Game FPS multiplayer Titanfall resmi ditarik dari peredaran mulai hari ini. Lewat Twitter, Respawn Entertainment selaku pengembangnya turut menjelaskan bahwa game Titanfall yang pertama ini juga akan dicabut dari berbagai layanan subscription pada tanggal 1 Maret 2022. Kendati demikian, Respawn memastikan bahwa server Titanfall masih akan terus aktif buat para penggemar loyalnya.
Respawn memang tidak mengelaborasi alasan di balik keputusannya menyetop penjualan Titanfall orisinal, namun besar kemungkinan ini berkaitan dengan serangan DDoS yang rutin diterima server Titanfall selama dua tahun terakhir (dan yang sampai menjalar ke Apex Legends), sehingga game-nya sering kali jadi tidak dapat dimainkan sama sekali.
Problemnya pun terus berkelanjutan karena Respawn hanya bisa mengalokasikan 1-2 orang untuk menangani Titanfall orisinal. “Kalau game-nya tidak bisa dimainkan, lalu kenapa masih dijual?” Kira-kira begitulah keluhan yang dilontarkan fans loyal Titanfall selama ini, dan tampaknya EA selaku publisher-nya pun akhirnya sudah tobat.
Tentu saja kita juga tidak boleh lupa akan fakta bahwa Titanfall sudah cukup berumur. Game ini pertama dirilis di bulan Maret 2014, dan dalam kurun waktu tujuh tahun pasca peluncurannya, Titanfall sudah menerima satu sekuel beserta dua game spin-off (salah satunya Apex Legends itu tadi).
Jumlah pemainnya yang masih aktif juga sudah tersisa sangat sedikit. Berdasarkan data dari SteamDB, jumlah terbanyak pemain yang online secara bersamaan dalam 24 jam terakhir cuma 9 orang (pastinya lebih banyak kalau ditambah pemain yang online via Origin, tapi semestinya tidak akan signifikan).
Di titik ini, tidak berlebihan jika kita menganggap bahwa masa hidup Titanfall sudah tamat. Namun para penggemarnya tidak perlu bersedih, sebab mereka masih punya Titanfall 2. Sekuelnya itu memang juga tidak luput dari serangan DDoS yang sama, tapi setidaknya ia masih punya single-player campaign yang fenomenal, satu elemen krusial yang absen pada Titanfall orisinal.
Bagaimana dengan Titanfall 3? Sebaiknya jangan terlalu berharap banyak, mengingat mayoritas tim Respawn masih akan terus berfokus ke Apex Legends, yang sendirinya merupakan salah satu anak emas EA dengan pemasukan yang luar biasa.
Kelanjutan dari aksi protes para pemain Titanfall pertama yang menyebabkan game Apex Legends dan Titanfall 2 terkena hack ternyata terus berlanjut. Sayangnya berbeda dengan Apex Legends yang permasalahannya dapat segera diatasi tidak sampai 1 hari, Titanfall kelihatannya tidak akan mendapat penanganan yang sama.
Menurut informasi dari subreddit Titanfall yang baru dikeluarkan beberapa hari lalu menjelaskan secara lengkap semua hal yang perlu diketahui oleh para pemain yang tidak dapat memainkan Titanfall maupun Titanfall 2.
Masalah utama dari kedua game ini adalah adanya celah keamanan yang rentan dan belum ditambal oleh pengembang Respawn Entertainment. Padahal masalah ini telah diketahui oleh sang pengembang sejak 2019 lalu.
Respawn Community Coordinator stated in one of his recent streams that Respawn has one or two people working on Titanfall, everyone else on Apex. pic.twitter.com/btXT0MsyGK
— The Titanfall Network (@TheTFNetwork) July 7, 2021
Dan penyebab mengapa Respawn tidak segera membenahi celah tersebut hingga sekarang adalah karena game Titanfall pertama kini hanya ditangani oleh 1-2 orang saja. Hal ini diungkap oleh Jason Garza yang merupakan Koordinator Komunitas untuk Respawn.
Lewat video di kanal YouTube pribadinya, Garza menjelaskan pada salah satu videonya (Pada menit 11:25). Garza menyebut Respawn sebenarnya tidak meninggalkan dan melupakan komunitas Titanlfall, namun memang hanya 1-2 orang saja dalam studio yang masih mengerjakan game tersebut. Sedangkan mayoritas anggota tim fokus pada Apex Legends.
Garza juga meminta para pemain Titanfall untuk bersabar karena mereka membutuhkan waktu untuk memperbaiki apa yang terjadi pada Titanfall. Terlebih memperbaiki masalah tersebut tidak semudah hanya dengan menekan tombol dan semua masalah selesai secara ajaib.
Di sisi lain para fans masih mempermasalahkan EA dan Respawan Entertainment yang masih menjual game Titanfall dan Titanfall 2 di Origin maupun Steam meskipun kedua game ini tidak dapat dimainkan sama sekali pada saat ini.
Beberapa pemain Apex Legends juga memberikan dukungan untuk para pemain Titanfall, salah satunya lewat Reddit. Para pemain tersebut mengaku bahwa mereka tidak marah terhadap para fans Titanfall yang melakukan penyerangan terhadap Apex Legends.
Para pemain Apex juga memahami bahwa bila EA dan Respawn memperlakukan para pemain veteran dan game lama mereka seperti saat ini terhadap Titanfall, maka hal yang sama juga akan terjadi kepada Apex Legends nantinya di masa depan.
Respawn Entertainment baru baru ini mengumumkan Apex Legends Season 6. Merupakan sebuah update konten besar yang memang hadir secara musiman, Apex Legends Season 6 diberi judul “Boosted”, yang akan menghadirkan beberapa konten. Salah satu konten yang disajikan pada Apex Legends Season 6 ini adalah sosok karakter bernama Rampart.
Jika melihat trailer yang disajikan kanal YouTube resmi Apex Legends, Rampart ditunjukkan sebagai seorang perempuan yang ditunjukkan punya penampilan serta aksen bicara seperti dari India. Sampai saat ini, EA ataupun Respawn Entertainment belum secara resmi merilis soal kemampuan Rampart secara detil.
Tetapi, beberapa sneak-peek sudah ditampilkan, sehingga kita bisa menduga-duga kemampuan dari karakter Apex Legends terbaru ini. Lewat trailer promosi Season 6, kita melihat Rampart sedang menggunakan senjata Gatling menembaki para Legend di tengah pertarungan. Pada blog resmi EA, Rampart digambarkan sedang memegang senapan besar dan dideskripsikan sebagai, “An expert modder who made her name in underground fight clubs, Rampart talks big and has the ballistics to back it up.”
Dari dua petunjuk tersebut, kita bisa menduga sepertinya senjata dengan kemampuan perusak yang besar akan menjadi kemampuan utama milik Rampart (mungkin Ultimate). Selain itu dengan deskripsi sebagai “expert modder” bisa jadi ia akan memiliki kemampuan untuk memodifikasi atau mungkin memperbaiki sesuatu.
Selain karakter baru, blog resmi EA juga menjelaskan bahwa setidaknya akan 4 konten lain yang hadir pada Apex Legends Season 6. Empat konten tersebut termasuk Boosted Battle Pass yang menyertakan 100 lebih konten eksklusif mulai dari Spray, Legendary skins, Apex Packs dan lain sebagainya.
Fitur baru, Crafting, yang memungkinkan Anda untuk mengumpulkan berbagai materi di dalam peperangan, dan membuat sesuatu dari materi tersebut. Senjata baru bernama Volt yang merupakan SMG dengan Energy Ammo. Juga tentunya tidak ketinggalan, kehadiran Ranked Season 6.
Tahun 2020 direncanakan menjadi tahun percobaan Apex Legends menjadi disiplin esports yang bisa diterima secara global. Melalui pengumumannya di awal tahun 2020 Apex Legends meluncurkan sirkuit Apex Legends Global Series.
Dengan sistem kualifikasi yang sangat terbuka EA dan Respawn Entertainment berharap bisa memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi player Apex Legends untuk dapat meraih slot dan bertanding di gelaran pemuncak Apex Legends Global Series Major.
Ketika pandemi merebak, dalam sebuah pernyataan EA membatalkan seluruh turnamen offline bagi seluruh disiplin game yang ada, Apex Legends pun tidak terkecuali.
Adapun EA dan Respawn Entertainment menyikapi situasi dengan meluncurkan seri turnamen online. Seri turnamen online yang diadakan tidak hanya memperebutkan hadiah uang tetapi juga poin kualifikasi Global Series. Untuk pembagian region global dari game Apex Legends dibagi menjadi 4 region antara lain: EMEA, Americas, Apac North, Apac South.
Sebagai tambahan, Apex Legends masih menjalankan Summer Circuit yang mempertemukan tim yang lolos di tingkat regional. Dua gelaran Super Region sudah berlalu dan masih ada 3 kesempatan lagi untuk tim peserta kualifikasi untuk mengisi lebih banyak slot di gelaran Apex Legends Global Series Major mendatang. Indonesia sendiri juga mempunyai beberapa tim yang tengah bertanding di regional qualifierApex Legends Apac South.
Kesuksesan esports Apex Legends masih belum bisa dipastikan sejauh ini. Tidak seperti Fortnite yang sudah terlebih dahulu suskes menjalankan turnamen globalnya, Apex Legends terkesan terlambat dan sekarang harus menghadapi tantangan yang lebih sulit dalam mengembangkan skena esportsnya ketika pandemi merebak secara global.
Berdasarkan data viewership yang dihimpun oleh esports chart, bisa terlihat region Amerika mencatat angka yang lebih tinggi dari segi viewership jika dibandingkan dengan region Eropa. Kita juga dapat menyimpulkan adanya kesenjangan dari jumlah viewership antara region Amerika dan Eropa. Terlihat untuk region Eropa memili rerata jumlah viewership di kisaran angka 46.000 viewers sedangkan rerata jumlah viewership di region Amerika bisa menembus angka 63.000 viewers.
Bila ditelaah sekilas, region Amerika terbilang memiliki ekosistem Apex Legends yang lebih reseptif. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan tim Apex Legends dengan induk organisasi di Eropa yang justru aktif bermain di region Amerika. Sedangkan di region Eropa sendiri tercatat tidak begitu banyak organisasi esports yang memiliki divisi Apex Legends dan bermain di region Eropa.
Sebagai penutup tidak dipungkiri bahwa region Amerika dan Eropa memang tercatat sebagai region dengan player base terbsesar untuk game Apex Legends. Hanya saja sepertinya untuk region Amerika masih mempunyai antusiasme yang sangat tinggi untuk game bergenre FPS.
Meski belum bisa dikatakan sempurna, Jedi: Fallen Order berhasil memuaskan dahaga gamer terhadap permainan Star Wars single-player berkualitas. Dikerjakan oleh tim pencipta Titanfall, performa game action-adventure ini jauh melampaui ekspektasi EA. Jedi: Fallen Order laris di PC, dan penjualannya terhitung mencapai delapan juta kopi di bulan Desember 2019. Publisher mengestimasi, angkanya berpotensi menyentuh 10 juta kopi di akhir Maret nanti.
Kondisi tersebut kembali mengingatkan para pemain di industri bahwa masih ada permintaan tinggi terhadap permainan single-player. Tentu saja, kesuksesan Jedi: Fallen Order menyemangati EA untuk mengembangkan lebih banyak game Star Wars. Lagi pula, perusahaan hanya punya waktu tiga tahun sebelum kontrak dengan Disney (untuk memublikasikan game Star Wars secara eksklusif) habis. Dan informasi terkini menyebutkan bahwa sang publisher tengah sibuk menggarap dua lagi permainan di jagat Perang Bintang.
Kabar ini diungkap oleh sejumlah narasumber pada jurnalis Kotaku, Jason Schreier. Dua game Star Wars anyar itu punya arahan desain berbeda. Satu permainan disiapkan sebagai sekuel Star Wars Jedi: Fallen Order dan satu lagi berskala lebih kecil dengan konsep yang ‘tidak biasa’, ditangani oleh Motive Studios asal Montreal. Didirikan oleh mantan produser Assassin’s Creed, Jade Raymond, EA Motive sempat membantu DICE dan Criterion merampungkan Battlefront II.
Selain dua game anyar, informan juga mengungkapkan bahwa EA sebetulnya sempat menggarap tiga permainan Star Wars, namun mereka semua dibatalkan. Kisahnya dimulai di tahun 2015, ketika EA menugaskan Visceral Games mengerjakan game Star Wars ber-codename Ragtag. Permainan difokuskan pada tema ‘perampokan’ (saya membayangkan Solo: A Star Wars Story dalam wujud game). Tapi tiba-tiba proyek dihentikan di tahun kedua pengembangannya, lalu aset-asetnya ditransfer ke EA Vancouver sebagai basis pembuatan permainan open-world Star Wars.
Di kalangan internal, game tersebut diberi julukan Orca. EA Vancouver menggodoknya hingga tahun 2018, namun lagi-lagi Electronic Arts memutuskan buat membatalkannya. Info mengenai penghentian Orca baru terungkap di 2019. Selanjutnya, tim Vancouver diarahkan untuk menggodok proyek Star Wars yang ‘lebih kecil’ bertajuk Viking. Saat itu, permainan dijadwalkan buat meluncur di musim gugur 2020 bersamaan dengan console PlayStation dan Xbox next-gen.
Viking didesain sebagai spin-off dari Battlefront dan mengusung elemen open-world. Dalam prosesnya, EA meminta Criterion untuk membantu EA Vancouver, dan di sinilah problem dimulai. EA Vancouver sudah menghabiskan banyak waktu untuk merancang serta menciptakan prototype, tetapi publisher ingin agar Criterion – developer di belakang seri balap Burnout – yang memimpin pengembangan.
Kolaborasi sulit dilakukan karena dua studio berasal dari tempat berbeda (Kanada dan Inggris). Dan kendala logistik ini diperparah oleh terlalu banyaknya pihak pengambil keputusan. Criterion punya visi yang ambisius: mereka ingin agar Viking menitikberatkan aspek cerita dan karakter. Pada akhirnya, EA sadar mereka tidak akan sanggup menyelesaikan game dalam target waktu satu setengah tahun. Dan iniah alasan disetopnya pengembangan Viking.
Saya harap tak ada lagi pembatalan proyek game Star Wars karena sejak lisensi dipegang oleh EA, hanya ada sejumput judul yang tiba di tangan gamer. Saya juga penasaran mengapa Knights of the Old Republic sama sekali tidak disebutkan oleh narasumber…
Banyak orang mungkin tidak puas dengan konklusi dari The Rise of Skywalker, namun fans sebetulnya bisa mengalihkan perhatiannya ke medium lain untuk memuaskan dagaha mereka terhadap Star Wars. Ada serial The Mandalorian di layanan Disney+, novel-novel brilian ‘canon‘ seperti Lost Stars dan trilogi Thrawn, serta tentu saja permainan video dengan Jedi: Fallen Order sebagai ujung tombaknya.
Setelah perkara lootbox yang menodai peluncuran Battlefront II, Jedi: Fallen Order menjadi satu-satunya harapan bagi franchise Star Wars untuk kembali bangkit di segmen video game. Berita baiknya, Jedi: Fallen Order berhasil memuaskan banyak pemain, bahkan sukses secara komersial. Dan kini gamer berharap elemen-elemen positif di sana turut diadopsi ke permainan Star Wars selanjutnya: bebas dari lootbox, DLC berbayar dan season pass.
Terkait game Star Wars, info terkini menyebutkan bahwa Electronic Arts berencana untuk menggarap penerus seri Knights of the Old Republic. Star Wars: KotOR ialah game role-playing buatan BioWare yang dirilis LucasArts di tahun 2003. Permainan melahirkan satu sekuel dan menjadi landasan bagi pengembangan MMORPG Star Wars: The Old Republic. Knights of the Old Republic awalnya disiapkan sebagai trilogi, namun proyek game ketiganya tak pernah lepas landas.
Keberadaan permainan Knights of the Old Republic anyar dilaporkan oleh Cinelinx lewat artikel eksklusifnya. Setidaknya ada tiga narasumber independen yang membocorkan informasi ini – satu informan bilang bahwa ini merupakan proyek remake dan satu lagi mengklaimnya sebagai sekuel. Arahan remake sendiri sepertinya lebih tepat untuk game Star Wars baru tersebut terkait retcon (revisi) terhadap konten non-film (Expanded Universe, kini disebut Legends) yang dilakukan Disney di tahun 2014.
Mengembangkan Knights of the Old Republic baru sebagai remake sebetulnya memudahkan tim developer karena mereka tidak perlu menggarapnya dari nol, cukup mengadopsi dan melakukan pengembangan dari konten yang ada di dua permainan sebelumnya. Sejauh ini, ada banyak elemen di Star Wars yang tadinya tak resmi (dianggap Legends) tetapi akhirnya diangkat ke film layar lebar serta serial televisi.
Soal keabsahan info ini, salah seorang narasumber Cinelinx adalah individu yang melaporkan keterlibatan aktor Ewan McGregor dalam film serial Obi-Wan Kenobi di Disney+. Pihak Disney telah mengonfirmasi kebenaran kabar tersebut di bulan Agustus 2019 kemarin.
Sebagai perusahaan yang memegang hak publikasi game Star Wars (sampai tahun 2023), saya penasaran studio apa yang Electronic Arts percayakan buat menggarap sekuel/remake Knights of the Old Republic. Apakah BioWare yang merupakan developer aslinya atau nama lain seperti Respawn atau DICE?
Nama Respawn mulai terdengar akrab di telinga khalayak berkat tengah naik daunnya Apex Legends, dan banyak gamer sudah mengenalnya ketika studio yang dibentuk oleh dua mantan pendiri Infinity Ward itu meluncurkan Titanfall. Sejak saat itu, Respawn terlibat banyak pengembangan permainan berskala besar, di antaranya Star Wars Jedi: Fallen Order serta game eksklusif Oculus Rift.
Di bulan Oktober 2017, Respawn Entertainment mengumumkan proyek kolaboratifnya bersama tim Oculus Studios. Waktu itu, tim belum menjelaskan apa yang tengah mereka kerjakan, hanya mengutarakan bagaimana teknologi virtual reality dapat memberikan pemain kesempatan buat merasakan kengerian dan kacaunya medan tempur. Dan di perhelatan Oculus Connect 6 kemarin, Oculus akhirnya mengabarkan bahwa game VR tersebut memiliki judul Medal of Honor: Above and Beyond.
Ada banyak hal menarik dari pengumuman ini. Sebagai awalnya, Above and Beyond akan menjadi permainan Medal of Honor pertama yang Electronic Arts lepas dalam waktu delapan tahun. Seri game bertema perang ini absen dari peredaran setelah sang publisher merilis Warfighter di tahun 2012. Dan dalam mengembangkannya, Respawn dan Oculus Studios mencoba mengembalikan seri Medal of Honor ke tema akarnya.
Dalam Medal of Honor: Above and Beyond, Anda bermain sebagai seorang agen Sekutu yang berkerja untuk Office of Strategic Services (OSS) di era Perang Dunia kedua. Tugas Anda ialah menginfiltrasi, membungkam dan mengalahkan mesin perang Nazi. Game akan membawa Anda mengunjungi lokasi-lokasi tempur bersejarah di Eropa, membantu gerakan pemberontakan di Perancis, hingga menyabotase operasi militer Nazi.
Aspek unik kedua dari Above and Beyond adalah partisipasi Peter Hirschmann. Ia merupakan produser Dreamworks Interactive, tim yang mengerjakan permainan Medal of Honor pertama dua dekade silam atas permitaan Steven Spielberg. Hirschmann kini bertanggung jawab sebagai game director. Yang menarik lagi ialah, CEO Respawn Vince Zampella juga pernah terlibat dalam pembuatan Medal of Honor: Allied Assault (kisah lengkapnya bisa Anda baca di sini).
Medal of Honor: Above and Beyond siap menghidangkan mode campaign single-player berisi 50 misi dan aksi multiplayer, serta mode penyampaian cerita unik di mana ‘Anda dapat duduk bersama’ veteran Perang Dunia kedua, mendengarkan kisah mereka sembari menyaksikan kejadian tersebut secara virtual. Tiap-tiap misi single-player kabarnya bisa diselesaikan dengan pendekatan berbeda.
Above and Beyond rencananya akan meluncur di tahun 2020 nanti (namun tanggal pastinya belum diketahui), tersedia secara eksklusif untuk platform Oculus Rift.
Meluncur tiba-tiba di awal tahun, Apex Legends membawa angin segar ke segmen battle royale yang saat itu mulai terasa penat. Game kreasi tim pencipta Tintafall itu memang tidak merombak penyajian genre last-man standing, namun ia membawa beberapa fitur inovatif yang membuat permainan jadi lebih simpel dan menyenangkan. Salah satu terobosannya ialah sistem ping sehingga komunikasi bisa dilakukan lebih ringkas.
Apex Legends juga berbeda dari game battle royale lain. Ia tak hanya mengadu pemain di satu area berukuran raksasa, tapi turut memfokuskan kerja sama tim serta dibumbui gameplay ala hero shooter seperti Overwatch atau Quake Champions. Selain itu, gamer juga memuji melimpahnya konten Apex Legends. Beberapa orang bahkan berpendapat bahwa cukup wajar jika Respawn menawarkannya sebagai game premium. Nyatanya, permainan dihidangkan secara gratis.
Meski demikian, Respawn Entertainment memberikan para penggemar berat Apex Legends kesempatan untuk ‘membeli’ permainan secara premium. Developermengumumkan rencana peluncuran dua versi fisik Apex Legends dan mempersilakan Anda memilih antara edisi Lifeline atau Bloodhound (mereka adalah dua dari sepuluh karakter yang bisa Anda mainkan). Dan dalam menyuguhkannya, Respawn mengangkat tema ‘iblis dan malaikat’.
Terlepas dari pemakaian boks, konten dan segala bonus di sana bersifat digital. Masing-masing menyimpan sebuah satu skin legendaris untuk sang hero, senjata, sebuah banner dan badge eksklusif, plus 1.000 Apex Coins. Ini dia detail dari masing-masing versi boks Apex Legends:
Lifeline Edition
Legendary Guardian Angel Lifeline skin
Legendary Chooser of the Slain Flatline skin
Exclusive Winged Guardian Banner
Exclusive Angel Struck Badge
Bloodhound Edition
Legendary The Intimidator Bloodhound skin
Legendary Wrath Bringer Prowler skin
Exclusive Feeling Impish Banner
Exclusive Tormentor Badge
Edisi fisik Apex Legends rencananya akan dijual di toko-toko retail mulai tanggal 18 Oktober 2019. Respawn menyediakannya baik untuk PC, PlayStation 4 dan Xbox One, membanderolnya seharga US$ 20. Menghitung dari nilai konten, versi boks pada dasarnya lebih ekonomis dibanding melakukan pembelian Apex Coins dan skin via transaksi standar. 1.000 AC dijual seharga US$ 10 dan sebuah skin legendaris dijajakan 1.800 AC.
Mungkin Anda sudah tahu, Apex Legends bukanlah satu-satunya game gratis yang punya alternatif versi boks premium. Tahun lalu, Epic Games sempat menawarkan bundel Deep Frozen permainan Fortnite. Dan satu hal lagi perlu digarisbawahi: edisi fisik Apex Legends ini belum disertai Battle Pass, yang dijual seharga 950 Apex Coin – atau sekitar US$ 10.
Beberapa hari sebelum publisher game raksasa melangsungkan ritual tahunan di ajang E3, Google lebih dulu memulai kehebohan lewat penyingkapan detail terkini terkait layanan game stream Stadia. Singkat cerita, platform cloud gaming ini akan meluncur di bulan November 2019 dan dapat diakses via browser Chrome, dongle Chromecast Ultra TV serta smartphone Pixel 3.
Dari semua itu, hal paling istimewa dari Stadia ialah dukungan game dan developer. Sudah ada 21 publisher mengonfirmasi siap berpartisipasi di sana. Dan sampai saat ini, ada 31 permainan blockbuster masuk dalam daftarnya – salah satunya adalah sekuel RPG legendaris, Baldur’s Gate 3. Berdasarkan sentimen pribadi, mungkin tidak ada game yang bisa membuat saya lebih bersemangat dari Baldur’s Gate 3, tapi saya yakin ada banyak di antara Anda menjerit girang ketika EA Play E3 2019 dilangsungkan.
EA tidak mengumumkan banyak game baru di Electronic Entertainment Expo kali ini, namun memang ada satu judul yang begitu dinanti gamer karena waktu rilis yang pelan-pelan datang menghampiri: Star Wars Jedi: Fallen Order. Selain itu, Electronic Arts mengungkap update Apex Legends, Battlefield V, The Sims 4, Madden NFL 20 dan FIFA 20.
Star Wars Jedi: Fallen Order
Banyak orang merasa skeptisnya pada Jedi: Fallen Order, tetapi gameplay trailer sepanjang 13 menit persembahan Respawn Entertainment di E3 lebih baik dari harapan saya. Banyak hal memang perlu dicerna, namun ada beberapa aspek penting yang bisa dicatat. Pertama, seperti dugaan sebelumnya, Jedi: Fallen Order mengedepankan aksi pertempuran jarak dekat yang diintegrasikan pada gameplay petualangan.
Mengacu pada video tersebut, Jedi: Fallen Order mengusung gameplay linier yang dititikberatkan pada narasi dan elemen-elemen sinematik, mungkin akan mengingatkan Anda pada Uncharted atau trilogi Tomb Raide. Game merupakan bagian dari kisah canon Star Wars, dan Anda akan bertemu dengan tokoh-tokoh baru serta karakter yang ada di film – misalnya Saw Gerrera (diperankan oleh Forest Whitaker). Dalam petualangannya, sang protagonis Cal Kestis ditemani oleh robot BD-1. Ia akan membantu Kestis menyelesaikan puzzle sembari mengekspos detail pada dunia permainan.
Hal unik kedua adalah sistem pertempuran Jedi: Fallen Order. Game memang tidak meneruskan gaya bertarung lightsaber khas seri Jedi Knight, namun ada elemen menarik yang Respawn angkat di sana. Taktik, strategi dan eksekusi serangan sangat penting dalam menghadapi jenis lawan tertentu, seperti ketika Anda bermain Bloodborne atau Sekiro: Shadows Die Twice.
Star Wars Jedi: Fallen Order akan meluncur di PC, Xbox One dan PlayStation 4 pada tanggal 15 November. Permainan difokuskan pada pengalaman single-player dan Respawn juga menjamin ketiadaan microtransaction dalam bentuk apapun.
Apex Legends
Akan ada banyak konten yang dibawa oleh update Season 2 dari game shooter battle royale populer EA ini, di antaranya ada karakter, skin, dan senjata-senjata baru. Season 2 mengangkat judul Battle Charge dan sesuai namanya, ia akan menyodorkan sejumlah tantangan dan aktivitas (baik mingguan maupun harian) yang bisa Anda lakukan. Penyajiannya tak jauh berbeda dari Fortnite.
Lewat video animasi, EA memperkenalkan tokoh bernama Natalie ‘Wattson’ Paquette, seorang pakar teknologi dan insinyur listrik. Kemampuan-kemampuan yang dimilikinya berpotensi mengubah struktur gameplay Apex Legends karena spesialisasinya ialah bertahan dan membangun pertahanan.
Selain itu, EA dan Respawn akan menghadirkan mode Ranked yang terdiri dari enam level (Bronze sampai Apex Predator), menambahkan skin legend untuk Caustic dan Octane serta beberapa senjata (Spitfire dan R-301), dan memperkenalkan senjata baru, yaitu L-Star dari Titanfall 2. Senjata ini mematikan, tapi hanya bisa diperoleh dari air drop dan amunisinya terbatas. Kemudian, developer tak lupa ‘memperbaiki’ tingkat efektivitas Mozambique, yang selama ini jadi cemoohan pemain.
Season 2 Apex Legends akan dimulai pada tanggal 2 Juli 2019.
Battlefield V
Di tahun ini, EA dan tim DICE akan terus fokus memperkaya konten Battlefield V. Potongan terbesarnya terbesarnya adalah penambahan medan tempur Pasifik di game FPS berskala raksasa tersebut, yang meerupakan bagian dari update Chapter 5. Di sana akan ada medan tempur berlatar belakang daerah Iwo Jima, kendaraan-kendaraan perang amfibi dari Amerika dan Jepang, serta senjata baru: M1 Garand yang legendaris.
Seluruh konten ini tentu saja terhidang secara gratis, kabarnya siap mendarat di bulan November 2019.
The Sims 4
Permainan simulasi buatan Maxis yang dirilis di tahun 2014 ini akan mendapatkan konten baru bertema kehidupan pantai melalui expansion pack berjudul Island Living. Add-on tersebut membawa Anda ke sebuah pulau bernama Sulani, di mana ‘Sim’ bisa bersantai di pinggir laut, membantu membersihkan lautan, bermain dengan lumba-lumba, membuat kastil dari pasir, hingga menjadi penjaga pantai.
The Sims 4 Island Living dapat dinikmati lebih dulu di PC pada tanggal 21 Juni, lalu akan menyusul di Xbox One dan PS4 pada tanggal 16 Juli.
FIFA 20
Sebelum E3 dimulai, memang sudah ada desas-desus mengenai agenda diumumkannya FIFA 20. Kini setelah game resmi disingkap, diketahui pula bahwa ada sejumlah aspek yang EA perbarui, misalnya pada mekanisme menendang bola serta penyesuaian pada reaksi penjaga gawang – yang selama ini dianggap terlalu cepat. Developer juga berniat untuk membubuhkan mode game ala FIFA Street, bernama Volta, difokuskan pada pertandingan berskala kecil.
FIFA 20 dijadwalkan buat meluncur pada tanggal 27 September.
Madden NFL 20
Madden memang bukan seri game olahraga terpopuler di Indonesia, tetapi ia merupakan salah satu franchise andalan EA. Di judul teranyar ini, developer mencantumkan mode campaign bertajuk Longshot, memberikan keleluasaan bagi pemain buat memodifikasi gameplay, serta menambahkan skenario-skenario tantangan demi membuka konten. Madden NFL 20 juga sengaja dirancang agar lebih bersahabat bagi pemula.
Sebelum meluncur di tanggal 2 Agustus nanti, EA akan melangsungkan uji coba beta tertutup pada tanggal 14 sampai 16 Juni.
FACEIT, event organizer yang biasanya dikenal menggelar ajang kompetitif untuk CS:GO, menjadi yang pertama menggelar esports Apex Legends yang berlisensi resmi dari Respawn Entertainment dan EA Games. Turnamen resmi pertama ini bertajuk FACEIT Pro Series: Apex Legends.
Rangkaian turnamen ini akan mempertandingkan 16 tim yang terdiri dari 8 event dengan total hadiah sebesar US$50 ribu. Turnamen pertamanya akan dimulai tanggal 31 Mei 2019.
Dari 16 tim yang bertanding, ada 14 tim undangan (invited) dan 2 tim dari Closed Qualifier. Nama-nama klub esports besar yang sudah dikonfirmasi akan mengikuti kejuaraan ini adalah 100 Thieves, CLG, G2 Esports, Cloud9, compLexity, Dignitas, GenG, Misfits, NRG, dan Fnatic. SKT T1 dan Team Liquid juga sudah mendapatkan undangan menurut laman resmi Pro Series.
We’re delighted to announce we’ll be hosting the first officially-licensed @PlayApex tournament: FACEIT Pro Series: Apex Legends
Sedangkan dua tim yang lolos dari kualifikasi adalah Alliance dan Fire Beavers. Sayangnya, kejuaraan ini memang masih terbatas untuk regional Amerika Utara.
Menariknya, meski ini turnamen berlisensi resmi, pertandingannya akan ditandingkan menggunakan public matches alias tanpa custom lobby.
Mengutip jawaban dari perwakilan FACEIT yang diwawancarai oleh Dot Esports, “ajang ini tidak akan dimainkan melalui custom lobby karena Apex Legends memang masih baru jadi belum punya fitur itu. Kejuaraannya juga akan menggunakan format ‘pub stomp’ yang artinya setiap tim bertarung satu sama lain untuk mendapatkan jumlah kill dan kemenangan terbanyak.”
Buat yang masih bingung dengan bagaimana sebuah turnamen Apex Legends berjalan (setidaknya di masa awal-awal sekarang ini) dan penasaran dengan esports resmi pertamanya, Anda bisa menonton sendiri pertandingan-pertandingannya yang ditayangkan langsung di kanal Twitch resmi untuk FACEIT.