Pandemi dinilai telah mengakselerasi pertumbuhan platform proptech di Indonesia. Hal ini ditengarai urgensi bisnis properti untuk bisa mempercepat semua proses dengan mengadopsi digital. Untuk melihat seperti apa tren dan gelombang berikutnya dari bisnis proptech di Indonesia, perlu dilihat juga perubahan dari kebiasaan di sisi pelanggan.
Dalam sesi temu media yang digelar Sinar Mas Land pekan lalu, hadir Maria Herawati Manik (Country Manager Rumah123), Indira Shadrina (Co-Founder & CCO IDEAL), Irawan Harahap (Chief Digital Tech and Ecosystem Sinar Mas Land), Mulyawan Gani (Chief Transformation Officer Sinar Mas Land), dan Bayu Seto (Partner Living Lab Venture). Diskusi tersebut membahas perkembangan dan potensi proptech di Indonesia.
Inovasi digital dan peluang konsumen muda
Setelah melakukan joint venture dengan 99.co, Rumah123 mencatat peningkatan jumlah kunjungan pengguna di website saat pandemi hingga sekarang. Untuk bisa terus menghadirkan inovasi yang relevan, mereka juga berupaya melakukan kegiatan secara online dengan mitra terkait hingga mendorong para agen mereka untuk lebih cepat melakukan follow up, ketika calon pembeli atau potential buyer sudah melakukan pencarian online.
“Apa yang terjadi adalah selama pandemi mulai banyak bermunculan pilihan pencarian properti secara online dengan menggunakan teknologi 3D. Sebelum pandemi teknologi tersebut belum banyak digunakan oleh pembeli hingga agen, dan hanya berfungsi sebagai pelengkap saja,” kata Country Manager Rumah123.com Maria Herawati Manik.
Namun demikian menurut Maria, meskipun dari kalangan pengembang properti sudah secara cepat mengadopsi digital, dari kalangan agen belum banyak yang mau melakukan kegiatan secara online. Untuk Rumah123 terus mendorong semua agen untuk melakukan kegiatan omnichannel, dengan menggabungkan proses pencarian secara online kemudian ditindaklanjuti lagi secara offline.
“Terutama dari generasi muda. Dibutuhkan waktu rata-rata sekitar satu minggu bagi mereka untuk melakukan penelitian rumah pilihan, bahkan beberapa membutuhkan waktu lebih. Sebagai platform kita mencoba untuk melihat seperti apa pain point mereka untuk bisa melancarkan kegiatan pembelian hingga final,” kata Maria.
Mulai bermunculan usia muda untuk pembelian properti juga dilihat oleh pengembang properti besar seperti Sinar Mas Land. Menurut Chief Transformation Officer Sinar Mas Land Mulyawan Gani, sejak tahun 2020 usia 40 tahun ke bawah mulai banyak yang melakukan pembelian properti. Diperkirakan dalam waktu lima tahun ke depan akan lebih banyak lagi generasi muda yang melakukan pembelian.
“Dengan adanya platform seperti Rumah123 hingga IDEAL, diharapkan bisa memberikan informasi yang lebih mendalam kepada calon pembeli. Ke depannya kita juga ingin memfokuskan kepada riset dan keputusan untuk membeli rumah, untuk itu edukasi menjadi penting bagi kami selaku property developer,” kata Mulyawan.
IDEAL juga memiliki misi untuk bisa menjadi platform yang relevan bagi calon pembeli yang ingin melakukan pembelian rumah melalui “responsible lending”. Memanfaatkan mitra pengembang ternama dan perbankan, platform mereka menghadirkan kemudahan untuk bisa melancarkan proses pembelian rumah para generasi muda saat ini.
“Kita melihat ketakutan terbesar generasi muda saat ingin membeli rumah adalah penolakan KPR yang ternyata kerap terjadi. Untuk itu sebagai platform fintech yang mendukung sektor properti, kita berharap bisa meminimalisir penolakan KPR tersebut di kalangan generasi muda,” kata Co-Founder & CCO IDEAL Indira Shadrina.
Perluas ekosistem melalui “Digital Hub”
Sinar Mas Land melakukan transformasi digital untuk memberikan pelayanan dan produk terbaik bagi masyarakat sejak tahun 2016. Dari segi infrastruktur, perusahaan menerapkan penyediaan jaringan fiber optic untuk internet berkecepatan tinggi, pengawasan lalu lintas melalui traffic command center, dan lain sebagainya.
Sejak tahun 2017 Sinar Mas Land pun menggelontorkan investasi senilai 1,5 triliun Rupiah untuk bisa melancarkan rencana mereka memperluas ekosistem. Ke depan, Sinar Mas Land menyiapkan dana investasi mencapai Rp5 -6 triliun untuk terus mengembangkan kawasan Digital Hub. Perusahaan sendiri mengklaim hingga saat ini sudah mengantongi revenue Rp1 triliun-Rp 1,2 triliun dari startup.
Mereka juga mengembangkan Digital Hub, sebuah kawasan seluas 26 hektar yang didedikasikan untuk komunitas, institusi pendidikan, startup, dan perusahaan multinasional di bidang teknologi digital dan kreatif. Perusahaan seperti Traveloka, Unilever, NTT, Grab, dan Apple kini telah masuk ekosistem digital Sinar Mas Land.
Dalam kesempatan tersebut juga dibahas upaya Sinar Mas Land untuk memperluas ekosistem mereka melalui Digital Hub. Saat ini sudah ada 4 startup unicorn di Indonesia yang berkantor di BSD. Dalam waktu dekat kawasan BSD juga bakal menjadi TikTok Hub bagi konten kreator TikTok di Indonesia.
“Selain menyediakan infrastruktur kami juga ingin fokus mengembangkan talenta digital. Di BSD saat ini sudah banyak sekolah hingga kelas untuk edukasi yang relevan yang diharapkan nantinya bisa menghubungkan talenta yang relevan dengan tech company hingga startup yang ada,” kata Chief Digital Tech and Ecosystem Sinar Mas Land Irawan Harahap.