi basis penggunanya jadi prioritas utama bagi TikTok dan induknya, ByteDance.

Berbeda dengan platform sosial & konten lainnya termasuk Meta (Facebook), ByteDance tampaknya sangat bertekad untuk menjadikan e-commerce sebagai pilar utama monetisasi, secara global.

Seperti diketahui, selama bertahun-tahun, platform e-commerce membangun ekosistem dan roda yang efisien. TikTok Shop memiliki keunggulan alami dalam lalu lintas pelanggan dan komitmen perusahaan untuk mengalokasikan sebagian besar kunjungan tersebut untuk belanja e-commerce.

“Seiring dengan berkembangnya TikTok Shop dan mulai mendapatkan lebih banyak pengaruh atas infrastruktur pembayaran/pemenuhan, TikTok Shop dapat dan harus mampu menjadi bisnis yang menguntungkan di pasar utama tempat ia beroperasi.”

Shopee telah menunjukkan bahwa bahkan di Asia Tenggara, dengan daya konsumsi yang relatif lebih rendah dibandingkan negara maju, keuntungan tetap bisa diraih.

Hanya saja, Momentum Works tidak dapat memprediksi seberapa besar volume atau pangsa pasar TikTok Shop di pasar-pasar utamanya, sebab sangat bergantung pada beberapa faktor, termasuk komitmen berkelanjutan dan evolusi organisasi TikTok Shop, serta faktor eksternal dalam politik, geopolitik, respons kompetitif dan tentu saja, kondisi ekonomi global.

Tinc Impact Report 2023

Report: Dampak Program Inkubator dan Akselerator untuk Startup Indonesia

Ada sejumlah cara yang dapat dipilih founder untuk memvalidasi dan membesarkan bisnis startup yang didirikan. Salah satu medium yang secara signifikan dapat membantu startup bertumbuh adalah program inkubator dan akselerator. Airbnb, Stripe, Ajaib, eFishery, Fazz, Privy, Xendit adalah sedikit dari ratusan startup tahap akhir yang dulunya merupakan lulusan program inkubator dan akselerator.

Melalui laporan bertajuk “Tinc Impact Report 2023”, Tinc selaku program akselerator startup milik Telkomsel bersama dengan DS/Innovate merangkum tren perkembangan program inkubator dan akselerator di Indonesia. Laporan ini turut melibatkan survei dan wawancara ke stakeholder terkait –termasuk founders, mentors, dan organizers—guna mendapatkan gambaran menyeluruh terkait sejauh mana program tersebut memberikan dampak terhadap founder dan bisnisnya.

Laporan ini terdiri dari 5 pembahasan utama, sebagai berikut:

  1. Tren digitalisasi dan startup di dunia dan Indonesia; mendalami tentang perjalanan penetrasi teknologi digital dalam satu dekade terakhir. Salah satu data yang diungkapkan, bahwa fintech masih menjadi salah satu sektor yang paling menarik dieksplorasi, dibuktikan dengan gelontoran investasi yang cukup besar di sini. Ada lebih dari 250 startup fintech yang sudah menjadi unicorn di dunia, mengumpulkan total pendanaan hampir $40 miliar dalam kurun 2021-2022.
  2. Memahami ekosistem startup builder, program inkubator dan akselerator; mendefinisikan konsep dasar dari program inkubator dan akselerator, juga manfaat dan kurikulum yang diberikan masing-masing sesuai dengan stage-nya.
  3. Perkembangan program inkubator dan akselerator di Indonesia; menjabarkan tentang aneka program inkubator dan askelerator yang telah berjalan di Indonesia, juga dikategorikan berdasarkan sejumlah variabel pembeda, digambarkan pada grafik berikut ini:
  4. Perspektif stakeholder terhadap program inkubator dan akselerator; hasil survei dan wawancara terhadap berbagai pihak yang terlibat langsung dalam program tersebut di Indonesia. Salah satu temuan menariknya adalah 90% founder peserta survei telah memiliki pemahaman terkait program inkubator dan akselerator; 82% di antaranya memiliki rencana untuk bergabung ke salah satu programnya. Kemudian dari sejumlah responden yang pernah mengikuti inkubator/akselerator mengatakan ada tiga hal yang paling dirasakan dampaknya setelah lulus dari program terkait; pertama mendapatkan peningkatan kompetensi (85%), kedua mendapatkan perluasan jaringan (85%), dan ketiga meningkatkan kepercayaan diri (65%).
  5. Proposisi nilai Tinc sebagai program akselerator startup berdampak di Indonesia; membedah tentang program, fasilitas, hingga pembeda yang ditawarkan Tinc kepada para founder. Hingga kini Tinc telah mengakselerasi 34 startup dari 19 vertikal bisnis yang berbeda. Menariknya sudah ada 28 use cases kolaborasi antara startup binaan dengan perusahaan induk, yakni Telkomsel yang tentunya membuka peluang pertumbuhan besar, mengingat perusahaan telekomunikasi ini sudah memiliki basis pengguna dan sub-bisnis yang sangat luas.

Tentu masih banyak data-data dan temuan menarik yang diungkap ke dalam laporan – termasuk hal-hal yang masih perlu ditingkatkan dari inkubator/akselerator hingga program populer yang saat ini banyak diminati oleh founder di Indonesia. Selengkapnya dapat diunduh melalui tautan berikut ini: klik di sini.

Harapannya laporan ini dapat memperluas perspektif para pelaku di ekosistem startup Indonesia tentang program inkubator dan akselerator, sekaligus menjadi bahan untuk mengimprovisasi program-program yang ada sebelumnya sehingga dapat memberikan dampak yang lebih baik dan lebih luas.

Disclosure: DS/Innovate bersama Tinc dari Telkomsel memproduksi laporan ini

Startup Cleantech Indonesia

Gambaran Umum Ekosistem Startup Cleantech di Indonesia

New Energy Nexus Indonesia mengulas perkembangan ekosistem teknologi bersih (cleantech) di tanah air melalui laporan terbarunya berjudul “Clean energy technology startups in Indonesia: How the government can help the ecosystem”.

Laporan ini menggali sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pelaku startup terkait pengembangan teknologi bersih, operasional, hingga sumber pendanaan berdasarkan hasil survei terhadap 50 startup cleantech di Indonesia. Perlu dicatat, dari 50 responden yang disurvei, hanya 42 startup yang masih hidup, sisanya tidak lagi beroperasi hingga laporan ini dirilis. Selain itu, kebanyakan responden menduduki posisi C-level (84%) dan beroperasi di wilayah Jawa.

Saat ini, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya tengah mendorong upaya transisi energi untuk mencapai target tersebut. Namun, transisinya kurang berjalan cepat di mana bauran energi terbarukan (EBT) secara nasional baru mencapai 12,3% dari target 23% di 2025.

Maka itu, pengembang teknologi bersih dikatakan dapat membantu mengakselerasi tercapainya target net-zero emission (NZE) yang ditetapkan pemerintah Indonesia pada 2060. Selain itu, kemunculan startup cleantech juga dapat membuka potensi ekonomi. Sebagai ilustrasi, sektor teknologi hijau di AS tercatat telah menciptakan 3,2 juta lapangan kerja baru di 2021.

Ekosistem cleantech

Di Indonesia, kebangkitan startup hijau ini mulai terlihat dengan pertumbuhan investasi sebagai salah satu indikatornya. Berdasarkan data yang dihimpun, laporan ini menyebutkan terdapat 300 startup cleantech di tanah air, termasuk Xurya dan Swap Energi yang telah mencapai tahap pendanaan seri A.

New Energy Nexus Indonesia sebagai program akselerator untuk startup di segmen ini, telah mendukung 85 startup (termasuk non-cleantech) sejak 2019.

Menurut hasil survei, 52% dari total responden berbasis di kota tier 1. Namun, survei menunjukkan bahwa startup cleantech berada di luar kota tier 1 dengan tingkat pertumbuhan 48% pada periode 2017-2022, mengindikasikan pelaku usaha di bidang ini mulai tumbuh.

Sementara, 42 startup cleantech yang masih beroperasi relatif memiliki runway yang pendek. Sebanyak 22 di antaranya hanya mampu bertahan operasi selama 1-6 bulan sebelum kehabisan modal, sedangkan 11 startup mengklaim punya runway lebih dari 1 tahun. Temuan ini menjadi isu penting mengingat startup idealnya harus punya runway minimum 18 bulan.

Sumber: New Energy Nexus Indonesia

Kemudian, 64% responden yang masih beroperasi mengaku berada di fase ideation/prototyping atau pilot (testing kepada mitra/pengguna). Sementara, responden yang berhenti beroperasi kebanyakan gagal di tahap awal.

Sumber: New Energy Nexus Indonesia

“Sebagian besar responden menyebut bahwa sumber pendanaan mereka kebanyakan berasal dari kantong pribadi founder-nya. Temuan ini konsisten dengan hasil interview pelaku startup cleantech yang mengaku mengalami kendala dalam mencari pendanaan eksternal dan akhirnya beralih ke bootstrapping. Mereka juga bergantung pada dana hibah dan inkubator untuk mendukung operasionalnya,” demikian tulis laporan ini.

Investasi dan dukungan regulasi

Pemodal ventura (VC) cenderung berinvestasi di fintech, tetapi sektor lain— SaaS, F&B, dan transportasi—juga memperoleh investasi yang signifikan. Dari hasil interview dengan Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (AMVESINDO), regulasi menjadi faktor utama penghambat investasi di cleantech.

AMVESINDO mengatakan bahwa kebijakan atau kerangka regulasi yang ada saat ini kurang mendukung adopsi EBT, teknologi untuk efisiensi energi, hingga kendaraan listrik. Alhasil, investor pun kurang tertarik berinvestasi karena minat pasar terhadap produk/solusi cleantech di Indonesia masih relatif rendah.

Sumber: New Energy Nexus Indonesia

Beberapa contoh investasi VC dalam negeri di sektor ini adalah East Ventures dan Saratoga ke pengembang panel surya Xurya. Di samping itu, Kejora Capital juga menyuntik pendanaan ke Swap Energi, pengembang baterai tukar (swap battery) untuk kendaraan listrik.

“Tak cuma soal minat pasar, investor juga melihat ekosistem startup cleantech tak banyak memiliki founder dan tim yang cakap sehingga ini menahan mereka untuk berinvestasi di sektor ini.”

Ditanya tentang insentif pemerintah terhadap startup cleantech, responden lebih menyoroti kebutuhan pendanaan. Sementara, bagi inkubator, akselerator, dan venture builder, insentif seperti kerangka regulasi yang mendukung cleantech, akses pendanaan untuk R&D, kemudahan memperoleh izin usaha dan sertifikasi, akan memberikan dorongan motivasi lebih.

Demikian juga insentif pengurangan pajak bagi perusahaan yang mendukung adopsi energi bersih, akses ke pasar, hingga peluang pengadaan publik untuk produk dan layanan buatan startup cleantech.

Kendati begitu, laporan ini menemukan sebagian besar startup cleantech yang disurvei justru belum memanfaatkan insentif yang diberikan pemerintah. Hal ini dikarenakan kurangnya awareness dan gaung informasi terkait insentif kepada pelaku startup, serta kompleksnya proses pengajuan dan persyaratan administrasi yang harus dipenuhi.

Temuan dari survei ini mengindikasikan kurangnya engagement antara pelaku startup cleantech dan pemerintah. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh terbatasanya pengetahuan dan pemahaman pemerintah tentang ekosistem startup cleantech.

Rekomendasi

Dalam rangkuman akhir, laporan ini memaparkan beberapa rekomendasi untuk mengatasi berbagai tantangan di sektor cleantech. DailySocial.id merangkum sebagian di antaranya:

Kendala pendanaan

  • Pendanaan dalam bentuk dana hibah sering kali harus melalui acara seremonial dan tidak mendukung upaya startup meningkatkan skala bisnisnya.
  • VC milik negara belum memiliki opsi investasi ekuitas untuk startup cleantech.
  • Energy fund yang baru dibentuk tidak memiliki komitmen dan implementasi pendanaan yang jelas.
  • Startup cleantech sulit berinovasi karena terbatasnya akses ke dana R&D pemerintah.
  • Rendahnya kolaborasi antara startup cleantech dan universitas untuk R&D.

Rekomendasi

  • Program hibah disesuaikan dengan tahapan pengembangan startup, dan memastikan dana hibah ini berkontribusi pada pertumbuhan startup dengan menekankan pada publikasi intensif.
  • Mengkatalisasi investasi dari pihak swasta ke startup cleantech lewat dana pemerintah dan VC milik negara.
  • Menjembatani fasilitas pinjaman bank lewat skema venture debut atau pinjaman lunak untuk startup cleantech tahap lanjutan (later stage)
  • Pemerintah daerah perlu memberikan dukungan finansial kepada startup cleantech.

Kendala kebijakan

  • Kualitas regulasi rendah dan penegakan hukum di sektor energi masih lemah
  • Persyaratan modal minimum terbilangtinggi untuk mendirikan VC dengan struktur dana ventura yang tidak fleksibel.

Rekomendasi

  • Memperkuat kebijakan energi dan penegakannya untuk mendukung permintaan terhadap solusi cleantech.
  • Mengurangi persyaratan modal minimum, misalnya mengadopsi model corporate venture capital (CVC) yang memungkinkan struktur investasi lebih fleksibel.

Pasar Kendaraan Listrik Indonesia Ditaksir Capai Lebih dari Rp300 Triliun

AC Ventures dan Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) baru saja merilis laporan bertajuk “Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility” yang mengulas berbagai topik kunci terkait kendaraan listrik, mulai dari pelaku industri, infrastruktur, produksi lokal, rantai pasok, hingga kebijakan dan regulasi.

Laporan ini menyoroti potensi kendaraan listrik di Indonesia dengan proyeksi nilai sebesar $20 miliar atau lebih dari Rp300 triliun secara keseluruhan yang didukung sejumlah faktor kunci, antara lain peningkatan permintaan konsumen, kebijakan pemerintah, dan perkembangan teknologi baru yang mendorong performa dan mengurangi biaya secara keseluruhan.

Per 2020, pemakaian kendaraan listrik di Indonesia baru mencapai 26.000 unit roda dua dan 7.600 unit roda empat. Pemakaian ini utamanya didorong dari kemitraan B2B dan pembelian langsung. Secara persentase, saat ini motor listrik tercatat baru menyumbang 0,2% dari total pasar sepeda motor di Indonesia. Persentase ini dapat meningkat hingga 10% dalam lima tahun mendatang apabila pemangku kepentingan publik dan swasta bekerja sama untuk mendorong kendaraan listrik lokal.

Ekosistem pendukung, seperti cell manufacturing and battery management system ditaksir mengantongi nilai pasar sebesar $3 miliar-$4,5 miliar hingga 2030. Sementara, auto R&D and manufacturing diproyeksi menembus $12,5 miliar-$15 miliar. Kendati begitu, sejumlah tantangan ikut menyelimuti pengembangan kendaraan listrik di tanah air, mulai dari mahalnya biaya produksi kendaraan dan komponen baterai hingga rantai pasok.

Pemangku kepentingan di Tanah Air telah mengeluarkan sejumlah kebijakan di sisi permintaan, suplai, hingga infrastruktur untuk memberikan subsidi financing/insentif ke manufaktur, pengembang infrastruktur, hingga pengguna.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Sebagai perbandingan, penetrasi penggunaan kendaraan listrik roda dua di Vietnam sudah mencapai 9,7% di 2021. Ini tidak termasuk penggunaan sepeda listrik. Tiongkok dan negara-negara di Eropa mencatat penetrasi lebih besar, masing-masing 15% dan 16,1% untuk kendaraan listrik roda empat di 2021. Adapun, Tiongkok mendominasi penggunaan kendaraan listrik roda dua dengan 19,7%.

Tantangan, sentimen, dan ekosistem lokal

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membidik sebanyak 1,76 juta kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) dan 400 ribu unit untuk roda empat dapat mengaspal pada 2025. Dalam realisasinya, pemerintah tercekal sejumlah tantangan karena keterbatasan ekosistem untuk mendukung produksi, infrastruktur, hingga rantai pasok secara lokal.

Salah satunya adalah jaringan stasiun pengisian (charging station) dan penukaran baterai (BSS) pada kendaraan listrik. Per 2022, baru ada 439 high-powered general charging station yang terdapat di 328 titik lokasi dan 961 BSS di Indonesia.

Keterbatasan ini dikarenakan biaya investasi untuk membangun infrastruktur pengisian/penukaran baterai kendaraan listrik masih mahal. Tantangan lainnya adalah harga kendaraan listrik tidak murah, sedangkan opsi financing kendaraan listrik belum banyak. Di samping itu, spesifikasi yang terbatas juga belum dapat memenuhi kebutuhan pengendara.

Selain itu, minat terhadap kendaraan listrik juga dinilai belum tinggi. Berdasarkan survei terkait sentimen atau persepsi masyarakat terhadap kendaraan listrik, sebanyak 95% dan 84% responden masing-masing memiliki impresi positif pada aspek fuel efficiency dan biaya pemeliharaan yang rendah. Namun, impresi negatif terbesar tertuju pada aspek model kendaraan listrik (84%), infrastruktur pengisian baterai (81%), dan ukuran kendaraan listrik (79%).

“Banyak yang berminat switch ke kendaraan listrik karena merasa terlalu banyak menghabiskan biaya untuk bahan bakar. Namun, bagi kami, ini bukan hanya persoalan penghematan biaya, tetapi bagaimana mengembangkan produk yang punya kinerja yang sama dan dapat diandalkan seperti kendaraan yang sudah mereka miliki. Makanya, kami merancang produk dari pengalaman kami yang disesuaikan dengan pengguna Indonesia. Kami kembangkan kapabiitas R&D dengan tim yang kami miliki,” Founder dan CEO Maka Motors Raditya Wibowo saat sesi panel paparan laporan ini, Senin (3/7).

Lebih lanjut, laporan ini menyoroti inisiatif sektor pemerintahan dan swasta dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik dalam negeri. Pemerintah mendirikan holding Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membangun industri baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir.

Di sektor swasta, raksasa manufaktur baterai kendaraan listrik Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) asal Tiongkok rencananya menggelontorkan investasi sebesar $5,6 miliar untuk mengembangkan bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Dari sisi penggunaan, perusahaan teknologi besar, seperti Grab dan Gojek, ikut ambil bagian dengan memperkenalkan pemakaian kendaraan listrik melalui layanan ride-hailing dan logistik sebagai entry point mereka. Grab Indonesia mengoperasikan 14.000 armada motor listrik, sedangkan Lazada Logistics menggunakan kendaraan listrik yang diproduksi PT Smoot Motor Indonesia untuk keperluan logistik.

Berdasarkan data yang kami himpun, ekosistem kendaraan listrik dalam negeri saat ini diisi oleh berbagai startup produsen motor listrik maupun pengembang baterai yang melibatkan sejumlah pemangku kepentingan. Beberapa di antaranya adalah Alva One, Charged Indonesia, ION Mobility, hingga Swap Energi.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Korporasi dan pemodal ventura juga ikut terlibat dengan mendirikan perusahaan patungan (joint venture/JV) untuk menggarap kendaraan listrik, di antaranya ada Electrum (GoTo dan PT TBS Energi Utama Tbk) dan Ilectra Motor Group (PT Indika Energy Tbk, Alpha JWC Ventures, dan Horizons Ventures.

Sementara, anak usaha BUMN, Pertamina NRE ikut menggelontorkan dana kelolaan sebesar Rp7,7 triliun pada tahun lalu. Dana kelolaan bernama Energy Fund ini disiapkan untuk investasi pada inovasi di sektor energi.

Co-Founder dan Country Manager Glints Indonesia Steve Sutanto dan Partner Monk's Hill Ventures Susli Lie / Glints

Tren Rekrutmen di Startup Tahun 2023

Pandemi berdampak signifikan pada industri talenta digital di Indonesia. Dengan banyaknya perusahaan yang menghadapi tantangan ekonomi, tidak sedikit dari mereka terpaksa mengurangi tenaga kerja yang dimiliki dengan dalih efisiensi, termasuk di sisi talenta digital.

Menurut laporan Asosiasi E-commerce Indonesia (iDEA), industri perdagangan digital pun juga mengalami peningkatan PHK yang signifikan akibat pandemi.

Dalam laporan yang dirilis oleh Glints dan Monk’s Hill Ventures bertajuk “Temuan Pergeseran Fokus Perekrutan ke Peran yang Lebih Menghasilkan Pendapatan bagi Startup di Indonesia”, terungkap bahwa krisis akan talenta teknologi terus berlanjut di Indonesia. Kebutuhan talenta teknologi tetap kuat, dengan penghasilan rata-rata 38% lebih tinggi daripada posisi non-teknologi lainnya.

“Terlepas dari PHK teknologi baru-baru ini, masih ada peluang untuk para pemain industri yang lebih tradisional karena mereka haus akan bakat. Untuk startup, mungkin ada beberapa tantangan, tetapi sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai dan mengembangkan bisnis dengan fokus pada profitabilitas,” kata Co-Founder dan Country Manager Glints Indonesia Steve Sutanto.

Laporan iterasi kedua ini memaparkan analisis mendalam tentang tren perekrutan, gaji, serta data ekuitas untuk pendiri, eksekutif C-suite, dan talenta startup dari 10.000 poin data dan melalui 30 wawancara dengan pendiri startup di Indonesia, Singapura, dan Vietnam.

Kebijakan perusahaan dan dan tunjangan

Terkait dengan tunjangan karyawan, banyak startup tampak mengurangi tunjangan dan fasilitas tambahan di luar gaji pokok (fringe benefit) guna memangkas biaya. Meski begitu, gaji ke-13, bonus berdasarkan kinerja, serta sistem kerja fleksibel (sudah makin umum di berbagai pasar) tetap dianggap wajib.

Pada kenyataannya, jika tunjangan yang diberikan hanya yang wajib saja, karyawan justru lebih memahami dan menghargai tunjangan yang diterimanya. Hal ini juga mengurangi ambiguitas dan keruwetan.

Dalam laporan tersebut juga terungkap, kebijakan sistem kerja di tahun 2023 yang menjadi opsi bagi pegawai di antaranya adalah, bekerja secara hybrid atau penggabungan kehadiran pegawai di kantor dan di rumah. Sebanyak 59%  responden di Indonesia memilih opsi tersebut.

Sementara sisanya seperti kembali bekerja di kantor hanya 33% saja, dan yang terakhir adalah kerja secara remote sebanyak 8%. Sebanyak 45% startup menawarkan opsi kerja hybrid dan 12% lain menawarkan remote working untuk karyawan di berbagai pasar.

Sementara itu terkait kompensasi ekuitas, lebih dari 86% startup di kawasan Asia Tenggara telah menawarkan ESOP, tetapi masih terkonsentrasi pada sepertiga talenta di perusahaan terkait. Sebagian besar ESOP baru diberikan kepada jajaran eksekutif dan talenta senior.

“Lingkungan startup memerlukan orang-orang dengan rasa kepemilikan yang tinggi. Kalau ingin orang-orang kita benar-benar merasa memiliki perusahaan, ya harus kita perlakukan sebagai pemilik perusahaan Karena itulah, kami meyakini bahwa semua orang di perusahaan harus menerima ESOP, tidak hanya sekelompok orang saja,” kata Co-founder dan CEO Glints Oswald Yeo.

Posisi strategis di startup

Untuk memenuhi kebutuhan pegawai yang relevan, beberapa perusahaan juga masih terus melakukan proses perekrutan pegawai. Sebanyak 86% pendiri perusahaan yang diwawancarai akan terus mengadakan perekrutan pada tahun 2023, meski tidak secara besar-besaran.

Dalam laporan tersebut terungkap, engineering masih merupakan fungsi dengan permintaan talenta tertinggi di Singapura, Indonesia, dan Vietnam. Ketiga pasar ini umumnya dianggap memiliki talenta fungsi engineering yang kuat oleh para pendiri perusahaan. Di antara semua peran di fungsi teknologi, peran di fungsi engineering juga masih berada di peringkat teratas dalam hal besaran gaji.

Dalam laporan tersebut juga disebutkan, DevOps tercatat menerima lonjakan gaji tertinggi (19%) di antara peran-peran di fungsi engineering lainnya di seluruh pasar. Peran DevOps kian penting karena startup baru hampir bisa dipastikan akan mengawali langkahnya dari komputasi awan.

Posisi lainnya yang juga akan makin populer tahun ini dicari oleh perusahaan adalah product. Fungsi product akan jadi prioritas startup yang berada di tahap awal, agar bisa cepat mencapai tahap product-market fit.

Setelah engineering dan product, data menyusul di posisi ketiga sebagai fungsi dengan permintaan tertinggi. Gaji peran-peran di fungsi data melonjak signifikan sejak laporan terakhir, seiring kian maraknya pemanfaatan ilmu data, pembelajaran mesin, dan AI oleh berbagai bisnis yang mendayagunakan teknologi dalam produknya (tech-enabled).

Sementara itu untuk posisi non-teknologi di startup yang juga semakin populer dicari tahun ini adalah, business development & sales. Di sisi lain, perekrutan di bidang marketing dan public relation (PR) kian populer karena pendiri perusahaan menggeser fokusnya ke pertumbuhan berkelanjutan.

MSME Empowerment Report 2022

Laporan DSInnovate: Perkembangan dan Transformasi Digital di UMKM Indonesia 2022

DSInnovate baru merilis “MSME Empowerment Report 2022” yang bertujuan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang perkembangan UMKM di Indonesia, termasuk upaya mereka dalam melakukan transformasi digital. Laporan ini sangat relevan untuk pengusaha UMKM yang ingin meningkatkan bisnis melalui penggunaan teknologi digital dan stakeholder terkait yang memiliki misi memajukan UMKM Indonesia.

Dalam penyusunan laporan ini, peneliti melakukan survei terhadap 1500 pelaku UMKM di berbagai kota di Indonesia untuk mendalami tantangan dan kesempatan transformasi digital dalam mengakselerasi bisnis mereka. Selain itu, juga dilakukan studi kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada stakeholder di industri ini, termasuk pemerintah dan penyedia layanan teknologi untuk UMKM.

Laporan ini terdiri dari 4 bagian utama. Bagian pertama berisi gambaran lanskap UMKM di Indonesia, termasuk seberapa besar kontribusi mereka terhadap perekonomian nasional dan sektor-sektor yang dominan di mana UMKM beroperasi. Bagian kedua membahas kesempatan dan tantangan transformasi digital di UMKM Indonesia.

Bagian ketiga adalah tingkat adopsi digital di kalangan UMKM Indonesia, termasuk teknologi digital apa saja yang telah digunakan oleh UMKM dan hambatan apa saja yang dihadapi dalam memperkenalkan teknologi baru. Bagian keempat membahas perspektif pengembang layanan teknologi terkait transformasi digital untuk UMKM, termasuk rekomendasi dan saran untuk pengusaha UMKM yang ingin memulai atau memperluas penggunaan teknologi digital dalam bisnis mereka.

Terdapat sejumlah temuan menarik dalam laporan, salah satunya terkait tantangan utama yang dihadapi oleh UMKM di Indonesia dalam mengoperasikan bisnis mereka. Sebanyak 70,2% dari responden survei mengaku kesulitan dalam melakukan pemasaran produk; sementara 51,2% merasa kesulitan dalam mendapatkan dukungan modal; dan 46,3% kesulitan dalam menemukan pemasok bahan baku yang efisien.

Kesulitan tersebut ternyata juga ditangkap baik oleh inovator teknologi dengan menghadirkan berbagai layanan unik untuk membantu pengusaha mengatasi masalah tersebut. Di sisi pemasaran produk, pengembang platform digital enabler berusaha memudahkan di sisi pemasaran digital; sementara di sisi permodalan layanan fintech lending untuk UMKM juga semakin banyak dan beragam model bisnisnya; dan untuk pemenuhan bahan baku, model B2B commerce juga mulai berkembang beberapa waktu terakhir.

Adanya perpaduan perspektif dari pelaku UMKM dan pengemang teknologi di laporan ini diharapkan bisa memberikan sebuah gambaran yang menyuguhkan “konektivitas” sebagai upaya untuk mempersempit gap yang ada.

Selain itu terdapat sejumlah temuan lainnya, termasuk tingkat awareness penggunaan teknologi oleh pelaku UMKM, layanan teknologi populer yang digunakan, hingga strategi utilisasi platform digital populer seperti media sosial untuk mendongkrak bisnis UMKM.

Selengkapnya unduh laporan tersebut melalui tautan berikut ini: MSME Empowerment Report 2022.

Disclosure: TikTok mendukung pengembangan dan penerbitan laporan ini

Digitalisasi Logistik di Indonesia

Laporan DSInnovate: Digitalisasi Logistik di Indonesia 2022

Makanan yang kita santap setiap hari akan melalui proses logistik, dimulai dari petani, ke pengepul, ke pasar, hingga sampai ke dapur kita. Pun demikian dengan barang-barang lain, termasuk barang yang dibeli dari online marketplace. Sistem logistik berperan krusial dalam sistem ekonomi di sebuah negara, bahkan menjadi penopang utama industri seperti ritel, manufaktur, sampai dengan pertanian.

Faktanya, permasalahan di lini logistik juga pelik, mengakibatkan inefisiensi secara sistemis dari proses di hulu hingga ke hilir. Contoh paling sederhana pada sistem transportasi. Di Indonesia, moda logistik utamanya adalah truk. Kebanyakan truk hanya memiliki muatan saat berangkat melakukan pengantaran saja, sementara saat balik ke gudang kondisinya kosong. Padahal sebenarnya banyak pihak yang mau atau bisa memanfaatkannya, sehingga bisa menekan biaya dan waktu tempuh dengan lebih baik.

Selain itu masih banyak lagi isu-isu lainnya, termasuk terkait konektivitas antarstakeholder di sistem logistik itu sendiri.

Melihat permasalahan tersebut, inovator teknologi mencoba menghadirkan sebuah transformasi di sistem logistik. Mengedepankan pendekatan berbasis digital, diharapkan bisa memberikan model bisnis yang lebih efisien. Digitalisasi ini sudah dilangsungkan sejak beberapa tahun ke belakang.

Untuk melihat sejauh mana digitalisasi logistik di Indonesia, DSInnovate meluncurkan sebuah laporan bertajuk “Indonesia’s Digital Logistics Landscape 2022”. Merangkum data dan tren terkait transformasi digital di industri logistik lokal.

Dalam laporan tersebut ditemukan sejumlah data, seperti minat investor terhadap startup yang bergerak di bidang logistik. Sepanjang tahun 2022 ini 14 transaksi pendanaan yang diberikan, membukukan $169,6 juta atau setara 2,6 triliun Rupiah. Selain itu turut dibahas tahapan transformasi digital yang umum diterapkan oleh pelaku industri dan tren dari digitalisasi logistik di masa mendatang.

Selengkapnya, unduh laporan tersebut melalui tautan berikut ini: Indonesia’s Digital Logistics Landscape 2022.

LOGEE (part of Leap by Telkom Group) mendukung pembuatan laporan ini

Manajemen Talenta Startup

Pentingnya Manajemen Talenta di Tengah Gejolak Industri Teknologi

Industri teknologi Indonesia sedang mengalami gejolak, terlihat dari pemberitaan layoff oleh sejumlah startup. Hal ini sering dikaitkan dengan proyeksi resesi global yang akan terjadi di tahun 2023. Perusahaan gencar melakukan efisiensi dan restrukturisasi demi menghindari dampak yang lebih besar serta memperpanjang runway.

Dalam tindak efisiensi ini, karyawan kerap menjadi salah satu yang paling terdampak. Sementara itu, people atau karyawan  sendiri merupakan aset,  bagian esensial dari operasional bisnis dari sebuah perusahaan. Manajemen karyawan yang baik dapat menentukan bagaimana karier perusahaan ke depannya.

Pada awal bulan ini, Alpha JWC Ventures, bekerja sama dengan Kearney dan GRIT, meluncurkan sebuah laporan bertajuk “ASEAN Growth & Scale Talent Playbook”. Survei dilakukan selama Agustus hingga September 2022, melibatkan lebih dari 600 karyawan di 34 perusahaan dari Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Vietnam, dan Filipina.

Laporan ini bertujuan untuk mengedukasi dan membantu para founder atau manajemen startup digital dalam menarik, mengelola, dan mengembangkan sumber daya manusia secara efektif dan berkelanjutan. Dengan persaingan yang ketat, pergeseran mindset, serta tantangan ekonomi yang berlangsung, penting bagi para pemangku kepentingan untuk memahami lanskap SDM ini.

Salah satu temuan yang menarik dari riset ini adalah, 9 dari 10 perusahaan teknologi mengalami kesulitan dalam merekrut karyawan berkualitas terutama yang memiliki kemampuan teknis dan non-teknis. Sebaliknya, 91% karyawan mengaku  terbuka untuk meninggalkan perusahaan mereka bila ada kesempatan baru.

Tantangan yang dihadapi

Laporan ini juga memaparkan beberapa alasan karyawan ingin meninggalkan perusahaan untuk mencari kesempatan baru. Sebanyak 32% responden mengungkapkan bahwa kompensasi, termasuk gaji dan benefit sangat mempengaruhi keputusan mereka. Disebutkan bahwa rata-rata karyawan mempertimbangkan pergi demi 15%-30% kenaikan gaji.

Hal ini menimbulkan tantangan baru bagi perusahaan rintisan, utamanya startup berskala kecil, jika harus bersaing dengan giant tech companies yang sudah melakukan ekspansi global dan menawarkan kompensasi yang sangat bersaing. Maka dari itu, perusahaan harus bisa menarik minat para talenta dengan hal lain, seperti kultur perusahaan.

Sumber: ASEAN’s Growth & Scale Talent Playbook

Sebanyak 25% responden mempertimbangkan keluar dari perusahaan karena ketidaksamaan visi dan ketidakcocokan budaya. Maka dari itu, kultur atau budaya kerja dalam sebuah perusahaan menjadi esensial ketika dikaitkan dengan loyalitas karyawannya. Di sisi lain, fleksibilitas juga menjadi salah satu aspek yang juga memengaruhi keputusan karyawan untuk bertahan atau pergi.

Selain itu, 24% responden merasa adanya kebutuhan akan kesempatan untuk belajar dan berkembang dalam sebuah perusahaan. Tanpa hal itu, mereka akan merasa stagnan atau tidak berkembang, yang mendorong mereka untuk mencari kesempatan yang lebih baik di luar untuk mendukung pengembangan kemampuan mereka sendiri.

Manajemen talenta yang ideal

ASEAN’s Growth & Scale Talent Playbook ini diluncurkan sebagai buku panduan untuk membantu para startup dalam menghadapi isu di bidang manajemen tenaga kerja. Dalam laporan ini juga disebutkan enam pilar penting yang dapat digunakan perusahaan untuk menarik, membangun, dan mempertahankan tenaga kerja digital.

Sumber: ASEAN’s Growth & Scale Talent Playbook

Partner & President Director Kearney Shirley Santoso mengungkapkan, “Mengembangkan sumber daya manusia yang solid adalah salah satu prioritas terpenting dan kunci utama bagi perusahaan agar visi digital mereka dapat berhasil. Tentunya hal ini baru dapat dicapai dengan adanya usaha bersama antara pimpinan perusahaan dan jajaran lainnya dalam upaya yang berkelanjutan, juga mencakup seluruh tingkat organisasi.”

Turut hadir dalam diskusi panel peluncuran laporan ini, Co-founder dan CEO Bobobox Indra Gunawan. Ia mengungkapkan bahwa value perusahaan adalah sesuatu yang esensial untuk menjamin keberlangsungan bisnis. Di Bobobox sendiri, ada tiga value yang selalu dipegang erat, yaitu attitude, obsessive curiousity, serta overcommunicate. Menurutnya, tiga nilai ini  dapat menciptakan resistensi perusahaan terhadap berbagai pengaruh negatif yang mengancam.

Co-founder dan CEO Lemonilo Shinta Nurfauzia yang juga menjadi salah satu pembicara dalam acara tersebut ikut membagikan opininya. Ia mengaku masih berjibaku untuk bisa mendapatkan talenta berkualitas, bahkan ia harus merekrut teman atau relasi yang sudah dipercaya untuk membantu di masa awal perusahaan.

Tidak mudah menemukan orang yang memiliki visi yang sama dengan perusahaan yang menjual produk bercita rasa ‘sehat’ dengan harga yang relatif lebih mahal. Hingga kini, perusahaan telah memutuskan untuk mempertahankan jumlah yang relatif kecil sampai beberapa putaran pendanaan ke depan.

Dengan total karyawan sekitar 250 orang, strategi ini terbukti menguntungkan baik bagi perusahaan maupun karyawan. “Kami ingin menjaga agar jumlah kami tetap kecil sehingga setiap keuntungan atau apapun yang dihasilkan perusahaan, semuanya kembali ke sejumlah kecil orang dan kami dapat memberi [karyawan] lebih baik,” ujarnya.

Laporan perkembangan Open Finance di Indonesia tahun 2022

Laporan DSInnovate: Open Finance di Indonesia 2022

Terminologi Open Finance muncul di tengah perkembangan pesat bisnis fintech. Kapabilitas yang ditawarkan mencoba menjembatani berbagai hambatan yang selama ini masih ditemui pelaku industri, terkait efisiensi proses bisnis dan pengembangan teknologi.

Open Finance sendiri didefinisikan sebagai sebuah mekanisme berbagi data keuangan oleh pengguna. Data tersebut bisa dari mana saja, bisa dari perbankan, layanan fintech, atau lainnya (seperti data transaksi belanja, data pembelian pulsa, dan sebagainya). Faktanya, banyak data alternatif yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan analisis keuangan.

Melihat perkembangan adopsi Open Finance di Indonesia, DSInnovate dan Brick meluncurkan hasil penelitian bertajuk “Open Finance Report 2022”. Laporan ini berisi mengenai ulasan konsep, model bisnis, hingga studi kasus pemanfaatan Open Finance di Indonesia. Dilengkapi dengan temuan dari studi kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan peneliti.

Laporan tersebut berisi empat bagian utama, sebagai berikut:

  • Pengenalan Open Finance; memberikan gambaran komprehensif tentang Open Fianance dan bagaimana teknologi ini bekerja dalam membantu industri keuangan untuk mendapatkan manfaat lebih.
  • Open Finance di Indonesia; mendalami perkembangan dan tantangan implementasi dari Open Finance di Indonesia, beserta regulasi yang saat ini memayungi konsep ini — mengingat sektor finansial diregulasi ketat oleh otoritas.
  • Pemahaman tentang Open Finance; melihat sejauh mana pelaku industri memahami tentang Open Finance dan layanan yang ditawarkan.
  • Masa Depan Open Finance; memproyeksikan bagaimana layanan Open Finance akan berkembang di Indonesia, termasuk terkait dukungan ekosistem bisnis dari sisi pelaku industri dan regulator.

Terdapat sejumlah temuan menarik dari hasil studi yang dirangkum dalam laporan tersebut. Salah satunya didasarkan pada hasil wawancara yang dilakukan kepada sejumlah pelaku industri. Dari platform We+ misalnya, di sisi industri memang ada tantangan dalam mendapatkan data yang lebih komplit untuk melakukan risk profiling guna membantu perusahaan asuransi menyesuaikan harga premi.

Pun demikian untuk industri lain seperti P2P Lending, adanya data yang lebih banyak dimungkinkan untuk menghasilkan produk yang lebih baik dan terpersonalisasi. Selain itu, juga ada pendapat dari sejumlah pelaku industri lain, termasuk dari perbankan, mengenai potensi dari implementasi Open Finance.

Untuk hasil temuan selengkapnya, unduh laporan tersebut secara gratis melalui tautan berikut ini: Open Finance Report 2022.

Disclosure: DSInnovate didukung Brick dalam penyusunan laporan ini