Ceruk potensi marketplace di Tanah Air cukup melimpah, namun belum seluruhnya secara khusus menyediakan jasa pembelian dalam jumlah besar atau grosir. Apalagi yang secara khusus memberi jalur ke pemasaran mancanegara. Situs e-commerce lokal asal Bandung, Azzam Trade, hadir mencoba memberi solusi atas seluruh permasalahan tersebut.
Azzam Trade didirikan oleh dua orang founder, Dayang Melati dan Rizal Basofa, pada awal tahun ini. Startup ini mencoba membantu memasarkan produk muslim lokal ke ranah mancanegara dengan cara penjualan grosir dan konsep business-to-business (B2B). Dayang menerangkan ada dua segmen pelaku yang menjadi perhatian Azzam Trade.
Pertama, segmen pemasok (supplier) produk dari pasar Indonesia. Menurut dia, hingga kini ada 100 pemasok yang sudah bergabung di bawah bendera Azzam Trade. Lokasinya mayoritas ada di Bandung, sebagian lagi berdomisili di Jakarta dan Tangerang.
Kedua, segmen pembeli internasional (importir) yang membeli barang dalam jumlah grosir. Azzam Trade sudah memiliki masing-masing satu representative ambassador di Amerika Serikat, Bahrain, Australia, Malaysia, Turki, dan Singapura.
“Azzam Trade berbentuk situs marketplace yang bisa menghubungkan international buyer dengan supplier lokal. Semangat kami adalah membawa pengusaha Indonesia bisa ekspor produknya ke mancanegara,” ujar Dayang.
Dia melanjutkan Azzam Trade menjadi pihak yang bertanggung jawab atas seluruh transaksi dalam situs, mulai dari sistem pembayaran, quality control, hingga pengirimannya. Ada beberapa kesepakatan kontrak yang perlu disetujui dengan supplier. Kurang dari tiga minggu mereka harus mampu memenuhi bila ada order yang masuk.
Pembayaran hanya tersedia satu pintu di Azzam Trade guna menjaga kepercayaan antara importir dengan supplier. Setelah proses pemesanan diselesaikan, pihak importir diwajibkan membayar uang muka (down payment/DP) sebesar 50% dari total transaksi ke rekening Azzam Trade.
Lalu, Azzam akan mengirim pembayaran tersebut ke supplier tetapi hanya 30%-nya saja. Hal ini berguna untuk memastikan ke supplier bahwa pemesanan tersebut tidak fiktif.
Setelah itu, Azzam akan bertugas memeriksa kualitas produk sebelum barang dikirimkan ke negara tujuan. Bila barang sesuai, Azzam akan meminta importir untuk melunasi pembayarannya ditambah dengan biaya pengirimannya. Bila barang tidak sesuai akan dikembalikan kembali ke supplier.
“Dengan cara itu, menjadi jaminan kami untuk menjaga kepercayaan dengan pembeli internasional bahwa produk yang dijual adalah yang sesuai dengan apa yang tertera di situs,” tambah Rizal Basofa, COO dan Co-Founder Azzam Trade.
Tindakan tersebut sekaligus meminimalisir segala bentuk tindakan kejahatan yang mungkin terjadi. Rizal mengungkapkan, alasan pihaknya menempatkan representative ambassador di beberapa negara karena masih banyak importir yang meragukan kestabilan kualitas produk barang Indonesia.
Ada pula persepsi negatif yang masih menjadi benalu di benak para supplier lokal, yakni sulitnya prosedur mengekspor barang. Padahal, kenyataan saat ini pemerintah sudah memudahkan persyaratannya. Untuk itu, Azzam Trade juga rutin mengadakan seminar dan pelatihan ke berbagai komunitas mengenai cara ekspor secara grosir dan bagaimana meningkatkan produksi dan kualitas bahan.
“Dengan melakukan kegiatan tersebut, ada efek yang bisa menggiring supplier untuk bergabung ke Azzam Trade.”
Butuh suntikan dana
Startup yang pernah dimentori Inkubator.co ini mengungkapkan sedang membutuhkan dana investasi untuk pengembangan bisnisnya. Dayang mengatakan bila sudah mendapatkan dana tersebut, pihaknya berencana akan menggunakan dananya sebagian besar untuk pengadaan latihan guna menjaring lebih banyak supplier lagi.
Menurut Dayang, kekuatan utama suatu marketplace adalah ramainya penjual yang bertebaran menawarkan produknya. Bila masih sepi, tentunya akan mengurangi minat calon pembeli. Ditargetkan sampai akhir tahun ini jumlah supplier bisa menyentuh angka 250, dari posisi sampai saat ini sebanyak 100 supplier.
“Selama ini kami bootstrapping. Sekarang kami sedang mencari investor untuk mendukung percepatan bisnis agar bisa lebih banyak dikenal di mancanegara. Asalkan visi misi mereka sesuai, kami sepakat.”
Selain itu, Azzam Trade juga sedang berusaha menggaet desainer muslim individual yang sudah memiliki line fesyen sendiri untuk turut bergabung menjadi mitra perusahaan. Indonesia, lanjutnya, sudah memiliki banyak designer muslim dengan kualitas produk yang berkelas hingga mampu melakukan ekspor sendiri.
“Bila dilihat dari kompetitor dengan lini bisnis yang sama dengan kami belum ada, namun sudah banyak designer muslim di sini yang mampu melakukan ekspor. Kami ingin gandeng mereka untuk masuk ke wadah Azzam Trade.”
Tantangan lainnya, akibat dari musim yang dimiliki di Indonesia hanya dua, menjadikan koleksi produk baju muslim kurang variatif bila dipasangkan dengan negara yang memiliki empat musim tiap tahunnya.
“Perlu ada solusi untuk masalah ini, agar penjualan barang bisa terus berjalan tanpa terganggu musim,” pungkasnya.