Tag Archives: SaaS Finance

Mendalami model bisnis dan strategi monetisasi startup pengembang aplikasi pencatatan keuangan untuk warung di Indonesia

Peluang Bisnis Aplikasi Catatan Keuangan untuk Warung

Menurut data yang dipublikasi BPS, per tahun 2018 ada sekitar 64,2 juta unit UMKM di seluruh Indonesia. Jumlah besar tersebut menjadi pangsa pasar potensial untuk digarap.

Menurut para investor, dari beberapa wawancara yang kami lakukan terhadap venture capital di Indonesia, salah satu sasaran mereka adalah startup yang mengembangkan solusi pemberdayaan UMKM – biasanya berbentuk SaaS.

Di antara varian aplikasi atau layanan yang dikembangkan untuk UMKM, salah satu yang tengah naik daun adalah solusi pencatatan keuangan bisnis. Tujuannya membantu pengusaha kecil melakukan pencatatan uang masuk dan keluar. Para pengembang sengaja menyasar kalangan pebisnis mikro-kecil, seperti pemilik warung atau toko kelontong, dengan dalih kebanyakan dari mereka masih menggunakan model pencatatan manual dengan buku – bahkan beberapa tidak melakukannya.

Hampir semua aplikasi tersebut dirilis secara gratis. Dari pantauan kami di Google Play dan dikombinasikan statistik aplikasi dari App Brain per 18 November 2020, ada beberapa aplikasi populer di sektor ini, yaitu:

Aplikasi Peringkat (kategori bisnis) Jumlah Unduhan
BukuKas 3 1 juta+
BukuWarung 6 1 juta+
Credibook 46 100 ribu+
Akuntansi UKM 84 100 ribu+
Moodah 121 10 ribu+
Lababook 184 1 ribu+
Teman bisnis 254 100 ribu+
Akuntansiku 309 1 ribu+

Secara umum, aplikasi tersebut menawarkan fitur yang hampir serupa. Pencatatan arus kas, penjualan, utang-piutang, dan pelaporan. Beberapa produk memiliki fitur penagihan utang otomatis lewat SMS atau WhatsApp.

Pemimpin pasar

Merujuk tabel di atas, ada dua aplikasi yang memiliki statistik unduhan terbesar, yakni BukuKas dan BukuWarung. Keduanya sama-sama mulai didirikan pada tahun 2019 dan tahun ini mereka aktif menggalang pendanaan baru untuk mengakselerasi bisnisnya.

Berdasarkan data terakhir, pendanaan terakhir keduanya ada di putaran Pra-Seri A. BukuKas membukukan investasi senilai 134 miliar Rupiah, sementara BukuWarung hanya menyebutkan “delapan digit dolar”.

BukuKas BukuWarung
Seed Investors Surge, 500 Startups, Credit Saison, dan angel investors East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, dan angel investors
Pre-Series A Investor Surge, Credit Saison, Speedinvest, S7V, January Capital, dan Cambium Grove Capital, Prasetia Dwidharma Quona Capital, East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, Partners of DST Global, GMO Venture Partners, Soma Capital, HOF Capital, VentureSouq, dan angel investors
Accelerator Surge (Sequoia) Y Combinator

Ketika kami hubungi menanyakan model bisnisnya, Founder & CEO BukuKas Krishnan Menon mengatakan, tujuan BukuKas adalah membangun solusi perangkat lunak sederhana untuk membantu UMKM melakukan digitalisasi dan membawa mereka ke ekosistem keuangan formal. Mereka memosisikan diri sebagai perusahaan perangkat lunak digitalisasi UMKM yang akan berkembang menjadi pemain fintech.

“Saat ini kami memiliki eksperimen awal yang menarik tentang monetisasi, tapi masih terlalu dini. Itu bisa dilakukan dengan banyak cara, beberapa yang sudah jelas seperti SaaS, solusi finansial, dan ada beberapa yang menarik lainnya tapi belum bisa kami bagian saat ini,” ujar Krishnan.

Lebih lanjut ia menyampaikan, “Para pedagang telah menyadari bahwa go digital sangat penting bagi bisnis mereka. Pedagang menghemat waktu 2-4 jam sehari, 20% biaya, dan meminimalisir kesalahan perhitungan manual. Kami juga memungkinkan pedagang untuk memulihkan kasbon 3x lebih cepat karena prosesnya otomatis. Juga memiliki fitur pengiriman faktur, manajemen inventaris, dan lain-lain, sehingga membuat mereka lebih terorganisir dalam menjalankan bisnis.”

Sementara itu, Co-Founder BukuWarung Chinmay Chauhan memberikan jawaban yang lebih detail. Sama-sama menitikkan masa depan bisnisnya pada fintech. Ia menjelaskan, model bisnis BukuWarung akan berkisar pada pembayaran, peminjaman, tabungan/perbankan digital, asuransi, dan layanan keuangan lainnya.

Untuk saat ini mereka memperoleh pendapatan awal dari fitur pembayaran digital yang telah diluncurkan sejak 2 bulan lalu. Meskipun demikian, karena masih berada di fase awal, BukuWarung lebih ingin fokus membangun pengalaman pembayaran terbaik. “Kami telah melihat $200 juta total payment volume (TPV) tahunan.”

Gambaran model bisnis BukuWarung / BukuWarung
Gambaran model bisnis BukuWarung / BukuWarung

Chinmay melanjutkan, “Visi BukuWarung adalah membangun infrastruktur digital untuk 60 juta UMKM di Indonesia, kami telah memulai dengan pembukuan dan pembayaran. Aplikasi BukuWarung sesederhana WhatsApp dan merchant dapat melacak semua transaksi tunai dan kredit mereka, mengelola arus kas, dan melihat keuntungan mereka. Mereka juga dapat mengirim pengingat SMS/WA gratis dan menghasilkan/mencetak faktur. Kami telah melayani hampir 2 juta pedagang sejauh ini hanya dalam setahun sejak kami mulai.”

Jalur ke fintech

Layanan-layanan tersebut memiliki misi jangka panjang untuk menjadi pemain fintech. Tujuan tersebut cukup masuk akal. Menurut data KemenkopUKM saat ini kurang lebih ada 20 juta UMKM yang masih unbankable. Faktor mendasar yang menyulitkan mereka mengakses layanan perbankan adalah pembuktian skoring kredit. Tidak ada jaminan yang bisa dianalisis, padahal umumnya bank melakukan penilaian dari pendapatan atau aset, melalui pembuktian rekening koran dan lain-lain.

BukuKas atau BukuWarung di awal debutnya memang fokus membantu pengusaha mikro untuk mencatat uang masuk dan keluar. Data tersebut menjadi aset aset penting untuk mendekatkan para pelaku usaha tersebut dengan layanan finansial, utamanya kredit. Data arus kas dapat menjadi bahan analisis yang bagus untuk keperluan skoring kredit. Dari histori data yang ada, analis dapat melihat tren pemasukan-pengeluaran guna menentukan kelayakan.

Tak heran jika banyak investor yang berani menaruh dana miliaran Rupiah di segmen ini. Mereka melihat misi jangka panjang tersebut untuk monetisasi yang lebih luas.

Perkembangan industri

Era BukaKas dan BukuWarung bisa dibilang baru mengemuka sekitar pertengahan tahun ini. Distribusi aplikasi secara gratis memiliki implikasi baik untuk pertumbuhan pengguna aplikasi terkait. Terlihat dari statistik yang disampaikan masing-masing founder.

Menggunakan matriks daily active user (DAU), dihitung dari jumlah pengguna  aktif yang melakukan aktivitas di aplikasi tiap hari, berikut ini statistik yang disampaikan Krishnan melalui laman LinkedIn pribadinya:

Statistik pengguna BukuKas dengan matriks DAU / LinkedIn, Krishnan Menon
Statistik pengguna BukuKas dengan matriks DAU / LinkedIn, Krishnan Menon

Chinmay juga merilis statistik penggunaan aplikasinya selama beberapa bulan terakhir, dengan matriks yang sama. Berikut ini capaian BukuWarung:

Statistik pengguna BukuWarung dengan matriks DAU / LinkedIn, Chinmay Chauhan
Statistik pengguna BukuWarung dengan matriks DAU / LinkedIn, Chinmay Chauhan

Tidak semua pemain bisa menyasar segmen warung ini. Sebelumnya kebanyakan layanan pencatatan keuangan UMKM menawarkan fitur premium (atau freemium) dengan kapabilitas tertentu. Di perkembangannya, ada yang mengalihkan target pasar ke bisnis menengah ke atas dan korporasi. Model freemium masih kurang cocok diaplikasikan untuk menyasar bisnis menengah ke bawah.

Selain sebagai platform standalone, layanan pencatatan keuangan sering menjadi fitur tambahan di platform lain, seperti point-of-sales. Uang masuk dan keluar secara otomatis dicatat. Syaratnya harus di-input melalui aplikasi terkait.

Masih banyak aspek yang bisa disuguhkan untuk pengusaha mikro di Indonesia. Diyakini ke depannya masih akan ada model lain bermunculan.

Sektor Layanan
SaaS Finata, Jurnal, Zahir, Paper, Accurate, dan lain-lain
Point of Sales Moka, Cashlez, Qasir, iSeller, YouTap, Pawoon, dan lain-lain
Fintech Alat Warung (Payfazz), GrabKios by Kudo
Supply Chain Wahyoo, Ula, Warung Pintar
E-commerce Mitra Bukalapak, Mitra Tokopedia, Mitra Shopee, Mitra Blibli, dan lain-lain


Gambar Header: Depositphotos.com

Finata Aplikasi Keuangan dan Pajak

Platform SaaS Finata Bantu UKM Benahi Laporan Keuangan

Berdasarkan data BPS, ada sekitar 62 juta UKM di Indonesia dengan laju pertumbuhan sekitar 100 ribu usaha per tahun. Sementara data dari Ditjen Pajak, hanya terdapat kurang dari 1 juta usaha yang sudah melakukan kewajiban pajak.

Masalahnya adalah kebanyakan UKM tidak memahami cara pembuatan pembukuan atau tidak mengerti manfaat dari kerapihan laporan keuangan, bahkan cara membaca laporan keuangan yang berstandar.

Melihat persoalan tersebut Yudi Sudarmadi selaku Founder & CEO Finata kemudian membuat solusi berupa perangkat lunak keuangan berbasis SaaS yang bisa menghasilkan laporan keuangan sesuai standar akuntansi. Juga dilengkapi fitur pengelolaan pajak dan fitur untuk mendiagnosis kesehatan bisnis. Dibantu oleh Tantan Hilyatana yang berpengalaman dalam pengembangan produk digital, PT Reksa Finansial Tertata (Finata) didirikan.

Software keuangan UKM Finata merupakan web-based cloud computing yang bisa diakses oleh pengguna kapan saja di mana saja. Sehingga pengguna tidak perlu dipusingkan dengan proses instalasi dan penyimpanan data perusahaan. Dengan model bisnis SaaS freemium, setiap UKM bisa memilih dan membayar fitur sesuai kebutuhan.”

Sejak diluncurkan, Finata saat ini telah memiliki 280 pengguna. Berdasarkan feedback dan respons, Finata berupaya untuk melakukan perbaikan sistem agar bisa bermanfaat bagi pengguna. Dengan memiliki kemampuan dan alat yang tepat dalam pencatatan keuangan, pelaku UKM dapat meningkatkan skala bisnisnya secara komprehensif sekaligus mengetahui bagaimana cara tepat mendatangkan sumber permodalan yang terbaik bagi usahanya.

“Termasuk bila didatangi petugas pajak. Karena tidak mengerti keuangan apalagi perpajakan, akhirnya langsung menderita kesulitan keuangan, mendadak bangkrut, atau terkena pidana pajak,” ujar Yudi,

Sebagai bentuk dukungan kepada pemilik usaha, Finata bisa diakses secara gratis melalui situs yang saat  ini masih versi beta. Belum memiliki rencana untuk meluncurkan aplikasi, Finata mengklaim sebagai satu-satunya software akuntansi yang bisa menghitung setoran pajak dan dilengkapi dengan diagnosis kesehatan bisnis.

Target tahun 2019

Dengan target 200 ribu pengguna terdaftar dan 2000 pengguna aktif harian di tahun 2019, Finata berharap dapat menjadi bagian dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas kewirausahaan di masyarakat untuk mewujudkan Indonesia yang lebih mandiri. Secara khusus menyasar pelaku UKM yang berjualan secara online sebagai early adopter, dengan menggunakan Finata, diharapkan mereka dapat mendeteksi kesehatan usahanya sehingga mampu melakukan pengembangan bisnis.

Finata juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana, yang nantinya bisa digunakan untuk kegiatan pemasaran. Rencana fundraising akan dilakukan setelah Finata memiliki jumlah pengguna yang ditargetkan. Saat ini Finata juga tengah menjajaki program IPO khusus untuk startup di kategori papan akselerasi.

“Kami akan terus berkolaborasi dengan komunitas UKM dan menjadikan pemerintah sebagai mitra untuk memperluas edukasi penataan keuangan UKM saat ini,” tutup Yudi.

Tim Pawoon ketika menghadiri sebuah acara di Bali

Optimisme Pawoon Menyelami Industri Layanan “Point of Sales” Digital

Di industri layanan Point of Sales (POS), nama Pawoon menjadi salah satu yang dikenal. Berdiri sejak tahun 2014, Pawoon berhasil bertahan bahkan terus berkembang secara signifikan. Disebutkan pada tahun 2017 Pawoon mampu mendapatkan pertumbuhan pengguna lima kali lipat dari tahun sebelumnya. Capaian yang akhirnya membuat Pawoon cukup optimis dan terus berusaha meningkatkan kualitas layanan mereka.

CEO Pawoon Ahmad Gadi kepada DailySocial mengatakan bahwa sistem Pawoon terus diperbarui dan ditingkatkan. Salah satu perwujudan dari peningkatan kualitas itu adalah diluncurkannya Pawoon 2.0 dengan sejumlah pembaruan fitur. Dari segi tim, Pawoon juga terus berbenah dengan menambah personil, tercatat hingga saat ini ada 200 personil yang menjalankan bisnis perusahaan.

“Penambahan fitur penting untuk mengakomodasi kebutuhan klien-klien Pawoon yang beragam, mulai dari bisnis perorangan sampai skala enterprise yang memiliki ratusan cabang. Salah satu fitur terbaru yang ditambahkan di Pawoon POS adalah Multi-Outlet Pricing, di mana perusahaan yang memiliki banyak cabang/outlet bisa fleksibel mengatur harga yang berbeda untuk produk yang sama di setiap cabangnya, dengan mudah dan cepat,” ujar Ahmad.

Lebih lanjut, Ahmad menjelaskan ada beberapa peningkatan dan pembaruan lain, di antaranya penyempurnaan fitur Manajemen Pelanggan sehingga bisa semakin mudah dan cepat dalam mengelola data pelanggan, integrasi dengan metode pembayaran non tunai, dan integrasi dengan Ponta.

Pergerakan aktif Pawoon dalam meningkatkan kualitas layanan mereka juga tidak terlepas dari permintaan pasar dan kebutuhan bisnis dan UMKM untuk solusi POS yang handal.

“Pengusaha Indonesia sangat menyadari pentingnya sistem POS dalam pengelolaan bisnis. Mereka semakin cerdas dalam membandingkan dan memilih sistem yang tepat bagi kelancaran usahanya, jadi tidak mudah terbujuk oleh pemain POS yang hanya mengandalkan strategi pemasaran yang agresif. Pemilik bisnis biasanya menginginkan POS yang memiliki fitur lengkap, mudah digunakan dan harga terjangkau dengan layanan pelanggan yang prima,” lanjut Ahmad.

Strategi Pawoon selanjutnya

Perbaikan kualitas layanan Pawoon adalah satu dari beberapa rencana Pawoon untuk terus mengembangkan bisnisnya. Strategi lainnya yang akan ditempuh adalah dengan aktif menjadi sponsor berbagai event di Indonesia dan menjalin kerja sama untuk menjaring lebih banyak calon pelanggan.

Persaingan di bisnis POS digital di Indonesia terbilang cukup ramai. Selain Pawoon, nama-nama seperti MokaPOS, NadiPOS, Olsera dan beberapa lainnya juga menjajakan solusi yang sama. Menurut Ahmad, Pawoon tetap optimis bisa mendapatkan banyak pengguna untuk terus bertahan dan berkembang karena adanya passion yang kuat dari tim Pawoon untuk memberikan solusi POS dengan kualitas tinggi dan komitmen untuk memberikan layanan pelanggan yang hebat dan memuaskan.

“Saat ini perwakilan Pawoon telah tersebar di 20 kota besar di seluruh Indonesia dan akan terus dikembangkan ke kota-kota yang baru. Pawoon juga berpartisipasi di sejumlah pameran serta aktif menjadi sponsor di berbagai event di seluruh Indonesia. Kita juga menjalin strategic partnership dengan beberapa perusahaan besar, seperti XL Axiata, guna menjaring calon-calon pelanggan yang potensial,” terang Ahmad.

Application Information Will Show Up Here

DScussion #84: Jurnal dan Potensi Layanan SaaS di Indonesia

Sebagai layanan SaaS yang menyasar kalangan UKM, Jurnal memiliki fokus sebagai layanan yang mengedepankan sistem finansial sekaligus menjadi enabler bisnis terkait lainnya.

Dalam sesi DScussion kali ini, CEO Jurnal Daniel Witono menjabarkan tren dan potensi layanan SaaS di Indonesia serta bagaimana tanggapannya soal bisnis SaaS yang dianggap “kurang seksi” dibanding vertikal populer seperti e-commerce. Simak wawancara lengkapnya berikut ini.

Platform SaaS Sleekr Luncurkan Produk Terbaru Sleekr HR 3.0

Hari ini platform bisnis berbasis teknologi komputasi awan Sleekr meluncurkan inovasi terbaru untuk desktop, mobile site dan aplikasi mobile. Perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 2015 ini masih menargetkan kalangan UMKM dan startup dengan berbagai fitur dan kemudahan yang ditawarkan. Saat acara temu media hari ini, Co-founder dan CEO Sleekr Suwandi Soh menegaskan inovasi terbaru dari Sleekr bakal membantu pihak HR atau personalia hingga akunting untuk melakukan pekerjaan.

“Kami mencatat selama ini pihak HR dan akunting menghabiskan waktunya hinga 40% hanya untuk mengurusi pajak, administrasi, gaji hingga klaim dari pegawai, dengan fitur terbaru dari Sleekr kami ingin memangkas semua kesulitan tersebut,” kata Suwandi.

Saat ini Sleekr telah memiliki sekitar 10 ribu pengguna aktif di Sleekr HR dan 5 ribu pengguna aktif di Sleekr Accounting. Masing-masing platform tersebut sudah tersedia di desktop dan mobile site. Untuk Sleekr Accounting, aplikasi mobile platform Android sudah tersedia. Untuk Sleekr HR, aplikasi mobile Android dan iOS-nya akan diluncurkan akhir Febuari 2017 mendatang.

“Kini semakin banyak perusahaan yang merasakan sulitnya mengelola dan memperoleh data yang terus berkembang, hal ini berdampak pada timbulnya kesalahan perusahaan yang dapat memberikan kerugian. Untuk itulah Sleekr hadir membantu perusahaan menghindari kesalahan tersebut,” kata Suwandi.

Sebelumnya Sleekr mengakuisisi Kiper Cloud Accounting untuk meningkatkan portofolio produk yang dimiliki. Sleekr sendiri awalnya merupakan pengembang layanan SaaS (Software as a Service) untuk manajemen human resources (HR) sedangkan Kiper pengembang layanan SaaS untuk manajemen akuntansi bisnis. Bersatunya Kiper ke Sleekr turut membawa rebranding produk akuntansi Kiper menjadi Sleekr Accounting.

Fitur lengkap dan terintegrasi secara online

Co-founder dan CEO Sleekr Suwandi Soh

Secara keseluruhan Sleekr menawarkan dua opsi untuk membantu sistem administrasi perusahaan, diantaranya adalah Sleekr HR, yang bisa digunakan perusahaan untuk mengelola pekerjaan administrasi seperti manajemen absensi, cuti, klaim dan reimbursement, perhitungan gaji hingga perpajakan dan BPJS.

Sementara Sleekr Accounting mencoba untuk membantu perusahaan untuk memantau performa perusahaan secara mudah dan real time. Platform ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan pembukuan, pemantauan transaksi jual beli, hingga menghitung rasio dan memperoleh keuangan secara otomatis.

“Kami rencananya akan melakukan integrasi dengan instansi terkait seperti dirjen pajak hingga bank untuk memudahkan perusahaan melakukan kegiatan rutin hingga proses keuangan secara online melalui sistem dari Sleekr,” kata Suwandi.

Sesuai dengan visi dan misi dari Sleekr yaitu memberikan kemudahan untuk perusahaan terutama bagian HR dan akunting melakukan pekerjaan dengan memanfaatkan sistem dari Sleekr yang berbasis teknologi komputasi awan dan dirancang khusus untuk perusahaan modern.

“Saat ini sudah banyak startup seperti Asmaraku, Midtrans, IDN Times, Uangteman, hingga Sale Stock yang telah menggunakan teknologi dari Sleekr. Kami juga menyediakan bantuan untuk perusahaan yang sebelumnya telah menggunakan software HR berbeda untuk migrasi ke Sleekr tanpa mengurangi data yang telah dimiliki,” kata Suwandi.

Strategi monetisasi Sleekr

Perusahaan yang menggunakan Sleekr HR dan Sleekr Accounting akan dikenakan biaya yang berbeda.

“Untuk Sleekr HR biaya yang kami tetapkan bergantung pada besarnya perusahaan, karena sistem pembayarannya adalah per karyawan. Sedangkan untuk Sleekr Accounting, biaya yang ditetapkan dapat disesuaikan dengan fitur yang dibutuhkan perusahaan,” kata Suwandi.

Sementara untuk pengguna umum yang bekerja secara freelance atau perusahaan yang belum mendaftarkan diri menggunakan sistem Sleekr, bisa memanfaatkan versi demo trial dalam batas waktu yang ditentukan.

“Kami telah merancang model bisnis yang terjangkau bagi perusahaan, bahkan yang masih berskala kecil atau mikro hingga perusahaan besar termasuk perusahaan terbuka,” kata Suwandi.

Sejak berdiri pada tahun 2015 lalu, Sleekr tidak bergantung pada investasi dari venture capital atau angel investor. Selain self-funding, Sleekr masih memanfaatkan kucuran dana dari korporasi dan hingga kini belum berniat untuk melakukan penggalangan dana.

Application Information Will Show Up Here