Tag Archives: resident evil village

Resident Evil 8 Bajakan Diklaim Memiliki Performa yang Lebih Baik

Masalah optimalisasi performa memang sering terjadi pada rilisan game-game terbaru. Game terbaru dari Resident Evil yaitu Village ternyata juga tidak terlepas dari masalah tersebut, terutama untuk versi PC-nya yang dikatakan menderita stuttering.

Stuttering yang dilaporkan tersebut kerap terjadi di berbagai kesempatan seperti ketika gerombolan lalat muncul saat melawan bos, ketika musuh menangkap pemain untuk digigit, saat musuh mati, saat berada di area pasar di desa, dan bahkan saat cut-scene tengah berlangsung.

Kasus stutter ini memang belum ditangani oleh Capcom, namun para fans menaruh curiga pada proteksi DRM (Digital Rights Management) yang ada dalam game-nya. Dan siapa yang menyangka bahwa kecurigaan para fans tersebut malah berhasil dibuktikan oleh cracker/pembajak dari game-nya.

Cracker yang menggunakan nama Empress tersebut berhasil membobol keamanan game-nya sekaligus mengklaim bahwa mereka telah berhasil memperbaiki masalah performa buruk game-nya. Empress bahkan memberikan catatan dalam crack-nya yang menyebutkan bahwa semua stutter di dalam game-nya telah diperbaiki karena DRM milik Capcom telah dinonaktifkan.

Parahnya, Resident Evil Village versi PC juga menggunakan DRM Denuvo yang disebut memperburuk performa game-nya. Tetapi ketika semua DRM tersebut dimatikan oleh Empress, performanya dikatakan langsung meningkat drastis.

Hal ini dibuktikan lewat video yang Anda bisa tonton di atas dengan menguji coba versi retail resmi di Steam dan juga versi bajakan milik Empress. Hasilnya, memang versi bajakan dapat berjalan lancar tanpa masalah. Sedangkan versi resminya malah sering mengalami stuter meskipun telah diuji coba menggunakan kartu grafis RTX 3080.

Namun pengujian di atas memerlukan beberapa catatan seperti kedua cuplikan game tersebut diambil dengan driver Nvida yang berbeda. Versi retail-nya menggunakan driver 466.63, sedangkan versi bajakan menggunakan versi yang lebih baru yaitu 471.11.

Selain ini, yang cukup unik adalah, pada versi bajakannya, animasi adegan saat anak dari Lady Dimitrescu tersebut menggigit pemain hilang. Tidak hanya itu, namun animasi serangan dari bos lainnya juga absen pada versi bajakan.

Polemik Durasi Game: Apakah Semakin Panjang Berarti Semakin Bagus?

Bermain game kini telah menjadi hobi mainstream yang dilakukan oleh banyak orang. Seiring dengan bertambahnya jumlah gamer, maka jenis gamers pun menjadi semakin beragam. Sebagian orang menyatakan dirinya sebagai gamers hardcore, sementara sebagian yang lain sebagai gamer kasual. Sebagian gamer hanya bermain game di platform tertentu, sementara sebagian lain mungkin menikmati game multiplatform.

Keberagaman gamers itu berarti keinginan para gamers juga menjadi semakin beragam. Pasalnya, apa yang diinginkan oleh sekelompok gamers mungkin berbeda dari keinginan dari kelompok gamers lainnya. Sebagai contoh, gamers kasual biasanya akan cenderung menyukai mobile game yang tidak memakan waktu banyak. Sementara gamer hardcore mungkin lebih suka gamegame menantang yang mengharuskannya untuk menghabiskan waktu puluhan atau bahkan ratusan jam untuk ditamatkan.

Sekarang, durasi playtime sebuah game menjadi salah satu topik yang diperdebatkan di kalangan gamers. Sebagian gamers mendukung game dengan durasi panjang, sementara yang lain lebih suka game dengan durasi yang lebih pendek.

 

Durasi Resident Evil Village yang Cenderung Pendek

Harga game sekarang menjadi semakin mahal. Game AAA biasanya ada di rentang harga Rp500 ribu sampai Rp1 juta. Karena itu, tidak heran jika ada gamers yang ingin agar game AAA punya playtime yang panjang. Jadi, mereka tidak merasa sia-sia telah mengeluarkan uang hingga ratusan ribu rupiah.

Resident Evil Village yang dirilis pada awal Mei 2021 jelas masuk kategori game AAA. Game itu merupakan bagian dari franchise populer buatan developer yang juga sudah dikenal. Dari segi harga pun — bundle dari RE Village dan Resident Evil Re:Verse dihargai Rp848 ribu di Steam — Resident Evil Village masuk dalam kategori game AAA. Namun, playtime dari game tersebut tidak lama.

RE Village punya playtime yang cenderung pendek dari game-game AAA lain. | Sumber: Steam

Menurut GamesRadar, waktu rata-rata yang diperlukan untuk menamatkan RE Village adalah 10 jam. Jika Anda hanya fokus pada jalan cerita tanpa memedulikan side quest, Anda kira-kira hanya memerlukan waktu sekitar 6 jam. Dan jika Anda adalah seorang completionist yang ingin menemukan semua treasure, weapon, dan upgrade yang ada, serta menjalankan semua side quests yang tersedia, Anda mungkin akan membutuhkan waktu sekitar 12-13 jam. Jika dibandingkan sejumlah game AAA lain, playtime RE Village jauh lebih singkat.

Sebagai perbandingan, berdasarkan laporan Geek Culture, playtime rata-rata kebanyakan game AAA sekarang adalah 30-50 jam. Dan ada beberapa game yang bahkan bisa memakan waktu sekitar 80 jam untuk ditamatkan, seperti The Witcher 3 dan Red Dead Redemption. Bagi sebagian orang, playtime RE Village yang pendek mungkin membuat mereka merasa keberatan untuk membeli game itu. Sementara sebagian gamers lainnya merasa, harga yang ditetapkan oleh Capcom untuk RE Village adalah wajar, mengingat game itu memang memiliki replay value yang tinggi.

Selain itu, playtime yang lebih lama tidak selalu menjamin kualitas yang lebih baik. Berikut penjelasan tentang pro dan kontra dari playtime yang panjang. Namun, sebelum itu, mari kita bicara tentang…

 

Apa Durasi Game Memang Menjadi Semakin Panjang?

Untuk mengetahui waktu rata-rata untuk menamatkan game dari masa ke masa, say menggunakan data playtime game dari situs HowLongToBeat. Seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di bawah, pada era 1990-an, durasi playtime memang menunjukkan tren naik. Meskipun begitu, sejak 2000 sampai 2020, playtime game setiap tahunnya cenderung stagnan, pada belasan jam. Walau memang, beberapa anomali, yaitu ketika waktu playtime naik drastis menjadi lebih dari 20 jam atau bahkan hingga 40-an jam.

Rata-rata waktu bermain game dari tahun ke tahun. | Sumber: HowLongToBeat

Meskipun begitu, tak bisa dipungkiri, sejumlah game AAA membutuhkan waktu berpuluh-puluh jam untuk ditamatkan, seperti Legend of Zelda: Breath of the Wild atau Dragon Age: Inquisition. Lalu, apakah game-game tersebut bermasalah? Tidak juga. Salah satu keuntungan game dengan playtime panjang adalah game itu akan dapat menampilkan dunia yang kompleks, membuat pemainnya seolah-olah berada di dalam dunia tersebut (imersif), berpetualang atau menjelajah dunia bersama karakter-karakter yang ada. Dan bagi gamer yang masih muda, yang masih duduk di bangku SMA atau universitas, game dengan playtime panjang bukanlah masalah. Mungkin, bagi mereka, semakin panjang sebuah game, justru semakin bagus. Alasannya, gamer yang lebih muda punya waktu kosong yang lebih banyak.

Masalahnya, para gamers yang sudah lebih tua, yang punya tanggung jawab atas pekerjaan atau keluarga, mereka mungkin akan kesulitan untuk menamatkan game dengan playtime puluhan jam. Selain itu, game dengan durasi yang terlalu panjang juga punya masalah tersendiri, seperti yang disebutkan oleh CBR.

Salah satunya adalah gameplay atau cerita yang repetitif. Menghabiskan waktu puluhan jam untuk mengeksplorasi konten yang baru mungkin akan terasa menyenangkan. Namun, bagaimana jika Anda harus menghabiskan berjam-jam hanya demi grinding? Untuk menaikkan level karakter agar Anda bisa mengalahkan bos di sebuah dungeon atau sekedar meng-upgrade senjata dari tokoh utama? Hal ini justru bisa membuat game terasa menjadi membosankan dan bukannya menyenangkan,

Satu hal lain yang harus diingat, game adalah media hiburan yang berbeda dari buku atau film. Ketika Anda membaca buku, Anda bisa melewati atau sekedar men-skim bagian yang Anda rasa membosankan. Begitu juga dengan film atau seri TV. Namun, lain halnya dengan game. Memang, Anda bisa memilih untuk tidak melakukan side quests dan fokus pada misi utama. Namun, bagaimana jika sebuah game mengharuskan Anda untuk grinding hingga level tertentu? Bagi sebagian orang, grinding memang memberikan kepuasan tersendiri. Namun, bagi sebagian orang lain — termasuk saya — melakukan hal yang sama berulang kali akan lebih terasa sebagai siksaan.

 

Berapa Durasi Playtime yang Ideal?

Menurut Shawn Layden, mantan Worldwide Chairman dari Sony Interactive Entertainment, studio game besar tetap bisa sukses walau mereka membuat game dengan playtime sekitar 12-15 jam. Dia menjelaskan, durasi playtime naik seiring dengan naiknya biaya produksi game. Alasannya, banyak studio game yang merasa bahwa playtime yang panjang merupakan justifikasi dari harga game AAA yang semakin mahal. Namun, dia merasa, tren ini tidak bisa dilakukan dalam jangka panjang.

“Tidak semua game adventure akan bisa punya playtime selama 50-60 jam, karena hal itu akan membuat biaya produksi jadi terlalu mahal,” kata Layden pada GamesIndustry. “Pada akhirnya, jika playtime menjadi daya tarik utama dari sebuah game, tren itu justru bisa mendorong sejumlah kreator game bangkrut.”

Playtime The Last of Us 2 adalah 25 jam, sementara seri pertamanya hanya membutuhkan 15 jam.

Tidak hanya dari segi developer, Layden percaya, tren playtime yang semakin panjang juga akan menyulitkan para gamers. Pasalnya, tidak semua gamers akan bisa menamatkan game-game yang membutuhkan waktu puluhan jam untuk diselesaikan. Karena itu, dia mendorong para studio game untuk mengubah gaya kerja mereka. Daripada menghabiskan waktu 5 tahun untuk membuat game dengan playtime selama 80 jam, sebaiknya mereka membuat game dengan playtime 15 jam yang bisa dibuat dalam waktu 3 tahun

“Sebagai gamer yang berumur, saya sendiri lebih ingin game AAA dengan playtime sekitar 12-15 jam,” kata Layden, seperti dikutip dari Geek Culture. “Dengan begitu, saya akan bisa menyelesaikan lebih banyak game. Dan, sama seperti film atau buku yang telah diedit dengan baik, game tersebut akan memiliki konten yang lebih padat dan menarik.”

game baru valve

Valve Punya Game Baru, Resident Evil Village Bakal Rilis Mei 2021

Dalam satu pekan lalu, muncul beberapa kabar di dunia game. Capcom mengumumkan tanggal peluncuran dari Resident Evil Village, sementara Gabe Newell mengungkap bahwa Valve tengah mengembangkan beberapa game baru. Dari sisi bisnis, Tencent membeli saham dari Klei Entertainment dan Vicarious Visions kini menjadi bagian dari divisi Blizzard Entertainment.

Tencent Jadi Pemegang Saham Mayoritas dari Developer Don’t Starve

Tencent menjadi pemegang saham mayoritas dari Klei Entertainment, developer dari Don’t Starve, Oxygen Not Included, dan Griftlands. Hal ini diumumkan oleh Jamie Cheng, pendiri Klei, dalam sebuah forum. Cheng mengatakan, Klei akan tetap beroperasi mandiri, tanpa campur tangan Tencent. Mereka tidak hanya tetap mempekerjakan para staf mereka, tapi mereka juga akan fokus pada proyek-proyek yang sedang mereka kembangkan.

“Klei telah berdiri selama sekitar 15 tahun dan selama itu, kami telah membuat berbagai perubahan untuk menyesuaikan diri dengan industri game,” kata Cheng, seperti dikutip dari Games Industry. “Harapan saya tetap sama, yaitu memungkinkan para pekerja kami untuk bekerja dengan kreatif, belajar, dan menikmati kehidupan di luar pekerjaan mereka tanpa harus khawatir akan keuangan perusahaan. Hal ini tetap tidak berubah.”

Resident Evil Village Bakal Rilis Mei 2021

Minggu lalu, Capcom mengumumkan bahwa Resident Evil Village akan dirilis pada 7 Mei 2021. Game horror itu akan tersedia untuk PlayStation 4, PlayStation 5, Xbox One, Xbox Series X, dan PC, lapor The Verge. Capcom mengatakan, Village sudah mendukung Smart Delivery untuk Xbox Series X|S dan Xbox One. Tak hanya itu, pemilik PS4 yang membeli game itu juga bisa melakukan upgrade ke versi digital untuk PS5. Selain mengumumkan tanggal peluncuran Village, Capcom juga merilis trailer baru dari game itu.

Vicarious Visions Digabung dengan Blizzard

Activision Blizzard memindahkan studio Vicarious Visions dari divisi Activision ke bagian Blizzard. Hal itu berarti, ke depan, 200 orang yang menjadi tim Vicarious Visions akan bekerja di bawah manajemen Blizzard Entertainment. Mereka tidak lagi menjadi tim developer utama dan akan fokus untuk membantu Blizzard menyelesaikan game yang menjadi proyek mereka.

“Setelah berkolaborasi dengan Vicarious Visions untuk beberapa waktu, Blizzard sadar bahwa kami dapat memberikan dukungan jangka panjang pada mereka,” kata juru bicara Vicarious Visions pada Games Industry. Sayangnya, mereka tidak menjelaskan proyek apa yang tengah mereka kerjakan bersama Blizzard.

Gabe Newell Ungkap Valve Punya Beberapa Game yang Bakal Dirilis

Dalam wawancara dengan 1 News, Bos Valve, Gabe Newell mengatakan, Valve sedang mengembangkan beberapa game baru. Setelah Half-Life: Alyx diluncurkan, Newell pergi ke Selandia baru untuk berlibur. Dia memutuskan untuk tetap tinggal di sana setelah pandemi virus corona merebak.

Half-Life: Alyx. | Sumber: IGN
Half-Life: Alyx. | Sumber: IGN

“Kami punya beberapa game yang sedang kami kembangkan, yang akan kami umumkan di masa depan,” kata Newell, menurut laporan IGN. Sebelum ini, Valve telah mengembangkan banyak game. Namun, pada akhirnya, juga ada banyak game yang Valve tidak luncurkan, termasuk sejumlah versi dari Half-Life 3. Newell juga membahas tentang proses pengembangan Half-Life: Alyx dan keputusan Valve untuk fokus pada game single-player.

Resident Evil Village Siap Dirilis 7 Mei 2021, Tonton Demonstrasi Gameplay-nya

Tahun 2021 ini Capcom bakal merayakan hari jadi franchise Resident Evil yang ke-25, dan seperti yang kita tahu, mereka sudah menyiapkan game baru sebagai wujud selebrasinya, yaitu Resident Evil Village, yang akan dirilis secara resmi pada tanggal 7 Mei 2021 mendatang.

Menariknya, ada sedikit perubahan terkait perilisan Resident Evil Village. Awalnya Capcom hanya berniat merilis game ini di PC dan console next-gen (PlayStation 5 dan Xbox Series X/S) saja, akan tetapi Capcom diam-diam rupanya juga telah menggodok versi untuk console current-gen, yang dijadwalkan tersedia di hari yang sama, sekaligus yang dapat di-upgrade ke versi next-gen secara cuma-cuma.

Buat yang belum punya gambaran semencekam apa suasana yang ditawarkan Resident Evil Village, Anda bisa menonton trailer ketiganya di bawah ini, yang menurut saya adalah yang paling seram dibanding dua trailer lainnya.

Bersamaan dengan trailer baru tersebut, Capcom juga tidak lupa untuk mendemonstrasikan gameplay Resident Evil Village walau secara singkat. Melanjutkan seri sebelumnya, yakni Resident Evil 7: Biohazard, pemain bakal kembali menjalankan tokoh protagonis Ethan Winters di Resident Evil Village, dan permainan pun kembali disajikan dalam perspektif orang pertama.

Lagi-lagi pemain tak hanya akan diuji akurasi bidikannya, tapi juga ketangkasannya dalam menangkis serangan-serangan musuh. Ini penting mengingat Anda akan berjumpa dengan musuh yang lebih bervariasi di Resident Evil Village. Tentu saja menghindar masih merupakan taktik yang paling jitu, karena di sini Anda juga bakal berhadapan dengan monster raksasa yang membawa palu sebesar mobil.

Elemen gameplay lain yang tak kalah menarik adalah sistem inventory berbasis grid yang dipinjam dari Resident Evil 4. Bedanya, kali ini Capcom juga menambahkan sistem crafting, sehingga pemain bisa membuat obat-obatan maupun peluru sendiri. Selama perjalanannya, Ethan juga akan beberapa kali berjumpa dengan seorang pedagang senjata bernama The Duke.

Silakan simak sendiri demonstrasi gameplay-nya di bawah ini, yang dimulai di menit 34:44.

Khusus bagi pengguna PlayStation 5, Anda juga bisa mengunduh versi demo Resident Evil Village yang berjudul Maiden secara gratis. Versi demo ini memang tidak melibatkan sesi combat sama sekali, akan tetapi ia punya jalan ceritanya sendiri, sekaligus dapat memberikan gambaran yang lebih jelas lagi terkait gaya visual dan audio yang ditawarkan Resident Evil Village nantinya.

Lalu buat yang belum sempat memainkan Resident Evil 7, Capcom juga menawarkan bundel lengkap Resident Evil 7 dan Resident Evil Village, sehingga Anda bisa memainkan dan menamatkannya terlebih dulu selagi menanti kedatangan Resident Evil Village.

Namun rupanya Capcom masih belum puas dengan semua itu. Video di atas adalah trailer dari RE:Verse, mode multiplayer yang akan ditawarkan secara cuma-cuma bagi konsumen yang membeli Resident Evil Village. Di RE:Verse, Anda dapat bertarung melawan lima pemain lainnya dalam mode deathmatch menggunakan karakter-karakter populer dari franchise Resident Evil.

Lucunya, RE:Verse disuguhkan dalam perspektif orang ketiga. Ini dikarenakan setiap kali karakter Anda mati, ia bakal berubah menjadi monster untuk membalaskan dendamnya. Buat yang penasaran, Anda bisa mendaftarkan diri untuk berpartisipasi dalam tahap closed beta, yang dijadwalkan berlangsung mulai 27 Januari mendatang.

Sumber: PC Gamer.

10 Game yang Paling Layak Dinanti di Tahun 2021

2020 adalah tahun yang berat bagi hampir semua industri, tidak terkecuali industri gaming. Pandemi COVID-19 memaksa banyak developer untuk bekerja dari kediamannya masing-masing, dan dampaknya adalah banyak game yang jadwal perilisannya harus ditunda.

2021 memang baru berjalan beberapa hari, dan sejauh ini sebagian besar developer masih harus terus bekerja secara remote. Terlepas dari itu, tahun ini semestinya bakal menjadi saksi atas sederet game yang istimewa; game yang tadinya dijadwalkan hadir di tahun 2020, dan game yang disiapkan secara eksklusif untuk console next-gen.

Di artikel ini, saya akan menyoroti setidaknya 10 game yang paling layak dinantikan di tahun 2021. Sebagian sudah punya jadwal rilis yang pasti, sebagian lainnya masih tentatif. Asalkan situasi yang diakibatkan pandemi tidak kian memburuk, saya optimis semua game di bawah ini akan bisa kita mainkan di tahun ini juga. Semoga…

1. Hitman 3

Tepat tanggal 20 Januari nanti, penggemar seri Hitman bakal kembali menjalani sederet kontrak pembunuhan bersama Agent 47 dengan cara sekreatif mungkin. Bagi yang ketinggalan, Anda tidak harus memainkan game pertama dan keduanya, sebab Hitman 3 bakal mengemas seluruh misi dari Hitman dan Hitman 2.

Engine yang digunakan pada Hitman 3 sudah diperbarui sehingga tak hanya menawarkan penyempurnaan visual belaka, tapi juga mampu mengakomodasi lebih dari 300 NPC dalam satu kesempatan yang sama. Hitman 3 bakal mengakhiri trilogi “World of Assassination” yang berawal di tahun 2016, dan setelahnya IO Interactive selaku developer-nya akan beralih menggarap proyek baru dari franchise James Bond.

2. Far Cry 6

Setelah mengajak kita mengeksplorasi kawasan pegunungan Amerika Utara di Far Cry 5, Ubisoft ingin menyuguhkan pengalaman yang berbeda di Far Cry 6. Setting lokasinya kali ini adalah Yara, negara tropis fiktif dengan area pemukiman urban yang luas yang banyak terinspirasi oleh Kuba, lengkap dengan seorang diktator tangan besi bernama Anton Castillo yang menguasainya.

Far Cry 6 bakal mengangkat seputar kisah konflik bersenjata antara rakyat dan pemerintahannya. Namun sudah pasti juga ada narasi yang penuh intrik terkait relasi antara sang diktator dan putranya, Diego – yang diduga adalah Vaas Montenegro (karakter antagonis di Far Cry 3) semasa muda.

Sebelumnya dijadwalkan hadir pada 18 Februari, sayangnya perilisan Far Cry 6 harus ditunda akibat pandemi. Jadwal barunya belum ditetapkan, tapi yang pasti setelah bulan Maret 2021.

3. Deathloop

Setelah sukses dengan Dishonored dan Prey, Arkane Studios kembali menyajikan FPS penuh aksi dalam bentuk Deathloop. Yang menarik dari Deathloop adalah plotnya; Anda memerankan Colt, seorang pembunuh bayaran yang sedang terjebak di sebuah pulau bernama Blackreef. Di sana, Colt harus membunuh 8 orang target dalam kurun waktu 24 jam.

Problemnya ada dua. Yang pertama, Blackreef sendiri terjebak dalam sebuah time loop; seandainya Colt mati atau gagal melaksanakan misinya dalam batas waktu yang ditentukan, maka ia harus kembali mengulanginya dari nol. Yang kedua, Colt sendiri tengah diburu seorang pembunuh lain bernama Julianna, dan tugas Julianna cuma satu, yakni memastikan Colt tetap terkunci dalam time loop.

Semua itu dipadukan dengan gameplay inovatif yang sudah menjadi keahlian Arkane sejak lama. Juga menarik adalah fitur multiplayer yang opsional, di mana Anda bisa bermain sebagai Julianna, lalu mengacaukan campaign teman Anda yang tengah memerankan Colt. Andai semuanya berjalan sesuai rencana, Deathloop akan tersedia pada 21 Mei.

4. Halo Infinite

Didapuk sebagai salah satu judul eksklusif untuk Xbox Series X dan Series S, Halo Infinite akan kembali mengajak pemain beraksi sebagai Master Chief dan melanjutkan jalan cerita dari Halo 5, tentunya dengan persenjataan dan perlengkapan baru yang dapat dimanfaatkan, termasuk halnya sebuah grappling hook ala franchise Just Cause.

Awalnya dijadwalkan hadir bersamaan dengan Xbox anyar di musim liburan 2020, Halo Infinite sayangnya harus ditunda dan baru akan dirilis di musim semi 2021. Yang cukup menarik, Halo Infinite bakal menawarkan mode multiplayer yang free-to-play, dan developer 343 Industries memastikan tidak ada loot box dalam opsi microtransaction-nya.

5. Vampire: The Masquerade – Bloodlines 2

Sekuel dari salah satu RPG terbaik yang kurang laku karena dirilis di hari yang sama persis seperti Half-Life 2 di tahun 2004, Vampire: The Masquerade – Bloodlines 2 menempatkan pemain sebagai seorang vampir amatir di tengah konflik antara beberapa faksi vampir dengan ideologinya masing-masing. Buat yang tidak tahu, game ini mengambil tabletop RPG berjudul sama sebagai basis lore-nya.

Meski digarap oleh developer yang berbeda, Bloodlines 2 menjanjikan narasi yang mendalam sekaligus opsi dialog yang kaya seperti game pertamanya. Yang baru adalah semacam sistem backstory, di mana pemain dapat memilih latar belakang karakter protagonisnya sebelum dibunuh dan bangkit kembali sebagai seorang vampir, dan NPC bakal memberikan reaksi yang berbeda tergantung latar belakang yang dipilih.

Permainan disajikan dalam format first-person, dengan sesekali beralih ke tampilan third-person untuk sejumlah aksi yang spesifik, dan tentu saja semua peristiwanya berlangsung di malam hari. Seperti kebanyakan game dalam daftar ini, Bloodlines 2 yang tadinya dijadwalkan hadir pada tahun 2020 terpaksa harus diundur. Jadwal rilis pastinya belum ditentukan, tapi semoga tetap di tahun 2021.

6. Horizon Forbidden West

Di tahun 2017, tidak lama setelah PlayStation 4 Pro diluncurkan, Horizon Zero Dawn hadir sebagai salah satu action RPG terbaik untuk console tersebut. Di tahun 2021 ini, menyusul kedatangan PlayStation 5, giliran sekuelnya, Horizon Forbidden West, yang turun tangan.

Dalam Horizon Forbidden West, pemain akan kembali mengontrol Aloy, mengeksplorasi dunia post-apocalyptic yang dipenuhi robot-robot buas dengan berbagai macam bentuk. Setting lokasinya kali ini adalah San Francisco dan Yosemite Valley, dan satu hal yang mungkin sangat mencuri perhatian adalah hadirnya elemen gameplay baru berupa eksplorasi bawah air.

Ya, sepertinya Aloy bakal berjumpa dengan beragam robot yang hidup di laut, danau ataupun sungai. Sejauh ini belum ada jadwal rilis pasti untuk Horizon Forbidden West. Buat yang berharap versi PC-nya bisa datang lebih cepat, well, sepertinya Anda mungkin harus bersabar mengingat Sony pasti melihat game ini sebagai salah satu faktor pendorong penjualan PlayStation 5.

7. Ratchet and Clank: Rift Apart

Sukses dengan Marvel’s Spider-Man: Miles Morales, Insomniac Games kini sedang sibuk mematangkan Ratchet and Clank: Rift Apart. Berbeda dari Miles Morales, Rift Apart hanya akan tersedia di PlayStation 5 saja, dan itu bisa menjadi indikasi bahwa pengembangnya bebas bereksperimen dengan beragam fitur tanpa harus takut terbatasi oleh kapabilitas hardware console lawas.

Salah satu contoh konkretnya adalah mekanisme gameplay Rift Tether yang memungkinkan sang protagonis untuk melompat dari satu dimensi ke lainnya secara real-time, dan ini hanya bisa diwujudkan berkat SSD berkecepatan tinggi yang tertanam di jantung PlayStation 5. Kalau Anda sudah memesan PS5, game ini semestinya harus masuk ke wish list Anda.

8. Resident Evil Village

Game ke-8 dari franchise Resident Evil ini mengambil setting beberapa tahun setelah peristiwa yang terjadi di Resident Evil 7: Biohazard. Ethan Winters kembali menjadi karakter utamanya, dan kali ini ia harus berhadapan dengan misteri kelam pada sebuah desa di dataran Eropa, yang sedikit banyak diakibatkan oleh ulah Chris Redfield – membuat para penggemar franchise ini bertanya-tanya apakah Chris kali ini merupakan teman atau lawan.

Permainan juga akan kembali disuguhkan dari perspektif orang pertama guna menghasilkan sensasi mencekam yang lebih immersive lagi. Capcom sendiri bilang bahwa Resident Evil Village punya nuansa horor yang lebih kental ketimbang RE7.

9. Gotham Knights

Bayangkan Gotham tanpa Batman, sudah pasti kekacauan ada di mana-mana, dengan tingkat kriminalitas yang meningkat drastis. Nasib kota tersebut kini berada di tangan empat junior Batman: Batgirl, Robin, Red Hood, dan Nightwing, masing-masing tentu dengan kemampuan dan gaya bertarungnya sendiri-sendiri. Pemain dapat mengontrol mereka secara bergantian, atau bersama seorang teman.

Gotham Knights merupakan sebuah action RPG. Pengembangannya diserahkan kepada WB Games Montreal, developer di balik game Batman: Arkham Origins yang dirilis di tahun 2013. Kendati demikian, WB Games telah mengonfirmasi bahwa Gotham Knights tidak mengambil setting dunia yang sama seperti seri Arkham. Sebagai gantinya, Arkham-verse justru akan dilanjutkan oleh Suicide Squad: Kill the Justice League, game garapan Rocksteady yang akan menyusul di tahun 2022.

10. Hogwarts Legacy

2021 sepertinya bakal menjadi tahunnya action RPG. Selain Gotham Knights tadi, masih ada satu lagi franchise populer milik Warner Bros. yang akan dikemas menjadi action RPG. Dikerjakan oleh Avalanche Software, Hogwarts Legacy menempatkan Anda sebagai seorang penyihir muda sekitar 100 tahun sebelum kelahiran Harry Potter.

Selain komplek sekolah Hogwarts itu sendiri, permainan bergaya open-world ini juga mengambil tempat seperti Forbidden Forest dan Hogsmeade Village sebagai area yang bisa dieksplorasi. Satu bagian yang mungkin bisa menjadi daya tarik tersendiri adalah adanya sistem moralitas sebagai salah satu elemen gameplay utama.

Honorable Mentions

Seperti yang saya bilang, dampak dari pandemi COVID-19 selama tahun 2020 adalah banyaknya game bagus yang menunggu untuk dirilis di tahun 2021. Selain sepuluh yang sudah saya sebutkan, masih banyak judul lain yang mencuri perhatian, meski mungkin tidak untuk semua kalangan gamer.

Silakan luangkan waktu untuk menonton trailer dari gamegame di bawah ini, dan tentukan sendiri apakah mereka nantinya pantas menyita waktu bermain Anda tahun ini:

Back 4 Blood (spiritual successor dari seri Left 4 Dead)

Warhammer 40,000: Darktide (bayangkan keseruan membasmi monster di seri Warhammer: Vermintide, tapi kali ini dengan setting futuristis Warhammer 40,000)

Shadow Warrior 3 (kelanjutan dari FPS juara karya Flying Wild Hog)

Kena: Bridge of Spirits (game action adventure indie dengan setting dunia fantasi yang banyak terinspirasi oleh budaya Jepang dan Bali)

Weird West (immersive sim garapan WolfEye Studios, studio game baru milik pendiri Arkane Studios, Raphael Colantonio)

Bright Memory: Infinite (FPS penuh aksi karya satu orang developer)

Ruined King (turn-based RPG dengan setting dunia League of Legends)