Tag Archives: Ricky Satria

Pasca pengujian kedua, standardisasi QR Code Bank Indonesia direncanakan mulai berlaku pada paruh kedua tahun 2019.

Standardisasi QR Code Ditargetkan Mulai Berlaku Paruh Kedua 2019

Rencana Bank Indonesia (BI) menerbitkan standardisasi QR Code untuk sistem pembayaran uang elektronik mulai mencapai titik terang. Baru-baru ini pihaknya telah melakukan percobaan yang kedua mengenai teknisnya. Hal tersebut dijelaskan oleh Deputi Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Ricky Satria. Ia juga mengatakan, seperti dikutip dari Tirto, bahwa standardisasi tersebut diharapkan bisa mulai berlaku pada paruh kedua tahun 2019.

Ini adalah uji coba kedua setelah sebelumnya dilakukan pada bulan November 2018 lalu. Program standardisasi ini oleh BI disebut sebagai “QR Indonesia Standard” (QRIS). Nantinya bakal bersifat merchant presented mode dan dapat memperluas interkoneksi. Tujuannya mendukung ekonomi keuangan digital di Indonesia. Adanya QRIS juga memungkinkan QR Code yang dimiliki perbankan dan fintech dapat saling dikolaborasikan.

Mengenai pengujian tahap dua ini Ricky turut memaparkan bahwa mereka fokus pada berbagai kemungkinan isu. Misalnya untuk penanganan isu ketika terjadi kasus pengguna melakukan transaksi dan saldo terpotong, namun merchant belum mendapatkan nominal dana. Selain itu juga melakukan antisipasi di daerah blankspot (tidak ada sinyal).

Hal lain yang tak kalah menarik, nantinya QRIS ini akan menghadirkan efisiensi kaitannya dengan penerimaan dana. Merchant dapat menerima dana yang berasal dari berbagai instrumen pembayaran, baik dari uang elektronik yang berbasis server, tabungan, maupun kartu debit.

Sebelumnya dalam uji coba pertama di tahun 2018 BI telah memberikan izin penggunaan QR Code untuk pembayaran kepada 12 perusahaan, termasuk Go-Pay, Ovo, TCash, BNI Yap! dan BRI (tiga nama terakhir kini sudah bersatu di platform LinkAja). Selain bersama industri fintech, BI kala itu juga menunjuk Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) sebagai lembaga khusus yang akan merampungkan standardisasi QR Code.

ASPI adalah lembaga yang dibentuk BI dengan melibatkan representasi seluruh pelaku industri sistem pembayaran di Indonesia. Lembaga tersebut diberi kewenangan dalam lingkup mikro dan teknis untuk membuat aturan main dalam industri sistem pembayaran dengan tetap memperhatikan ketentuan dan kebijakan.

Masa Depan Perbankan Digital di Indonesia

Inovasi dalam dunia teknologi yang terus tumbuh dengan pesat terbukti telah banyak membawa perubahan di masyarakat. Keuangan adalah salah satu sektor yang merasakan dampak inovasi tersebut dan kini istilah fintech (financial technology) pelan-pelan mulai terdengar lebih luas.  Lalu bagaimana nasib lembaga keuangan yang lebih dahulu hadir seperti bank di tengah-tengah terpaan inovasi ini?

Berbarengan dengan peluncuran Pinjam Indonesia beberapa hari silam, digelar juga sebuah forum yang diinisiasi Pinjam dengan Veryfund bernama Indonesia Fintech Forum. Topik yang dibawakan adalah “The Future of Digital Banking in Indonesia”. Ini menarik, mengingat fintech mulai merangkak ke atas secara perlahan di Indonesia saat ini.

Lanskap perbankan Indonesia saat ini

Indonesia Fintech Forum

Inovasi. Itu adalah elemen terpenting yang dibutuhkan oleh dunia perbankan saat ini di Indonesia, bahkan dunia. Akui saja, produk-produk keuangan yang lahir dari perut perbankan saat ini tidak lah begitu “menarik”.  Ini tak lepas dari kondisi perbankan itu sendiri yang berada dalam posisi sebagai sebuah korporasi.

“Saya percaya sebelum berbicara tentang inovasi Anda harus tahu lansekap dari tempat Anda akan mamainkan inovasi tersebut. [..] Bagaimana kondisi pasarnya saat ini dan bagaimana kondisi pasarnya di masa yang akan datang,” tekan Chief Strategy Offices Maybank Indonesia Charles Budiman di @america.

Secara garis besar, menurut Charles, lansekap perbankan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga hal utama. Dari posisi Indonesia di Asia Tenggara, tantangannya dalam bentuk emerging environment, dan juga bagaimana bank di Indonesia dapat bertumbuh di masa depan, terutama dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Indonesia Fintech Forum

Charles mengatakan, “Saat ini kondisi Net Interset Margin [NIM] bank-bank Indonesia tergolong tinggi bila dibandingkan dengan bank lain di kawasan Asia Tenggara. [..] Tapi tanpa perubahan dari sisi produktivitas, bank di Indonesia akan kehilangan [sisi] kompetitifnya dengan nilai NIM yang semakin berkurang namun [nilai] Cost to Income Ratio meningkat. [..] Ini akan jadi kabar buruk bagi kami [pelaku industri perbankan Indonesia].”

Berkolaborasi bersama dengan inovasi dunia digital di bidang keuangan

Indonesia Fintech Forum

Indonesia sebagai negara berkembang memang memiliki banyak tantangan untuk dipecahkan dalam berbagai sektor, termasuk dalam industri keuangan. Indonesia saat ini juga masih tercatat sebagai negara dengan tingkat literasi keuangan yang cukup rendah, baru 32 persen.

Tahun ini memang bukan menjadi tahun fintech mendapat sorotan seperti industri e-commerce yang sudah mulai matang atau aplikasi karya anak bangsa. Pun demikian, sebenarnya sudah ada beberapa startup digital mulai muncul ke permukaan dalam ekosistem digital Indonesia. Bahkan kemunculan berbagai startup fintech ini bisa membuat perbankan takut kehilangan market share mereka.

Pun demikan, perubahan tak pernah bisa dilakukan sendirian. Perlu peran berbagai pihak pemegang kepentingan untuk berkolaborasi bersama dalam menumbuhkan ekosistemnya. Apalagi di industri keuangan yang sudah mapan dengan segala regulasi yang tak bisa sembarangan digoyahkan.

Deputi Direktur Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif Bank Indonesia Ricky Satria mengatakan, “Kita butuh ‘Fintegration’. Fintech berkolaborasi bersama dengan bank untuk melewati segala tantangan dalam bisnis ini [keuangan dan perbankan].”

“Anda mungkin bisa datang sendirian [bermain di industri sebagai startup fintech]. Tapi, Anda juga butuh [pengetahuan] manajemen yang maedalam, perlindungan konsumen, dan bagaimana menjalankan manajemen [keuangan] untuk menumbuhkan bisnis,” ujar Ricky.

Masa Depan Alat dan Solusi Pembayaran Indonesia di Tengah Era Digital

/ DailySocial

Era digital secara perlahan telah menggerus dan merubah kebiasaan konvensional masyarakat dalam berbagai aspek, termasuk dalam aspek keuangan. Perlahan, masyarakat pun mulai merubah kebiasaan ke arah digital dalam hal pembayaran, atau lebih dikenal sebagai cashless. Di seminar IDByte hari kedua, Deputi Direktur Bank Indonesia Ricky Satria, Senior EVP Transaction Banking Bank Mandiri Rico Usthavia Frans, dan CEO Kartuku Niki Luhur mendiskusikan tentang “Future Payment and Currency” di Indonesia.

Continue reading Masa Depan Alat dan Solusi Pembayaran Indonesia di Tengah Era Digital