Tag Archives: RPG

Newzoo: RPG Adalah Genre Mobile Game dengan Pendapatan Terbesar di Tahun 2020

Pernahkah Anda bertanya dalam hati, “Di genre game apa mayoritas gamer mobile menghabiskan paling banyak uang?” Apakah di game-game kasual seperti Candy Crush atau Hay Day? Di game strategi macam Clash of Clans? Atau malah di game RPG seperti Genshin Impact?

Berdasarkan laporan terbaru dari Newzoo dan platform mobile ads Pangle, jawabannya adalah RPG, setidaknya selama tahun 2020. Dalam laporannya, dikatakan bahwa dari total pendapatan di industri mobile game pada tahun 2020, 21,3% di antaranya berasal dari genre RPG — paling besar di antara genre-genre lainnya.

Jadi dari total pendapatan industri mobile game sebesar $86,9 miliar di tahun 2020, sekitar $18,5 miliar merupakan hasil belanja para pemain game RPG. Menariknya, penyumbang terbesar dari angka $18,5 miliar itu adalah negara-negara di kawasan Asia Timur, spesifiknya Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.

Pada kenyataannya, tiga negara tersebut menyumbang 72% dari total pendapatan mobile RPG. Paling besar adalah Tiongkok dengan $7,84 miliar, disusul oleh Jepang dengan $3,46 miliar, kemudian Korea Selatan dengan $2,04 miliar. Yang mungkin jadi pertanyaan berikutnya adalah, kok bisa para pemain mobile RPG di kawasan Asia Timur, khususnya di tiga negara tadi, berani mengeluarkan jauh lebih banyak uang ketimbang pemain dari negara-negara lain?

Menurut Newzoo, salah satu alasannya adalah karena RPG bikinan negara-negara timur mengemas lebih banyak mekanik, lebih banyak fitur gameplay sosial, dan lebih banyak update rutin yang berbobot (live-ops).

Berdasarkan hasil studi Newzoo, eksplorasi merupakan salah satu faktor utama mengapa gamer tertarik dengan genre RPG. Agar pemain bisa terus termotivasi, tentunya perlu ada hal yang mendorong mereka untuk terus bereksplorasi, semisal update yang menghadirkan kota atau lokasi baru di dalam game. Itulah mengapa beberapa judul mobile RPG yang sukses adalah yang rutin menerima update konten baru dari pengembangnya.

Lebih lanjut, tidak sedikit juga mobile RPG yang kini menaruh fokus ekstra pada aspek live-ops dengan menggelar beragam event di dalam game maupun menjalin kolaborasi dengan brand. Salah satu contohnya adalah Genshin Impact.

Data yang direkam Newzoo menunjukkan bahwa berbagai event baru dan koleksi item gacha yang dihadirkan di Genshin Impact terbukti mampu meningkatkan engagement sekaligus kecenderungan pemain untuk mengeluarkan uang. Alhasil, tidak kaget kalau in-app purchase (IAP) masih tetap menjadi sumber pemasukan terbesar buat genre RPG.

Selain IAP, in-app advertising juga menjadi opsi monetisasi lain yang semakin diterima oleh para pemain mobile RPG. Survei yang dilakukan Newzoo menunjukkan bahwa 73% pemain mobile RPG tidak keberatan dengan keberadaan iklan di dalam game seandainya itu bisa membantu progres permainan mereka, seperti misalnya menonton video iklan untuk mendapatkan item atau mata uang dalam game secara cuma-cuma.

Sumber: Newzoo via Games Industry.

Weird West, Immersive Sim Baru Ciptaan Kreator Dishonored, Ditunda Perilisannya Hingga Maret 2022

2022 punya banyak game yang sangat layak untuk dinantikan, belum lagi yang diumumkan di ajang The Game Awards 2021 kemarin. Salah satu yang paling saya tunggu-tunggu adalah Weird West, sebuah immersive sim karya WolfEye Studios. Awalnya dijadwalkan hadir di bulan Januari, sayang perilisannya terpaksa diundur sampai 31 Maret 2022.

Lewat Twitter, Devolver Digital selaku publisher-nya mengumumkan bahwa berdasarkan masukan dari para beta tester, Weird West masih perlu dipoles lebih lanjut agar bisa menjadi sesuatu yang benar-benar spesial untuk dimainkan. Pengumuman ini menerima banyak sambutan positif, menunjukkan bahwa gamer sebetulnya tidak keberatan menunggu lebih lama ketimbang disuguhi game yang belum matang seperti Cyberpunk 2077 maupun remaster GTA Trilogy.

Game development bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi kalau yang digarap adalah immersive sim yang terkenal sangat kompleks. Pendiri WolfEye Studios sekaligus creative director Weird West, Raphaël Colantonio, menjelaskan bahwa ada banyak sekali yang bisa terjadi dalam sebuah immersive sim, dan terkadang itu bisa menimbulkan sejumlah problem.

WolfEye memang baru berdiri sejak tahun 2019, namun Raphaël dan timnya sudah tidak asing lagi dengan genre immersive sim. Buat yang tidak tahu, Raphaël merupakan pendiri sekaligus pimpinan Arkane Studios selama 18 tahun. Selama di Arkane, Raphaël memimpin pengembangan game-game seperti Arx Fatalis, Dark Messiah, Dishonored, dan Prey, yang semuanya merupakan immersive sim.

Pada umumnya, immersive sim disajikan dalam perspektif orang pertama (first-person). Namun Weird West rupanya tidak demikian dan justru mengadopsi tampilan isometrik, membuatnya kelihatan mirip seperti RPG klasik macam Fallout. Namanya immersive sim, Weird West bakal membebaskan pemain melakukan apa saja dalam menjalankan misinya, sebab memang hampir tidak ada yang benar atau salah di kategori game semacam ini.

Juga unik adalah adanya lima playable character di Weird West, masing-masing dengan jalan ceritanya sendiri, akan tetapi konsekuensinya berkesinambungan. Buat yang penasaran dengan gameplay-nya, silakan tonton trailer-nya di bawah ini.

Sumber: PC Gamer.

Update Besar dan Versi Next-Gen Cyberpunk 2077 Dijadwalkan Hadir di Awal 2022

Tidak terasa sudah nyaris setahun sejak Cyberpunk 2077 resmi dirilis, akan tetapi versi next-gen dari game bikinan CD Projekt Red tersebut masih tak kunjung datang. Saat saya coba memainkannya kembali belum lama ini, pengalaman yang saya dapat pun masih tidak jauh berbeda dari saat game-nya pertama diluncurkan pada 10 Desember 2020.

Di titik ini, sebagian dari kita mungkin mempertanyakan apakah game ini masih bisa ‘diselamatkan’. CD Projekt sendiri cukup optimistis, dan dalam laporan finansial perusahaan terbarunya, mereka mengumumkan bahwa Cyberpunk 2077 bakal menerima sebuah update besar pada kuartal pertama 2022, bersamaan dengan peluncuran versi next-gen-nya.

Isi update-nya seperti apa tidak dijelaskan, apakah mencakup konten DLC gratis seperti yang dijanjikan, atau sebatas perbaikan dan penyempurnaan saja. Dalam sebuah siaran pers, Adam Kicinski selaku bos besar CD Projekt mengatakan bahwa timnya juga tengah sibuk mengerjakan expansion pack buat Cyberpunk 2077, tidak ketinggalan pula update versi next-gen dari The Witcher 3 yang ditargetkan hadir pada kuartal kedua 2022.

Rumornya, expansion pack untuk Cyberpunk 2077 bakal berfokus pada region Pacifica / CD Projekt Red

Mei lalu, Games Industry melaporkan bahwa CD Projekt menunjuk seorang game director baru untuk Cyberpunk 2077 yang akan berfokus pada pengembangan konten expansion pack-nya. Saya pribadi menaruh harapan besar pada rencana terkait expansion ini, sebab kalau berdasarkan pengalaman sebelumnya, The Witcher 3 juga baru benar-benar terasa matang setelah expansion pack keduanya dirilis.

Terlepas dari banyaknya permasalahan yang dihadapi, Cyberpunk 2077 tetap menjadi salah satu game yang paling diminati tahun ini. Pada bulan Juni 2021 misalnya, Cyberpunk 2077 berhasil menduduki peringkat pertama game PS4 terlaris setelah sempat ditarik dari PlayStation Store selama sekitar enam bulan.

Pekan lalu, bertepatan dengan event Steam Autumn Sale, Cyberpunk 2077 menjadi game terlaris ketiga berdasarkan data dari SteamDB. Cyberpunk 2077 juga kebanjiran ulasan positif dari pengguna Steam; dari tanggal 24 November 2021 sampai artikel ini dipublikasikan, tercatat sudah ada lebih dari 18.000 review pengguna dengan sentimen sangat positif.

Sumber: PC Gamer.

Game New World Jadi yang Terlaris di Steam Meski Belum Rilis Resmi

Game Massive Multiplayer Online atau MMO ternyata mampu membuktikan bahwa genre tersebut masih memiliki banyak fans. Di tengah-tengah gempuran game battle-royale dan shooter, ternyata satu game MMO berhasil muncul dan mendulang kesuksesan. Game tersebut adalah game terbaru dari Amazon yaitu New World.

Game ini memang telah ditunggu oleh para fans sejak awal diumumkan oleh Amazon pada 2016 silam. Setelah 5 tahun menunggu, para gamer dan pecinta MMO kelihatannya tidak mampu menahan hasrat untuk segera memainkan game ini.

Hal tersebut membuat para gamer menyerbu sesi beta tertutup yang diadakan oleh Amazon pada minggu kemarin. Beta yang berlangsung selama 7 hari tersebut langsung diserbu para pemain. Rekornya game ini berhasil memiliki 200.000 pemain secara bersamaan yang bahkan membuat server game-nya penuh.

Gelombang besar para gamer ini bahkan berhasil membuat New World menjadi game nomor satu Top Seller di Steam. Tidak hanya game standarnya, namun versi Deluxe-nya pun ikut menjadi runner-up dalam penjualan terbaik Steam.

Padahal New World baru akan dirilis pada 31 Agustus mendatang. Hal ini membuat New World menjadi salah satu game yang mampu laris terjual jauh sebelum game-nya dirilis. New World berhasil mengalahkan game-game baru lain seperti The Ascent, Tribes of Midgards, dan Orcs Must Die! 3.

Daya tarik utama dari game ini tentu adalah dari role-playing yang ditawarkan game-game MMORPG klasik seperti World of Warcraft atau Runescape. Namun New World memberi kebebasan para pemain untuk membangun karakternya tanpa harus terjebak dalam satu kelas tertentu.

Perbedaan lain ada pada gameplay-nya yang lebih terasa action, berbeda dengan game MMO yang biasanya berfokus pada kombinasi berbagai spell atau skill. Dalam New World pemain akan memainkan mekanisme aksi layaknya The Elder Scroll Online ataupun Black Desert Online.

Hal ini tentu membuat permainan berjalan lebih intuitif dan lebih fleksibel karena pemain juga dapat menghindar atau menangkis serangan lawan. Mekanisme gameplay ini juga membuat mode pemain versus pemain atau PvP menjadi lebih menarik.

New World direncanakan untuk dirilis pada akhir bulan Agustus ini eksklusif untuk platform PC. New World memang memiliki potensi untuk menjadi sensasi baru bagi industri game yang mulai jenuh dengan game battle royale dan shooter. Dan selama Amazon mampu memenuhi apa yang para pemain nanti inginkan, genre MMO bisa menjadi tren baru ke depannya.

Bermain RPG: Mengaburnya Batasan antara Dunia Nyata dan Fiksi

RPG adalah salah satu genre favorit gamers di dunia. Menurut Statista, 69% gamers mengatakan, single player RPG merupakan tipe game favorit mereka sementara 73,6% gamers sangat menyukai MMORPG. Tipe game RPG juga sangat populer di Tiongkok dan India.

Persentase gamers yang menyukai sejumlah genre game di Tiongkok, India, dan Indonesia. | Sumber: Statista

Buktinya, di Tiongkok, jumlah gamers yang menyukai single player RPG mencapai 83,2% dan MMORPG 84%. Sementara di India, jumlah gamers yang menyukai single player RPG mencapai 81,8% dan MMORPG 77,8%. Di Indonesia, jumlah gamers yang menyukai RPG memang tidak sebanyak di Tiongkok atau India, tapi jumlahnya tetap cukup signifikan. Sebanya 66,4% gamers Indonesia menyukai single player RPG dan 67,6% gamres suka MMORPG.

Hal ini memunculkan pertanyaan:

Kenapa Gamers Suka Main RPG?

Salah satu hal yang membedakan RPG dengan game bergenre lain adalah dunia yang imersif dan alur cerita yang kompleks. Dua hal ini memungkinkan pemain untuk fokus sepenuhnya pada segala sesuatu yang terjadi di dalam game dan melupakan masalah mereka di dunia nyata, walau hanya sejenak. Dengan kata lain, salah satu alasan mengapa gamers senang bermain RPG adalah sebagai bentuk escapism.

Sebagai manusia, kita memang tidak bisa terus melarikan diri dari masalah yang ada di dunia nyata. Namun, kita juga tidak bisa menghabiskan seluruh waktu kita hanya untuk bekerja. Bermain game bisa jadi salah satu kegiatan yang dilakukan saat seseorang sedang beristirahat. Faktanya, bermain RPG bisa membantu pemain untuk menghadapi brain strain.

Ketika seseorang menerima informasi baru, otak akan memproses informasi tersebut sebelum menyimpannya ke memori sehingga ingatan tersebut bisa diingat kembali di masa depan. Hanya saja, ketika seseorang stres, proses ini tidak berjalan dengan lancar. Informasi yang seharusnya diproses oleh otak justru menjadi tersendat. Saat seorang bermain game, rasa stres akan menghilang atau setidaknya, berkurang. Hal ini memungkinkan otak untuk kembali mencerna informasi baru. Jika dibandingkan dengan genre lain, RPG memang akan menyajikan informasi baru lebih banyak. Alhasil, otak bisa bekerja seperti seharusnya dan informasi yang tadinya tersendat bisa diproses oleh alam bawah sadar.

Bermain RPG bisa bantu pemainnya atasi brain strain. | Sumber: UAB

Hal lain yang menjadi daya tarik dari RPG adalah kemungkinan untuk memainkan banyak peran. Bahkan di MMORPG, yang biasanya lebih fokus pada pertarungan daripada cerita, pemain tetap bisa memilih peran yang ingin dimainkan. Tergantung pada peran yang Anda pilih — mulai dari DPS, Tank, sampai Support — maka pengalaman bermain yang Anda dapatkan pun akan berbeda. Sementara di single player RPG yang menjadikan cerita sebagai daya jual, pemain bahkan punya kekuasaan untuk mengubah alur cerita. Contohnya, Undertale. Dalam game tersebut, ending yang Anda dapatkan akan tergantung pada berapa banyak monster yang Anda bunuh sepanjang perjalanan Anda.

Dalam Tabletop RPG (TTRPG), pemain bahkan lebih leluasa dalam mendesain karakter mereka. Sebagai contoh, dalam Dungeons & Dragons, Anda tidak hanya bisa menentukan class dan ras dari karakter yang Anda mainkan, tapi juga background dari karakter tersebut. Background juga akan memengaruhi kemampuan yang dimiliki oleh seorang karakter. Karakter yang memiliki Criminal sebagai background akan dapat menghubungi jaringan kriminal di sebuah kota. Sebaliknya, karakter yang merupakan City Watch justru dapat menemukan organisasi penegak hukum di sebuah kota. Tak hanya itu, seorang City Watch juga akan bisa menemukan pusat kegiatan kriminal di satu kota. Dengan begitu, walaupun Anda dan teman Anda memutuskan untuk memainkan class dan ras yang sama, gaya bermain Anda dan teman Anda tetap bisa berbeda.

Walau tidak semua, RPG juga mendorong para pemainnya untuk bersosialisasi. MMORPG biasanya didesain untuk mendorong para pemainnya agar bekerja sama dengan satu sama lain. Karena itulah, MMORPG biasanya punya sistem klan/guild. Selain itu, masing-masin class/job di MMORPG juga punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Alhasil, pemain harus saling bekerja sama untuk menutupi kelemahan class/job mereka. Begitu juga dengan TTRPG. Dalam TTRPG seperti Dungeons & Dragons, pemain bahkan bisa menghindari pertarungan sama sekali jika mereka bersedia untuk bernegoisasi.

Di tengah pandemi, game tidak hanya menjadi kegiatan untuk melepas stres, tapi juga menjadi tempat bagi teman dan keluarga untuk berkumpul bersama dan saling berkomunikasi. Stereotipe bahwa gamers adalah penyendiri tak lebih dari mitos.

Apa yang Menarik dari The Sims dan Harvest Moon?

Jika salah satu daya tarik RPG adalah dunia yang sama sekali berbeda dari dunia nyata, maka game simulasi seperti The Sims dan Harvest Moon menjadi antitesis dari RPG. Pasalnya, The Sims merupakan simulasi dari kehidupan sehari-hari. Sementara Harvest Moon merupakan salah satu contoh game simulasi bercocok tanam, sesuatu yang bisa Anda lakukan di dunia nyata. Meskipun begitu, tetap ada gamers yang senang untuk bermain game simulasi kehidupan sehari-hari atau simulasi menjadi petani. Buktinya, Electronic Arts masih memberikan update untuk The Sims 4. Tak hanya itu, dari hari ke hari, jumlah game simulasi bertani terus bertambah. Salah satu yang terbaru adalah Coral Island dari Stairway Games, studio asal Yogyakarta, Indonesia.

Coral Island jadi salah satu game simulasi petani terbaru. | Sumber: Steam

Di tengah pandemi, banyak orang yang merasa hidupnya menjadi kacau balau; mulai dari mereka yang harus membatalkan rencana liburan bersama teman atau keluarga, mereka yang kehilangan pekerjaan, sampai mereka yang kehilangan orang-orang terdekat mereka. Chris Ferguson, dosen psikologi di Stetson University, menjelaskan bahwa memainkan game seperti The Sims dan Animal Crossing bisa membuat para pemain merasa punya kendali. Walau pemain tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi di dunia nyata, tapi mereka memegang kendali atas kehidupan karakter dalam game.

Selain kehidupan perseorangan, pandemi juga mendisrupsi tatanan dunia. Memainkan game simulasi kehidupan bisa memberikan para pemain sense of continuity, memudahkan mereka dalam melanjutkan kehidupan sehari-hari mereka. “Walau rutinitas sehari-hari kita di dunia nyata terganggu, setidaknya, kita bisa melanjutkan kehidupan dari karakter kita di game,” kata Thaddeus Griebel, seperti dikutip dari CNBC.

Griebel merupakan penulis dari jurnal berjudul Self-Portrayal in a Simulated Life: Projecting Personality and Values in The Sims 2. Studi yang dirilis pada 2006 itu berusaha untuk menjawab pertanyaan apakah gamers memang memproyeksikan diri mereka ketika mereka bermain The Sims. Dalam studi tersebut, Griebel menemukan, beberapa nilai yang dianggap penting oleh pemain dalam dunia nyata akan tercermin pada karakter The Sims. Misalnya, pemain yang mementingkan kekayaan akan berusaha untuk membuat karakter mereka kaya, walau hal itu berarti, karakter mereka harus melakukan pekerjaan yang membosankan. Sementara pemain yang menganggap kreativitas penting akan membuat karakter yang aktif melakukan hal-hal berbau seni, seperti melukis dan bermain piano.

Selain itu, sebanyak 70% dari partisipan studi Griebel mengatakan bahwa kehidupan karakter The Sims mereka merupakan cerminan dari kehidupan mereka. Sebagai contoh, sebanyak 10 partisipann mengaku, struktur keluarga dari karakter The Sims mereka sama seperti struktur keluarga mereka. Sementara sembilan partisipan mengatakan, karakter The Sims mereka punya hobi dan aspirasi yang sama dengan diri mereka.

Karakter The Sims bisa menjadi refleksi karakter pemain di dunia nyata. | Sumber: EA

“The Sims memberikan kesempatan pada semua orang untuk membuat karakter yang dapat merefleksikan diri mereka, harapan dan mimpi mereka, atau bahkan ketakutan mereka,” kata John Suler, dosen psikologi di Rider University. “Pengalaman tersebut dapat memperkaya pengalaman hidup seseorang.”

Bermain Peran, dari Sisi Psikologis

Secara harfiah, role-playing berarti memainkan peran. Sebenarnya, bermain peran adalah sesuatu yang sudah kita lakukan sejak kecil. Misalnya, ketika anak-anak bermain rumah-rumahan, setiap anak akan punya peran dan masing-masing dari mereka harus berperilaku sesuai dengan perannya. Contoh lainnya adalah ketika anak-anak bermain petak umpet. Dalam permainan tersebut, ada dua peran yang harus dimainkan, yaitu orang yang bersembunyi dan pencari.

Selain sebagai permainan, bermain peran juga membantu anak untuk memahami konsep theory of mind alias teori pikiran. Seorang anak yang paham akan teori pikiran akan mengerti bahwa orang lain — seperti teman atau guru mereka — punya pemikiran yang berbeda dari mereka sendiri. Memahami teori pikiran akan membantu anak untuk berempati pada orang lain, seperti yang disebutkan dalam studi Psychology and Role-Playing Games.

Sebenarnya, bermain peran tidak hanya dilakukan oleh anak-anak, tapi juga remaja dan orang dewasa. Pada remaja, bermain peran bisa menjadi bagian dari proses pencarian jati diri mereka. Sementara itu, orang dewasa biasanya melakukan role-playing dalam lingkup tertentu, seperti ketika seorang aktor atau aktris sedang berakting atau ketika seorang penulis membuat cerita atau novel. Di luar lingkup tersebut, orang dewasa yang bermain peran biasanya akan mendapatkan stigma buruk. Meskipun begitu, orang dewasa tetap bisa mendapatkan keuntungan dari bermain peran, seperti kesempatan untuk membangun komunitas, meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah, media untuk mengeksplorasi jati diri, meningkatkan empati serta kemampuan berpikir kritis.

Fiksi vs Kenyataan

Bermain peran tentunya tak lepas dari unsur narasi atau cerita. Selama ini, manusia menggunakan cerita untuk menyampaikan informasi. Selain itu, cerita juga bisa membantu kita untuk memahami pengalaman hidup yang mungkin terasa membingungkan. Pada dasarnya, cerita fiksi maupun cerita nyata punya tujuan yang sama: berbagi informasi, menjalin hubungan antara penulis cerita dengan audiens, dan membuat audiens merasakan perasaan tertentu, baik emosi positif seperti rasa senang atau emosi negatif, seperti rasa marah. Hal yang membedakan antara cerita nyata dan fiksi adalah apakah sebuah cerita menyampaikan sesuatu yang benar terjadi atau tidak.

Meski tidak membahas informasi nyata, cerita fiksi tetap bisa memengaruhi pemikiran dan tumbuh kembang seseorang. Studi membuktikan, membacakan dongeng pada anak sebelum tidur punya dampak pada perkembangan kemampuan literasi sang anak. Pada orang dewasa, cerita fiksi juga bisa mendorong mereka untuk tumbuh sebagai individu. Hanya saja, sebagian orang merasa kesulitan untuk membedakan dunia nyata dan fiksi, khususnya anak-anak dan remaja.

Pada 2016, Stanford University melakukan studi pada 7,8 ribu siswa SMP, SMA, dan mahasiswa. Mereka menemukan, 80% siswa SMP percaya, iklan yang mereka lihat di internet merupakan berita nyata. Sementara 80% siswa SMA kesulitan untuk membedakan antara foto yang nyata dan foto palsu. Hal ini menunjukkan betapa rendahnya kemampuan generasi muda untuk mencerna informasi di internet secara kritis. Dan hal ini bisa menyebabkan tragedi.

Slenderman adalah tokoh fiksi yang sering masuk dalam cerita horor. | Sumber: Netflix

Dalam sebuah kasus ekstrem, dua anak perempuan berumur 12 tahun mengajak seorang teman mereka ke hutan dan menusuknya 19 kali. Mereka melakukan itu karena mereka ingin membuat kagum Slenderman. Padahal, Slenderman tak lebih dari karakter fiksi yang sering muncul di cerita horor. Kepada pihak berwajib, salah satu pelaku penusukan mengatakan, Slenderman merupakan pemimpin dari situs yang sering mereka kunjungi. Dan jika dia ingin mendapatkan perhatian Slenderman, dia harus membunuh seseorang.

Memang, berdasarkan studi tentang otak, proses kognitif untuk mencerna cerita fiksi sama seperti proses kognitif untuk memahami cerita nyata. Sementara studi terkait fMRI menunjukkan, persepsi seseorang akan konten fiksi dipengaruhi apakah konten tersebut relevan atau tidak dengan kehidupan mereka. Semakin relevan konten fiksi dalam hidup seseorang, maka semakin besar kemungkinan konten tersebut terasa nyata. Dua hal ini bisa menjelaskan mengapa bagi sebagian orang, cerita fiksi terasa nyata. Namun, hal itu bukan berarti kita harus berhenti berpikir kritis ketika kita mengonsumsi konten fiksi, khususnya di jagat maya.

Menurut studi Walking the Line between Reality and Fiction in Online Spaces: Understanding the Effects of Narrative Transportation, salah satu cara untuk dapat membedakan fiksi dan kenyataan adalah memahami keseluruhan cerita. Artinya, ketika membaca cerita di internet, seseorang tidak hanya harus mempertimbangkan isi yang tertuang secara eksplisit, tapi juga segala sesuatu yang membuat cerita itu tercipta, termasuk dari budaya dan konsep sosial yang lazim dari tempat asal sang penulis.

Kesimpulan

Pernahkah Anda merasa malu ketika Anda menonton seorang tokoh publik melakukan hal memalukan di TV? Fenomena itu terjadi karena bagian otak yang berfungsi untuk mencerna stimuli di layar kaca sama seperti bagian otak yang bertugas mencerna rangsangan di dunia nyata. Hal ini juga menjadi alasan mengapa kita bisa terhanyut dalam dunia fiksi — baik saat kita bermain RPG atau saat kita membaca cerita fiksi.

Dari game dan cerita fiksi, ada banyak hal yang bisa kita pelajari, mulai dari empati sampai cara untuk memecahkan masalah. Hanya saja, jika kita tidak berpikir kritis saat mengonsumsi cerita fiksi — dalam bentuk cerita di internet atau game — kita bisa menjadi korban dari propaganda. Karena internet dan game memang bisa menjadi alat untuk menyebarkan propaganda. Tak hanya itu, memercaya fiksi sebagai kenyataan juga bisa membuat kita melakukan hal-hal yang tidak masuk akal, seperti membunuh seseorang hanya demi membuat kagum tokoh fiksi dalam cerita horor.

Sumber header: Twitter

Final Fantasy VII Remake Intergrade Resmi Diumumkan untuk PlayStation 5

Sekitar setahun setelah dirilis, Final Fantasy VII Remake akhirnya bakal mendapat upgrade next-gen pada tanggal 10 Juni 2021. Versi yang ditujukan untuk PlayStation 5 ini dinamai Final Fantasy VII Remake Intergrade, dan pemilik game aslinya di PS4 bisa menerima upgrade ini secara cuma-cuma.

Seperti yang sudah bisa ditebak, tentu saja ada penyempurnaan dari sisi performa maupun kualitas grafis di FF VII Remake Intergrade. Pemain nantinya dapat memilih antara “Graphics Mode” yang memprioritaskan resolusi 4K, atau “Performance Mode” kalau lebih mementingkan gameplay yang mulus di 60 fps.

Haptic feedback maupun adaptive trigger milik controller DualSense juga akan diintegrasikan, dan tentu saja pemain bakal mendapati waktu loading yang jauh lebih singkat. Namun Square Enix rupanya belum selesai.

Intergrade nantinya juga bakal menawarkan episode baru untuk dimainkan, sekaligus kembalinya salah satu lakon lawas favorit, yakni Yuffie Kisaragi sebagai playable character dalam episode tersebut. Episode Yuffie ini nantinya harus dibeli secara terpisah sebagai paid DLC dari PlayStation Store.

Tentunya ini merupakan kabar yang sangat menggembirakan bagi para penggemar FF VII, akan tetapi Square Enix rupanya masih punya kejutan lain buat mereka.

Final Fantasy VII The First Soldier

Judul di atas adalah judul dari game battle royale baru yang sedang Square Enix kerjakan untuk perangkat Android dan iOS. Battle royale? Ya, Anda tidak salah baca. Jujur saya sendiri masih kesulitan mencerna konsep gabungan dari dua hal yang semestinya sangat bertolak belakang tersebut. Namun rupanya itulah yang Square Enix lakukan saat menggarap game spin-off ini.

Secara lore, The First Soldier bakal berperan sebagai prekuel dari FF VII, menceritakan asal usul dari pasukan elit Soldier sekitar tiga dekade sebelum peristiwa yang terjadi di FF VII. Kalau melihat trailer-nya, gameplay The First Soldier sepertinya bakal menggabungkan aksi tembak-menembak dari perspektif third-person dengan combat ala Final Fantasy.

Menariknya, The First Soldier nantinya juga akan menyisipkan sejumlah elemen RPG ke dalam formula battle royale yang diangkat, seperti misalnya sistem level yang melibatkan sejumlah monster untuk dibasmi. Selain mode solo, The First Soldier juga akan menawarkan mode tim berisikan tiga pemain.

Final Fantasy VII Ever Crisis

Selain The First Soldier, Square Enix juga punya spin-off lain berjudul Final Fantasy VII Ever Crisis yang juga ditujukan untuk perangkat mobile. Ever Crisis pada dasarnya merupakan kompilasi dari seluruh cerita yang pernah diangkat, mulai dari FF VII orisinal, Before Crisis, Dirge of Cerberus, Crisis Core, sampai film Advent Children, tidak ketinggalan pula sejumlah elemen narasi baru yang berfokus pada asal usul Soldier.

Gameplay akan disajikan per chapter, dengan combat yang tentunya sudah kelihatan sangat familier. Tidak seperti The First Soldier yang akan dirilis di tahun ini juga, Ever Crisis rencananya baru akan tersedia tahun depan di Android sekaligus iOS.

Sumber: Square Enix via Eurogamer.

Semua yang Perlu Diketahui tentang Mass Effect Legendary Edition

November tahun lalu, EA dan BioWare memberikan kejutan dengan mengumumkan Mass Effect Legendary Edition, kompilasi lengkap sekaligus versi remastered dari Mass Effect, Mass Effect 2, dan Mass Effect 3. Game baru tapi lawas ini rencananya akan dirilis di musim semi tahun ini, dan EA rupanya tidak berbohong.

Lewat sebuah trailer, EA mengumumkan jadwal perilisan resmi Mass Effect Legendary Edition, yakni 14 Mei 2021. Di video tersebut kita bisa melihat sejauh apa penyempurnaan visual yang dihadirkan. Namun grafik yang lebih bagus rupanya hanya sebagian dari cerita lengkapnya.

Meski hanya sebatas remaster, Mass Effect Legendary Edition rupanya juga membawa sederet pembaruan teknis yang sangat krusial. Revisi yang paling banyak tentu diterapkan pada Mass Effect orisinal. Di versi remastered ini, kontrol dalam game tersebut sudah jauh lebih sempurna. BioWare bahkan tidak segan untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang sangat spesifik, seperti misalnya membenahi kontrol atas mobil Mako.

Sejumlah elemen UI-nya juga sudah diubah menjadi jauh lebih modern. Secara keseluruhan, combat-nya akan terasa jauh lebih balanced daripada di game aslinya. Untuk Mass Effect 2 dan Mass Effect 3, BioWare sejatinya tidak perlu menerapkan terlalu banyak pembaruan di luar sisi visual.

Bicara soal visual, BioWare juga tidak sekadar meningkatkan resolusi aset teksturnya begitu saja. Beberapa aset bahkan ada yang harus diperbarui satu per satu, seperti misalnya detail wajah karakter-karakter dalam game. Teknik seperti ambient occlusion juga sudah diterapkan ke ketiga game, bukan cuma diterapkan setengah-setengah di Mass Effect 3 saja.

Namun penyempurnaan visual yang menurut saya paling menarik adalah adanya real-time reflection pada Mass Effect Legendary Edition. Berhubung ketiga game aslinya dibuat menggunakan Unreal Engine 3, otomatis BioWare tidak bisa menerapkan real-time raytracing pada versi remastered-nya ini, dan di situlah real-time reflection mencoba menawarkan alternatif.

Di PC, BioWare memastikan bahwa Mass Effect Legendary Edition bisa dijalankan tanpa batasan frame rate sedikit pun. Kalau Anda mampu menjalankannya di resolusi 4K dengan efek HDR, silakan. Kalau Anda ingin menikmati pemandangan planet demi planet yang fantastis di monitor ultra-wide (21:9), silakan.

Juga penting adalah optimalisasi waktu loading, yang pada game pertamanya disamarkan sebagai adegan di dalam elevator. Sebagai perbandingan, kalau di game aslinya kita perlu menghabiskan waktu sekitar 52 detik di dalam elevator, di Legendary Edition kita hanya butuh sekitar 14 detik.

Beralih ke soal kustomisasi karakter, Mass Effect Legendary Edition juga menawarkan opsi kustomisasi yang seragam antara game pertama, kedua, dan ketiganya – opsi yang dulunya cuma tersedia di Mass Effect 3 sekarang juga ada di Mass Effect maupun Mass Effect 2. Tidak seperti dulu, Legendary Edition juga memungkinkan pemain untuk menggunakan preset default Female Shepard (yang baru ada di Mass Effect 3) di game pertama maupun keduanya jika mau.

Ada lebih dari 40 konten DLC yang tersedia di Legendary Edition, namun tidak ada satu pun konten yang benar-benar baru – yang ada justru mode multiplayer Mass Effect 3 yang dipangkas. BioWare pun sama sekali tidak menyentuh jalan cerita dari trilogi game kebanggaannya tersebut. Untuk ending-nya, BioWare memilih ending yang terdapat di Mass Effect 3: Extended Cut sebagai opsi kanon di Legendary Edition.

Sejauh ini, Mass Effect Legendary Edition terdengar cukup menjanjikan, baik untuk penggemar trilogi aslinya, maupun yang hingga kini belum sempat memainkannya sama sekali. Narasi yang kaya, karakter-karakter yang tidak terlupakan, serta dunia dan lore yang ekspansif; tiga hal tersebut adalah yang BioWare banggakan dari karya-karyanya, dan trilogi Mass Effect memang punya itu semua. Legendary Edition hanya menyajikannya dalam kemasan baru yang lebih modern.

Sumber: PC Gamer.

Semua tentang Ruined King dari Riot Games

Riot Games pernah dianggap sebagai one-hit wonder. Pasalnya, setelah meluncurkan League of Legends pada Oktober 2009, mereka tidak meluncurkan game baru selama bertahun-tahun. Mereka baru meluncurkan game baru — Teamfight Tactics — pada 2019. Memang, membuat game yang dimainkan hingga lebih dari 10 tahun adalah pencapaian tersendiri. Namun, Riot tampaknya tak lagi puas dengan itu. Mereka juga ingin mengeksplor dunia League of Legends lebih dalam. Karena itu, mereka berencana untuk meluncurkan beberapa game baru. Salah satunya adalah Ruined King: A League of Legends Story.

 

Siapa Sang Ruined King?

Nama Ruined King pastinya tidak asing di telinga para pemain League of Legends. Sejak game MOBA itu diluncurkan, ada item bernama Blade of Ruined King. Item legendary itu tidak hanya dapat memberikan ekstra attack damage dan attack speed, tapi juga dilengkapi dengan status lifesteal. Hanya saja, sampai pekan lalu, Riot tak pernah menampilkan karakter Ruined King dalam League of Legends.

Karakter Ruined King baru diperkenalkan oleh Riot Games pada 8 Januari 2021 melalui sebuah video pendek berjudul Ruination. Dalam video itu, Anda akan melihat bagaimana sang Ruined King — yang memiliki nama asli Viego — bertarung dengan Lucian dan Senna. Tujuan Viego sederhana: membangkitkan kembali ratunya dan memulihkan kembali kerajaannya.

Di video di atas, Anda juga bisa melihat bagaimana para champions League of Legends — seperti Darius, Poppy, Samira, dan Vayne — berusaha melawan pasukan Viego. Video berakhir dengan cliffhanger: Viego yang justru menjadi semakin kuat dan pernyataan Lucian bahwa dia dan Senna tak akan bisa menghentikan sang Ruined King sendirian. Tidak heran jika video Ruination memiliki akhir yang menggantung. Kepada Polygon, Ryan Mireles, Lead Producer dari League of Legends mengaku, Riot akan mengungkap cerita Viego dalam beberapa cerita dan game League of Legends.

Riot bahkan telah menyiapkan tiga champions baru sebagai bagian dari cerita Viego. Sayangnya, sejauh ini, tidak ada banyak informasi terkait ketiga champions tersebut. Satu hal yang pasti, tiga champions baru ini memiliki role yang berbeda-beda: top lane Brawler, artillery mage, dan marksman. Sementara Viego sendiri akan memegang peran sebagai Jungler.

 

Ruined King: A League of Legends Story

Tak bisa dipungkiri, League of Legends adalah game yang populer. Meskipun begitu, genre MOBA kurang kondusif untuk menyampaikan cerita. Pasalnya, para pemain akan sibuk untuk melawan musuh dan menghancurkan towers. Namun, hal ini tidak menghapus rasa penasaran para pemain League of Legends akan lore di game tersebut.  Riot menyadari hal ini. Karena itulah, mereka ingin membuat game League of Legends lain dengan genre yang berbeda. Salah satu game itu adalah Ruined King, yang mengusung genre RPG.

Sama seperti kebanyakan game RPG lain, salah satu fokus Anda di Ruined King adalah eksplorasi. Kota yang dipilih untuk menjadi setting lokasi dari Ruined King adalah Bilgewater, kota pelabuhan yang penuh dengan kriminal karena ketiadaan pemerintahan yang sah. Sementara dari 153 champions yang ada di League of Legends, ada 6 karakter yang akan bisa dimainkan di Ruined King, yaitu Miss Fortune, Illaoi, Braum, Pyke, Ahri, dan Yasuo. Selain Bilgewater, kawasan lain yang menjadi fokus dari Ruined King adalah Shadow Isles, yang dulunya dikenal dengan nama Blessed Isles.

Riot Games merilis trailer gameplay dari Ruined King pada Desember 2020. Video itu fokus untuk menampilkan cara kerja dari turn-based combat yang akan digunakan dalam Ruined King, tanpa memberikan banyak informasi tentang cerita dari game RPG itu. Pemain dapat melakukan eksplorasi dengan satu karakter. Namun, dalam combat, akan ada tiga karakter yang bisa pemain gunakan. Masing-masing karakter akan memiliki skill unik yang bisa pemain gunakan untuk menyerang musuh atau melindungi karakter lain.

Ruined King mulai dikembangkan pada 2019. Pada awalnya, Riot berencana untuk merilis game ini pada awal tahun 2021. Sayangnya, karena pandemi virus corona, mereka terpaksa menunda peluncuran Ruined King. Kabar baiknya, game itu masih akan tetap dirilis pada 2021. Ruined King akan tersedia untuk berbagai platform, mulai dari PlayStation 4 dan 5, Xbox Series X dan S, Nintendo Switch, sampai PC.

 

Kerja Sama Riot Games dengan Airship Syndicate

Bertahun-tahun fokus pada League of Legends, Riot Games sadar bahwa mereka tidak punya pengalaman dalam membuat game single-player RPG. Memang, mereka bisa saja membentuk tim baru untuk mengembangkan Ruined King. Namun, hal itu akan memakan waktu yang tidak sebentar. Alhasil, Riot memilih untuk menggandeng Airship Syndicate untuk membuat Ruined King. Nantinya, game tersebut akan dirilis di bawah label Riot Forge.

League of Legends memang merupakan intellectual property (IP) dari Riot Games. Meskipun begitu, mereka memberikan kebebasan pada Airship Syndicate soal bagaimana developer itu akan menampilkan dan mengembangkan lore serta dunia League of Legends dalam Ruined King. Dengan begitu, Riot berharap, Airship akan bisa menampilkan cerita yang dalam serta naratif yang kompleks di Ruined King. Pertanyaannya: apakah Airship akan sanggup memenuhi harapan itu? Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kita lihat rekam jejak Airship Syndicate.

Game pertama yang Airship Syndicate buat adalah Battle Chasers: Nightwar, sebuah game RPG dengan sistem turn-based combat. Polygon menyebutkan, Nightwar akan mengingatkan para pemainnya akan game-game JRPG jadul yang menggunakan sistem turn-based combat. Namun, Airship juga menambahkan sejumlah fitur baru — seperti Overcharge dan Burst. Hanya saja, dari segi cerita, Nightwar tidak menawarkan sesuatu yang istimewa. Sama seperti kebanyakan cerita heroik, tujuan utama para pemain di Nightwar adalah menyelamatkan dunia.

Sama seperti Ruined King, Nightwar merupakan game yang didasarkan pada IP lain, yaitu komik Battle Chasers. Untungnya, Airship bisa mengemas Nightwar sedemikian rupa sehingga para pemain tetap bisa memahami alur cerita dalam game walau mereka tidak pernah membaca komik Battle Chasers sekalipun. Semoga, hal ini berarti, Airship akan bisa menampilkan cerita yang menarik dalam Ruined King, baik untuk pemain setia League of Legends atau orang-orang yang hanya pernah mendengar tentang game MOBA itu.

Game lain buatan Airship Syndicate adalah Darksiders Genesis, yang merupakan spinoff dari seri Darksiders. Hybrid pernah membuat review dari game itu dan bisa Anda baca di sini. Bagi Anda yang enggan untuk membaca review dari game itu, saya akan memberikan ringkasan dari review tersebut.

Gameplay menjadi keunggulan utama dari Genesis. Game itu memiliki dua karakter yang bisa Anda mainkan: War dan Strife. Tergantung dari karakter yang Anda pilih, Genesis akan memberikan pengalaman bermain yang berbeda. Jika Anda menggunakan War, Genesis akan terasa seperti game beat ’em-up. Sementara jika Anda memainkan Strife, Anda akan mendapatkan pengalaman bermain game top-down shooter.

Dari segi grafik, Genesis memiliki detail yang cukup baik meski ia terlihat sederhana. Sementara soal cerita, Genesis masih mengusung tema yang sama dengan game-game Darksdiers sebelumnya, yaitu pertarungan antara Heaven dan Hell, dengan The Council sebagai penengah. Meskipun cerita dari Genesis tidak meninggalkan kesan yang sangat kuat seperti Mass Effect atau The Witcher — setidaknya menurut Chief Editor Hybrid — Genesis masih menawarkan plot twist tersendiri.

 

Kesimpulan

Dari dua game yang Airship Syndicate buat, terlihat jelas bahwa Riot memang tidak asal memilih developer itu untuk membuat Ruined King. Dengan membuat Nightwar, Airship membuktikan dirinya bahwa mereka sanggup mengembangkan game RPG dengan turn-based combat yang menarik. Sementara itu, mereka juga punya pengalaman dalam menambahkan elemen puzzle dan platformer seperti yang mereka lakukan pada Genesis.

Sumber: Polygon, Real Sport

Trailer Gameplay Crimson Desert Dirilis, Game Terbaru dari Pengembang Black Desert

Pengembang Black Desert Online, Pearl Abyss, sedang sibuk menyiapkan game terbarunya, Crimson Desert. Rumor mengenai game ini memang sudah cukup lama beredar, akan tetapi trailer gameplay resminya baru saja ditayangkan pada ajang The Game Awards 2020, dan sejauh ini Crimson Desert terlihat cukup mengesankan.

Developer asal Korea Selatan itu mendeskripsikan Crimson Desert sebagai permainan open-world action-adventure, dan kalau melihat trailer-nya, ia memang tampak lebih mirip seperti The Witcher 3 ketimbang MMORPG. Kendati demikian, Pearl Abyss juga tidak lupa menambahkan bahwa Crimson Desert bakal memadukan elemen-elemen dari permainan single-player yang menitikberatkan pada kekuatan narasi dengan sejumlah fungsionalitas dari permainan multiplayer.

Kalau boleh menebak, hasil akhirnya mungkin bakal lebih mirip seperti Genshin Impact ketimbang Black Desert Online yang merupakan MMORPG murni. Genshin Impact, seperti yang kita tahu, bisa saja dimainkan sendirian, dan multiplayer di sana lebih pantas dianggap sebagai bonus ketimbang suatu keharusan.

Dalam Crimson Desert, pemain bakal menjalankan protagonis bernama Macduff, seorang prajurit bayaran yang sedang berjuang untuk merebut kembali kampung halamannya bersama para krunya. Menariknya, meski narasinya terpusat pada satu protagonis, Crimson Desert bakal masih menawarkan opsi kustomisasi karakter yang mendalam.

Crimson Desert digarap menggunakan engine rancangan Pearl Abyss sendiri. Buat yang pernah memainkan Black Desert, Anda pasti akan cukup familier dengan sistem combat di Crimson Desert, yang mencakup gaya bertarung yang bervariasi berdasarkan jenis senjata yang digunakan; apakah itu pedang, belati, kapak, perisai, atau malah tangan kosong.

Deretan musuh yang akan dijumpai juga sangat beragam, mulai dari prajurit biasa sampai monster-monster dari cerita mitologi – sekali lagi mengingatkan saya pada The Witcher 3, akan tetapi dengan nuansa Nordic yang jauh lebih kental. Trailer-nya bahkan juga sempat mempertontonkan adegan Macduff yang sedang menunggangi seekor naga berukuran masif.

Sejauh ini memang belum ada detail mengenai elemen multiplayer dalam Crimson Desert, tapi Pearl Abyss memastikan bahwa bakal ada fitur PvP di sana. Jadi meskipun tidak dideskripsikan sebagai MMO, Crimson Desert masih akan menempatkan seluruh pemainnya di satu server berskala besar.

Kalau boleh menyimpulkan, anggap saja Crimson Desert ini sebagai sekuel dari Black Desert, tapi yang lebih berfokus pada kekuatan narasi ala game single-player. Seandainya semua berjalan sesuai rencana, Crimson Desert bakal dirilis di PC sekaligus console pada musim dingin 2021.

Sumber: 1, 2, 3.

Rangkuman Review Cyberpunk 2077: Seharusnya Ditunda Lagi Saja

Hampir 8 tahun usai teaser trailer pertamanya dirilis dan setelah tiga kali ditunda peluncurannya, Cyberpunk 2077 akhirnya bakal benar-benar bisa dimainkan oleh publik secara luas pada tanggal 10 Desember mendatang. Bahkan saat artikel ini ditulis, saya pribadi sudah selesai melakukan pre-load Cyberpunk 2077 di Steam.

Seperti biasa, beberapa hari menjelang peluncurannya, lusinan media dipersilakan untuk memublikasikan ulasannya masing-masing. Di situs agregat OpenCritic, Cyberpunk 2077 sejauh ini mendapatkan skor rata-rata 91 dari 44 ulasan kritikus di media-media ternama, dan dari sekitar satu lusin ulasan yang sudah saya baca, responnya memang cukup positif.

GamesRadar+ memuji Night City (setting lokasi utama Cyberpunk 2077) sebagai dunia game paling immersive yang pernah ada. Begitu mengesankannya detail pada Night City, sang reviewer merasa akan terlalu banyak yang disia-siakan apabila pemain memilih untuk mengandalkan fast travel selama berpindah dari satu lokasi ke yang lainnya.

Game Informer di sisi lain sangat terpukau oleh berbagai karakter dalam Cyberpunk 2077. Bukan hanya karakter Johnny Silverhand yang diperankan oleh Keanu Reeves saja, tapi juga hampir semua NPC yang memberikan quest kepada sang protagonis, yang menurut sang reviewer benar-benar mengesankan perihal voice acting beserta animasinya.

Cyberpunk 2077

Developer CD Projekt Red (CDPR) selama ini sangat membanggakan bagaimana Cyberpunk 2077 sebagai sebuah RPG mampu menyajikan pilihan yang berlimpah kepada para pemainnya, dan klaim ini rupanya dikonfirmasi oleh ulasan dari IGN. Entah itu terkait opsi saat merespon percakapan dengan NPC, opsi pembuatan karakter, maupun bagaimana pemain bakal menjalani suatu misi, Cyberpunk 2077 benar-benar dibanjiri oleh segudang pilihan.

Seandainya The Witcher 3 bisa menjadi indikasi, narasi juga merupakan kekuatan utama Cyberpunk 2077. Dalam ulasannya, VGC menjelaskan bagaimana Cyberpunk 2077 dapat menyajikan jalan cerita yang benar-benar berkenang dibandingkan game lain yang sejenis, dan ini tidak hanya berlaku untuk jalan cerita utamanya, melainkan juga untuk sederet side quest yang tersedia.

Bagi yang menyukai genre RPG karena mekanik gameplay-nya yang kompleks, Cyberpunk 2077 semestinya bisa memenuhi hasrat tersebut kalau berdasarkan ulasan VG24/7. Perpaduan segudang pilihan senjata dan cyberware yang bervariasi, tidak ketinggalan pula segudang skill dan perk yang tersedia, membuat game ini sangat ekspansif perihal eksperimentasi build karakter.

CD Projekt Red masih punya banyak PR

Cyberpunk 2077

Namun seperti yang kita tahu, tidak ada satu game pun yang sempurna. Para reviewer ini boleh dibuat terkesan, tapi mereka juga sempat kesal akibat sederet bug yang membanjiri Cyberpunk 2077. Komentar soal bug ini bahkan bisa dibilang universal, sebab tidak ada satu pun reviewer yang tidak mengungkit soal betapa banyaknya bug teknis yang mampu merusak sensasi immersive yang didapat.

Ulasan dari PC Gamer contohnya, tidak hentinya membahas mengenai bug demi bug yang mereka temui hampir setiap saat. Mereka bahkan punya satu artikel khusus yang menjabarkan segudang bug yang sejauh ini belum diperbaiki oleh CDPR, dari yang sepele seperti bug visual, sampai yang krusial seperti dialog NPC yang menumpuk, yang tentu saja berdampak buruk terhadap penyajian cerita.

Sudut pandang lain yang juga menarik datang dari GamesBeat, yang menilai game ini seakan kurang bisa memaksimalkan potensinya. Ada banyak elemen dalam game yang seharusnya bisa dikembangkan lebih jauh lagi. Kesannya memang kelewat ambisius, tapi untuk game yang memang sudah terdengar begitu ambisius semacam ini, kenapa tidak sekalian saja digarap sampai bisa melampaui ekspektasi pemain, kira-kira begitu gagasannya.

Konsensus utama yang bisa kita simpulkan dari ulasan-ulasan para kritikus ini adalah, Cyberpunk 2077 merupakan game yang mengesankan, terutama berkat dunianya yang ekspansif, tapi kurang pantas dimainkan saat ini akibat begitu banyaknya bug teknis. Indikasinya bahkan bisa dilihat dari bagaimana ulasan-ulasan ini diterbitkan.

Sejauh ini tidak ada satu pun media yang diperbolehkan menayangkan rekaman gameplay mereka, dan mungkin asumsinya CDPR tidak mau reputasi Cyberpunk 2077 mendadak anjlok karena betapa banyaknya problem visual dan teknis yang tampak. Semua reviewer juga memainkan Cyberpunk 2077 di PC, dan fakta ini memicu pemikiran bahwa performa game ini cukup buruk di console current-gen (PS4 dan Xbox One).

Bahkan performanya di PC pun jauh dari kata mengesankan. Tom’s Hardware sempat menguji Cyberpunk 2077 dengan berbagai kartu grafis, dan performanya bisa dibilang jauh dari kata optimal. Hal ini agak mengejutkan mengingat spesifikasi PC yang disarankan sebelumnya tergolong cukup rendah.

Pun demikian, kita juga tidak boleh lupa bahwa para reviewer memainkannya tanpa meng-install driver versi terbaru dari Nvidia maupun AMD, yang umumnya baru akan dirilis di hari peluncuran suatu game AAA. Versi yang dimainkan para reviewer juga memiliki DRM Denuvo – yang terkenal punya pengaruh buruk terhadap performa game – sedangkan versi final yang akan dirilis pada tanggal 10 Desember nanti dipastikan tidak punya DRM sama sekali.

Cyberpunk 2077

Singkat cerita, CDPR masih punya banyak PR (pekerjaan rumah) untuk mengoptimalkan Cyberpunk 2077 sehingga dapat menyuguhkan pengalaman yang istimewa. Di titik ini, Cyberpunk 2077 terkesan seperti game keluaran Bethesda yang dikenal begitu buggy di hari perilisannya.

Namun yang namanya bug teknis semestinya bisa diatasi dan hanya masalah waktu saja. The Witcher 3 pada saat dirilis lima tahun lalu juga jauh dari kata sempurna, tapi seiring berjalannya waktu, CDPR akhirnya berhasil mengatasi sejumlah problem teknis sehingga game tersebut layak mendapat predikat salah satu game terbaik sepanjang masa.

Untuk Cyberpunk 2077, kemungkinan memang prosesnya bakal lebih lama karena pandemi dan keterbatasan yang dihadapi tim developer selama bekerja dari kediamannya masing-masing. Pasalnya, seperti yang bisa kita lihat, penundaan perilisan sebanyak tiga kali pun masih belum cukup bagi CDPR untuk mengeliminasi sebagian besar bug pada Cyberpunk 2077.

Saran saya, seandainya Anda masih disibukkan dengan game AAA lain seperti Assassin’s Creed Valhalla atau Godfall, ada baiknya Anda menunda memainkan Cyberpunk 2077 di hari perilisannya sembari menunggu CDPR meluncurkan patch demi patch yang bakal menyempurnakan Cyberpunk 2077 secara berkala.