Tag Archives: royke tumilaar

Sea Bank Akuisisi Bank Mayora

BNI Gandeng Sea Group Jadi Mitra Teknologi Usai Rampungkan Akuisisi Bank Mayora

Perusahaan raksasa internet Sea Group kembali terlibat dalam kolaborasi bank digital di Indonesia. Kali ini, PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI) mengumumkan bahwa Sea Group akan menjadi mitra teknologi Bank Mayora.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan proses akuisisi Bank Mayora sudah rampung dan saat ini sedang menyusun pengembangan bisnisnya. “Sea Group terlibat dalam penyusunan model bisnis, termasuk mendesain IT untuk Bank Mayora,” tutur Royke dalam konferensi pers beberapa waktu lalu seperti diberitakan Bisnis.com.

Pemegang saham BNI telah memberi lampu hijau terhadap akuisisi Bank Mayora lewat RUPS Tahunan pada Maret 2022. BNI mencaplok sebesar 63,92% saham atau setara 1,19 miliar saham Bank Mayora dari total saham ditempatkan dan disetor ke Bank Mayora.

Menariknya, Royke juga bilang akan membuka kesempatan kepada induk usaha Shopee tersebut untuk memiliki memiliki sebagian saham Bank Mayora. “Saat ini belum, tapi kami terbuka untuk terdilusi kepemilikannya dari 60 sekian persen menjadi 50 persen apabila Sea mau ambil porsi,” ucapnya.

Sebagai informasi, ini menjadi kali kedua Sea Group terlibat pada bank digital di Indonesia. Sebelumnya, Sea Group mengakuisisi Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) tahun lalu. Kemudian, Bank BKE berganti nama menjadi Seabank. Adapun, Sea Group telah mendapat lisensi bank digital penuh di Singapura pada Desember 2020, melalui konsorsium bersama Grab-Singtel.

Keterlibatan Sea Group

Fakta bahwa bank BUMN menggaet mitra teknologi dari luas, cukup menimbulkan pertanyaan. Apakah ini berkaitan juga dengan pangsa pasar dan sinergi yang akan diincar Bank Mayora?

Sea group memiliki kapabilitas teknologi yang tidak diragukan, terutama melalui bisnis Shopee yang punya pangsa dan posisi kuat di pasar marketplace Indonesia. Shopee memiliki ekosistem layanan yang lengkap, mulai dari marketplace, dompet digital, food delivery, hingga mart. Pertumbuhan Shopee utamanya didorong dari transaksi mobile oleh pelaku UMKM. Berdasarkan data Similarweb per Maret 2022, kunjungan bulanan ke desktop dan mobile Shopee mencapai 131,6 juta.

Dalam catatan kami, Bank Mayora nantinya akan membidik segmen UMKM dan menggandeng mitra strategis berpengalaman untuk mengembangkan produk keuangan digital.

Sebagai perbandingan dengan bank BUMN lain, BRI lewat Bank Raya (sebelumnya BRI Agro) akan masuk ke pasar gig economy. Sementara, Mandiri yang memilih mengembangkan produk existing Mandiri Livin‘, akan memperkuat ekosistemnya sebagai super app untuk segmen retail dan wholesale.

Sementara dalam konteks kolaborasi dengan marketplace lokal, bank digital “blu” yang juga anak usaha BCA, sudah berafiliasi dengan Blibli. Keduanya sama-sama merupakan anak usaha dari perusahaan konglomerasi Grup Djarum. Kemudian, ada Gojek yang mencaplok saham Bank Jago, hanya saja saat itu Gojek belum resmi merger dengan Tokopedia.

Bukalapak juga telah berafiliasi dengan sejumlah bank, di antaranya kemitraan banking-as-a-service (BaaS) dengan Standard Chartered dan sebagai investor strategis di Allo Bank milik CT Group.

Bank Digital BNI

BNI akan Akuisisi 63,92% Saham Bank Mayora, Langkah Strategis Bangun Bank Digital

PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI) akan mengakuisisi PT Bank Mayora melalui pengambilalihan saham sebesar 63,92%. Aksi korporasi ini menjadi langkah strategis BNI untuk mendirikan bank digital.

Berdasarkan prospektus akuisisi yang diterbitkan pada 22 Januari 2022, BNI akan mengambil alih saham Bank Mayora melalui penerbitan saham baru sebanyak-banyaknya 1,02 miliar saham atau 54,9% dari saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh.

BNI juga akan mengambil sebanyak 169,08 juta saham Bank Mayora milik International Finance Corporation (IFC). Dengan demikian, BNI akan mengantongi 1,19 miliar saham Bank Mayora atau setara 63,92% dari total saham ditempatkan dan disetor ke Bank Mayora.

Sebelumnya, IFC pernah berinvestasi melalui penyertaan modal sebesar Rp290 miliar ke Bank Mayora untuk mendukung pembiayaan UMKM di Indonesia.

Perwakilan manajemen BNI mengungkap tren kemunculan produk digital, terutama pada layanan keuangan, mendorong perusahaan untuk mencaplok Bank Mayora. Dengan strategi anorganik ini, pihaknya dapat mendorong transaksi keuangan di kalangan masyarakat dengan layanan digital.

“Untuk dapat mendukung transaksi digital dan sejalan dengan transformasi BNI, perseroan akan membentuk suatu bank digital melalui strategi anorganik, yakni mengambil alih Bank Mayora yang selanjutnya akan ditransformasikan menjadi bank digital,” tulis manajemen BNI.

Adapun, saat ini saham Bank Mayora tersisa 36,98% yang struktur kepemilikannya terdiri dari Bank Mayora (80%) dan IFC (20%). Kesepakatan pengambilalihan saham telah disetujui oleh direksi dan dewan komisaris kedua bank terkait.

BNI akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 15 Maret 2022 untuk meminta persetujuan pemegang saham terkait akuisisi Bank Mayora. Pihaknya menargetkan dapat mengantongi izin OJK pada April 2022 sehingga akuisisinya terhadap Bank Mayora dapat efektif pada Mei 2022.

Sebagai informasi, Bank Mayora merupakan bank di bidang ritel dan konsumer yang menawarkan berbagai produk keuangan, mulai dari pinjaman (lending) dan simpanan (funding). Beberapa produk pinjaman yang ditawarkan di antaranya Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), Kredit Multi Guna (KMG), dan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).

Pengembangan produk keuangan UMKM

Sebagaimana diungkap Direktur Utama BNI Royke Tumilaar beberapa waktu lalu, bank digital baru ini akan membidik segmen UMKM dan menggandeng mitra strategis berpengalaman untuk mengembangkan produk keuangan digital.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sebesar 65,5 juta UMKM di 2019 atau naik 1,98% dari 64,2 juta di 2018. Sementara, baru sekitar 8 juta atau 13% UMKM yang terintegrasi atau memanfaatkan teknologi digital.

Apabila bicara strategi akselerasi, bank digital baru ini dapat memanfaatkan ekosistem jaringan rantai pasokan yang dimiliki Grup Mayora melalui produk lending dan saving sebagai langkah awal.

Bahkan, mengutip Kontan, Direktur IT & Operasi Bank BNI YB Hariantono mengungkap akan menggandeng Sea Group sebagai mitra strategisnya. Ia juga menyebut induk usaha Shopee ini akan menjadi pemegang saham di bank digital BNI. Ini menjadi menarik mengingat Sea Group sebelumnya telah masuk ke bank digital dengan mencaplok Bank Kesejahteraan Ekonomi (sekarang SeaBank).

Jika dipetakan dalam lingkup bank BUMN, BNI menyusul BRI yang menggunakan kendaraan bank bermodal kecil untuk mendirikan bank digital. Sebelumnya, BRI mentransformasikan anak usahanya BRI Agro menjadi Bank Raya. Berbeda dengan bank digital BNI, Bank Raya membidik target pasar pekerja informal atau gig economy di 2022.

Sementara itu, Bank Mandiri memilih untuk bertransformasi digital secara penuh tanpa perlu mengonversi menjadi neobank lewat akuisisi bank baru. Mandiri akan memperkuat segmen perbankan ritel dan wholesale dengan me-rebranding platform Mandiri Online menjadi Livin ‘by Mandiri. Mandiri akan menambah sejumlah fitur dan ekosistem layanan demi menyempurnakan konsep “super app“.

BNI to Enter the Digital Bank Through Mini Bank Acquisition

Another top tier bank is to enter the digital business by acquireing a mini bank. Rumor has it, PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI) is to acquire Bank Mayora, a BUKU II bank with less than IDR 2 trillion core capital.

On CNBC, BNI’s President Director, Royke Tumilaar has confirmed the company’s plan to acquire a bank. He said the company had finalized the initial process, but the bank name is still undisclosed.

“We have reached an initial agreement for a bank acquisition with a strong business ecosystem to be transformed into a digital bank,” Royke said at a press conference.

He said, the digital bank is to target the MSME segment and collaborate with experienced strategic partners to develop financial technology. Royke said that technology plays an important role in digital bank management, and capable to drive more efficient operational costs than conventional banks.

In general note, Bank Mayora is a retail and consumer bank that offers a variety of financial products, ranging from loans and deposits. Some of the loan products offered include Vehicle Loans (KKB), Multi-Use Loans (KMG), and Home Ownership Loans (KPR).

Meanwhile, BNI engaged in the consumer and business segments, both through savings, deposit and credit products. The bank with a “46” logo has a strong association as a widely used banking product by students/universities.

Quoting from Investor.id, Royke had given a sign that the company would not be transformed 100% into a digital bank without branch offices, instead will develop in terms of services, business processes, and products.

He said, apart from having fairly strong legacy in Indonesia, the Government as BNI’s majority shareholder demand the bank to focus on strengthening its position further as an international bank or global bank

The battle over SME market

Throughout this year, the Indonesian banking sector has been crowded with the launch of digital banking services to corporate actions, seeking for strategic partners. Bank Jago, BCA Digital, and Bank Neo Commerce have implemented the business in this first semester.

While several other banks are looking for strategic investors to raise capital, the media conglomerate PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (IDX: EMTK) recently acquired 93% of Bank Fama‘s shares. Moreover, Kredivo has gradually acquired the shares of Bank Bisnis Internasional until eventually dominating with 40% ownership.

The corporate action is being pursued to meet the core capital obligation of IDR 2 trillion by the end of this year as stated in POJK No. 12.

Almost all of the banks are busy targeting the MSME segment amidst a surge in digital acceleration during the Covid-19 pandemic. Apart from being the foundation of the Indonesian economy, MSME is a segment with certain difficulties to capital access and has not been fully digitized.

Bank

Parent/Individual Acquisition/Subsidiary Transformation
BCA Bank Royal Indonesia BCA Digital
Jerry Ng and Patrick Walujo Bank Artos Bank Jago
BRI BRI Agro Bank Raya

Non-bank

Parent Acquisition/Subsidiary Transformation
Sea Group Bank Kesejahteraan Ekonomi Seabank
CT Group Bank Harda Internasional Allo Bank
EMTEK Bank Fama N/A
Kredivo Bank Bisnis Internasional N/A

This is a reason for digital banks to cooperate with platforms with a broad customer base and service ecosystem. That way, they can easily distribute financing products and loans using this leverage.

Based on data from the Central Statistics Agency (BPS), there were 65.5 million MSMEs in 2019, an increase of 1.98% from 64.2 million in 2018. Meanwhile, only about 8 million or 13% of MSMEs are integrated or utilize digital technology.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bank Digital BNI

Bertambah Lagi, BNI Akan Masuk ke Bank Digital Lewat Akuisisi Bank Mini

Bertambah lagi jumlah bank besar yang akan mencaplok bank mini untuk masuk ke bisnis digital. Kali ini PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI) dikabarkan akan mencaplok Bank Mayora yang merupakan bank BUKU II dengan modal inti tidak sampai Rp2 triliun.

Mengutip CNBC, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar telah mengonfirmasi rencana perusahaan untuk mengakuisisi sebuah bank. Ia mengatakan perusahaan telah menyelesaikan proses tahap awal, tetapi ia masih merahasiakan nama banknya.

“Kami telah mencapai kesepakatan awal untuk akuisisi bank yang memiliki ekosistem bisnis kuat untuk dikembangkan menjadi bank digital,” ungkap Royke dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.

Menurutnya, bank digital ini akan membidik segmen UMKM dan menggandeng mitra strategis berpengalaman untuk mengembangkan teknologi keuangan. Royke menilai teknologi memainkan peran penting dalam mengelola bank digital, serta dapat menekan biaya operasional lebih efisien dibandingkan bank konvensional.

Sebagai informasi, Bank Mayora merupakan bank di bidang ritel dan consumer yang menawarkan berbagai produk keuangan, mulai dari pinjaman (lending) dan simpanan (funding). Beberapa produk pinjaman yang ditawarkan di antaranya Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), Kredit Multi Guna (KMG), dan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).

Sementara, BNI bermain di segmen consumer dan bisnis, baik lewat produk tabungan, deposit, hingga kredit. Bank berlogo 46 ini memiliki asosiasi kuat sebagai produk perbankan yang banyak digunakan oleh kalangan mahasiswa/universitas.

Mengutip Investor.id, Royke sebelumnya pernah memberi sinyal bahwa perusahaan tidak akan 100% berubah menjadi bank digital yang tidak memiliki kantor cabang, tetapi bertransformasi dari sisi layanan, proses bisnis, dan produk.

Selain BNI telah memiliki legacy yang cukup kuat di Indonesia, ia menyebut Pemerintah selaku mayoritas pemegang saham mengamanatkan BNI untuk fokus memperkuat posisinya ke depan sebagai bank internasional atau bank global.

Berebut pasar UMKM

Sepanjang tahun ini, sektor perbankan Indonesia telah diramaikan dengan peluncuran layanan bank digital hingga aksi korporasi untuk mencari mitra strategis. Bank Jago, BCA Digital, dan Bank Neo Commerce sudah melakukan ini di semester I ini.

Sementara beberapa bank lain tengah mencari investor strategis untuk menghimpun modal. Baru-baru ini konglomerasi media PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (IDX: EMTK) mencaplok 93% saham Bank Fama. Kemudian, ada Kredivo yang secara bertahap mengakuisisi saham Bank Bisnis Internasional hingga kemudian menjadi pengendali dengan kepemilikan sebesar 40%.

Aksi korporasi tersebut tengah dikejar untuk memenuhi kewajiban modal inti Rp2 triliun sampai akhir tahun ini sebagaimana tertuang dalam aturan POJK Nomor 12.

Hampir semuanya ramai-ramai membidik segmen UMKM di tengah lonjakan akselerasi digital selama pandemi Covid-19. Selain merupakan fondasi perekonomian Indonesia, UMKM termasuk segmen yang cukup sulit mendapat akses modal dan rata-rata belum sepenuhnya terdigitalisasi.

Perbankan

Induk/Individu Akuisisi/Anak Usaha Transformasi
BCA Bank Royal Indonesia BCA Digital
Jerry Ng dan Patrick Walujo Bank Artos Bank Jago
BRI BRI Agro Bank Raya

Nonbank

Induk Akuisisi/Anak Usaha Transformasi
Sea Group Bank Kesejahteraan Ekonomi Seabank
CT Group Bank Harda Internasional Allo Bank
EMTEK Bank Fama N/A
Kredivo Bank Bisnis Internasional N/A

Ini salah satu alasan bank digital menggandeng platform-platform yang punya basis pelanggan dan ekosistem layanan yang luas. Dengan begitu, mereka dapat mudah menyalurkan produk pembiayaan maupun pinjaman dengan leverage tersebut.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sebesar 65,5 juta UMKM di 2019 atau naik 1,98% dari 64,2 juta di 2018. Sementara, baru sekitar 8 juta atau 13% UMKM yang terintegrasi atau memanfaatkan teknologi digital.

Bank Mandiri merilis aplikasi Mandiri Pintar (Pinjaman Tanpa Ribet) khusus menyasar pengusaha mikro proses pengajuan hanya membutuhkan waktu 15 menit

Bank Mandiri Rilis Aplikasi Khusus Kredit Usaha Mikro

Bank Mandiri merilis aplikasi Mandiri Pintar (Pinjaman Tanpa Ribet) khusus menyasar pengusaha mikro. Melalui aplikasi tersebut, pengajuan kredit hanya akan membutuhkan waktu sekitar 15 menit.

Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan, aplikasi ini adalah bagian dari inovasi perseroan dalam mendongkrak kredit mikro produktif di tengah pandemi. Proses pengajuan jauh lebih cepat karena nasabah tidak perlu direpotkan dengan permintaan data dan dokumen.

Aplikasi didesain untuk tenaga pemasar internal Bank Mandiri sehingga tidak bisa diunduh oleh publik melalui App Store atau Play Store. Nasabah yang butuh kredit bisa menghubungi agar langsung didatangi oleh tim dan langsung diajukan melalui aplikasi tersebut.

Nasabah, lanjut Royke, juga tidak perlu mendatangi kantor cabang Bank Mandiri untuk mengajukan kredit mikro. Sebab, melalui aplikasi ini, tenaga pemasar mikro Mandiri yang saat ini berjumlah lebih dari 6.700 orang yang tersebar di seluruh Indonesia, dapat memproses kredit langsung dari lokasi nasabah berada.

“Melalui aplikasi ini, tenaga pemasar mikro dapat langsung memproses pengajuan kredit melalui smartphone kepada nasabah dalam waktu lebih cepat, yaitu hanya 15 menit setelah tenaga pemasar mengajukan data debitur melalui Mandiri Pintar,” ujar Royke dalam keterangan resmi, kemarin (30/6).

Dalam tahap pengembangannya, Mandiri Pintar baru dapat menerima nasabah existing untuk pengajuan pinjaman dengan limit Rp100 juta. Meski demikian, nantinya aplikasi tersebut akan diperluas cakupannya untuk menyasar nasabah baru.

Sejak tahun 2008, Bank Mandiri telah menyalurkan KUR kepada sekitar 1,65 juta Debitur dengan jumlah kredit mencapai Rp97,65 triliun. Selain KUR, selama tahun 2020, Bank Mandiri juga telah menyalurkan KUM (kredit usaha mikro) kepada 301.453 Debitur dengan nilai sebesar Rp13,2 triliun.

Digitalisasi dipercepat

Pandemi membuat semua perusahaan mempercepat proses digitalisasi agar bisnis lebih efisien dan memperluas cakupan bisnis. Inovasi dari Bank Mandiri, tentunya bukan satu-satunya yang dilakukan perbankan Indonesia untuk menjangkau lebih banyak nasabah baru dengan proses lebih singkat.

Sebelumnya, dengan konsep yang mirip BRI yang membuat aplikasi Brispot. Aplikasi tersebut dikhususkan untuk tenaga pemasar atau Mantri BRI untuk memproses pinjaman mikro secara digital tanpa dokumen fisik. Karena tetap mengedepankan konsep kehati-hatian, maka model penyaluran kredit dan assessment dari bank berbeda dengan apa yang ditawarkan oleh pemain fintech lending.

Di sisi lain, pemain fintech lending dan institusi keuangan konvensional terus memperkuat kerja sama melalui program channeling dan assessment terhadap credit scoring atau alternative scoring dalam menyalurkan pinjaman.

Beberapa kerja sama tersebut di antaranya, Investree bersama Bank Danamon, BRI Syariah dan BRI, untuk loan channeling. Lalu, kerja sama serupa antara Akseleran dengan Mandiri Tunas Finance. Selanjutnya, Modalku dan Bank Sinarmas yang bertindak sebagai pemberi pinjaman institusi serta BCA untuk loan channeling, dan masih banyak lagi kerja sama sejenis. Bagi kedua belah pihak model ini tentunya saling menguntungkan satu sama lain.