Seperti Final Fantasy XV, The Last Guardian ialah salah satu permainan dengan waktu pengembangan yang lama, dimulai sembilan tahun silam. Fans akhirnya bisa bernafas lega saat Sony mengumumkan waktu pelepasannya di tahun ini, meski ada sedikit penundaan untuk membersihkan bug. Dan tepat di tanggal 6 Desember 2017, The Last Guardian resmi meluncur di PlayStation 4.
Sebagai game yang paling dinanti-nanti, respons para reviewer tampak terbagi. Beberapa media tak segan memberikan The Last Guardian nilai sempurna, tapi tak sedikit dari mereka menyodorkan skor rendah. Alasannya hampir senada: masalah teknis dan desain, serta kurang mulusnya eksekusi.
Salah satu media yang memberikan skor tertinggi adalah Hardcore Gamer. Bagi sang reviewer, The Last Guardian merupakan mahakarya Team Ico. Semua ilmu mereka dituangkan dalam game demi menciptakan sebuah petulangan terbesar. Permainan ini menghidangkan pengalaman gaming jempolan di PlayStation 4, dengan skala tak tertandingi serta grafis terbaik di console. Memang ada sedikit kekurangan, tapi hal itu tidak mengurangi kualitasnya.
Melalui ulasan tanpa skor, Christian Donlan dari Eurogamer mempunyai pendapat serupa. Baginya, The Last Guardian ialah permainan esensial, pewaris sejati Shadow of the Colossus. Dan meskipun Anda bisa melihat banyak benang merah dengan sang pendahulu, permainan ini secara percaya diri menyuguhkan kisah baru, fokus pada hubungan antara seorang bocah dengan makhluk raksasa. Di sisi teknis sendiri, Eurogamer mengeluhkan kendala pada kamera.
Game Informer juga merasa puas pada mutu The Last Guardian. Sang reviewer menyatakan bahwa game ini menitikberatkan kerja sama dan tema persahabatan, serta bukan permainan yang sekedar memberikan Anda misi buat diselesaikan. Game ini membuat Anda tersenyum saat melihat Trico melakukan kekonyolan, memicu rasa iba sewaktu ia disakiti musuh, serta memunculkan rasa lega ketika makhluk raksasa ini muncul dan membantu Anda di momen yang tepat.
Jim Sterling (via Jimquisition) sendiri tampak kurang puas pada faktor teknis, hanya menyodorkan skor 6,5. Baginya, The Last Guardian seharusnya sudah dirilis 10 tahun silam karena game mengusung desain gameplay kuno dan AI yang kurang pintar. Ditakar dari perspektif permainan puzzle, The Last Guardian sangatlah buruk, untungnya aspek negatif tersebut tertutupi oleh cerita tentang persahabatan. Terlepas dari kekurangan itu, Sterling berpendapat bahwa kita tetap harus angkat topi pada kerja keras tim developer-nya.
Sejauh ini, nilai terendah diberikan oleh iDigitalTimes, yaitu dua dari lima bitang. Pengulas bilang, dalam The Last Guardian, rasa kagum dan frustasi tercampur aduk. Menurutnya, game ini tidak menyenangkan buat dimainkan, dan gameplay-nya tampak sengaja dirancang buat menghalagi progres. Ditambah masalah pada kamera, pengalamannya jadi lebih buruk lagi.Tapi iDigitalTimes juga mengakui bahwa ada momen-momen indah di sana, dan animasi Trico sangatlah mengagumkan.
Saat artikel ini ditulis, The Last Guardian memperoleh skor rata-rata sementara 78 di situs agregat review OpenCritic.