Tag Archives: Revie Sylviana

Tim LINE Indonesia dan Bekraf dalam peresmian kompetisi LINE Creativate 2018 / LINE Indonesia

LINE Gaet Bekraf Tekankan Kepemilikan HAKI Para Kreator Lokal

LINE menggaet Bekraf untuk mendorong kesadaran para kreator lokal dalam memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) sebelum mengembangkan lebih jauh karya-karyanya di skala global. Kepemilikan HAKI menjadi penting lantaran dapat menjadi peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan para kreator secara lebih luas.

Untuk itu, LINE menggandeng Bekraf untuk peluncuran akun khusus bernama BIIMA. BIIMA sebelumnya sudah hadir berbentuk aplikasi yang bisa diunduh, namun kini tersedia dalam bentuk akun.

BIIMA, akronim dari BEKRAF’s IPR Info in Mobile Apps, berisi informasi mengenai Hak Kekayaan Intelektual secara praktis dan dapat diakses dari mana saja oleh masyarakat secara umum dan/atau para pelaku ekonomi kreatif secara khususnya.

“BIIMA dapat dimanfaatkan untuk para kreator untuk bertanya soal HAKI, kini sudah hadir di LINE. Bisa bertanya apapun di sana, selain itu kami juga menyiapkan bantuan lainnya entah itu dari permodalan, pemasaran, maupun lainnya,” tambah Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi Ari Juliano Gema, Senin (27/8).

Strategic Partnership and B2C Director LINE Indonesia Revie Sylviana menambahkan LINE Indonesia terus mengedukasi para kreator lokal untuk bangun HAKI karena dapat membuka kesempatan lain yang tidak hanya untuk cetak revenue saja. Tapi bisa juga dari kreasi stiker LINE ke komik, merchandise, atau film.

Salah satu kreator lokal besutan LINE yang sudah memanfaatkan HAKI adalah karakter komik Si Juki. Awalnya berbentuk komik, kini sudah merambah ke stiker bahkan film layar lebar. Pada akhirnya memberikan akses kepada penggemar Si Juki bisa menikmati karakter tersebut dalam lintas platform.

Secara total, LINE Indonesia mengklaim telah menaungi sekitar 166 ribu kreator stiker, tumbuh drastis dari tahun sebelumnya 111.608 kreator. Total stiker LINE yang telah dikirim oleh sesama pengguna LINE Indonesia mencapai 13,9 miliar dengan rata-rata stiker harian terkirim sebanyak 11 kali.

Angka tersebut naik drastis dari tahun sebelumnya yang mencapai 8,7 miliar stiker terkirim dengan rata-rata stiker harian terkirim sebanyak 7 kali.

LINE Webtoon disebutkan telah menjaring 50 kreator lokal yang terus aktif meluncurkan komik hingga kini. Pembaca LINE Webtoon untuk Indonesia mencapai 54 juta orang. LINE Webtoon dinobatkan sebagai platform komik nomor satu dari 71 negara sedunia dan dianugerahi sebagai the best social app dari Google Play pada tahun lalu.

LINE Creativate 2018

Demi menjaring kreator lokal berkualitas, LINE kembali menggelar kompetisi digital dan kreatif untuk keempat kalinya dengan membawa tema “Bangga Indonesia.” Ada kompetisi baru yang ditambah LINE, yaitu LINE Shopping Business Competition dan LINE Today Video Creation. Ditambah tema lainnya yang sebelumnya sudah pernah digelar, LINE Sticker, LINE Webtoon, Chatbot, dan LINE Game Let’s Get Rich World Cup.

Periode pengumpulan karya kompetisi LINE Creativate 2018 sebagian besar akan dimulai pada akhir Agustus sampai akhir Oktober 2018. Informasi lebih lanjut dapat ditemukan di linecreativate.com dan LINE Creativate Official Account. Tidak hanya memberikan hadiah uang tunai, LINE berkomitmen untuk membawa ke tahap bimbingan lebih lanjut buat para pemenang.

Mereka juga akan dibawa LINE ke kompetisi tingkat global, seiring membuka peluang bisnis bagi para kreator lokal merambah ke sana. Salah satu finalis LINE Sticker yang berhasil di boyong LINE adalah Milk & Mocca milik kreator Shortie. Stiker ini sudah masuk ke pasar Thailand dan sudah dipersonalisasi sesuai bahasa dari negara tersebut.

“Karena Milk & Mocca sudah punya IP yang kuat, kita bawa mereka ke pasar Thailand. Responsnya cukup luar biasa. Ini bisa membuktikan bahwa siapapun bisa jadi kreator, ada opportunity revenue yang bisa didapat,” pungkas Revie.

Para pegawai LINE Indonesia di kegiatan buka puasa bersama media / LINE

Tahun Ini LINE Indonesia Fokus Lancarkan Strategi Monetisasi

Aplikasi pesan instan LINE tahun 2018 bakal fokus ke monetisasi di Indonesia. Kepada DailySocial, Strategic Partnership Director LINE Revie Sylviana mengungkapkan, tidak hanya mengembangkan stiker original dari LINE, ke depannya kerja sama strategis juga akan dilakukan dengan pengembang lokal khusus untuk stiker LINE Indonesia.

“Sebelumnya memang LINE Indonesia tidak fokus kepada monetisasi, namun LINE sticker adalah salah satu penyumbang revenue terbesar untuk LINE. Memang secara organik banyak pengguna yang membeli stiker LINE secara khusus.”

Besarnya pembelian stiker juga terlihat sejak tahun 2017, yang meningkat 60% dibandingkan tahun 2016.

Untuk itu LINE Indonesia akan mendorong penjualan dengan menghadirkan beragam stiker. Mulai yang berbentuk animasi hingga yang dilengkapi dengan musik. Setiap bulannya koleksi stiker akan di-update secara berkala menyesuaikan tren.

“Saat ini sudah ada ratusan ribu stiker di LINE Indonesia, yang sebagian besar adalah produk hasil kreasi 145 ribu pengembang lokal. Tahun 2018 ini LINE Indonesia mulai fokus untuk monetisasi dan kita melihat pengguna favorit dari pengguna LINE salah satunya adalah stiker. Hal tersebut yang membuat mereka stay di LINE,” kata Revie.

Perusahaan mencatat, di tahun 2016 jumlah pembuat stiker lokal yang bergabung dengan LINE Indonesia berjumlah lebih dari 56 ribu. Di tahun 2017 berjumlah lebih dari 100 ribu dan di tahun 2018 mencapai lebih dari 145 ribu.

Fitur lainnya yang diklaim sudah mulai mendapatkan revenue adalah LINE Today.

“Kita juga memiliki smart portal lainnya yang bakal dikembangkan, yaitu LINE Jobs dan LINE Shopping. Masing-masing memiliki strategi dan positioning, dan saat ini sudah mulai ada inventory yang bisa untuk monetisasi,” kata revie.

Chatbot LINE “Marbot”

Fauzan Helmi, Product Manager LINE Indonesia
Fauzan Helmi, Product Manager LINE Indonesia

Pasca diakuisisi LINE Indonesia akhir tahun 2017 lalu, CEO TemanJalan Fauzan Helmi Sudaryanto menjadi Product Manager LINE Indonesia. Proyek pertama yang dikembangkan Fauzan adalah membuat chatbot ramadan yang bernama “Marbot”. Kepada DailySocial, Fauzan mengungkapkan, dikembangkannya chatbot ini merupakan bagian rencana LINE Indonesia untuk meningkatkan pemasaran di Indonesia.

“Intinya LINE Indonesia sedang berinvestasi untuk marketing indonesia. Salah satunya LINE Indonesia ingin mengembangkan produk lokal dan Marbot ini yang kita kerjakan.”

Disinggung apakah ada rencana lain Fauzan untuk LINE Indonesia, Fauzan enggan menyebutkan dan saat ini masih fokus kepada pengembangan chatbot. Hal tersebut yang kemudian ditegaskan Fauzan bersama dengan TemanJalan.

“TemanJalan fokus untuk membantu ekosistem developer LINE Indonesia dan untuk saat ini sangat fokus mengembangkan chatbot. Harapannya kita ingin mengembangkan chatbot lainya,” kata Fauzan.

Saat ini Marbot sudah bisa digunakan pengguna LINE Indonesia untuk melihat konten menarik yang berkaitan dengan bulan suci ramadan. Marbot LINE sudah hadir di 475 kota di seluruh Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Menangkap Lebih Jauh Potensi Bisnis Percakapan Melalui Chatbot

Platform perpesanan kini tidak hanya sekadar jadi alat yang menjembatani antara satu orang dengan orang lain saja. Sebab, saat ini mulai berkembang chatbot berteknologi kecerdasan buatan (AI) yang membuat berbagai brand berlomba-lomba untuk menggunakannya. Malah ada yang menyebut chatbot ini menjadi evolusi perpesanan antara brand dengan konsumen di masa depan.

Pasalnya, selain meningkatkan interaksi dan engagement, percakapan dapat menjadi pintu gerbang baru bagi suatu brand untuk meningkatkan pendapatan bisnis. Akan tetapi, seberapa perlukah bagi brand untuk memiliki chatbot? Jika iya, bagaimana bentuk pendekatannya? Apakah pamor teknologi ini ke depannya akan lebih cerah ke depannya?

Untuk menjawab seluruh pertanyaan tersebut, salah satu sesi Social Media Week Jakarta 2017, mengangkat tema “Conversational Chatbot, A Brand’s Must Have”. Sesi tersebut menghadirkan sejumlah pelaku pemain chatbot di Indonesia, yaitu CEO dan Co-Founder Kata.ai Irzan Raditya, Business Development Director Line Indonesia Revie Sylviana, Product Manager AI Microsoft Indonesia Yugie Nugraha, dan Senior Vice President BCA Martinus Robert Winata. Sesi ini dimoderatori CEO DailySocial Rama Mamuaya.

Lebih mudah dibanding membuat aplikasi

Menurut Revie, saat ini sudah bukan saatnya bagi brand untuk meluncurkan aplikasi. Menurutnya churn rate-nya sangat tinggi karena brand harus berkompetisi dengan aplikasi lainnya agar diunduh oleh pengguna.

Dibandingkan satu juta aplikasi yang hadir di Google Play, tingkat kompetisi antar aplikasi pun makin sengit. Jika aplikasi tersebut tidak memiliki fitur yang sesuai kebutuhan pengguna yang disasar, potensi di-uninstall akan besar.

“Brand akan sulit bersaing dengan aplikasi lainnya, maka akan lebih relevan bila menggunakan akun resmi dalam salah satu platform messanging,” terangnya.

Buat chatbot sesuai kebutuhan

Revie menambahkan chatbot pada dasarnya diperlukan untuk seluruh brand. Hanya saja perlu disusun seperti apa penggunaannya. Apakah digunakan untuk meningkatkan engagement atau ingin mengakuisisi pelanggan baru. Bila bertujuan ingin meningkatkan engagement, chatbot perlu menganut unsur kenyamanan yang mudah digunakan pengguna.

Ketika brand mengedepankan unsur kenyamanan maka sasaran pengguna akan lebih tepat jika menyasar anak muda. Brand pun harus berusaha mengikuti gaya hidup anak muda, dengan demikian brand akan lebih mendekati mereka.

Jika terkait akusisi pelanggan, hal ini akan bersinggungan dengan tingkat kompetisi antar brand. Chatbot dapat digunakan sebagai alat utilisasi untuk penerapan strategi online to offline atau sebaliknya.

Bila perusahaan ritel ingin memberi sampel produk atau diskon, misalnya, dapat menambah fitur image recognition dalam chatbot-nya. Pelanggan hanya perlu mengunggah bukti pembayaran, kemudian bot akan secara otomatis membaca dan memberikan sesuai arahan strategi.

Irzan Raditya menambahkan,sebaiknya pada tahap awal brand perlu fokus pada fitur yang sesuai dengan kebutuhan. Bisa dimaklumi ketika pada baru berdiri, bot belum pintar menangani setiap percakapan. Jika diibaratkan seperti manusia, bot itu adalah mesin pintar yang perlahan-lahan perlu dilatih.

“Intinya bot itu harus mampu menangani setiap percakapan. Namun tahap awalnya perlu step by step, mulai dari kata-kata sederhana hingga makian. Brand perlu fokus pada salah satu fitur terlebih dahulu,” ucap Irzan.

Salah satu bot yang dibuat Kata.ai adalah Veronika milik Telkomsel. Sejak pertama kali diluncurkan, Veronika mampu menangani 96% pertanyaan dan memiliki 10 juta pengguna dari Line, Facebook Messenger, dan Telegram.

Produk lainnya buatan Kata.ai adalah Jemma milik Unilever. Jemma memakai teknologi Natural Language Processing (NLP) dan Natural Language Understanding (NLU) untuk Bahasa Indonesia. Dalam kurun waktu sembilan bulan sejak diluncurkan, Jemma telah menghimpun 180 juta percakapan dengan 1,4 juta pengguna.

Bot lainnya adalah Rinna buatan Microsoft. Yugie Nugraha mengungkapkan tujuan Microsoft menghadirkannya bot ini lantaran ingin meningkatkan engagement kepada pengguna dengan pendekatan secara EQ. Sejak dirilis pada 22 Agustus 2017 kemarin, Rinna diklaim sudah mampu menghimpun 60 ribu pengguna.

“Karena kami ingin engage user, bisa dibayangkan hubungan seperti apa yang bisa terjalin antara manusia dengan AI. Ketika pengguna mulai terbuka, kita bisa bawa Rinna membangun engagement antara brand dengan pengguna,” katanya.

Beri keamanan berlapis

Berbicara tentang keamanan data dalam chatbot, menurut Martinus Robert Winata, mengingat regulasi perbankan di Indonesia cukup ketat. Pemanfaatan chatbot untuk transaksi perbankan juga harus diperhatikan.

Untuk chatbot buatan BCA, yakni VIRA, perusahaan menerapkan keamanan berlapis dengan tetap mempersyaratkan proses registrasi nasabah dengan verifikasi lewat ATM. Cara ini penting untuk memagari orang yang berhak akses info mereka adalah mereka sendiri.

“Bank sangat hati-hati bagaimana tetap melindungi privasi nasabah saat transaksi via online. Untuk saat ini, VIRA baru bisa melayani transaksi non finansial. Ke depannya mungkin akan kami tambahkan fitur transaksi finansial.”

Terkait data konsumen yang dihimpun bot, Yugie menambahkan bahwa pihaknya rutin menghapus data dalam kurun beberapa waktu tertentu. Perusahaan pun tidak bisa sembarang menghubungi pengguna tanpa ada persetujuan dari mereka.

Sama halnya yang dilakukan Kata.ai, data pribadi tidak disimpan dalam server Kata.ai, tetapi di server klien. Perusahaan hanya menyimpan data percakapan untuk belajar agar mesin AI semakin pintar.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Social Media Week Jakarta 2017

Rencana Smarften untuk Sektor M2M Tahun Depan

Operator telekomunikasi mulai merambah sektor M2M (machine to machine) dan Internet of Things (IoT). Nama-nama seperti Indosat, Telkomsel dan XL adalah beberapa yang sudah dikenal memiliki solusi M2M. Tak mau ketinggalan dengan operator lainnya, Smartfren yang sudah resmi mematikan layanan CDMA untuk beralih ke LTE ini akan mengusung beberapa strategi untuk bisnis M2M di tahun depan. Salah satunya adalah untuk bisa menjadi partner utama perusahaan di dalam Sinarmas Group dalam penyediaan solusi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.

SVP Digital Services Smartfren Revie Sylviana dan GM M2M and IoT Smartfren Supriyadi kepada DailySocial mengemukakan bahwa saat ini pihaknya sudah menyusun strategi untuk mewujudkan misi tersebut. Salah satu yang tengah dipersiapkan adalah implementasi platform untuk meningkatkan kapabilitas internal, membangun kemitraan dengan aplikasi M2M global. Semua itu dilakukan untuk secara konsisten membangun ekosistem M2M dengan konsep economic sharing dan memastikan seluruh pihak mendapatkan manfaat terbaik.

Teknologi sumber daya internal baik sistem maupun personil juga tengah disiapkan Smartfren agar bisa mewujudkan sebuah layanan yang berkualitas dan memiliki manfaat.

“Untuk menyambut persaingan bisnis di depan, saat ini Smartfren sedang fokus untuk meningkatkan sumber daya internal, baik personil maupun sistem pendukung. Membangun kemitraan dengan mitra teknologi dan bisnis terbaik di industri M2M, dan memulai pengembangan beberapa solusi M2M, agar bisa siap diluncurkan di awal tahun. Dan yang tidak kalah penting adalah melakukan beberapa uji coba layanan di dalam group Sinarmas, untuk memastikan solusi yang akan di luncurkan sesuai dengan kebutuhan pasar,” terang Revie.

Peluang yang ingin diambil

Teknologi M2M pada dasarnya bisa berguna untuk banyak sektor. Untuk solusi tahun depan, Smartfren akan fokus pada solusi telemetri dan Insurance (Tracking & UBI), Home Automation, Building Management, solusi pembayaran dan Asset Management, dan juga solusi untuk kesehatan.

“Layanan M2M yang kami luncurkan akan terus berbeda baik dari sisi fungsionalitas maupun model bisnis, sebagai contoh produk Smartrek, yaitu layanan tracking mobil, dikemas dalam bentuk UBI [usage based insurance, yaitu solusi asuransi berbasis pemakaian/perilaku mengemudi pelanggan]. Solusi ini adalah solusi otomotif, namun digunakan sebagai sebuah produk baru untuk asuransi. Dari sisi bisnis model, pelanggan yang membeli asuransi, akan mendapatkan perangkat tracking dengan harga yang sangat rendah, sehingga keuntungan yang didapatkan oleh pelanggan menjadi dua yaitu keuntungan asuransi [perlindungan] serta layanan trading,” jelas Supriadi.

Smartfren tampaknya memang tak ingin ketinggalan dalam potensi dalam bisnis M2M ini. Mengutip data Machina Research, pertumbuhan industri IoT dan M2M berada di kisaran 21% CAGR dengan porsi pendapatan yang dapat diraih para pemain IoT sebesar Rp 1,8 triliun tahun depan. Dengan strategi yang akan diterapkan tahun depan, pihak Smartfren berharap bisa mengambil bagian di pasar M2M dan IoT di Indonesia.

Smartfren Hadirkan SmartAds, Fitur Iklan Multimedia Interaktif

Smartfren kini turut meramaikan pasar iklan digital dengan menghadirkan fitur iklan multimedia interaktif yang ditujukan kepada pengguna bernama SmartAds. Lewat fitur tersebut, iklan akan muncul secara otomatis saat handset dalam posisi idle atau tidak digunakan. Dengan demikian SmartAds diklaim tidak akan mengganggu aktivitas pengguna saat sedang browsing, games, dan chatting.

SmartAds akan mengirimkan konten iklan dengan format informasi atau iklan yang lebih personal dan interaktif. Bentuknya dapat berupa foto, video, suara atau lagu (rich media), bahkan hingga mengirimkan aplikasi. Keunggulan lain SmartAds adalah bisa digunakan untuk melakukan survei, program promosi, dan mengirimkan program diskon atau voucher untuk produk tertentu.

Dilansir dari Indotelko, Senior Vice President Digital Services Smartfren Revie Sylviana mengatakan, “Kami mulai garap iklan digital lebih serius dengan meluncurkan layanan SmartAds.[…] Ini medium baru untuk komunikasi interaktif yang lebih sesuai untuk target pelanggan data dan smartphone.”

Tren iklan digital operator

Kehadiran fitur SmartAds milik Smartfren ini sebenarnya bukan barang baru. Sebelumnya, XL Axiata telah bermitra dengan penyedia platform advertising digital asal Amerika Serikat Mobilewalla pada awal tahun lalu. Operator telekomunikasi lain yang juga serius menggarap iklan digital ini adalah Indosat yang menggandeng Smaato dan membentuk Indonesia Mobile Exchange.

Pasar di Indonesia akan terus bertumbuh stabil hingga tahun 2019, dimana pada saat itu total pasar iklan di Indonesia (termasuk iklan di media tradisional) akan melompat hingga US$19,58 miliar (Rp 260,7 triliun). Di saat itu, anggaran belanja iklan digital dan mobile akan berkisar di angka US$7,6 miliar (Rp 101,2 triliun)

Hingga tahun 2019 pasar periklanan di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan stabil dan mencapai lebih dari Rp 260 triliun. Ini juga termasuk iklan di media tradisional. Sementara anggaran belanja iklan digital dan mobile diperkirakan akan berkisar pada angka Rp. 101,2 triliun saat itu.

Dengan semakin gencarnya iklan digital yang dihadirkan oleh operator telekomunikasi, para pengguna pun harus bersiap menerima luapan iklan dengan konsep berbeda saat sedang menikmati layanan online di smartphone.

HOOQ Resmikan Kemitraan dengan Tri, Indosat Ooredoo, dan Smartfren

Layanan video on-demand HOOQ hari ini mengumumkan kemitraan dengan Tri, Indosat Ooredoo dan Smartfren. Sebelumnya pengguna HOOQ, saat peluncurannya di Indonesia 14 April lalu, sudah bisa langsung menggunakan pulsa di jaringan Telkomsel dan XL Axiata untuk membayar biaya berlangganan bulanannya.

Nantinya perjanjian berlangganan antara HOOQ dengan Tri Indonesia dan Indosat Ooredoo akan langsung tersedia untuk semua pelanggan seluler prabayar per akhir April, sedangkan dengan Smartfren di bulan Juni. Pelanggan dapat mengakses HOOQ untuk menonton film-film Indonesia, Asia dan Hollywood dengan biaya berlangganan Rp 49.500 per bulan tanpa memerlukan kartu kredit.

“Kemampuan berinteraksi merupakan pusat dari ekosistem digital. Kemitraan antara HOOQ dengan Hutchison 3 Indonesia, Indosat Ooredoo dan Smartfren akan memungkinkan jutaan penggemar film dan serial TV di Indonesia mengakses layanan video on-demand terbesar di Asia hanya melalui HOOQ,” kata Chief Executive Officer HOOQ, Peter Bithos.

Dari sisi mitra, Chief Sales Marketing Officer Tri Dolly Susanto mengungkapkan, “Kami sangat antusias bermitra dengan HOOQ yang memberikan pelanggan kami akses mobile untuk film-film Indonesia dan Asia. Kami optimistis bahwa layanan video on-demand ini akan memperoleh respons positif dari pelanggan kami mengingat teknologi 4G kini sudah tersedia di jaringan kami, dan 80% dari pelanggan kami adalah pengguna data pada smartphone dan perangkat mobile lainnya.”

Hal serupa juga ditegaskan oleh Alexander Rusli, Presiden Direktur & CEO Indosat Ooredoo. Ia mengatakan, “Kami sangat bangga dapat bermitra dengan HOOQ untuk memberikan pengalaman digital video-on-demand. Kemitraan ini akan memungkinkan pelanggan Indosat Ooredoo untuk menikmati film favorit mereka dengan lebih mudah, lebih cepat dan sebagian besar hal itu karena didukung oleh sistem penagihan operator yang akan memudahkan pembayaran berlangganan melalui paket prabayar dan pascabayar.”

Untuk Smartfren, perjanjian baru akan dimulai akhir Juni 2016 mendatang. Senior Vice President Digital Service Smartfren Revie Sylviana menegaskan, “Smartfren selalu berkomitmen memberikan layanan terbaik di Jaringan 4G/LTE sehingga dapat memberikan pengalaman terbaik kepada pelanggan. Dengan menggabungkan cakupan Jaringan 4G/LTE kami di Indonesia dan layanan video on-demand dari HOOQ, pelanggan akan menikmati streaming film tanpa tersendat.”

Ingin mencoba layanan Hooq? Baca artikel cara bikin akun HOOQ di sister site kami, Trikinet.

iShow Siap Ramaikan Persaingan “Entertainment Live Streaming” di Indonesia

Layanan entertainment live streaming iShow baru saja meresmikan kehadirannya di Indonesia. Kesuksesannya di Thailand coba direplikasi di pasar Indonesia. Di Indonesia, mereka akan bersaing dengan Cliponyu, HalloStar, dan Zeemi.

Dalam jumpa pers yang diadakan di Jakarta, Chief Executive Officer PT iSentric Technology Indonesia Sean Tham mengatakan:

“Sebagai penyedia layanan konten entertainment berbasis live streaming, iShow hadir menjawab tantangan tersebut. Selain teknologi yang mendukung terciptanya layanan ini, kami juga melihat peluang pangsa pasar menjanjikan. Selain itu tidak bisa dipungkiri, bahwa kami memanfaatkan infrastruktur yang semakin baik, yaitu hadirnya 4G LTE.”

Website iShow saat ini sudah bisa diakses dan konten juga sudah mulai terisi. Layanan ini membebaskan untuk siapa saja bisa menjadi VJ (Video Jockey) membawakan kanal di dalamnya, dengan ketentuan dan prasyarat yang berlaku. Di Indonesia sebelumnya juga sudah ada layanan sejenis, dengan pangsa pasar yang sama, yakni HalloStar dan Cliponyu. Di kancah startup lokal ada juga Zeemi yang saat ini juga sudah mulai mematangkan layanan hiburan berbasis live streaming yang dimiliki dan memperkaya konten yang ada di dalamnya.

Untuk membantu menjangkau pangsa pasar yang luas, iShow menggandeng provider lokal Smartfren. Menurut Senior Vice President Digital Services Smartfren Revie Sylviana, kedua pihak memiliki tujuan yang selaras. Smartfren ingin mendorong konten digital di pasaran sebagai salah satu realisasi pembentukan digital services Smartfren, sedangkan iShow butuh memastikan layanannya dapat berjalan dengan baik.

Di lanskap online lokal, layanan sejenis memang memiliki penggemar yang terus bertumbuh. Pasalnya pengalaman baru yang ditawarkan dengan menyaksikan apa yang dialami oleh penyiar secara langsung banyak dinilai lebih menarik ketimbang penyampaian secara konvensional dengan melalui teks atau audio saja.

iShow juga telah tersedia di perangkat mobile, khususnya platform Android dan iOS, untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan akses yang lebih mudah untuk para penggunanya. Di fase awal, iShow masih akan fokus pada perekrutan VJ lokal sebagai pengisi acara dan konten di dalam portalnya.

Smartfren Targetkan Kontribusi Layanan Digital Naik Jadi Lima Persen Tahun Depan

Belakangan ini layanan digital tengah mendapat lirikan dari berbagai operator seluler Indonesia, meski kontribusi pendapatan yang diberikan terbilang masih kecil. Pun begitu, dengan adopsi 4G/LTE yang mulai meluas, secara perlahan operator juga mulai bersiap dalam menggenjot pendapatan melalui layanan digitalnya. Smartfren sendiri berencana menaikan pendapatan layanan digital mereka sebesar dua persen tahun depan, menjadi lima persen.

Dewasa ini penggunaan perangkat mobile sudah jauh berbeda bila dibandingkan dengan beberapa tahun lalu saat layanan SMS dan telepon berjaya. Pergeseran tersebut pun membuat para operator seluler yang bermain di industri telekomunikasi untuk mulai menyesuaikan bisnisnya. Salah satu upaya yang terlihat adalah dengan melebarkan sayap ke layanan digital secara mandiri.

Pun begitu, tahun ini masih belum menjadi era keemasan layanan digital yang diberdayakan oleh para operator seluler Indonesia. Smartfren, sebagai salah satu operator seluler besar di Indonesia, pun mengakui hal ini. Disebutkannya bahwa kontribusi pendapatan dari layanan digital tahun ini baru sekitar 3 persen saja dari total pendapatan.

“Kalau di kami [Smartfren] layanan digital services masih kecil. Tahun ini kontribusi digital services terhadap total pendapatan sekitar 3 persen,” ujar Senior Vice President Digital Services Smartfren Revie Sylviana seperti dikutip Merdeka di Jakarta.

Meski masih kecil kontribusinya, bukan berarti tak ada celah untuk digarap. Apalagi mengingat ini merupakan salah satu “jalan lain ke Roma” bagi operator seluler di tengah-tengah tergerusnya bisnis mereka oleh layanan OTT lain. Tahun depan, Smarfren ingin menaikan kontribusi pendapatan dari layanan digital mereka hingga lima persen.

Revie mengatakan, “Kami targetkan kontribusi digital services terhadap total pendapatan pada tahun depan [mencapai] 5 persen.”

Optimisme untuk dapat meningkatkan revenue layanan digital ini tak lepas dari adopsi layanan 4G/LTE yang mulai meluas di Indonesia. Smartfren mengklain bahwa adopsi 4G/LTE mereka saat ini sudah tersedia di 22 kota. Tahun depan, menurut Revie, Smartfren juga menargetkan untuk dapat memiliki 12 juta pelanggan yang bisa menikmati layanan 4G di kuartal ketiga nanti.

Sementara itu, untuk menggenjot pendapatan dari layanan digitalnya di tahun 2016, Smartfren akan akan berupaya untuk menghadirkan beberapa layanan baru. Di antaranya yaitu, layanan Machine to Machine (M2M), video, musik dan ringback tone dengan konsep layanan data, smarthome solution, hingga mobile advertising.

Jongla Targets to Be One of Top Three Messenger App in Indonesia

Finland-based Jongla ties exclusive partnership with XL Axiata (XL) as its attempt of entering Indonesian market. By doing so, Jongla expects to be able to call its app as one of the top three messenger service in Indonesia by 2015, getting into a direct yet strict competition with the country’s current best three: BlackBerry Messenger, WhatsApp, and Line. Continue reading Jongla Targets to Be One of Top Three Messenger App in Indonesia

Jongla Tantang Hegemoni Layanan Messaging Populer di Indonesia

Press Conference Jongla

Platform messaging asal Finlandia Jongla memasuki pasar Indonesia dengan menggandeng XL Axiata (XL) sebagai partner eksklusif. Jongla berharap usahanya ini bisa mendongkrak penggunaan layanan ini menjadi aplikasi tiga besar di segmen messaging di Indonesia per akhir tahun 2015. Saat ini pasar messaging di Indonesia dikuasai oleh BlackBerry Messenger, WhatsApp, dan Line.

Continue reading Jongla Tantang Hegemoni Layanan Messaging Populer di Indonesia