Tag Archives: Roki Soeharyo

Berbisnis bersama keluarga, termasuk startup, memerlukan dukungan moral, kombinasi "expertise" yang berbeda, dan visi dan misi yang selaras

Bagaimana Keluarga Bersama Membangun Startup

Industri startup yang dinamis menarik berbagai talenta untuk andil di dalamnya. Tak terkecuali mereka yang memiliki pertalian darah, alias kakak-adik atau bahkan saudara kembar. DailySocial mencatat beberapa startup yang didirikan keluarga ini mampu bertahan dan tetap relevan di kancah persaingan industri.

Startup-startup ini bergerak di industri media, foodtech, gaming, dan fintech. Berikut ini beberapa pembahasan tentang pengalaman dan dukungan keluarga ketika membangun startup.

Anton dan Roki: hobi dan minat yang sama

Anton dan Roki Soeharyo
Anton dan Roki Soeharyo

Saat mendirikan Touchten, kakak beradik Anton dan Roki Soeharyo memiliki hobi yang sama, yaitu game, yang diturunkan langsung oleh ayah mereka. Melihat peluang yang ada, ketika dewasa, Anton dan Roki memutuskan mendirikan perusahaan gaming di Indonesia.

“Awalnya hanya berpikiran jika bisa main game dan ‘digaji’. Setelah kami dewasa kami mulai ‘evolve‘ dan memutuskan untuk menciptakan game sendiri. Akhirnya kami berpikir bagaimana startup kami dapat mengangkat industri game Indonesia,” kata Anton.

Touchten sendiri berdiri sejak tahun 2009. Meskipun didirikan bersama sang adik, kini Anton fokus mengembangkan platform PlayGame dan MainGame. Roki kini menjabat sebagai CEO, menggantikan posisi Anton.

Blood is thicker than water. Walau beda perusahaan, pastilah selalu adik saya ada di hati. Kalau ada yang bisa saya bantu dari dukungan moral atau dukungan apapun pastinya akan dibantu. Sebagai entrepreneur pastinya kita perlu dukungan moral atau sekedar temen curhat,” kata Anton.

Untuk mereka yang ingin mendirikan startup bersama keluarga, Anton membagikan tips menarik berdasarkan pengalaman dirinya membangun bisnis bersama sang adik.

“Yang pasti sulitnya adalah maintain clear distance antara keluarga dan bisnis. Be professional, harus tegas antara keluarga dan kolega. Saat di rumah boleh menjadi kakak dan adik, tapi ketika menginjak kaki di kantor harus profesional biar bisa maju,” kata Anton.

Mario, Marbio, dan Marius Suntanu: Work-life balance

Marius, Mario dan Marbio Suntanu
Marius, Mario, dan Marbio Suntanu

Yummy Corp berawal dari visi Mario Suntanu yang melihat perkembangan industri food delivery yang semakin pesat di mana-mana, termasuk di Indonesia. Mario menggaet adik-adiknya, Ismaya Group, dan Co-Founder lainnya (Juan Chene dan Daisy Harjanto) untuk membangun perusahaan bersama.

Tahap pertama startup dipimpin Marbio Suntanu sebagai Managing Director untuk membangun bisnis yang memberikan makan siang yang sehat, lezat, membantu produktivitas, namun tetap terjangkau. Di tahun 2018, Mario bergabung secara full-time di Yummy Corp sebagai CEO. Di tahun yang sama, Marius Suntanu bergabung sebagai Food Development Director dan bertanggung jawab atas semua variasi makanan Yummy Corp. Dalam satu tahun, tim yang dipimpinnya berhasil menghadirkan sekitar 11.350 variasi menu berbeda.

Salah satu kunci keberhasilan Yummy Corp adalah hubungan positif antar saudara. Serupa dengan dengan hubungan rekan kerja lainnya, masing-masing harus bisa saling support di berbagai situasi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah saling menghargai pendapat dengan expertise di bidang masing-masing agar saling melengkapi.

“Kelebihan menjadi satu keluarga, diskusi dan brainstorm di luar office hour sangat mungkin dilakukan saat kumpul keluarga. Namun diperlukan batasan sampai mana diskusi itu berlanjut agar work-life-balance tetap terjaga dan hubungan keluarga saat di luar kantor tetap hangat,” kata Mario.

Kombinasi expertise Ivan Tambunan, Mikhail Tambunan, dan Christopher Gultom

Mikhail Tambunan, Christopher Gultom, Ivan Tambunan
Mikhail Tambunan, Christopher Gultom, dan Ivan Tambunan

Keunggulan yang diklaim dimiliki CEO Ivan Tambunan, CFO Mikhail Tambunan, dan Chief Credit Officer Christopher Gultom adalah expertise masing-masing. Hal tersebut mendukung Ivan semakin percaya diri menetapkan strategi dan memimpin pengembangan produk Akseleran. Masing-masing bertanggung jawab berdasarkan skill dan pengalaman kerja dalam menjalankan perusahaan.

“Didukung dengan background masing-masing yang berhubungan di bidang keuangan, kita mempunyai visi yang sama yaitu mengurangi financing gap yang ada di Indonesia, dan yang paling besar itu dialami oleh UKM,” kata Christopher.

Menurut Mikhail, hal yang paling berat adalah bagaimana tetap menjaga hubungan saudara di tengah hubungan profesional di perusahaan. Jika visi misi serta tugas dan wewenang tidak jelas, maka hal parah bisa terjadi adalah keretakan di hubungan persaudaraan.

Bagi Ivan, meskipun memiliki risiko konflik yang bisa merusak hubungan, banyak keuntungan yang bisa diperoleh jika mendirikan startup bersama keluarga, terutama pada aspek dukungan moral dan kepercayaan satu sama lain.

“Yang terpenting, startup harus dijalankan dengan merit based. Jadi membangun bersama keluarga bukan hanya karena hubungan kekeluargaan [nepotisme] melainkan karena memang expertise dari masing-masing pihak. Selain itu dari awal sudah harus kompak dan memutuskan untuk transparan dan fair terhadap satu sama lain,” kata Ivan.

Winston dan William Utomo: bisnis media

William dan Winston Utomo
William dan Winston Utomo

Sebagai CEO IDN Media, Winston Utomo mengawali bisnis berbentuk situs bernama IDN Times bersama sang adik William sejak tahun 2014 lalu. Kini IDN Times menjadi platform media berbagai generasi, khususnya generasi muda, walaupun keduanya tidak memiliki pengalaman di bidang jurnalistik.

Sayangnya Winston dan William Utomo tidak menanggapi permintaan wawancara yang dilayangkan DailySocial terkait pengalamannya memulai dan menjalankan bisnis bersama saudara ini.

Dukungan moral Reynold dan Ronald Wijaya

Ronald dan Reynold Wijaya
Ronald dan Reynold Wijaya

Berbeda dengan kakak-adik pendiri startup lainnya, Reynold dan Ronald Wijaya memiliki startup di industri yang berbeda. Reynold Wijaya CEO Modalku yang menyasar industri fintech, sementara saudara kembarnya Ronald Wijaya membangun bisnis healthy food product bernama Lemonilo.

Meskpun berbeda, saat mulai membangun bisnis masing-masing saling memberikan dukungan moral. Hal tersebut dirasakan benar oleh Ronald yang sempat mengalami kesulitan saat membangun startup pertamanya, yaitu Konsula.

“Di saat-saat kelam itu, justru saya mendapatkan banyak dukungan moral dari Reynold, dan of course dari istri dan keluarga lainnya. Karena sifat nature dari bisnis kita yang sangat berbeda, maka saya lebih banyak mendapatkan dukungan moral. Tetapi menurut saya, dukungan moral sebenarnya jauh lebih penting daripada hal lainnya. Banyak saat-saat dimana kita mau menyerah, tapi akhirnya bangkit kembali karena dukungan moral tersebut,” kata Ronald.

Sebagai saudara, hubungan Reynold dan Ronald sangat dekat. Keduanya bisa saling mengandalkan dan terbuka satu sama lainnya. Sebagai saudara kembar, mereka dari lahir sampai universitas selalu di sekolah yang sama.

“Tentunya kami saling mendukung satu sama lain dan dalam menjalankan bisnis mencoba yang terbaik untuk memberikan masukan terhadap perkembangan bisnis, memecahkan masalah, atau menumbuhkan perusahaan dengan baik,” kata Reynold.

Untuk mereka yang ingin membangun startup bersama adik atau kakak, ada tips menarik yang dibagikan Ronald dan Reynold. Meskipun mereka memutuskan untuk tidak mendirikan bisnis bersama, namun ada pelajaran penting yang menjadi fokus keduanya.

“Hal terbaik bila tetap ingin membuat usaha bersama adalah boleh kok untuk dari awal membagi saham kepada keluarga lainnya, asal jelas. Tetapi dari hal manajemen, jangan ada dua suara. Harus menentukan siapa kapten kapalnya sehingga bisa membedakan dengan jelas antara manajemen dengan kepemilikan,” kata Ronald.

Founder Touchten

TouchTen Umumkan Pendanaan Baru, Mulai Fokus Kembangkan Produk Game untuk Segmen Perempuan

Startup pengembang mobile game TouchTen belum lama ini mengabarkan telah mendapatkan pendanaan baru dengan nilai yang tidak disebutkan. Prasetia Dwidharma, Sheila Tiwan (CEO Carsurin), dan Indra Leonardi (Kingfoto Group) menjadi investor baru di putaran ini. Investor sebelumnya CUEBIC Inc. juga turut terlibat dalam pendanaan ini.

Selain melanjutkan inovasi produk, salah satu fokus bisnis tim TouchTen adalah mengembangkan game untuk menjangkau pasar  gamer perempuan. Dinilai segmen pasar ini masih sering dilupakan oleh pengembang, sedangkan potensinya cukup besar.

Dalam sambutannya, Co-Founder & CEO TouchTen Roki Soeharyo mengatakan, “Selama ini game sering dianggap sebagai hobi untuk laki-laki saja, tapi dunia sudah berubah. Saat ini setengah dari pemain mobile game adalah perempuan. Meskipun data menunjukkan kurangnya konten game yang menarik bagi mereka, namun lebih banyak perempuan bermain game daripada sebelumnya.”

“Hal inilah yang membuat tim TouchTen semakin bersemangat untuk membawa kegembiraan bagi para pemain yang kurang mendapatkan perhatian secara global, melalui permainan yang juga kami sukai,” lanjut Roki.

Tahun ini pendapatan dan basis pengguna game TouchTen diklaim telah tumbuh 238% dan 93% dibanding tahun sebelumnya. Salah satu strateginya dengan mengembangkan game berdasarkan momentum di pasar.

Sebagai contoh salah satu game yang telah diluncurkan beberapa waktu lalu. Memadukan konsep puzzle game dengan tema pecinta hewan peliharaan, dipasarkan untuk pengguna di Ameria Serikat dan Eropa. Tim juga sedang mengerjakan proyek lain, khusus untuk pasar Indonesia yang dijadwalkan akan dirilis pada akhir 2019.

“TouchTen memiliki banyak pengalaman dalam mengembangkan mobile game. Prasetia bersemangat untuk bergabung kali ini, karena kami percaya TouchTen adalah tim yang sempurna untuk menangani pangsa pasar gamer perempuan berskala internasional. Yang paling menarik perhatian kami adalah karena TouchTen sangat dilandasi oleh data dalam mengembangkan game mereka,” sambut CEO Prasetia Dwidharma Arya Setiadharma.

TouchTen sudah berdiri sejak tahun 2009, selain Roki salah satu pemrakarsanya adalah Anton Soeharyo yang tak lain adalah kakak kandungnya – kini ia fokus mengembangkan platform PlayGame.com memanfaatkan blockchain untuk bantu pengembang game menghadirkan model permainan interaktif. Ada juga co-founder lain yakni Dede Indrapurna yang saat ini menjabat jadi COO TouchTen.

Ideosource, CyberAgent Capital, GREE Ventures, dan 500 Startups adalah beberapa investor yang pernah berpartisipasi pada putaran sebelumnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Google Indonesia: 34% Pengguna Mobile Indonesia Mau Membeli Aplikasi Berbayar Dengan Harga Maksimal 48.000 Rupiah

Bersamaan dengan acara Indonesian Developer Showcase yang digelar hari ini (10/12) di Jakarta, Google Indonesia merilis data menarik berkaitan dengan industri mobile apps dan games di Indonesia. Berdasarkan data tersebut, ditemukan bahwa 34% pengguna tidak keberatan membeli aplikasi berbayar dengan kisaran harga termahal 48.000 rupiah. Indonesia Developer Showcase sendiri digelar sebagai ajang untuk berbagi wawasan bagi para pengembang mmuda Indonesia mengenai industri mobile apps dan games di Indonesia.

Industri mobile apps dan games adalah salah satu industri yang menunjukkan perkembangan dan permintaan yang meningkat di Indonesia. Menanggapi hal tersebut, hari ini Google Indonesia menggelar acara dengan tajuk “Indonesian Developer Showcase: Building Apps and Games for a Booming Market”. Tujuannya agar dapat menginspirasi para pengembang muda Indonesia untuk turut berkontribusi dalam industri mobile yang terus berkembang di Indonesia.

Acara ini dihadiri oleh Vice President Developer Product Group Google Jason Titus dan Strategic Partnership Manager Google Asia Pacific Inge Wong. Dari sisi pengembang digital lokal, ada COO Touchten Roki Soeharyo, CEO PicMix Calvin Kizana, Founder Educa Studio Andi Taru dan Idawati, serta Co-Founder Tebak Gambar Irwanto.

Titus mengatakan,  “Momentum di balik fenomena startup bertumbuh pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya [di Indonesia] dan Google berkomitmen untuk membantu orang-orang Indonesia untuk menciptakan aplikasi dan game kelas dunia.”

Lebih jauh Titus menyampaikan bahwa Indonesia sebenarnya menawarkan potensi yang luar biasa untuk industri mobile, baik itu produsen atau konsumen mobile apps dan games. Kesempatan untuk mencicipi kuenya pun terbuka untuk siapa saja.

“Kami menyadari bahwa Indonesia sebagai pasar memiliki potensi yang sangat bagus dan sekarang adalah saatnya untuk perusahaan lokal mengembangkan produk bagi pasar lokal,” ujar Roki.

Picmix dan Touchten sendiri bisa dikatakan sebagai contoh nyata pengembang lokal yang berhasil menembus pasar luar negeri. Selain itu, masih ada Educa studio yang menunjukkan bahwa Anda tidak perlu tinggal di kota besar untuk membuat hal yang besar di dunia aplikasi dan games.

Google Developer Showcase

Bersamaan dengan acara Indonesia Developer Showcase, Goole Indonesia juga merilis sebuah data menarik yang merupakan hasil kerja sama dengan TNS Australia. Penelitian dilakukan pada bulan April 2015 dengan 1000 responden pemilik ponsel pintar di Indonesia yang berusia antara 18 dan 64 tahun. Dari data tersebut tengungkap bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih enggan membayar untuk produk sebuah aplikasi atau game.

Data yang dirilis oleh Google dan TNS Australia menunjukkan, hanya 34 persen pengguna ponsel pintar tidak keberatan membeli aplikasi berbayar dengan harga rata-rata termahal sebesar Rp. 48.000. Selain itu, ditemukan juga bahwa tahun ini jumlah rata-rata aplikasi yang terpasang adalah 31 buah per individu.

Meskipun persentase pengguna yang memiliki keinginan untuk membayar sebuah aplikasi atau games digital masih rendah, bukan berarti tak ada harapan sama sekali. Menurut data yang sama, ditemukan juga bahwa 88 persen pengguna bersedia membayar aplikasi atau games ke depannya bila produknya memang dirasa pantas.

Games merupakan kategori yang paling dipertimbangkan untuk dibayar atau dibeli oleh pengguna. Di peringkat kedua adalah aplikasi dengan kategori hiburan, diikuti dengan produktivitas, alat, utilitas, dan terakhir adalah majalah.