Tag Archives: Rosan Roeslani

Dukung Startup Indonesia, Bekraf dan Kadin Sosialisasikan Program Karya Merah Putih

Hari ini Bekraf dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) mengumumkan sosialisasi program kerja bersama yang bernama Karya Merah Putih. Program kerja yang ditujukan kepada startup berbasis digital lokal ini diharapkan bisa menjembatani permasalahan yang kerap dihadapi oleh para pelaku startup saat ini. Kepada media, Kepala Bekraf Triawan Munaf menyebutkan berbeda dengan badan atau lembaga yang telah hadir saat ini, Karya Merah Putih memiliki agenda yang lebih luas untuk mendukung ekosistem startup terutama para pelakunya di Indonesia.

“Saat ini sudah banyak startup lokal yang mengalami kesulitan untuk berkompetisi dengan startup asing yang hadir di Indonesia. Dengan bergabungnya startup lokal tersebut dalam Karya Merah Putih, bisa membantu mengembangkan bisnis sekaligus mendukung para pelaku startup lokal.”

Dalam kesempatan tersebut turut hadir pelaku startup yang sudah memiliki nama besar di tanah air, di antaranya Wiliam Tanuwijaya dari Tokopedia, Hadi Wenas dari MatahariMall, Muhamad Fadjrin Rasyid dari Bukalapak, Jonathan Sudharta dari Halodoc, Monica Oudang dari Go-Jek, Dannis Muhammad dari Traveloka, dan Stephanie Hardjo dari Ruangguru.

Di hadapan jajaran petinggi Bekraf hingga Kadin, para pelaku startup tersebut mengungkapkan suka dukanya selama menjalankan bisnis startup di Indonesia.

“Dari pengalaman saya mengembangkan bisnis di negara Asia Tenggara lainnya seperti di Thailand dan Vietnam, saya melihat pemerintah negara tersebut mendorong eksistensi startup lokal di negara tersebut. Saya berharap Karya Merah Putih bisa menerapkan perhatian tersebut kepada kami pelaku startup Indonesia,” kata Dannis.

Dukungan pemerintah dan persoalan regulasi juga disebutkan pelaku startup lokal lainnya dalam kesempatan tersebut. Salah satunya adalah dari Go-Jek dan Ruangguru. Jajaran manajemen dari dua startup lokal tersebut mengungkapkan perubahan yang kerap terjadi dalam hal regulasi di pemerintah kota dan daerah, hingga belum mengertinya fungsi dan peranan disruptive innovation, menjadi kendala tersendiri bagi startup menjalankan bisnisnya setiap hari.

“Saya melihat hanya sebagian kecil orang-orang di pemkot dan pemda yang mengerti dengan benar apa itu aplikasi, startup dan bagaimana bisnis digital menjalankan kegiatan setiap hari. Sehingga masih sulit bagi kami untuk menjalankan bisnis di pelosok desa dengan minimnya dukungan dan pemahaman dari orang-orang tersebut,” kata Monica.

Menjembatani pelaku startup lokal dengan pemerintah

Selain regulasi dan tantangan lainnya, permasalahan yang kerap dihadapi oleh pelaku startup saat ini adalah masalah perpajakan hingga kompetisi yang sulit dengan startup dan perusahaan teknologi asing, sehingga makin menyulitkan startup lokal yang baru maupun yang besar. Salah satu alasan dibentuknya kerja sama Kadin dan Bekraf dalam program Karya Merah Putih ini agar bisa membantu startup lokal bergabung dalam suatu wadah, dalam hal ini semua startup yang berbasis digital dan dimiliki oleh orang Indonesia asli.

Prioritas Karya Merah Putih adalah memberikan masukan kepada pemerintah untuk mengurangi beban pajak para pelaku startup lokal. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan Perkasa Roeslani menegaskan rencana tersebut.

“Tentunya tidak mudah untuk bisa mewujudkan rencana tersebut, namun saat ini melalui Karya Merah Putih hal tersebut menjadi prioritas kami untuk mendukung startup lokal membangun bisnisnya.”

Ditambahkan Rosan, bukan hanya mengurangi beban pajak startup lokal, namun ke depannya Kadin juga ingin memberikan masukan kepada Menteri Keuangan untuk membebaskan pajak kepada startup baru agar bisa lebih baik menjalankan bisnisnya. Nantinya jika startup tersebut mulai tumbuh dan mendapatkan profit yang stabil, baru akan disesuaikan pembayaran pajak yang wajib dibayar.

“Dengan demikian startup bisa bernafas sedikit lebih longgar dan tentunya bisa fokus dalam hal mengembangkan bisnis dengan baik,” kata Rosan.

Di sisi lain, Kadin dan Bekraf juga akan terus mendorong pemerintah untuk bisa mempertegas perusahaan teknologi, startup hingga layanan e-commerce asing untuk membayarkan beban pajak mereka kepada pemerintah Indonesia.

“Perlu disesuaikan juga biaya pajak yang dikenakan kepada mereka. Jangan hanya pajak gaji pegawai saja namun juga bisnis lain yang sudah sangat menguntungkan bagi mereka selama menjalankan bisnis di Indonesia.”

Target Karya Merah Putih

Meskipun masih dalam tahap sosialisasi, ke depannya program Karya Merah Putih diharapkan bisa merangkul lebih banyak startup lokal dalam hal pembinaan riset, edukasi dan pengembangan kreatif, akses permodalan, infrastruktur, pemasaran dan fasilitasi hak kekayaan intelektual dan regulasi juga hubungan antar lembaga wilayah.

Proses pendaftaran dan kurasi nantinya akan dilakukan Kadin yang dipimpin oleh Patrick Walujo. Ia bakal memimpin untuk mengumpulkan melalui proses kurasi semua startup yang berbasis digital.

“Proses kurasi tersebut adalah tahap awal kami. Nantinya jika memang sesuai dengan kriteria, startup yang memiliki potensi akan mendapatkan bimbingan hingga pendanaan dari Karya Merah Putih,” tutup Patrick.

Semarak “Indonesia Fintech Festival & Conference 2016” di Hari Pertama (UPDATED)

Hari ini (29/8), “Indonesia Fintech Festival & Conference 2016” (IFFC 2016) yang menjadi ajang terbesar bagi industri keuangan dan teknologi di Indonesia resmi dimulai. Festival akbar yang berlangsung selama dua hari ini terlaksana atas kerja sama antara OJK dan Kadin. IFFC 2016 sendiri diharapkan bisa menginspirasi anak muda Indonesia dengan passion di bidang keuangan dan teknologi untuk turun menjadi entrepreneur di industri fintech dan bersama-sama meningkatkan inklusi finansial Indonesia.

IFFC 2016 merupakan festival akbar pertama untuk industri fintech di Indonesia hasil kerja sama antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan Kamar Dagang Indonesia (KADIN). Festival akbar ini digelar selama mulai dari 29-30 Agustus 2016 di Indonesia Convention & Exhibition (ICE), BSD Tangerang, Banten, dan menjadi wadah yang mepertemukan seluruh stakeholder industri keuangan Indonesia. Mulai dari regulator, institusi keuangan swasta, investor, startup, asosiasi industri, hingga kalangan akademis.

Ketua Kadin Rosan Roeslani ketika membuka IFFC 2016 / DailySocial
Ketua Kadin Rosan Roeslani ketika membuka IFFC 2016 / DailySocial

Di hari pertama, IFFC 2016 dibuka oleh Ketua Kadin Rolan Roeslani dan Ketua OJK Muliaman Hadad. Rosan menyampaikan bahwa objektif utama dari ajang ini adalah untuk mendukung fintech dalam meningkatkan efisiensi inklusi finansial di Indonesia. Selain menjadi ajang konferensi, IFFC 2016 juga menjadi ajang pameran berbagai layanan digital yang bergerak di bidang keuangan mulai dari perbankan hingga startup, kompetisi startup, hingga sesi speed dating startup.

Sementara itu Muliaman menyampaikan bahwa fintech dalam beberapa dekade ini telah berkembang dan berevolusi. Mulai dari hanya sekedar layanan kartu kredit dan ATM hingga kini yang sudah bersinggungan dengan mobile melalui perangkat smartphone yang memungkinkan kapitalisasi informasi sebagai asset strategis yang dapat dipertukarkan. Di fase inilah muncul banyaknya layanan jasa keuangan untuk masyarakat umum yang baru seperti crowdfunding dan juga P2P lending.

Muliaman mengatakan, “Saya ingin kita berlomba-lomba memanfaatkan momentum ini sebagik mungkin untuk mendorong kontribusi industri fintech untuk pengingkatan inklusi keuangan masyarakat dan juga mendorong lebih efisiennya layanan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat.”

“Besar harapan saya acara ini dapat menginsiparasi generasi muda kita yang memiliki passion besar di bidang teknologi informasi dan jasa keungan untuk terjun menjadi entrepreneur muda dan membangun startup fintech Indonesia yang tidak kalah dengan pemain-pemain internasional,” lanjutnya.

Pemanfaatan teknologi di industri jasa keuangan seharusnya dapat memberikan nilai tambah dalam memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan layanan keuangan yang lebih baik dan mudah. Keberadaan fintech sendiri akan jadi nilai tambah dalam meningkatkan akses keuangan dan kemandirian masyarakat terhadap finansial dan bisa menjadi langkah awal pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Suasana dalam ruang pameran IFFC 2016 / DailySocial
Suasana dalam ruang pameran IFFC 2016 / DailySocial

Bersamaan dengan digelarnya IFFC 2016 hari pertama, Investree yang merupakan startup fintech lokal juga melakukan penandatanganan kerja sama strategis dengan Bank Danamon. Kerja sama ini berupa fasilitas automatic payment dan automatic posting atau yang dikenal dengan host-to-host service. Kerja sama dengan pihak Danamon sendiri sebenarnya sudah disinggung oleh Investree sejak bulan Maret silam.

IFFC 2016 akan digelar selama dua hari. Di hari kedua, 30 Agustus 2016, acara akan dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo dan ditutup oleh Ratu Belanda Queen Maxima. Bila di hari pertama agenda IFFC 2016 diisi oleh Startup Competition, Startup Mentoring, dan Speed Dating, maka di hari kedua rangkaian acara akan diisi oleh konferensi dengan tema Fintech Empowering SME, Digital Currencies, dan Funding.

Update: Kami menambahkan informasi penandatanganan kerja sama antara Investree dan Bank Danamon


Disclosure: DailySocial adalah salah satu anggota komite Indonesia Fintech Festival & Conference 2016

Penjajakan Kerja Sama Indonesia dan Malaysia untuk Investasi Startup di Sektor Teknologi

Kemarin (23/2) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menggelar pertemuan dengan Malaysia Venture Capital Management Berhad (Mavcap) di Jakarta untuk menjajaki peluang kerja sama antara Malaysia dan Indonesia dalam investasi di industri startup teknologi. Diharapkan akan ada lebih banyak lagi kolaborasi dan investasi di masa depan yang bisa memberi manfaat untuk Indonesia, Malaysia, dan negara-negara ASEAN pada umumnya dalam membangun negara digital.

Pintu untuk membawa Indonesia sebagai negara digital terbesar di Asia Tenggara di tahun 2020 mulai dibuka lebar oleh pemerintah. Melalui networking event yang berlangsung di JW Marriot, Jakarta, kemarin, pemerintah Indonesia melalui Kadin tengah menjajaki kerja sama dengan Malaysia melalui Mavcap untuk investasi startup yang bergerak di bidang teknlogi.

Ini adalah langkah masuk akal yang diambil oleh Indonesia mengingat telah bergulirnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang tak mungkin bisa dijalani sendirian di tengah pertumbuhan teknologi yang pesat. Apalagi mengingat besarnya potensi yang dimiliki Indonesia dan Malaysia, baik itu dari segi jumlah penduduk di ASEAN ataupun startup yang lahir. Lihat saja bagaimana Grab dan Go-Jek berhasil jadi buah bibir di berbagai media.

Sebelumnya Indonesia juga telah melakukan revisi terhadap aturan investasi langsung dari pihak asing yang masuk ke Indonesia. Lewat revisi tersebut, investor asing berhasil mendapat restu untuk bisa memiliki 100 persen perusahaan e-commerce Indonesia. Tentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani juga optimis menyampaikan bahwa saat ini adalah saat yang paling tepat bagi Indonesia untuk menjadi negara digital terbesar di asia, mengingat Indonesia adalah negara yang memiliki populasi besar di ASEAN.

Pun begitu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menekankan bahwa meski investor asing kini lebih leluasa masuk ke Indonesia, yang paling penting dan dibutuhkan Indonesia saat ini adalah transfer pengetahuan menjalankan sebuah startup.

“Mereka [Malaysia dan juga investor asing] boleh saja masuk karena aturan kita [Indonesia] sudah lebih terbuka, tetapi kami juga berharap bukan uangnya saja yang masuk. […] Apa yang dibutuhkan oleh negara [Indonesia] itu bukan cuma uang, tetapi juga know-how [transfer knowledge]. Itulah sebabnya mengapa kami [sekarang] mengundang inkubator [juga investor asing] untuk datang ke Indonesia,” ujar Rudiantara.

Dalam acara networking event tersebut juga ada sesi pitching dari startup yang mewakili Indonesia, Malaysia, dan Tiongkok. Networking event ini sendiri mendapat dukungan dari Convergence Ventures dan Gobi Partners.

Dari Indonesia ada Mainspring (Babe), YesBoss, Female Daily Network, dan Qraved. Sedangkan dari Malaysia ada Hermo, Offpeak, dan NIDA Rooms. Dan dari Tiongkok ada Camera 360 yang juga merupakan portofolio Gobi Partners.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here