Tag Archives: Sammy Ramadhan

Startup penyedia platform ticketing GOERS paparkan peningkatan pendapatan hingga 1,5 kali lipat, total nilai transaksi naik dua kali lipat sepanjang 2022

GOERS Ungkap Pertumbuhan Positif Seiring Geliat Bisnis Pariwisata

Startup penyedia platform ticketing GOERS mengungkapkan pencapaian positif sepanjang tahun 2022. Meski perusahaan hanya membeberkan angka berdasarkan pertumbuhan saja, diungkapkan peningkatan pendapatan hingga 1,5x lipat, total nilai transaksi naik 2x lipat.

Kemudian, tercatat ada tiga juta pengguna yang terhubung ke aplikasi, dengan satu juta di antaranya adalah pengguna aktif.  Basis pengguna tersebut juga berhasil  memproses hingga 5 juta tiket.

“Targetnya di tahun 2023, kami akan mempertahankan pendapatan bersih positif selama tiga tahun berturut-turut dan menaikkan laba bersih sebanyak dua kali lipat,” ungkap Co-founder dan CEO GOERS Sammy Ramadhan dalam keterangan resmi, Jumat (10/3).

Menurutnya, dorongan dari Presiden Joko Widodo yang mengajak masyarakat untuk kembali menonton konser dan menghadiri event, adalah stimulus dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dorongan tersebut tentunya berdampak positif bagi GOERS, didukung dengan ragam kemudahan, seperti cicilan, cashback, hingga diskon untuk pembelian tiket melalui aplikasi dan situs.

Sejak didirikan di 2015, GOERS memfokuskan diri sebagai marketplace tiket event, destinasi, dan aktivitas; sistem pemesanan dan reservasi, dan manajemen kunjungan di lokasi. Diklaim GOERS telah menjadi mitra digitalisasi dari sekitar 1.000 event organizers dan venue atraksi, seperti Taman Impian Jaya Ancol, The Lodge Maribaya, Solo Safari by Taman Safari Indonesia, dan Formula E 2022.

Perusahaan akan terus perbanyak kemitraan dengan sejumlah partner agar penjualan tiket event dan venue atraksi menjadi lebih mudah, terautomasi, dan praktis. Kabar teranyar, perusahaan menggaet Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (DPP PUTRI) agar dapat mendigitalisasi taman rekreasi yang berada di bawah naungan perhimpunan ini.

DPP PUTRI saat ini menjadi rumah bagi sejumlah destinasi wisata unggulan Indonesia, seperti The Lodge Maribaya, Lombok Wildlife Park, Taman Impian Jaya Ancol, Jawa Timur Park, Merapi Park, dan Solo Safari. Disebutkan saat ini GOERS kembali dipercaya sebagai official ticketing partner bagi sejumlah konser dan festival, di antaranya Pasar Malem by Narasi TV, Donasi Slankers X Millenial Gamelan, dan Ungu Disini Untukmu 26th Anniversary.

Di Indonesia, Goers bersaing langsung dengan Loket sebagai sesama perusahaan lokal. Di samping itu, irisan bisnis (khususnya bisnis penjualan tiket) juga digarap oleh pemain OTA dan e-commerce, di antaranya Traveloka, Tiket.com, dan Tokopedia.

Angkat Arya Setiadharma

Sammy melanjutkan, bergabungnya terkait kehadira Arya Setiadharma sebagai komisaris diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas GOERS dalam mendorong inovasi di industri hiburan hingga pariwisata.

Tak hanya Arya, sebelumnya jajaran Komisaris juga diisi oleh Kenneth Li (MDI Ventures Singapura) dan Rudi Laksmana (Mahaka Media). Sebagai catatan, Prasetia Dwidharma merupakan jajaran investor di GOERS, bersama MDI Ventures dan Mahaka Media.

Mengenai tanggapannya menjadi komisaris, Arya mengatakan bahwa teknologi ticketing yang dikembangkan GOERS terbukti memberikan sumbangsih dalam mendigialkan lanskap pariwisata Indonesia, terutama di venue wisata dan event.

“Sektor pariwisata menjadi indikator kuat perkembangan ekonomi suatu bangsa. Apalagi Indonesia tengah digadang-gadang sebagai destinasi yang mulai diperhitungkan oleh pasar wisata internasional dengan diadakannyaevent berskala dunia di negara kita. Maka dari itu, pemanfaatkan teknologi dalam venue wisata dan event sangat penting,” kata Arya.

Arya memiliki lebih dari satu dekade sebagai entrepreneur dan investor. Melalui PT Prasetia Dwidharma, ia disebut-sebut berhasil membangun portofolio dan mendanai 100 startup tahap awal di Asia Tengara, India, dan Amerika, seperti Cakap, Mekari, dan Lummo. Kemudian pada 2021 masuk ke dalam daftar salah satu orang yang paling berpengaruh di Asia oleh Majalah Tatler.

Application Information Will Show Up Here
Founder & CEO Goers Sammy Ramadhan

Klaim Telah Profitable, Goers Segera Galang Pendanaan Seri B

Sebagai startup binaan Indigo Creative Nation (ICN), Goers awalnya hadir sebagai penyedia direktori untuk pencarian tiket acara dan atraksi. Kemudian mereka berkembang untuk membantu penyelenggara dalam mempromosikan acara mereka memanfaatkan inovasi teknologi yang mereka miliki.

Saat ini ketika kondisi sudah mulai pulih saat pandemi, mulai banyak minat wisatawan lokal, pemilik venue, hingga tempat wisata yang beroperasi kembali. Hal tersebut dimanfaatkan oleh Goers untuk menambah informasi dari sisi pencarian venue dan atraksi kepada pengguna mereka. Tercatat saat ini Goers telah memiliki sekitar 1,5 juta pengguna.

Disinggung seperti apa strategi Goers untuk bersaing dengan perusahaan teknologi seperti Traveloka dan Tiket melalui kanal experience dan attraction mereka, Founder & CEO Goers Sammy Ramadhan menegaskan, pada dasarnya dengan layanan secara terpadu yang mereka tawarkan juga dengan teknologi yang lebih relevan, persaingan tersebut tidak menjadi kendala. Kebanyakan kanal tersebut hanya fokus kepada penjual saja, tidak terlalu membantu pemilik tempat wisata, atraksi dan venue untuk digitalisasi.

“Kita juga memberikan kebebasan kepada mereka untuk memanfaatkan channel tersebut untuk menambah jumlah penjualan mereka. Namun untuk teknologi dan layanan terpadu hanya Goers yang bisa menyediakan semua,” kata Sammy.

Terkait pendanaan Goers menyebutkan hingga saat ini memang tidak terlalu gencar memberikan informasi seputar kegiatan penggalangan dana mereka. Hal tersebut sengaja mereka lakukan agar bisa fokus mengembangkan bisnis. Tercatat pendanaan pra-seri A yang telah diterima oleh mereka adalah tahun 2016 lalu dari grup Mahaka Media. Sebelumnya Oktober 2015 Goers memperoleh pendanaan awal dari sejumlah investor.

Selama dua tahun terakhir mereka mengklaim telah menerima pendanaan baru dari 2 investor. Di antaranya adalah investor asal Malaysia dan Indonesia. Investor Goers saat ini di antaranya adalah Prasetia Dwidharma, MDI Ventures, dan Mahanusa Capital.

Rencananya di kuartal 3 tahun ini, Goers akan melakukan penggalangan dana seri B. Mengklaim perusahaan sudah profitable tahun lalu, dana segar tersebut jika nanti sudah dikantongi akan digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan Goers Experience Manager (GEM) dan mulai menjajaki pengembangan teknologi yang sedang popular saat ini seperti NFT, Blockchain dan lainnya.

“Saat ini menjadi menarik lagi buat kita ketika NFT dan blockchain sudah mulai ramai diperbincangkan oleh semua penggiat startup dan perusahaan teknologi. Goers pun memiliki rencana untuk menjelajahi peluang tersebut ke dalam teknologi Goers,” kata Sammy.

GEM untuk B2B

Setelah diluncurkan pada tahun 2019 lalu, Goers Experience Manager yang merupakan inovasi teknologi dari Goers mengalami pertumbuhan yang positif. Bukan hanya menyediakan teknologi dan layanan secara end-to-end, teknologi ini juga membantu berbagai tipe destinasi, seperti waterpark, taman hiburan, galeri, museum, tempat wisata alam & buatan, untuk meningkatkan pendapatan dan beroperasi guna membantu pemerintah mengakselerasi pemulihan sektor pariwisata nasional.

Badan Pusat Statistik mencatat bahwa Indonesia memiliki hampir 3.000 destinasi wisata-rekreasi pada 2019. Sayangnya, belum semuanya terdigitalisasi. Sistem pengelolaan manual memiliki pilihan pembayaran yang terbatas dan sangat rentan terhadap kebocoran data dan keuangan karena human error, kebocoran kunjungan karena pemalsuan tiket, serta keterbatasan dalam memonitor jumlah pengunjung.

Manajemen pengelolaan digital yang terautomasi dan mandiri, seperti GEM Solution, memungkinkan operator destinasi wisata-rekreasi untuk memiliki sistem penjualan online dan onsite, penanganan kunjungan hingga promosi yang terautomasi, efisien dan akurat.

“Jika sudah terdigitalisasi, maka destinasi akan lebih mudah ditemukan dan berdampak pada peningkatan kunjungan wisata di Indonesia. Hal ini selaras dengan rencana Kementerian Pariwisata RI untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan mengakselerasi pemulihan sektor pariwisata nasional,” kata COO Goers Niki Tsuraya Yaumi.

Tercatat saat ini Goers telah bekerja sama dengan lebih dari 50 destinasi wisata-rekreasi, antara lain Taman Impian Ancol, Go! Wet Grand Wisata Bekasi, Faunaland Ancol, Dunia Fantasi Ancol, dan Rumah Atsiri Indonesia. Mereka juga telah menjalin kemitraan strategis dengan Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI). Harapannya dengan kemitraan ini anggota dari PUTRI juga bisa menggunakan teknologi Goers untuk mempermudah proses adopsi digital. Target Goers tahun ini selain mengembangkan GEM juga ingin menambah jumlah portofolio mereka hingga 100.

“Fokus kita saat ini adalah bagaimana tempat wisata dan atraksi bisa mengembangkan bisnis mereka lebih baik lagi dengan digitalisasi dan layanan yang mereka butuhkan. Bukan hanya fokus kepada penjualan namun pengembangan bisnis dari berbagai area lainnya” kata Sammy.

Application Information Will Show Up Here
Tantangan yang dihadapi startup saat menjalankan bisnis termasuk persoalan talenta, meyakinkan investor, dan menjual produk yang "long lasting"

Tantangan Startup Menjalankan Bisnis

Persoalan talenta, meyakinkan investor untuk mendapatkan pendanaan, hingga memasarkan produk merupakan masalah yang kerap ditemui oleh startup. Sifatnya yang men-disrupt menjadikan startup cukup sulit untuk mengembangkan bisnis di awal. Meskipun saat ini sudah ada 4 startup Indonesia yang berstatus unicorn, namun masih banyak startup baru yang kesulitan untuk memulai bisnis.

Di sesi diskusi Starthub Connect 2018 yang berlangsung di Indonesia Convention Exhibition, BSD, empat narasumber menyampaikan pengalaman dan mengupas permasalahan terkait dengan startup di Indonesia.

Dipandu CEO DailySocial Rama Mamuaya, keempat panelis tersebut adalah CTO EmasDigi Natali Ardianto, CEO Digital Ventures dan Emerging Business Sinar Mas Land Herry Santoso, CTO Investree Dickie Widjaja, dan Co-Founder dan CEO Goers Sammy Ramadhan.

Talenta asing vs lokal

Masih minimnya talenta yang berkualitas saat ini untuk memenuhi kebutuhan tenaga engineer di startup, masih merupakan kendala yang banyak ditemui oleh startup. Salah satu solusi yang mulai banyak dilakukan adalah dengan merekrut tenaga kerja asing yang ternyata banyak memiliki kemampuan di atas rata-rata dibandingkan talenta lokal.

Menurut Natali Ardianto, langkah ini memang menjadi jalan pintas, namun di sisi lain membuktikan bahwa belum banyak talenta Indonesia yang memiliki kemampuan dan kualifikasi yang ideal.

“Sebenarnya sudah banyak effort yang dilakukan oleh pelaku startup dan teknologi di Indonesia untuk mengembangkan talenta yang ideal, namun permasalahan kurikulum dan hal terkait lainnya, menyulitkan universitas untuk mulai memberikan pelajaran tersebut kepada mahasiswanya,” kata Natali.

Sammy Ramadhan menambahkan, saat ini demi mendapatkan talenta yang berkualitas, sudah banyak inkubator hingga lembaga pendidikan yang memberikan edukasi dan pelatihan pemrograman kepada siswa SMK hingga orang umum. Di Goers sendiri, salah satu cara untuk merekrut talenta adalah dengan menjalin kerja sama dengan SMK dan Binar Academy.

Sementara itu menurut Dickie Widjaja, talenta yang ideal tidak hanya mengedepankan latar belakang pendidikan saja, tapi mereka juga harus kreatif. Kebanyakan startup masih terlalu fokus untuk mengembangkan bisnis, masih sulit untuk menemukan talenta yang ideal sesuai dengan kebutuhan.

Menemukan investor yang tepat

Dalam kesempatan tersebut turut hadir perwakilan investor Herry Santoso yang cukup aktif merangkul perusahaan teknologi untuk berkantor di BSD, Tangerang.

Disinggung strategi apa baiknya yang bisa diterapkan startup untuk mendapatkan perhatian dari investor, Herry menyebutkan startup harus memiliki produk yang long lasting yang pada akhirnya bisa meyakinkan investor. Ditambahkan olehnya, pada akhirnya investor hanya ingin mendapatkan return dan profit yang lebih dari startup, usai investasi diberikan.

“Untuk memulai bisnis tidak perlu menyesuaikan investor yang relevan dengan bisnis yang akan dijalankan, misalnya startup yang menyasar healthtech harus mendekati investor yang memiliki latar belakang tersebut, jika produk menarik dan dinilai memiliki potensi, semua investor pasti akan tertarik untuk berinvestasi,” kata Herry.

Menurutnya, pada akhirnya pemilik startup harus bisa menentukan model bisnis dari startup yang didirikan, menemukan value dari tim, hingga menentukan investor yang relevan.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Starthub Connect 2018

Sammy Ramadhan, Co-Founder dan CEO Goers / DailySocial

Lima Hal yang Perlu Diketahui dari Layanan “Life Experience”

Di era kekinian, semakin mudah untuk mengisi waktu luang di akhir pekan. Kamu bisa menonton film, menyaksikan pertunjukan musik, hingga pergi berlibur. Tiket pertunjukan atau perjalanan kini juga mudah didapatkan secara online dengan sekali tap di ponsel kamu.

Nah, beragam aktivitas hiburan yang disebutkan di atas biasa disebut sebagai produk “life experience“. Masyarakat dapat merasakan sebuah nilai tambah (value added) dari kegiatan yang mereka lakukan.

Di era digital, produk life experience kini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban. Lalu, mengapa produk life experience kini menjadi penting?

Untuk mengetahui lebih dalam, #SelasaStartup edisi kali ini diisi Sammy Ramadhan, Co-Founder dan CEO Goers, sebuah platform penyedia informasi sekaligus penjual tiket event.

Kebangkitan bisnis life experience

Produk life experience ditandai dengan beragam aktivitas hiburan yang dapat dinikmati di segala situasi. Tak terbatas hanya pertunjukan musik, teater, film, atau tiket perjalanan, life experience dapat pula berupa aktivitas olahraga.

Sammy menceritakan bagaimana bisnis life experience mulai mengalami kebangkitan di Amerika Serikat (AS). Hal ini ditandai dengan maraknya penyedia layanan on-demand dengan mengadopsi model bisnis sharing economy. Menurutnya, hal ini memicu masyarakat AS lebih memilih untuk menikmati ragam produk life experience ketimbang harus membeli barang ritel.

“Mereka tidak berpikir untuk memiliki rumah, mereka memilih untuk kerja di mana saja, jadi freelance. Kalaupun uang mereka bertambah, mereka tidak nabung, namun menaikkan kebutuhan sosial mereka,” tutur Sammy.

Situasi di atas berbeda dengan di Indonesia. Life experience masih dilihat sebagai aktivitas liburan di mana orang-orang harus menabung dulu untuk melakukannya. “Padahal, life experience itu tidak cuma sebatas berlibur,” tambahnya.

Kendati demikian, kondisi di atas justru dinilai menjadi peluang bagi Sammy untuk masuk ke meramaikan dan mendorong pertumbuhan industri hiburan di era digital.

Generasi milenial jadi pendorong

Indonesia dinilai memiliki potensi besar untuk mengembangkan layanan berbasis life experience. Mengutip ucapan Presiden RI Joko Widodo, Sammy mengungkapkan Indonesia memiliki daya saing tinggi, terutama pada sektor pariwisata. Sektor ini dinilai “seksi” mengingat Indonesia memiliki sumber daya yang unik yang tidak dapat diduplikasi.

Tentu ini akan mendorong masyarakat, terutama generasi milenial untuk pergi berlibur. Apalagi generasi milenial kini erat dengan media sosial. Mereka semakin melihat bahwa ada kebutuhan untuk membuat konten media sosial yang berkualitas.

“Banyak hal-hal yang bakal menjadi potensi besar untuk bisnis (life experience). Misalnya, tour, event organizer, trainer, dan pengajar di media sosial sekarang banyak. Di YouTube misalnya. Atau menjadi entertainer. Online presence itu [jadi] penting,” ungkap Sammy.

Pengalaman terbaik lewat mobile

Sammy menilai penting untuk mengetahui target pasar yang akan disasar. Mengingat produk life experience kebanyakan dinikmati oleh generasi milenial, ia pun menekankan pentingnya pengalaman bertransaksi melalui mobile.

“Dulu saat berjualan tiket offline, sistemnya cukup rumit, ada yang harus transfer, kirim buktinya ke WhatsApp, ada juga tiket palsu, atau harus cetak tiket, itu kan ribet, belum lagi antri,” lanjut Sammy.

Di Goers sendiri, ungkap Sammy, pihaknya lebih fokus untuk menyediakan pengalaman optimal melalui aplikasi. “Setelah kami pelajari, milenial itu ternyata mau bertransaksi via ponsel. Nah, solusi [masuk ke bisnis] life experience untuk menarik peluang adalah dengan mobile. Kami punya aplikasi dan partner,” jelasnya.

Life experience untuk mendongkrak bisnis

Selain memberikan nilai tambah kepada masyarakat, layanan life experience nyatanya dinilai dapat menguntungkan perusahaan. Bagaimana bisa?

Menurut Sammy, layanan life experience dapat dijadikan sebagai salah satu jembatan untuk memperkenalkan bisnisnya kepada khayalayak. Sejumlah perusahaan berskala besar pun kini mulai menerapkan strategi tersebut.

“Kenapa banyak perusahaan rokok menjadi sponsor untuk acara konser? Karena mereka menjual pengalamannya bukan rokoknya. Caranya melalui acara-acara tersebut. Jadi life experience menjadi salah satu jembatan untuk memperkenalkan produknya,” ungkap Sammy.

Contoh lainnya adalah memperkenalkan bisnis dengan mengadakan kelas yoga di restoran rooftop terbesar di Jakarta. “Yoga tidak ada hubungannya dengan restoran. Tetapi, mereka yang mengikuti kegiatan itu bisa menjadi brand loyalist yang secara tidak langsung mempromosikan tempatnya ke teman-teman,” lanjutnya.

Teknologi menjadi kunci

Diakui Sammy, saat ini layanan Goers tidak memiliki khusus untuk mengelola komunitas. Padahal, komunitas kini dianggap sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak bisnis. Goers hanya mengandalkan rating dan review untuk meningkatkan engagement dengan pengguna.

Namun, untuk menjalankan bisnis penyedia produk life experience, penting pula untuk fokus terhadap pengembangan teknologi. Menurutnya, perusahaan bisa bersaing dengan membawa pengalaman yang lebih baik kepada pengguna.

“Kami tidak memiliki komunitas. Komunitas kami dibangun oleh pengguna sendiri. Tapi bukan berarti kami tidak mau, hanya saja kami ingin fokus dengan teknologi agar bisa bersaing. Dengan teknologi yang oke, user, partner, dan merchant akan datang dengan sendirinya,” katanya.

Dengan memosisikan diri sebagai perusahaan teknologi, perusahaan bisa lebih optimal untuk membawa experience lebih baik, baik pada offline maupun onlline.

DScussion #73: Tantangan Platform “Event Discovery” di Indonesia

DScussion kali ini mengajak pembaca DailySocial berbincang dengan CEO Goers Sammy Ramadhan. Kita menyelami tentang siapa sebenarnya pengguna layanan event discovery ini, apa saja tantangan layanan di bidang ini, dan bagaimana strategi untuk mengatasinya. Sebagai seorang CEO, Sammy juga membagikan tips bagaimana caranya menjadi pemimpin startup dan ikut terjun di lapangan.

Simak perbincangan kami dengan CEO Goers berikut ini.

Goers Hadirkan Panduan Informasi Tujuan Wisata

Pasca mendapatkan investasi Pra-Seri A dari Mahaka Media bulan Agustus 2016 lalu, Goers yang merupakan Startup jebolan Indonesia Next Apps 2.0 terus melakukan pembaruan dan inovasi di aplikasinya. Salah satunya adalah yang menyasar sektor pariwisata.

Sebagai aplikasi yang menampilkan beragam kegiatan, acara, kuliner dan informasi terkini, Goers berencana menghadirkan inovasi baru yang diharapkan bisa memudahkan wisatawan asing dan lokal mencari rekomendasi tempat wisata.

“Konsepnya tidak akan jauh berbeda dengan yang saat ini kami jalani. Kami akan menyajikan informasi mengenai kegiatan, aktivitas, acara, dan tempat-tempat bepergian yang sedang tren di Indonesia seperti restoran, museum, dan lain-lain, untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun internasional.,” kata Co-Founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi Kepada DailySocial.

Di dalam fitur tersebut nantinya juga akan disematkan menu City Attraction yang berisi informasi mengenai tempat yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan. Tujuannya adalah agar para wisatawan dapat menemukan informasi mengenai acara-acara dan kegiatan-kegiatan lokal di lokasi wisata, serta merasakan pengalaman baru dengan mendatanginya.

Keseriusan Goers untuk mulai merambah sektor pariwisata di Indonesia dikukuhkan dengan nota kesepahaman yang dijalin antara Goers dan Menteri Pariwisata Arief Yahya baru-baru ini.

“Saat ini kami telah menjalin kesepahaman dengan Kementerian Pariwisata untuk Goers bisa mempromosikan destinasi-destinasi wisata di Indonesia,” kata Niki.

Tahun ini Goers berencana melakukan ekspansi ke tiga kota tujuan wisata di Indonesia.

Menyajikan informasi film di bioskop dan pembelian tiket

Tim Goers dan jajaran manajemen

Layanan lain yang bakal dihadirkan Goers adalah platform lengkap untuk jadwal film di bioskop terkini. Layanan tersebut juga nantinya dilengkapi dengan kesempatan melakukan pembelian tiket. Belum ada informasi kapan fitur ini bakal diluncurkan.

“Kami sadar bahwa salah satu kegiatan yang paling sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk mengisi waktu luang mereka adalah bepergian untuk menonton film layar lebar. Kami ingin menjadi solusi untuk mempermudah semua orang mendapatkan informasi serta pembelian tiket untuk menonton film layar lebar,” kata Niki.

Application Information Will Show Up Here

Goers Umumkan Perolehan Investasi Pra-Seri A dari Mahaka Media

Startup jebolan Indonesia Next Apps 2.0 kompetisi yang diselenggarakan oleh Telkomsel dan Samsung, Goers, secara resmi mengumumkan perolehan investasi Pra-Seri A, dalam jumlah yang tidak disebutkan dari grup Mahaka Media. Sebelumnya Oktober tahun lalu Goers memperoleh seed funding dari sejumlah investor. Goers adalah startup binaan Indigo Incubator dan juga telah memperoleh pendanaan dari MDI Ventures.

Dalam rilis yang dikirimkan kepada DailySocial disebutkan perolehan pendanaan ini dilakukan untuk terus meningkatkan layanan konten dan memperluas pasar. Peresmian pendanaan ini dilakukan Goers tanggal 1 Agustus 2016 lalu.

Pendanaan ini disebutkan sangat strategis karena Mahaka membawahi sejumlah bisnis event yang bersinggungan dengan Goers, seperti Raja Karcis, Mahaka Sports and Entertainment, dan Alive! Indonesia. Hal ini tidak menutup kemungkinan peluang akuisisi di masa depan karena solusi Goers memudahkan layanan-layanan ini menjangkau lebih banyak konsumen, terutama kaum millenial.

CEO Goers Sammy Ramadhan dalam pernyataannya menyebutkan,” Strategic Partner adalah salah satu key success untuk dapat sustain dalam industri startup yang sangat competitive ini.”

Hingga kini Goers mengklaim telah memiliki 1200 kegiatan setiap bulannya dan memiliki 300 partnership dalam waktu kurang dari satu tahun. Dalam kesempatan terpisah, COO Goers Niki Tsuraya sempat mengungkapkan kepada DailySocial bahwa kalangan mahasiswa dengan beragam acara komunitasnya merupakan potensi yang saat ini tengah digali dan memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan.

Application Information Will Show Up Here

Memetik Pelajaran Lewat Ajang Kompetisi Internasional

Socialgiver yang menjadi pemenang utama ajang SingTel Group-Samsung Regional Mobile App Challenge kedua / DailySocial

Beberapa waktu lalu kompetisi kedua SingTel Group-Samsung Regional Mobile App Challenge telah berakhir dengan keluarnya Socialgiver dan OTTO sebagai pemenang. Pemenang utama diraih oleh Socialgiver dari Thailand, sedangkan OTTO dari Australia adalah pemenang Samsung Innovation Award. Dalam ajang tersebut juga ada dua startup asal Indonesia yang turut berpartisipasi, yakni Modegi dan Goers. Meski hanya finish sebagai finalis, keduanya mengaku mendapatkan banyak pengalaman baru dan pelajaran berharga melalui ajang tersebut.

Ajang kedua SingTel Group-Samsung Regional App Challenge dan para finalisnya

Gelaran kedua Regional Mobile App Challeng kali ini sejatinya telah dimulai pada bulan Mei 2015 dengan kompetisi lokal yang diadakan di Afrika (Kongo-Brazzaville, Republik Demokratik Kongo, Ghana, Madagaskar, dan Niger), Australia, India, Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand. Kemudian, dipilih dua finalis dari tiap region tersebut untuk mengikuti program mentoring selama dua hari di Singapura pada bulan Oktober, dan akhirnya mewakili negara masing-masing pada sesi pitching pada tanggal 8 Desember silam.

Mereka yang berpatisipasi adalah eCoach (Ghana), Companion (Madagaskar), PHSS (India), Super Recepcionist (India), FlowAccount (Thailand), Socialgiver (Thailand), IOTA (Filipina), Joomajam (Filipina), MyMic (Australia), OTTO (Australia), Ambi Climate (Singapura), AirFrov (Singapura), Goers (Indonesia), dan Modegi (Indonesia). Sedangkan jurinya  terdiri dari tokoh dari industri digital seperti Co-founder Tokopedia William Tanuwijaya, serta perwakilan senior dari SingTel Group dan Samsung.

Setelah melalui proses penjuarian, Socialgiver terpilih sebagai pemenang utama dan OTTO berhasil meraih Samsung Innovation Award. Keduanya berkesempatan untuk bekerja sama dengan SingTel Group dan Samsung untuk memasarkan aplikasi yang mereka kembangkan ke lebih dari setengah miliar jaringan pelanggan SingTel Group yang tersebar di Asia, Australia dan Afrika. Selain itu, aplikasi mereka juga berhak untuk ditempatkan pada platform layanan dan konten milik Samsung.

Di kompetisi kedua ini, perwakilan Indonesia kembali belum berhasil finish sebagai pemenang utama seperti di kompetisi pertama yang dimenangkan oleh Wattcost. Pun demikian, bukan berarti Goers dan Modegi pulang dengan tangan hampa karena ada banyak pelajaran dan pengalaman baru yang bisa dipetik. Sebagai informasi, Samsung dan SingTel Group sendiri sudah menjalin kerja sama sejak beberapa tahun silam.

Memetik pelajaran dan mengetuk pintu peluang lewat kompetisi internasional

CEO Goers Sammy Ramadhan yang menjadi perwakilan Indonesia dalam SingTel Group-Samsung Regional Mobile App Challenge kedua / DailySocial

Goers dan Modegi adalah dua perwakilan Indonesia dalam kompetisi kedua SingTel Group-Samsung Regional Mobile App Challenge. Keduanya berhasil maju setelah keluar menjadi pemenang di ajang kompetisi lokal Indonesia Next App 2.0 dengan menyisikan sembilan finalis lainnya. Bahkan Goers sudah mendapatkan pendanaan.

Co-founder dan juga CEO Goers Sammy Ramadhan menuturkan bahwa meski tak berhasil keluar sebagai pemenang, namun dia dan tim banyak mendapat ilmu dan wawasan baru selama dua hari mentoring dan bertemu dengan peserta lain. Rasa bangga juga menghampiri dirinya sebagai finalis yang mewakili Indonesia dan melalui ajang ini juga Goers dapat dikenal lebih luas.

“Ada banyak pelajaran baru yang saya dapat [dengan ikut kompetisi]. […] Contohnya bagaimana bertutur kata dengan efisien dan tidak menghabiskan waktu di hadapan para eksekutif direksi. […] Kami juga jadi belajar tentang ekosistem startup di negara lain [yang berpatisipasi], karena di sini kami langsung berbicara dengan para penggiatnya,” kata Sammy.

Sementara itu Co-founder Modegi Barzia mengatakan, “Pengalaman pitching di hadapan Venture Capital dan Investor adalah yang paling seru. Startup kami masih baru, baru berjalan tiga bulan […] dan sekarang ada di sini mewakili Indonesia. Ini luar biasa [bagi kami].”

“Karena ini kompetisi regional, kami juga dapat bertemu dengan kawan-kawan dari negara lain. Dari sana kami bisa tahu ekosistem startup di negara mereka masing-masing itu seperti apa,” lanjut Barzia tak jauh berbeda dengan Sammy.

Tak ada salahnya bagi sebuah perusahaan rintisan yang baru memulai mengikuti kompetisi. Selain hadiah utama yang menjadi incaran sebagai dana tambahan untuk mengembangkan startup nantinya, ada banyak keuntungan lain yang seharunya bisa dilihat. Mulai dari mendapat wawasan baru ketika sesi mentoring, menambah rekanan, memahami ekosistem startup di kawasan lain, hingga eksposur lebih dari media atau ke regional tetangga.

Dengan berakhirnya kompetisi  SingTel Group-Samsung Regional Mobile App Challenge kedua ini, Modegi dan Goers pun kembali pada road map semula mereka. Goers berencana untuk mengakusisi user lebih banyak dan melebarkan sayap ke kota lain seperti Bandung dan Denpasar. Sedangkan Modegi, akan focus untuk mulai mengembangkan beberapa fitur baru untuk produk mereka.

Aplikasi Goers Meraih Juara Indonesia Next Apps 2.0

CEO Goers Sammy Ramadhan mempertunjukkan aplikasinya / DailySocial

Aplikasi mobile dengan tema lifestyle Goers menyisihkan 9 finalis utama Indonesia Next Apps 2.0 lainnya dan berhasil menyandang gelar juara. Dalam pengumumannya siang ini (30/9), Goers akan didampingi oleh Modegi yang berada di posisi runner-up untuk melenggang ke kompetisi tingkat regional. Kedua pemenang mengantongi hadiah uang tunai beserta akses kit pemasaran untuk mendongkrak brand awareness yang didukung oleh pihak penyelenggara.

Continue reading Aplikasi Goers Meraih Juara Indonesia Next Apps 2.0

Jelajahi Beragam Aktivitas Jakarta dengan Aplikasi Mobile Goers

shutterstock_131110931

Goers adalah aplikasi yang berisikan agenda kegiatan seputar Jakarta diluncurkan oleh Sanraya Adi Nattaya. Aplikasi yang tersedia dalam versi iOS ini memberikan informasi event yang sedang berlangsung atau akan digelar di ibukota, lengkap dengan fitur pemesanan tiket yang bisa dikustomisasi sesuai peminatan.

Continue reading Jelajahi Beragam Aktivitas Jakarta dengan Aplikasi Mobile Goers