Tag Archives: Samira Shihab

Aplikasi Tinkerlust

Luncurkan Aplikasi, Tinkerlust Ingin Perluas Area Layanan ke Sumatera dan Sulawesi

Indonesia memiliki pasar yang berkembang untuk preloved luxury brand. Ada sejumlah alasan, pertama seringkali harganya lebih terjangkau daripada membeli produk fesyen desainer baru. Alasan kedua, karena lebih ramah lingkungan. Dengan memilih untuk membeli barang bekas, pembeli mengurangi permintaan akan produk baru dan memperpanjang umur barang yang sudah ada, yang secara langsung membantu mengurangi limbah dan carbon footprint.

Tinkerlust, sebagai salah satu platform yang hingga saat ini masih konsisten menghadirkan pilihan preloved luxury brand dengan mengusung fashion sustainability dan circular economy, mengklaim terus mengalami pertumbuhan yang positif.

Kepada DailySocial.id, Co-founder & CEO Tinkerlust Samira Shihab mengungkapkan rencana perusahaan tahun ini setelah meluncurkan aplikasi untuk pelanggan mereka.

Perluas area layanan

Didirikan sejak 2016, Tinkerlust bercita-cita untuk memperkenalkan cara berbelanja yang lebih ramah lingkungan. Di tahun 2020 Tinkerlust telah mengubah posisi mereka menjadi online marketplace yang mendukung gerakan sustainable fashion dengan mengajak brand lokal yang memiliki nilai yang sama  menjual produknya di platform mereka.

Tinkerlust melihat topik mengenai fashion sustainability dan circular economy di Indonesia memiliki kesempatan untuk berkembang ke depannya. Dengan semakin banyak hadirnya brand atau pelaku bisnis yang memiliki misi untuk menerapkan sustainability termasuk bisnis-bisnis yang bergerak di bidang preloved luxury, tentu secara tidak langsung juga akan mempengaruhi dan mengubah gaya berbelanja pelanggan.

Jika di awal mereka lebih memilih untuk berbelanja pakaian fast fashion dan brand new, kini perlahan-lahan mereka mulai beralih dan mempertimbangkan untuk berbelanja preloved fashion berkualitas baik yang bisa mereka gunakan dalam jangka waktu yang lebih panjang.

“Kami pun yakin akan memiliki peluang yang lebih besar dalam membangun sebuah ekosistem bersama dengan pelaku bisnis lain maupun masyarakat luas agar pada akhirnya, kita bisa bersama-sama mempercepat perkembangan pemahaman mengenai sustainability dan circular economy ke semua kalangan di seluruh Indonesia,” kata Samira.

Indonesia telah memiliki kelas menengah yang besar dan terus berkembang, banyak dari mereka yang tertarik dengan barang-barang mewah tetapi mungkin tidak mampu membelinya dengan harga penuh. Hal ini telah menciptakan permintaan akan barang-barang mewah bekas, yang menawarkan cara yang lebih terjangkau untuk mengakses barang-barang bermerek.

Saat pandemi perusahaan sempat mengalami kendala menjalankan bisnis mereka. Tinkerlust pun sempat berada dalam situasi untuk lebih berhati-hati dalam melakukan kegiatan promosi, sehingga berdampak pada pertumbuhan  bisnis. Namun, di tahun 2022 Tinkerlust mengklaim telah berhasil pulih kembali dari dampak pandemi. Tercatat pada Q4 perusahaan bisa mencapai GMV terbesar sepanjang bisnis Tinkerlust.

Hingga saat ini jumlah pengguna terbesar dari Tinkerlust masih berasal dari pulau Jawa dan Bali. Namun, salah satu misi perusahaan tahun ini ingin melakukan ekspansi yang lebih luas ke pulau-pulau utama lainnya seperti Sumatera dan Sulawesi. Usaha untuk ekspansi ini sudah dimulai dengan membentuk hub di Palembang, agar memudahkan seller melakukan drop-off barang yang ingin mereka jual.

“Ke depannya, dengan melakukan pendekatan secara langsung serta menjalankan kampanye marketing yang memang ditujukan khusus untuk audience di daerah-daerah lainnya, harapannya ekspansi ini dapat sedikit demi sedikit terealisasi,” kata Samira.

Terkait dengan opsi pembayaran, saat ini Tinkerlust sudah menyediakan berbagai macam opsi pembayaran. Termasuk di dalamnya cicilan 0% dari bank partner serta platform cicilan online. Sedangkan untuk logistik, mereka bermitra dengan perusahaan penyedia logistik yang salah satunya sudah dilengkapi dengan add-on asuransi yang dikhususkan untuk pengiriman barang luxury.

Luncurkan aplikasi mobile

Aplikasi mobile Tinkerlust / Tinkerlust

Untuk memudahkan pengguna mengakses produk, baru-baru ini telah diluncurkan aplikasi mobile Tinkerlust. Aplikasi tersebut dilengkapi dengan berbagai fitur, mulai dari fast access, fast filtering, dan chat with seller. Bahkan penjual bisa langsung melakukan penjualan barang mereka lewat fitur snap, upload & sell.

Dengan adanya aplikasi mobile tersebut, salah satu target utama Tinkerlust tahun ini adalah menggaet lebih banyak pengguna, baik penjual dan pelanggan baru di marketplace. Berbagai kemudahan berjualan di aplikasi, harapannya bisa meningkatkan minat pengguna dari seluruh Indonesia untuk berjualan di Tinkerlust. Selain itu, perusahaan juga berkeinginan untuk menyediakan layanan yang lebih personal bagi pasar luxury.

“Kami memutuskan untuk meluncurkan aplikasi tahun ini, karena kami merasa konsumen sekarang lebih ‘melek teknologi’ dan telah terbentuk motivasi untuk menjual barang-barang mereka yang sudah tidak terpakai lagi karena konsep preloved sudah lebih umum di kalangan masyarakat. Dengan adanya aplikasi mobile, para seller akan lebih mudah lagi untuk menjual produknya di marketplace kami dan turut menjadi bagian penting untuk fashion berkelanjutan,” kata Samira.

Disinggung apakah tahun ini perusahaan memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana, Samira menegaskan mereka tidak menutup kemungkinan jika ada investor lain yang ingin bermitra dengan Tinkerlust. Namun tentu hal tersebut perlu dibicarakan terlebih dahulu dengan investor mereka saat ini, yaitu GDP.

“Bagi Tinkerlust yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bermitra dengan pihak yang memiliki visi dan misi yang sama dalam membangun Tinkerlust,” kata Samira.

Sebelumnya Tinkerlust telah menerima pendanaan awal tahun 2017 lalu dari dari Merah Putih Inc dan angel investor Danny Oei Wirianto dengan nilai yang tidak disebutkan. Awal tahun 2020 lalu Tinkerlust juga telah membukukan pendanaan. Tidak disebutkan lebih jauh berapa nilai pendanaan tersebut dan siapa saja investor yang terlibat, namun Samira menyebutkan cukup bersyukur pendanaan tersebut rampung sebelum pandemi.

Application Information Will Show Up Here
DailySocial mencoba mencari tahu perkembangan bisnis layanan marketplace barang bekas selama pandemi. Kami mewawancarai OLX, Thinkerlust, dan Carousell/ Depositphotos

Berkah Marketplace Barang Bekas di Tengah Pandemi

Indonesia resmi masuk jurang resesi di kuartal ketiga kemarin. Meski demikian, selalu ada titik terang dalam perekonomian. Ia adalah bisnis barang bekas (secondhand/preloved) yang dimanfaatkan banyak orang untuk memperoleh tambahan pemasukan dengan mengurangi isi barang-barang yang tak terpakai di rumah.

Industri ini termasuk bagian layanan e-commerce. Laporan e-Conomy 2020 yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company memperlihatkan GMV industri e-commerce di Indonesia naik 54% menjadi $32 miliar pada 2020, dari sebelumnya $21 miliar pada tahun lalu.

Momentum pertumbuhan drastis ini tercermin dari peningkatan hingga lima kali lipat jumlah supplier lokal yang mencoba berjualan online karena pandemi. Diprediksi pada 2025 mendatang industri ini melejit hingga $83 miliar, naik sebanyak 21%.

Di Indonesia, pemain marketplace barang bekas ini terbagi menjadi dua segmen utama, yakni otomotif dan non otomotif. Mereka yang spesifik masuk ke pasar otomotif bekas ini adalah OLX (membuat unit bisnis baru lewat akuisisi BeliMobilGue / OLX Autos), Mobil123, Carmudi, RajaMobil, Oto.com, Garasi, Momobil, Seva, Carsome, Carro dan masih banyak lagi.

Sementara pemain non otomotif didomimasi mereka yang fokus ke bidang fesyen, kecantikan, kesehatan, perlengkapan anak, bahkan ada yang niche khusus produk high-end dari brand ternama. Nama-nama pemain yang termasuk di area ini adalah Tinkerlust, Carousell, Hunt Street, Banananina, The Brand Buffet, dan Second Chance.

DailySocial berkesempatan mewawancarai tiga pemain marketplace barang bekas, yakni Tinkerlust, Carousell Indonesia, dan OLX Indonesia untuk melihat bagaimana dampak pandemi terhadap bisnis mereka.

Kembali bergairah, meski sempat lesu

Co-Founder dan CEO Tinkerlust Samira Shihab mengaku perusahaan tidak begitu merasakan dampak yang signifikan dari pandemi. Angka listing yang diterima (inbound) berada dalam kategori normal, kecuali pada dua bulan awal pandemi, yakni April dan Mei yang sempat berkurang.

“Namun sekarang sudah kembali normal, bahkan lebih banyak dibandingkan sebelum pandemi. Dari segi sales, kami melihat GMV masih stabil,” ucapnya kepada DailySocial.

Samira berasumsi penurunan itu terjadi karena perusahaan tutup di masa PSSB dan karantina. Setelah perusahaan mengumumkan buka seperti biasa, listing yang masuk kembali masuk ke angka normal. “Kategori listing teratas Tinkerlust adalah pakaian. Top 3-nya di kategori ini adalah blouse, mini dress, dan pants.”

Tinkerlust juga menangkap cara baru konsumen dalam menikmati konten. Samira menuturkan, sebelum pandemi konsumen menikmati cara pemasaran dan konten yang berfokus pada produk atau jasa yang ditawarkan. Namun sekarang, konsumen lebih memerhatikan konten yang engaging dan menghibur.

Dari sana, perusahaan mulai mengubah strategi media sosial dan pemasaran agar tetap relevan dengan ketertarikan audiens. “Kita juga lihat banyak retail yang biasanya lebih fokus di offline, sekarang lebih sering ada online activation dan kerena itu Tinkerlust harus lebih kreatif dengan konten, lebih sering juga dengan online activation yang menarik dan tetap engaging.”

Kondisi yang sama juga terjadi di Carousell. Country Marketing Manager Carousell Indonesia Elsa Indah Pertiwi mengungkapkan pada awal Maret, ketika Covid-19 masuk ke Indonesia, terjadi penurunan jumlah listing karena ketidakpastian pandemi.

Akan tetapi, satu bulan kemudian, terjadi peningkatan traffic yang signifikan dari keseluruhan aktivitas di Carousell. Lebih banyak pengguna yang mencari barang, melihat-lihat, berbelanja, atau membandingkan harga.

“Sejak pertama kali Carousell diluncurkan di Indonesia, kategori fashion menjadi kategori dengan angka listing tertinggi, menyusul kategori health & beauty dan babies & kids. Namun saat ini kami melihat peningkatan yang signifikan juga pada kategori elektronik dan home & furniture,” imbuh Elsa.

Sumber: Carousell
Sumber: Carousell

Kenaikan kategori tersebut, sambungnya, sejalan dengan perubahan kebiasaan konsumen dengan normal baru. Semenjak bekerja dari rumah, banyak pengguna Carousell yang ingin merenovasi ruang kerja mereka jadi lebih nyaman.

Di samping itu, pembelajaran di sekolah kini bergeser ke online mengharuskan siswa memiliki alat elektronik seperti laptop dan meja lipat untuk mendukung aktivitas tersebut.

Elsa tidak memaparkan lebih jauh kontribusi bisnis Carousell di Indonesia dibandingkan tujuh negara lainnya tempat mereka beroperasi. Carousell termasuk salah satu marketplace barang bekas terbesar di Asia Tenggara yang berkantor pusat di Singapura.

Di delapan negara operasional, Carousell mencatatkan lebih dari 250 juta listing dan puluhan juta pengguna sejak dirilis pertama kali pada 2012. Perusahaan masuk ke Indonesia pada 2015.

Sementara itu, OLX Indonesia memaparkan pada Oktober kemarin terjadi kenaikan jumlah listing lebih dari 15% untuk kategiru elektronik & gadget, properti, hobi & olaraga, dibandingkan pada awal pandemi. “Sementara dari sisi permintaan saja, ada kenaikan lebih dari 10% untuk kategori mobil, motor, dan properti untuk periode yang sama,” papar Direktur Marketing OLX Indonesia Ichmeralda Rachman.

Melda, panggilan akrab dari Ichmeralda, lebih banyak menjelaskan bagaimana dampak pandemi dari sisi OLX Autos, ketimbang kategori lainnya di dalam OLX Indonesia. Ia mengutip dari studi yang dilakukan OLX Autos berjudul “Sentiment Monitoring” yang diluncurkan saat pandemi, memperlihatkan ada peningkatan sebesar 15%-20% pada permintaan kategori mobil bekas semenjak relaksasi PSBB.

Masa depan marketplace barang bekas

Melda melanjutkan, dari hasil studi tersebut juga dipaparkan sebanyak 52% responden memiliki keinginan untuk membeli mobil dibandingkan pada masa awal pandemi yang hanya 22%. kemudian, sebanyak 43% responden memilih untuk menggunakan mobil pribadi dibandingkan dengan masa awal pandemi yang hanya 33% saja.

“Jika dilihat dari listing dan demand iklan baris dan juga hasil studi OLX Autos, OLX Indonesia percaya bahwa pada sisi kategori mobil bekas, masih ada potensi besar yang dapat dikembangkan.”

OLX Indonesia berambisi menjadikan OLX Autos pemain terdepan yang spesifik khusus menggarap pasar mobil bekas, sekaligus membangun ekosistem ke arah yang lebih baik. Sejauh ini, inovasi yang mereka hadirkan mulai dari OLX Jual Mobil Instan, OLX Authorized Dealer, dan OLX Autos Jual-Beli-Tukar Tambah.

Inovasi yang terakhir (Jual-Beli-Tukar Tambah) dirilis di tengah-tengah pandemi. Melda menuturkan, fitur ini memfasilitasi pelanggan dalam jual, beli, dan tukar tambah mobil bekas. Sebelumnya pengalaman konsumen dapat melihat inventaris secara online, sekarang pelanggan dapat melihat langsung di toko offline.

Mengutip laporan yang berbeda, “The New Normal of Indonesia Used Car Industry”, ia memperlihatkan lebih dari 60% responden menuturkan pemulihan akan berlangsung lebih dari tiga bulan. Meski demikian, industri mobil bekas diharapkan akan mulai pulih pada 2-3 bulan dengan pemulihan berbentuk V-Shape, yang umumnya ditandai dengan kenaikan tajam ke puncak kurva setelah sebelumnya menurun tajam.

“Pasar mobil bekas masih memiliki market tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Dengan pandemi Covid-19, tidak sedikit pelanggan yang mulai mempertimbangkan untuk memiliki kendaraan sendiri, dibandingkan menggunakan transportasi umum untuk aktivitas sehari-hari.”

Di sisi lain, Samira menjelaskan, selama beberapa tahun ke belakang, tren thrifing kembali menjamur di media sosial, khususnya Instagram dengan ciri khas masing-masing. “Kita juga lihat konsumen lebih aware dengan sustainability and smart shopping. For us, preloved shopping ada banyak sisi positif karena memberikan dampak positif bagi lingkungan, lebih cost-effective, dan memberikan pengalaman yang berbeda dari belanja produk baru.”

Seluruh sisi positif ini dianggap sangat menarik bagi kaum milenial dan tidak menutup kemungkinan bisnis seperti ini akan tetap populer di generasi selanjutnya.

Elsa turut menambahkan, buat penjual barang bekas era pandemi ini membuat ekonomi di Indonesia kurang stabil, ia yakin bisnis preloved akan meningkat karena platform seperti Carousell dapat membantu orang-orang mendapatkan pemasukan tambahan.

“Ditambah lagi adanya keterbatasan ekonomi [yang] membuat produk preloved akan semakin diminati. [Harganya] yang lebih rendah dari harga retail, tetapi bisa mendapatkan kualitas yang tidak jauh berbeda.”

Mendalami proses bisnis

COO Tinkerlust Aliya Amitra dan CEO Tinkerlust Samira Shihab / Tinkerlust
COO Tinkerlust Aliya Amitra dan CEO Tinkerlust Samira Shihab / Tinkerlust

Dibandingkan pemain sejenisnya, pendekatan yang diambil Tinkerlust sedikit berbeda. Proses bisnis perusahaan mirip dengan konsep yang dipakai oleh pemain preloved marketplace Amerika Serikat, thredUp, karena mereka mengurusi proses kurasi yang ketat, memiliki gudang sendiri untuk pengadaan, dan melakukan pengiriman ke pembeli.

Samira menerangkan siapapun bisa “menitipkan” barang kepada Tinkerlust. Caranya bisa drop-in langsung ke kantor atau dijemput kurir. Skema pick-up memiliki ketentuan khusus. Bila berlokasi di Jabodetabek minimal 15 potong, sementara di Bandung, Surabaya, Makassar, dan Medan minimal 20 potong.

Berikutnya, barang yang masuk akan dikurasi. Jika tidak lolos akan dikembalikan ke penjual. Sementara untuk yang lolos akan masuk ke studio untuk difoto. Setelah itu barang akan disimpan di warehouse yang terletak di kantor mereka.

“Produk yang lolos kurasi akan diberikan rekomendasi harga. Jika seller merasa harganya kurang sesuai, seller bisa mengubah harga langsung di seller dashboard. Setelah harganya ditentukan, produk akan segera live di website Tinkerlust.”

Setelah barang terjual, dana akan diberikan ke penjual pada minggu kedua dibulan selanjutnya. Pembagian komisi disesuaikan dengan rentang harga dari barang tersebut.

DailySocial juga turut mewawancarai salah seorang pengguna jasa Tinkerlust. Corry yang bergabung sebagai penjual di Tinkerlust sejak 2019 merasa sangat terbantu dengan jasa mereka. Model bisnis Tinkerlust cocok untuk orang-orang yang sibuk, tidak sempat untuk mantau penjualan onlinenya, apalagi harus kirim ke kurir logistik.

“Simpel, soalnya enggak repot, model bisnisnya cocok sama gue. Dari kirim barang sampai muncul di website, semua diurusin sama Tinkerlust.”

Ia menyadari, semua kemudahan tersebut membuat komisi yang dikutip Tinkerlust tergolong besar. Barang yang ditolak akan dikirim kembali oleh tim Tinkerlust tanpa biaya tambahan. Dari sisi kurasi pun tergolong sangat ketat. Sebuah noda kecil bisa membuat barang ditolak.

Terlepas dari semua kelebihan dan kekurangannya, Corry tetap memilih Tinkerlust sebagai pilihan utama ketimbang platform marketplace atau lewat Instagram.

“Enggak perlu mikir apa-apa, tinggal cek saja sudah berapa banyak barang yang terjual. Tiap bulan tinggal terima revenue. Kalau jual sendiri, foto produk dan kurasinya saja sudah makan waktu, belum lagi running akunnya biar dilihat pembeli.”

Sementara itu, konsep Carousell sama seperti kebanyakan marketplace barang bekas lainnya. Pengguna dapat me-listing sendiri produk yang akan dijual dan tersedia pilihan iklan berbayar jika ingin masuk urutan teratas.

Elsa menjelaskan, perusahaan telah mengamati bahwa penggunanya di Indonesia cenderung membeli dan menjual listing-nya antar kota. Tidak memaksakan transaksi harus terjadi di dalam platform Carousell.

“Kami memberikan kebebasan untuk menangani pengiriman mereka sendiri dan membayar melalui transfer bank. Semua itu bertujuann untuk mempermudah pembeli dan penjual saling terhubung di platform dan memiliki fleksibilitas untuk menangani hal tersebut sesuai keinginan mereka.”

Perusahaan sebenarnya sudah bekerja sama dengan layanan logistik dan memberikan voucher diskon yang dapat dipakai untuk mengurangi biaya pengirimannya. Selain bank transfer, sebenarnya metode cash on delivery (COD) juga masih populer digunakan.

Hanya saja, menurut Elsa, biasanya metode ini digunakan untuk pembelian yang berhubungan dengan barang-barang dengan harga tinggi, seperti elektronik dan furnitur. Kecenderungan konsumen memilih untuk memeriksa barang tersebut sebelum membelinya.


Gambar header: Depositphotos.com

Samira Shihab dan Aliya Amitra Tinkerlust

Tinkerlust Perbarui Strategi Bisnis, Bukukan Pendanaan di Awal Tahun 2020

Platform yang menjual produk fesyen dan aksesoris second-hand atau preloved Tinkerlust susun strategi bisnis baru. Kini mereka gencarkan produk berbasis “sustainable fashion” dan menjalin kolaborasi strategis dengan brand lokal. Masih besarnya sampah yang dihasilkan dari industri fesyen, menjadi salah satu konsentrasi mereka. Tujuannya juga sebagai edukasi bagi masyarakat.

Co-Founder & CEO Tinkerlust Samira Shihab mengungkapkan, gerakan sustainable fashion ini sebelumnya telah sangat familiar dilancarkan di Eropa. Melalui platform Tinkerlust, diharapkan bisa memperkenalkan kegiatan ini kepada masyarakat Indonesia lebih luas lagi.

“Dengan model bisnis baru ini, diharapkan bisa menjadikan Tinkerlust pioneer platform sustainable fashion. Masih konsisten dengan target perusahaan yaitu platform untuk perempuan dan sekarang menambah kemitraan baru dengan brand lokal,” kata Samira.

Sejak didirikan tahun 2015 lalu, Tinkerlust telah memiliki sekitar 200 ribu monthly active user (MAU). Masih memanfaatkan situs web sebagai platform transaksi, Tinkerlust belum memiliki rencana untuk meluncurkan aplikasi. Untuk memudahkan penjual dan pembeli hingga mitra mengakses platform, Tinkerlust menghadirkan tampilan UI/UX sesederhana mungkin.

Meskipun saat ini sudah banyak platform yang menjual produk serupa, namun belum banyak di antara yang secara khusus memfokuskan kepada target pasar perempuan.

Model bisnis fashion commerce berkembang pesat di Indonesia. Sebut saja yang dihadirkan Style Theory, alih-alih menjual, mereka menghadirkan mekanisme penyewaan produk busana bermerek. Beberapa peritel akhirnya juga go-online, seperti yang dilakukan oleh Metrox Group dengan menghadirkan Onmezzo atau Matahari dengan platform digitalnya.

Penggalangan dana dan kampanye “Local Heroes”

Setelah mengantongi pendanaan dari Merah Putih Inc dan angel investor Danny Oei Wirianto dengan nilai yang tidak disebutkan tahun 2017 lalu, awal tahun 2020 ini Tinkerlust telah membukukan pendanaan baru. Tidak disebutkan lebih jauh berapa nilai pendanaan tersebut dan siapa saja investor yang terlibat, namun Samira menyebutkan cukup bersyukur pendanaan tersebut rampung sebelum pandemi.

“Bulan Januari 2020 lalu kami baru saja menyelesaikan penggalangan dana. Untungnya proses tersebut selesai sebelum penyebaran Covid-19. Untuk penggalangan dana selanjutnya kami belum memiliki rencana tersebut,” kata Samira.

Untuk menandai strategi bisnis baru mereka, Tinkerlust akan meluncurkan kampanye “Local Heroes”. Dalam kampanye ini perusahaan mengajak brand lokal yang memiliki visi sejalan untuk berkolaborasi bersama menjual produknya di Tinkerlust. Sekitar 14 brand lokal sudah bergabung, dan telah berkolaborasi menggelar serangkaian acara seperti virtual fashion show dan fashion talk show. Pada kesempatan kali ini TMRW by UOB dan juga Makeover mendukung aksi dari Tinkerlust sebagai exclusive partner.

“Tinkerlust ingin menciptakan ruangan fashion yang lebih sustainable dengan memberikan edukasi kepada konsumen setia kami lewat kolaborasi dengan brand lokal yang memiliki koleksi ramah lingkungan. Ini adalah salah satu bentuk kontribusi dalam mengurangi limbah fashion karena produk tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang,” imbuh Co-Founder & COO Tinkerlust Aliya Amitra.

Tinkerlust Announces Funding from Merah Putih Inc and Danny Oei Wirianto

Tinkerlust, e-commerce startup offering pre-loved goods for women, announced an unspecified amount of funding obtained from Merah Putih Inc and Danny Oei Wirianto as angel investor. Tinkerlust was founded by Samira Shihab (CEO) and Aliya Amitra (COO) two years ago and claims to have gained up to 417 percent of new user traction.

“With money injection from these investors, we’re hoping to accelerate Tinkerlust development in creating a top fashion sharing platform. To provide an easy, safe, and convenient shopping experience for sellers, buyers and renters, we will focus on investing in IT, product and supply chain,” Shihab said.

Tinkerlust platform simplify those who wants to sell their stuff and have access to personal dashboard for monitoring the sales. On the other hand, buyers can easily find branded goods with competitive prices. Tinkerlust curates and selects any items received before appearing on the website to check product  authenticity and quality and make sure only the finest goods are being sold.

“We observe the progress. A shift in consumerism trains women in managing expenses and keeping up with the latest trends at the same time. Therefore, such platform as Tinkerlust will have a chance to move forward and achieve a strong position in the market. We believe Samira and Aliya have strong connections and intuitions in these industries. We support them to make Tinkerlust the top-rank in its field,” said Antonny Liem, Merah Putih Inc’s CEO.

Despite being a platform for pre-loved fashion items commerce, Tinkerlust also rents designer-made dresses. “Due to increasing users, Tinkerlust notice that consumers are looking for various designer products and well-known brands at affordable prices. Therefore, Tinkerlust presents designer-made dresses rental at affordable prices,” Shihab said.

According to the data, every woman can have about 90 fashion items in their closet worth up to Rp10 million, almost half of it are no longer used and most likely to end up in the dump. Therefore, Tinkerlust seek to assist in the process of buying and selling by providing professional photography service, suggesting market-based product prices, giving detailed product descriptions, and listing on the site.

Through Tinkerlust, Shihab wants Indonesian women to have easy access for fashion shopping. “Most Indonesians have limited access for branded goods like Zara or Tory Burch. Tinkerlust is here as shopping destination to get easy access for branded goods at affordable prices,” she concluded.


Disclosure: DailySocial and Tinkerlust both receive investment from Merah Putih Inc.

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Tinkerlust Dapatkan Pendanaan dari Merah Putih Inc dan Danny Oei Wirianto

Startup pengembang situs jual beli barang preloved khusus wanita Tinkerlust baru-baru ini mengumumkan perolehan pendanaan dari Merah Putih Inc dan angel investor Danny Oei Wirianto dengan nilai yang tidak disebutkan. Tinkerlust didirikan oleh Samira Shihab (CEO) dan Aliya Amitra (COO) sejak dua tahun lalu, dan mengklaim telah mendapatkan peningkatan traksi pengguna baru mencapai 417 persen.

“Dengan adanya suntikan dana dari investor ini, kami berharap dapat mempercepat perkembangan Tinkerlust dalam menciptakan platform fashion sharing terdepan yang canggih. Untuk menghadirkan pengalaman berbelanja yang mudah, aman, dan nyaman bagi penjual, pembeli, dan penyewa, kami akan fokus untuk berinvestasi di bidang IT, produk, dan supply chain,” tutur Samira.

Platform Tinkerlust memudahkan seseorang menjual barangnya dan memiliki akses ke personal dashboard untuk memantau penjualan barang mereka. Di sisi lain, pembeli dapat dengan mudah mencari barang branded berkualitas dengan harga bersaing. karena Tinkerlust mengurasi dan menyeleksi setiap barang yang diterima sebelum dimunculkan di website untuk memastikan keaslian dan kualitas produk sehingga produk yang di jual hanyalah barang-barang berkualitas dalam kondisi dan mutu yang masih bagus.

“Kami melihat perkembangannya. Perubahan dalam konsumerisme menjadikan wanita lebih piawai dalam mengatur pengeluaran dan di saat yang sama tetap mengikuti tren terkini. Maka dari itu, platform seperti Tinkerlust ini akan berpotensi untuk terus maju dan mencapai posisi yang kuat di pasaran. Kami percaya Samira dan Aliya memiliki hubungan dan intuisi yang kuat dalam industri dan komunitas ini. Kami mendukung mereka untuk membuat Tinkerlust menjadi yang nomor satu di bidangnya,” ujar Antonny Liem selaku CEO Merah Putih Inc.

Di samping menjadi platform jual beli preloved fashion items, Tinkerlust juga menawarkan penyewaan gaun rancangan desainer. “Seiring perkembangan pengguna yang semakin meningkat, Tinkerlust menyadari bahwa konsumen suka mencari berbagai macam produk desainer dan brand terkenal dalam harga yang terjangkau. Oleh karena itu, Tinkerlust kini menghadirkan rental gaun-gaun rancangan desainer yang dapat disewa dalam harga terjangkau,” terang Samira.

Dari data yang dipaparkan Tinkerlust, setiap wanita bisa memiliki sekitar 90 item fesyen di lemari mereka yang dapat bernilai lebih dari Rp10 juta dan hampir setengah dari isi lemari mereka tidak lagi terpakai serta sering kali berakhir di tempat pembuangan. Maka dari itu, Tinkerlust berupaya untuk membantu dalam proses jual beli dengan menyediakan jasa untuk memfoto produk secara profesional, menyarankan harga jual produk sesuai keadaan pasar, pemberian deskripsi produk yang detail, dan listing di situs.

Melalui Tinkerlust, Samira juga ingin setiap wanita di Indonesia memiliki akses untuk berbelanja barang-barang fesyen branded secara mudah. “Kebanyakan orang Indonesia belum memiliki akses untuk berbelanja barang branded seperti Zara atau Tory Burch. Tinkerlust hadir sebagai destinasi belanja untuk mereka sehingga mereka bisa mendapatkan akses ke barang-barang branded secara mudah dalam harga yang miring,” paparnya.

Disclosure: DailySocial dan Tinkerlust sama-sama memperoleh investasi dari Merah Putih Inc.