Tag Archives: ringback tones

[Music Monday] Mengapa Kita Perlu Peduli dengan Ringback Tones

Bagi sebagian orang di Indonesia, ringback tone (RBT) menjadi sebuah isu kontroversial; membuat marah banyak orang dan memisahkan industri terkait hampir dalam situasi pro – kontra. Tetapi sebelumnya, RBT booming dan menjadi tumpuan dari industri musik (masih sampai sekarang, tergantung Anda bertanya pada siapa). Dan tidak hanya industri musik, pertumbuhan dari pasar RBT menjadikan indikasi pertama bahwa Indonesia, sebagai pasar konten digital, adalah berbeda dengan negara lain dan digerakan oleh aturan yang berbeda.

Saya telah menuliskan tentang bagaimana startup di segmen musik telah ada kurang lebih sejak 6-7 tahun ke belakang, dan saya merasa tulisan ini pas sebagai bagian dari seri yang mendikusikan ringback tone (RBT). RBT menjadi populer di Korea untuk mengantikan nada dering yang membosankan ketika Anda menunggu telepon Anda diangkat, RBT (dikenal juga sebagai ‘color ringback tones’, karena nada ini menambahkan ‘warna’ pada nada sambung Anda), teknologi tersebut akhirnya diterapkan di Indonesia pada tahun 2004 ketika Indosat dan Telkomsel mulai membangun layanan RBT mereka dan menawarkannya pada publik pada tahun yang sama. Perusahaan telekomunikasi mendekati label musik untuk memelihara agar layanan ini tetap menarik; negosiasi mengambil tempat dan kesepakatan bisnis tercipta dimana akhirnya mendefinisikan model bisnis untuk RBT di seluruh industri ke depan.

Continue reading [Music Monday] Mengapa Kita Perlu Peduli dengan Ringback Tones

[Music Monday] Why You Should Care About Ringback Tones

For many in Indonesia, the ringback tone is somewhat of a controversial issue; drawing the ire of many, and polarizing related industries into an almost “for-and-against” situation. But not too long ago, ringbacktones were the craze of the moment and the darling of the music industry (and remains the darling of the music industry, depending on who you ask). And not only the music industry – the soaring growth of the ringbacktone market was one of the first indications that Indonesia, as a digital content market, is simply different from other countries and plays by different rules.

I have been writing about how music startups have actually been around in Indonesia for the past 6-7 years or so, and I felt it fitting to dedicate the last post in the series to discuss the ringback tone. Popularized in Korea to replace that boring connecting tone when you wait for the person on the other end to pick up your call, ringback tones (also known as ‘color ringback tones’, as they added ‘color’ to your ringback tone), the technology was imported into Indonesia in 2004 when both Indosat and Telkomsel started building their ringback tone services and offered them to the public later that year. The telecommunication companies approached the music labels to obtain attractive content for these services; negotiations took place, and business deals were agreed which were to define the business model for ringback tones across the industry.

Continue reading [Music Monday] Why You Should Care About Ringback Tones

Bagaimana Caranya Untuk Membawa Penjualan Musik Digital di Indonesia?

Industri musik di Indonesia saat ini sangat bergantung pada layanan ringback tone (RBT), sebuah layanan yang menggantikan suara yang Anda dengar ketika Anda membuat panggilan telepon ke nomor ponsel. Ketika penjualan album fisik memburuk selama dekade terakhir, ringback tone menjadi sangat populer sejak diperkenalkan pada pertengahan 2000-an. Layanan RBT ini bisa berbentuk potongan lagu, kutipan, nyanyian atau suara lainnya.

Ringback tone adalah layanan premium yang disediakan oleh content provider (CP) yang menawarkan potongan audio melalui penggunaan layanan SMS premium. Pelanggan mobile dapat meminta untuk mengubah nada panggilan mereka ke salah satu dari banyak pilihan yang disediakan oleh jaringan operator.

Meskipun ada banyak potongan suara yang tersedia, yang paling populer di layanan RBT adalah lagu. Ini berarti penyedia konten harus bekerja sama dengan label musik untuk membuat lagu yang tersedia sebagai nada singkat selama 30 detik.

Continue reading Bagaimana Caranya Untuk Membawa Penjualan Musik Digital di Indonesia?

How Would You Bring Digital Music Sales to Indonesia?

20111216-181914.jpgIndonesia’s music industry at the moment is beholden to ringback tones, the audio replacements that you hear when you make a phone call to a mobile number. While sales of physical albums have deteriorated over the last decade, ringback tones have become highly popular since its introduction in the mid 2000s. These can come in the form of song snippets, quotes, chants, or just about any sound.

Ringback tone is a premium service made possible through content providers who offer these audio snippets through the use of premium SMS service. Mobile subscribers can request to change their tones to one of many selections from their respective network operators.

Continue reading How Would You Bring Digital Music Sales to Indonesia?