Tag Archives: samsung galaxy

Versi Baru Find My Mobile Bisa Temukan Ponsel Samsung Tanpa Koneksi Internet

Pengguna smartphone Samsung pastinya sudah cukup familier dengan Find My Mobile, fitur yang dirancang supaya pengguna bisa mencari lokasi perangkatnya dari kejauhan, yang sangat berguna seandainya perangkat tertinggal di suatu tempat, atau malah dicuri orang.

Asalkan ponselnya terhubung ke internet, entah via Wi-Fi atau jaringan seluler, maka pengguna dapat menemukannya lewat Find My Mobile. Yang terbaru, fitur ini bahkan tidak lagi membutuhkan koneksi internet. Berdasarkan laporan XDA Developers, versi teranyar Find My Mobile (versi 7.1.08.0) kini telah dilengkapi dengan fitur Offline Finding.

Bagaimana bisa ponsel mengomunikasikan lokasinya tanpa koneksi internet? Dengan mengandalkan bantuan ponsel-ponsel Samsung lain yang ada di sekitarnya. Jadi saat fitur Offline Finding ini diaktifkan, ponsel-ponsel lain yang ada di sekitar (yang juga mengaktifkan fitur yang sama) bisa melacak keberadaan ponsel tersebut.

Find My Mobile Offline Finding

Sejauh ini memang belum ada penjelasan mendetail dari Samsung, tapi saya menebak cara kerjanya mirip seperti fitur Community Find yang dimiliki Bluetooth tracker Tile, yang sangat berguna ketika ingin mencari perangkat yang sudah berada di luar jangkauan Bluetooth. Di samping ponsel, deskripsi fiturnya juga menerangkan bahwa fitur ini berlaku untuk smartwatch dan TWS.

Fitur ini sifatnya opsional dan tidak aktif secara default. Berhubung fitur ini melibatkan informasi lokasi pengguna, Samsung juga menyediakan opsi untuk mengenkripsi informasi lokasi bagi yang sangat peduli terhadap topik privasi. Idealnya, Find My Mobile tetap lebih efektif dengan dukungan koneksi internet, tapi setidaknya sekarang fitur ini tetap bisa bekerja meski perangkat sedang offline.

Bisa dibayangkan fitur ini bakal sangat bermanfaat ketika kita sedang berkunjung ke luar negeri dan memiliki akses yang terbatas ke internet. Tentu saja fitur ini akan semakin efektif di negara-negara yang memang pangsa pasarnya didominasi oleh Samsung, sebab semakin banyak pengguna smartphone Samsung di suatu lokasi, semakin besar pula kemungkinan ponsel yang hilang untuk ditemukan di area tersebut.

Sumber: XDA Developers via 9to5Google.

Microsoft Perbarui Aplikasi Your Phone dengan Fitur Transfer File Secara Wireless

Di era serba wireless seperti sekarang, memindahkan file dari smartphone ke komputer (atau sebaliknya) seharusnya juga bisa dilakukan dengan mudah. Definisi “mudah” sendiri pada umumnya mencakup dua hal: 1) bisa dilakukan secara wireless, dan 2) bisa menggunakan navigasi drag-and-drop.

Kabar baiknya, Microsoft dan Samsung bakal segera mewujudkan dua hal tersebut. Pada versi beta terbaru Windows 10 (yang bisa didapatkan jika sudah tergabung dalam program Windows Insider), aplikasi Your Phone telah diperbarui dengan fitur drag-and-drop file secara wireless.

Fitur ini kompatibel dengan sejumlah perangkat mobile Samsung yang dibekali fitur Link to Windows versi 1.5 (atau lebih tinggi), macam Galaxy S10, Note 10, atau S20 Series. Selama smartphone dan laptop-nya tersambung ke jaringan Wi-Fi yang sama, keduanya bisa langsung saling mentransfer foto atau file lain.

Tentunya ada beberapa batasan yang harus dicatat. Yang pertama, batas ukuran file terbesar yang bisa dipindahkan lewat metode ini adalah 512 MB. Kedua, satu sesi transfer tidak bisa meliputi lebih dari 100 file. Jadi seandainya pengguna hendak memindah ratusan foto, siap-siap saja untuk mengulangi langkahnya beberapa kali.

Semoga saja Microsoft bisa segera merilis versi anyar aplikasi Your Phone ini pada update Windows 10 selanjutnya.

Sumber: SamMobile dan Microsoft via Engadget.

Masa Depan Esports Mobile

Gegap gempita industri video game internasional bisa dibilang berfokus pada dua pasar, yakni PC dan konsol. Di satu sisi, masa depan game konsol dipastikan oleh perusahaan besar dengan masing-masing mesin jagoannya. Sementara itu, para penggemar game PC bisa duduk santai mengikuti perkembangan teknologi dan hardware.

Para pelaku industri di jagat video game ada kalanya butuh perhatian terhadap pasar game di mobile. Pasalnya, pasar smartphone serta angka pengguna di platform ini sangat besar. Bahkan, jika diperhitungkan dengan pasar konsol dan PC game, sudah banyak judul game mobile yang menembus pengguna hingga jutaan orang.

Lantas, bagaimana dengan jagat esports di platform ini? Kompetisi berskala internasional seperti The International Dota 2 memang ditasbihkan sebagai salah satu event terbesar. Belum lagi angka viewership turnamen game-game PC yang masih belum bisa dikalahkan oleh turnamen game mobile.

Tapi, berbeda kasus dengan apa yang bisa kita lihat di Indonesia. Turnamen besar macam Mobile Legends Professional League (MPL) nyatanya bisa tumbuh, meski memboyong sistem franchise league yang tertutup. Perlahan, ekosistem esports yang menaungi pelopor turnamen, manajemen tim, atlet, hingga para penikmatnya bisa bersinergi.

Nah, kira-kira bagiamana proyeksi industri esports mobile dalam negeri maupun internasional ke depannya? Apa saja kegiatan dan aspek-aspek yang tengah berkembang dan perlu diperhatikan untuk melihat masa depan esports game mobile? Berikut ini adalah beberapa poin yang sekiranya perlu diperhatikan oleh para pelaku industri game mobile dan ekosistem esports di dalamnya.

Perbedaan Perangkat Esports

Sumber: Google Play
Credits: Mobile Legends via Google Play

Para atlet esports mobile gaming yang berlaga di kursi gaming memang kelihatan kaku ketimbang para atlet esports PC yang duduk tegap di balik layar monitor atau atlet game fighting yang memegang joystick besar mirip mesin arcade. Kesan ini ditinggalkan lantaran perangkat mobile cenderung berfungsi sebagai telefon genggam.

Sekilas, kontrol di platform mobile bisa dibilang lebih mudah ketimbang game PC dan konsol. Para pengguna komputer harus menguasai kemampuan menekan tombol sambil mengontrol mouse sementara pengguna game konsol harus akrab dengan berbagai tombol di dalam genggaman. Game mobile khususnya yang tumbuh di platform Android dan iOS menginisiasi fitur sentuhan dan kontrol yang sangat sederhana di layar. Para pemainnya pun diharuskan memerhatikan layar video game sambil menyentuhnya untuk memberi perintah.

Berbeda dengan pengguna PC atau konsol, para pelaku game di smartphone sangat terfokus dengan layar yang berfungsi juga sebagai input ini. Alhasil, ada banyak alat ekstensi yang dikembangkan. Meski berfungsi sebagai ekstensi untuk memberikan input dan memudahkan pemainnya, para penyelenggara turnamen esports game mobile melarang penggunaan alat-alat ini. Para pemain pun dituntut menguasai permainan dengan tangan dan layarnya sendiri.

Padahal, di PC dan konsol, perangkat kendali permainan menjadi preferensi masing-masing pemain layaknya para pemain sepak bola dengan sepatu mereka masing-masing.

Judul Game Populer yang Menjanjikan

pubg mobile
Credits: PUBG Mobile

Meski Mobile Legends belum bisa menggeser ekosistem esports Dota 2 dan LoL di skena internasional, portasi mobile dari game-game populer seperti PlayerUnknown’s Battle Grounds (PUBG) atau Call of Duty masih digemari. Di Indonesia, para atlet game-game tersebut pun sudah dikagumi sekian banyak penggemarnya.

Sebut saja prestasi divisi PUBG M Bigetron RA serta kuatnya dominasi RRQ Athena di skena internasional. Dua tim yang para atlet serta manajemennya diatur di Tanah Air ini bisa menorehkan prestasi yang cukup gemilang di tingkat dunia.

Judul game mobile pun bisa bermimpi bisa menyelenggarakan liga semegah MPL jika game mereka berhasil berkembang. Pasalnya, sistem kompetisi musiman juga mendorong para pemainnya untuk settle dan tetap loyal kepada game yang mereka mainkan. Apalagi, untuk skena esports musim tanding menjadi salah satu pendorong yang cukup optimal ketimbang menggelar turnamen pendek.

Selain PUBG Mobile, Free Fire juga sudah menjadi salah satu game esports mobile yang paling populer di Indonesia ataupun di sejumlah negara di Amerika Selatan.

Peran Pengembang dan Pelaku Industri Game Mobile

Sumber: Google Play
Credits: Mobile Legends via Google Play

Salah satu tanggung jawab pengembang game yang paling besar adalah menyediakan gameplay yang kompetitif dan menjunjung tinggi semangat fair play. Sayangnya, hal ini sering dibutakan oleh hasrat memeras para pemain dengan in-app purchase hingga membuka sistem yang lebih menguntungkan kala bermain. Padahal, para penikmat game kompetitif sangat kuat berpuasa untuk tidak membeli kosmetik dan lebih berfokus menaikkan kemampuannya dalam bermain.

Kebanyakan RPG (role-playing game) di mobile punya penyakit kambuhan yang menyasar mikrotransaksi. Perkembangan pemain pun bisa berbeda tergantung dari seberapa banyak mereka menggelontorkan uang. Untuk esports yang menjunjung tinggi kompetisi, tentunya mikrotransaksi sangat bermasalah. Apalagi untuk judul game yang pemainnya butuh mengembangkan karakter lebih dulu.

Salah satu contoh yang amat gamblang adalah Mobile Legends dengan sistem Emblem maupun efek skin di dalamnya. Pemain yang belum punya Emblem maupun skin bisa kekurangan potensi di dalam game sehingga hal ini membuat pertandingan bisa dibilang berat sebelah. Untuk kompetisi resmi yang digawangi oleh Moonton, Custom Lobby menjadi solusi di mana persiapan pemain bisa disetarakan. Tapi, derita ini masih dirasakan oleh pemain kasual yang ingin menjajaki tangga Leaderboard.

Jika ingin menciptakan ekosistem yang sportif, para pengembang dan penerbit game kompetitif di mobile harusnya berani mengedepankan semangat fair play dan lebih kreatif dalam mencari pendapatan. Nantinya, pemain hanya butuh melatih ketajaman insting dan mengolah strategi terbaik untuk bisa menguasai permainan.

Perbedaan Teknologi yang Minim di Mobile Game

Sumber: Samsung
Sumber: Samsung

Selain mudah, mengakses game di smartphone sangat murah. Jika dibandingkan dengan harga konsol atau merakit PC, batas minimal harga ponsel memang jauh lebih rendah. Ini jadi salah satu aspek yang membuat industri game mobile akan mudah berkembang dan percepatannya enggak bisa dibendung.

Jika dibandingkan, perbedaan tipe smartphone hanya memiliki sedikit efek terhadap game. Bisa dibilang ada dua kualifikasi, yakni flagship yang mampu menjalankan game-game kekinian dengan mudah, dengan “HP kentang” yang dipaksa oleh pemainnya untuk menjalankan game. Alhasil, syarat untuk bisa nyaman memainkan game kompetitif bagi pemain hanyalah meng-upgrade gawai miliknya agar lebih efisien.

Para pengembang smartphone unggulan seperti Samsung tentunya cukup perhatian dengan hal seperti ini. Gawai dari perusahaan besar asal Korea tersebut sering dipakai sebagai gadget resmi di beberapa turnamen mobile berskala internasional. Salah satu alasannya adalah gawai yang dipakai haruslah generik dan tidak memiliki ekstensi lain untuk mempermudah kontrol pemain. Meski disasarkan untuk konsumen luas, flagship Galaxy miliknya bisa menjalankan game kompetitif dan memberi pengalaman yang maksimal buat pemainnya.

Battle Royale, “Pemain Baru” yang Patut Diperhitungkan

Sumber: Garena
Sumber: Garena

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, game battle royale menjadi pasar yang menjanjikan di ranah mobile esports. Judul-judul game seperti PUBG Mobile dan Free Fire pun jadi bukti nyata begitu besarnya pasar ini.

Hadirnya tim-tim esports besar yang terjun ke persaingan esports battle royale mobile memang jadi salah satu acuan. Namun, satu aspek yang begitu mencolok dari pesatnya perkembangan esports battle royale mobile adalah hadirnya publisher-publisher regional (Asia Tenggara) yang menguasai pasar.

Kita ambil contoh Garena Indonesia selaku pemegang lisensi game battle royale Free Fire. Publisher asal Singapura ini mampu mempertahankan Free Fire sebagai salah satu game terlaris di Google Play Store.

Dengan pendekatan kemampuan karakter, Free Fire lebih bertumpu kepada komposisi dan gaya bermain yang cukup signifikan. Hasilnya, game ini pun begitu digemari hingga pemerintah menaruh perhatian. Hadirnya Piala Presiden Esports 2019 yang beberapa waktu lalu mempertandingkan game ini juga menjadi bukti bahwa pemerintah akan mendukung cabang game yang populer dan kompetitif.

https://www.youtube.com/watch?v=oxaRusKGXZI

Selain dukungan pemerintah, besarnya nama Free Fire pun turut mengundang partnership dengan produsen gawai kelas kakap. Di ajang Piala Presiden Esports 2020, Garena bekerja sama dengan Samsung sebagai smartphone resmi.

Publisher yang juga merilis game MOBA Arena of Valor ini juga merekomendasikan Samsung sebagai gawai terbaik untuk bermain Free Fire. Samsung Galaxy A80 dan Galaxy A71 menjadi yang paling direkomendasikan karena dianggap memiliki spesifikasi yang mumpuni seperti chipset Qualcomm Snapdragon 730G yang dirancang khusus untuk kebutuhan gaming.

Hal ini pun menunjukkan betapa besarnya potensi mobile gaming dan skena esports-nya sehingga merek-merek ternama pun tidak ragu untuk berinvestasi. Tidak menutup kemungkinan jika nantinya raksasa elektronik atau merek ternama lain juga mengikuti jejak Samsung untuk mensponsori turnamen esports sekelas Piala Presiden Esports.

***

Berbeda dengan pasar PC yang sangat mahal maupun konsol game yang lebih eksklusif, pasar industri esports game sangat terbuka di platform mobile. Jagat esports di platform mobile bisa dibilang sangat cerah jika melihat potensi target pasar yang lebih luas. Tugas besar justru berada di pengembang serta pelaku turnamen esports untuk memberikan ekosistem yang senantiasa kompetitif bagi para pemainnya.

Disclosure: Artikel ini disponsori oleh Samsung.

Sumber Feat Image: Garena

[Review] Samsung Galaxy M30, Versi Mumpuni M20, tapi Layakkah jadi Pengganti?

Rentetan smartphone terjangkau dari Tiongkok menyadarkan kita bahwa tak perlu mengeluarkan terlalu banyak uang untuk memiliki perangkat berperforma memuaskan dengan fitur lengkap. Berupaya untuk mempertahankan pangsa pasar mereka, Samsung memutuskan untuk merombak lini produknya, melebur beberapa model sembari memperkenalkan seri baru, dan Galaxy M boleh dikatakan sebagai salah satu kisah suksesnya.

Ada tiga model yang Samsung tawarkan di seri M, dan Galaxy M30 merupakan varian tercanggihnya. Galaxy M30 meluncur di Indonesia pada bulan Juli kemarin, mengedepankan konsep bertajuk ‘3x max’, mengacu pada tiga kapabilitas unggulan di sana: baterai berkapasitas raksasa 5.000mAh, kemampuan fotografi berbasis setup tiga kamera, serta layar berpanel Super AMOLED dengan desain notch Infinity-U.

Samsung mempersilakan saya untuk melakukan pengujian pada Galaxy M30 secara ekstensif. Dalam waktu sebulan ke belakang, ia menjadi rekan pribadi yang cukup andal untuk menemani aktivitas sehari-hari, misalnya berkomunikasi via app massaging, browsing hingga nonton video. Namun menakar lebih jauh dari apa yang disajikannya, Galaxy M30 pada dasarnya ialah versi upgrade  Galaxy M20 – bukan pengganti maupun penerus. Simak ulasan lengkapnya di bawah.

 

Bundel penjualan

Umumnya, efek dari upaya menekan harga adalah paket penjualan yang sederhana dan mayoritas konsumen biasanya tidak masalah dengan kondisi ini. Namun Samsung tampaknya memiliki standar minimal terkait bagaimana mereka menyajikan sebuah perangkat, terlepas dari seberapa ekonomis produk itu ditawarkan. Selain kelengkapan standar seperti kabel dan unit charger, kita juga bisa menemukan earphone bawaan di dalam bungkusnya.

M30 1

 

Penampilan

Jika tak rusak buat apa diperbaiki? Inilah kesan yang saya dapatkan ketika membandingkan Galaxy M30 dengan tipe M20. Smartphone mengusung arahan desain serupa pendahulunya itu. Tubuhnya terbuat dari plastik, dengan bagian pinggir dan ujung membundar agar nyaman ketika digenggam. Galaxy M30 menyuguhkan layar seluas 6,4-inci dan mempunyai dimensi 159×75,1×8,5mm. Efek positif dari pemakaian material bahan plastik adalah bobot jadi relatif ringan, hanya 174g.

M30 16

M30 12

Penerapan upgrade terbilang cukup minimal. Perbedaan paling mencolok antara Galaxy M30 dan M20 terletak pada pemakaian notch berbentuk U (Infinity-U, bukan V), jumlah lensa kamera di sisi belakang (ada tiga plus satu flash), serta pemanfaatan warna gradasi. Selain itu, semuanya terlihat serupa, dari mulai tombol fisik power dan volume di sebelah kanan, sensor sidik jari di punggung sehingga mudah digapai telunjuk, port USB type-C di bawah, dan layarnya tetap menyisakan area ‘dagu’.

M30 15

M30 13

Itu berarti, hal-hal yang Anda suka dan tak sukai dari Galaxy M20 kembali hadir di M30. Saya pribadi tidak keberatan dengan konstruksi plastik, tapi mungkin efek negatifnya adalah, penggunaan material ini menjauhkan smartphone dari kesan premium atau elegan. Dan dalam pemakaian intensif, permukaan glossy Galaxy M30 akan mengumpulkan bekas minyak dan sidik jari, jadi Anda disarankan untuk membersihkannya secara teratur. Kemudian, bahan plastik juga lebih mudah baret.

M30 3

M30 9

 

Layar

Salah satu lompatan terbesar dari M20 ke Galaxy M30 ialah upgrade pada layar. Ketika pendahulunya hanya dibekali TFT, smartphone anyar Samsung memanfaatkan panel Super AMOLED. Ukurannya 0,1-inci lebih lapang, tapi masih mempunyai resolusi serta rasio serupa, yaitu FHD+ (1080x2340p) dan rasio 19,5:9. Layar 6,4-inci di sana membuat M30 jadi perangkat Galaxy M dengan display terlebar.

M30 7

Berkat pemakaian Super AMOLED, layar Galaxy M30 mampu menghidangkan gambar jernih dan cemerlang. Warna-warni pada objek atau background tampil kontras, lalu tingkat kecerahannya juga sangat baik, sangat efektif dalam mengimbangi teriknya sinar matahari (bisa didongkrak manual hingga 641-nits). Lalu brightness juga dapat diredupkan secara signifikan, jika Anda perlu browsing atau membalas pesan sebelum tidur saat lampu kamar sudah dimatikan.

M30 38

Anda dipersilakan pula buat menggunakan fitur adaptive brightness, namun saya tidak melihat adanya sensor ambient light. Kemungkinan, Galaxy M30 mengandalkan kamera depan untuk mengetahui kondisi pencahayaan di sekitarnya. Lalu tersedia pula fungsi filter bluelight demi mengurangi dampak buruk sinar biru pada mata (efeknya ialah membuat output jadi tampak lebih kuning).

 

UI dan pengalaman penggunaan

Sejujurnya, saya belum terlalu familier dengan ekosistem user interface buatan Samsung. Mengulik sedikit sisi software Galaxy M30, smartphone ini sudah dibekali One UI, yaitu desain antar muka ‘yang difokuskan pada hal-hal penting’, menjanjikan pengalaman pemakaian yang intuitif, natural serta memberikan akses mudah ke berbagai berita. Sejak dikeluarkan dari boks, unit review ini telah mengusung sistem operasi Google Android 9 Pie.

M30 4

Tidak membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi dengan One UI. User interface ini terdiri dari dua lapis menu, yakni tampilan home serta list aplikasi – dapat dibuka lewat gerakan menyapu layar ke atas atau bawah. Seperti biasa, tray shortcut dan notifikasi bisa diakses dengan cara menarik bagian atas layar ke bawah. Di sana Anda akan disuguhkan deretan update info app atau device. Silakan tarik lebih jauh buat mengeluarkan seluruh opsi shortcut.

M30 10

Di setting default, Samsung menampilkan icon aplikasi serta teks berukuran cukup besar agar mudah diindentifikasi serta dibaca. Anda tentu diperkenankan untuk mengubahnya. App-app tersebut juga dapat mudah dimasukkan dalam folder cukup dengan drag-and-drop satu icon ke icon lain, kemudian tinggal tentukan namanya. Untuk mempersingkat waktu pencarian, Anda juga bisa mengetikkan aplikasi yang ingin dibuka via kolom search.

 

Hardware dan performa

Berikut adalah detail spesifikasi dari unit Samsung Galaxy M30 ini:

  • System-on-chip Exynos 7904 (14 nm)
  • CPU octa-core, terdiri dari 2×1,8GHz Cortex-A73 dan 6×1,6GHz Cortex-A53
  • GPU Mali-G71 MP2
  • Memori RAM 4GB
  • Penyimpanan internal 64GB, bisa diekspansi menggunakan kartu microSD hingga 1TB
  • Baterai 5.000mAh yang ditunjang oleh fitur fast charging 15W
  • Kartu dual SIM plus slot microSD

M30 37

Tiga software saya gunakan untuk melakukan benchmark, yaitu AnTuTu, PCMark dan 3DMark Sling Shot dan Ice Storm Unlimited; plus CPU-Z buat mengetahui secara spesifik kompoisisi hardware dari smartphone. Berikut adalah hasil skor terbaik yang diperoleh Galaxy M30 beserta data-data pelengkapnya:

AnTutu

M30 25

 

PCMark

M30 27

 

3DMark

M30 28

M30 26

 

Tentu saja, benchmark tak bisa merepresentasikan kinerja perangkat di dunia nyata. Untuk pemakaian sehari-hari, Galaxy M30 bekerja dengan sangat baik. Saya tidak menemui kendala baik ketika menjelajahi internet lewat Chrome, browsing wall Facebook ataupun platform sosial media lain, chat serta teleconference via Hangouts, hingga menikmati video YouTube. Tapi perlu Anda ingat bahwa smartphone ini bukanlah device kelas flagship.

M30 30

Ada satu kabar gembira lagi buat Anda. Galaxy M30 juga sanggup menangani tugas yang lebih berat – seperti gaming. Untuk kebutuhan ini, saya menggunakan permainan Asphlat 9 Legends, dan sesuai dugaan, perangkat mampu menjalankan game dengan memuaskan. Asphalt 9 bahkan tetap beroperasi mulus ketika preset grafis dipindahkan ke high quality. Saya tidak merasakan adanya penurunan frame rate signifikan walaupun layar menampilkan banyak objek dan efek visual secara berbarengan. Dan sudah pasti, aktivitas gaming membuat temperatur smartphone jadi naik.

M30 33

M30 34

M30 31

M30 35

Sempat saya singgung sebelumnya, kapasitas baterai ialah salah satu fitur primadona dari Galaxy M30, dan konsumsi dayanya jadi lebih irit lagi dibanding M20 berkat efisiensi tinggi panel Super AMOLED. Dalam penggunaan normal, smartphone bisa aktif hampir dua hari – bahkan kadang saya lupa kapan terakhir kali mengisi ulang baterainya. Yang mengagumkannya lagi, M30 dapat melampaui batasan 16 jam di sesi tes video.

Saat mengisi ulang Galaxy M30, Anda sangat disarankan menggunakan unit charger yang telah Samsung sediakan demi mendapatkan durasi sesingkat-singkatnya. Dari kondisi kosong ke penuh, proses charging memakan waktu lebih dari dua jam. Satu hal unik yang saya temukan adalah, tempo pengisian baterai jadi melambat saat mencapai 90 persen.

M30 6

 

Fotografi

Buat kebutuhan fotografi secara umum, Galaxy M30 mengandalkan setup tiga kamera. Di sana ada sensor 13Mp f/1.9 plus fitur PDAF, sensor 5Mp f/2.2 dengan lensa ultrawide 12mm, dan satu lagi sensor kedalaman 5Mp f/2.2. Terlepas dari rangkaian ‘kompleks’ itu, kamera Galaxy M30 punya karakteristik serupa kamera smartphone lain: hasil akan prima jika ditunjang cahaya mencukupi.

M30 11

Tidak ada yang bisa dikeluhkan dari UI aplikasi fotografi bawaan smartphone. Seluruh fungsi dan fitur ditampilkan secara informatif. Untuk menggunakannya, Anda hanya tinggal melakukan tap atau swipe: mode foto, video, flash, panorama, stiker AR, memakai lensa ultrawide serta fungsi live focus buat menciptakan efek blur di latar belakang. Kemudian di menu setting, kita dapat mengutak-atik lebih jauh, seperti mengaktifkan garis grid, tag lokasi, hingga menentukan rasio foto.

M30 5

Anda akan mendapatkan gambar-gambar terbaik di periode golden hour, ketika sinar matahari lebih lembut dan berwarna keemasan. Di waktu ini, Anda bisa menciptakan foto apapun yang diinginkan berbekal tool-tool Galaxy M30. Namun tanpa adanya cahaya matahari (bahkan walaupun dibantu lampu), kamera mulai memperlihatkan kelemahannya. Noise mulai muncul di area-area gelap dan gradasi, serta terlihat pula efek warna seperti cat air.

M30 14

Mendapatkan foto bokeh via live focus juga cukup menantang. Agar fungsi ini bisa beroperasi optimal, objek harus berada di jarak yang tepat serta ditunjang cahaya mencukupi. Di beberapa kejadian, kamera Galaxy M30 kadang kesulitan menentukan objek utama dan background, dan saya harus men-switch ke mode foto standar kemudian mengembalikannya ke live focus untuk me-refresh-nya.

Selain setup tiga lensa di belakang, ada satu kamera 16Mp f/2.0 di depan sebagai sarana utama berswafoto. Kamera tersebut dilengkapi fitur HDR dan mampu merekam video 1080p di 30fps – sama seperti kamera belakangnya.

Ini dia sampel-sampel foto Samsung Galaxy M30:

Dan ini komparasi antara foto standar dan dengan efek bokeh:

 

Kesimpulan

Saya belum sepenuhnya paham strategi Samsung dalam bermain di pasar smartphone kelas menengah hingga entry-level. Raksasa elektronik asal Korea Selatan itu setidaknya punya enam model perangkat dengan harga di bawah Rp 4 juta. Galaxy M30 sendiri ialah varian M ‘tercanggih’, hadir kurang lebih lima bulan setelah M20. Sebagai sebuah smartphone terjangkau, Galaxy M30 menyajikan keseimbangan yang cukup baik antara harga dan kinerja.

M30 8

Namun saya rasa tidak ada alasan kuat untuk membeli Galaxy M30 jika saat ini Anda sudah mempunyai Galaxy M20 atau varian Galaxy A kelas menengah semisal A30 atau A50. Hal lain yang perlu dipertimbangkan ialah, di rentang harga Rp 3 jutaan, kompetitor punya penawaran yang tidak kalah menarik; contohnya Vivo lewat Z1 Pro lalu Xiaomi dengan Redmi Note 7. Kedua perangkat itu menyimpan komposisi hardware setara (atau bahkan sedikit lebih canggih) tapi dibanderol diharga yang relatif lebih murah dari Galaxy M30.

Samsung Galaxy M30 bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 3,4 juta.

M30 40

Sparks

  • Baterai tahan lama berkapasitas 5.000mAh
  • Layar Super AMOLED dengan segala keunggulannya
  • Performa cukup memuaskan untuk smartphone di kelasnya
  • UI bersih, simpel dan bebas gangguan

 

Slacks

  • Desain kurang inspiratif
  • Konstruksi tubuh plastik mungkin bukan favorit semua orang
  • Mutu tiga kameranya di bawah ekspektasi
  • Tidak menawarkan lompatan besar dari Galaxy M20

 

Simak Unboxing Smartphone Entry-Level Baru Andalan Samsung, Galaxy M30

Segmen smartphone entry-level merupakan arena persaingan panas, dan jadi kian brutal sejak para pemain raksasa ikut menggempurnya. Salah satu strategi yang mereka terapkan buat memikat konsumen adalah melalui sub-brand – Oppo punya Realme lalu Huawei lewat Honor. Samsung juga sudah cukup lama berkecimpung di sana, tetapi perangkat terjangkau mereka tetap mengusung branding Galaxy.

Di tahun ini, Samsung menunjuk Galaxy M30 sebagai jagoan di kelas entry-level. Smartphone ini mendarat di Indonesia pada bulan Juli kemarin, menyajikan sederet pembaruan signifikan dibanding pendahulunya, Galaxy M20. Ada tiga fitur andalan yang ditawarkan oleh Galaxy M30: baterai tahan lama berkapasitas 5.000mAh, fungsi fotografi mumpuni berbekal setup tiga kamera, serta output gambar memuaskan lewat layar Super AMOLED beresolusi full-HD+.

Tak lama setelah mendarat di Indonesia, Samsung mengirimkan satu unti Galaxy M30 pada DailySocial dan memperkenankan kami untuk mengutak-atik produk secara lebih detail. Namun sebelum mengulik lebih jauh, tentu saja kami tidak membuang-buang kesempatan untuk melakukan unboxing. Isi bungkusnya memang cukup mendasar, tapi setidaknya kita tak perlu membeli earphone secara terpisah.

Penasaran apa saja yang disertakan di dalam bundel penjualan Galaxy M30? Simak video Open Box khas DailySocial di bawah ini.

Smartphone Samsung Galaxy M30 sudah tersedia di Indonesia, dan bisa Anda miliki cukup dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 3,4 juta. Perangkat ditawarkan dalam dua pilihan warna, yaitu biru dan hitam dengan efek gradasi di punggungnya.

Galaxy M30 dibekali system-on-chip Exynos 7904, memori RAM 4GB dan penyimpanan internal 64GB yang bisa ditambah lagi via kartu microSD. Untuk kebutuhan fotografi, perangkat bersandar pada rangkaian kamera 13Mp dan sepasang sensor 5Mp di sisi belakang, serta kamera selfie 16Mp.

Mengulik Kemampuan Galaxy Note 10 Sebagai ‘Powerphone’ Andalan Samsung

Samsung Galaxy Note merupakan phablet (perangkat yang menyajikan titik temu antara smartphone dan tablet) pertama yang sukses secara komersial. Seri ini dari awal sengaja diorintasikan untuk mendukung kegiatan olah data berbasis pena digital. Maka dari itu, Galaxy Note tidak bisa dipisahkan dari S Pen dan teknologi Wacom. Namun seperti konsep phablet itu sendiri, Galaxy Note terus mengalami evolusi.

Diungkap di New York minggu ini, keluarga Samsung Galaxy Note 10 tetap disiapkan sebagai perangkat penunjang kebutuhan produktif. Device ini dikemas dalam sebuah paket ‘padat dan lengkap’ serbabisa: punya performa tinggi, kapabilitas fotografi mumpuni, kompatibel ke mode desktop, serta dibekali S Pen yang memperkenankan kita mencatat atau menggambar secara natural dan praktis langsung di layar.

Note 10 1

Seperti biasa, Samsung tak pernah membuang-buang waktu demi menghadirkan produk barunya ke tangan konsumen, termasuk Indonesia. Bahkan hanya beberapa jam setelah peluncuran Galaxy Note 10, raksasa Elektronik asal Korea Selatan itu sudah mempersilakan media lokal untuk mencobanya langsung. Secara personal, satu hal paling menarik dari penyingkapan Note 10 adalah cara Samsung menyebutnya dengan istilah ‘powerphone‘.

Note 10 13

 

 

Powerphone

Ada empat pilar konsep powerphone dari Galaxy Note 10, yaitu desain, produktivitas, fotografi dan kinerja. Di sana, Samsung mencoba memberikan segala macam hardware dan teknologi tercanggih yang bisa mereka temukan. Dan mungkin terinspirasi dari seri Galaxy S, kali ini Galaxy Note disajikan dalam dua pilihan varian: standar dan edisi plus.

Note 10 2

 

Desain

Penampilan mungkin bukanlah hal pertama yang jadi pertimbangan orang ketika ingin membeli Galaxy Note. Sebelumnya, perangkat ini mengusung desain konservatif dan konsumen sama sekali tidak keberatan dengan hal itu. Namun tentu ada pembaruan menarik yang Samsung terapkan di Galaxy Note 10. Kamera depan kini diposisikan di punch hole, kemudian produsen menyuguhkan opsi warna bertema ‘aura’.

Note 10 3

Di aspek desain, perbedaan Galaxy Note 10 dan Note 10+ terletak pada ukuran layar (6,3-inci versus 6,8-inci) dan jumlah kamera belakang (triple versus quad camera), tetapi mereka berdua tetap memanfaatkan panel Cinematic Infinity Display yang terbentang dari tepi ke tepi, berjenis dynamic AMOLED yang turut ditunjang teknologi HDR10+ dan dynamic tone mapping. Fitur-fitur ini dimaksudkan agar layar mampu menghasilkan gambar-gambar cerah, mendekati aslinya, dan kaya akan detail.

Note 10 7

Note 10 8

Bagian terfavorit saya pada Note 10 ialah case berwarna aura glow. Saat membeli gadget, sejauh ini saya hanya memilih dua jenis warna: hitam atau abu-abu. Namun seandainya berkesempatan membeli Note 10, saya tak ragu untuk meminang varian aura glow-nya. Alasannya hanya karena efek permainan cahaya di permukaan punggung sangat memikat buat dilihat. Mungkin dari efek dispersi inilah kata aura diambil.

Note 10 12

 

DeX dan S Pen

Diperkenalkan di era Galaxy S8, DeX disiapkan untuk mengekspansi kapabilitas smartphone supaya dapat menyuguhkan fungsi ala komputer desktop dan memperkenankan Anda menyambungkan keyboard, mouse dan monitor. DeX dibuat lebih simpel lagi sekarang, dan kini dibekali fitur plug-and-play. Sempat didemonstrasikan oleh marketing manager Annisa Maulina, Galaxy Note 10 bisa segera dibaca oleh MacBook ketika disambungkan via kabel. Segala konten phablet dapat diakses melalui window khusus. Selanjutnya, Anda dipersilakan mengelola file via copy-paste serta drag-and-drop.

Note 10 15

Ketika terkoneksi ke PC ber-Windows 10, konten Galaxy Note 8 bisa dibuka lewat Quick Panel. Di sana, kita dapat menyimak notifikasi, menerima dan mengirim pesan, hingga melihat koleksi foto secara langsung di monitor tanpa interupsi. Mode DeX turut dilengkapi teknologi Samsung Knox untuk memproteksi data.

Note 10 10

Seperti model-model sebelumnya, bagian favorit lain saya di Galaxy Note 10 adalah kehadiran S Pen. Berbincang-bincang dengan perwakilan Samsung, ia menjelaskan bahwa dari sensitivitas dan sisi konektivitas, unit S Pen di Note 10 tidak begitu berbeda dari Note 9. Tapi kali ini sang produsen menambahkan fungsi Air Action yang memungkinkan kita mengendalikan fungsi smartphone berbekal gesture – misalnya switch kamera dari belakang ke depan dengan gerakan mengangkat S Pen atau memutar untuk menggunakan fungsi zoom.

Betul, S Pen kini bisa bekerja layaknya tongkat sihir Harry Potter.

Note 10 6

S Pen mampu mensimulasikan bagaimana alat tulis sesungguhnya bekerja dan sejauh pengalaman pengujian kemarin, saya sangat puas dengan kinerjanya. S Pen dan layar Galaxy Note 10 sanggup membaca tiap goresan dan tekanan secara presisi. Via aplikasi Samsung Note, Anda dapat membuat segala macam tulisan, corat-coret dan ilustrasi. Software ini menyediakan beragam tool gambar; dari mulai spidol, pensil, sampai kuas cat air.

Note 10 19

 

Dukungan kamera buat kreator

Untuk keperluan fotografi, Galaxy Note 10 mengandalkan kombinasi kamera ultra-wide 16Mp f/2.2, sensor telephoto 12 f/2.1, dan lensa dengan aperture yang bisa berubah antara f/1.5, f/1.8 sampai f/2.4. Varian Note 10+ juga mempunyai kamera time-of-flight 3D.

Note 10 14

Berbekal kombinasi dari semua itu, smartphone tak cuma bisa mengabadikan momen dengan kualitas memuaskan, tapi juga melakukan hal-hal mengagumkan: memindai objek dan mengubahnya jadi rendering 3D, memperkenankan kita membuat augmented reality doodle, hingga menerapkan efek-efek visual secara live saat merekam video (misalnya live bokeh atau mengubah latar belakang jadi warna monokromatis).

Note 10 4

Di depan, Galaxy Note 10 dipersenjatai kamera wide 10Mp f/2.2 yang ditopang fitur auto-HDR serta mode malam. Lewat mode ini, Anda bisa mengambil swafoto di mana dan kapan pun, misalnya saat matahari sedang terbenam, di dalam ruangan temaram atau ketika hari sudah malam.

Note 10 5

Selain fitur-fitur di kamera, para kreator juga pasti akan sangat mengapresiasi keleluasan yang diberikan Galaxy Note 10 untuk editing video secara on-the-go, termasuk rendering video 4K. Alternatifnya, Anda bisa mengunduh Adobe Rush buat mengakses segala macam perkakas penyuntingan dan semuanya dapat dikendalikan menggunakan S Pen.

Note 10 9

 

Pre-order, harga dan ketersediaan

Gerbang pre-order Galaxy Note 10 sudah dibuka sejak kemarin, dan pemesanan paling lambat dapat dilakukan di tanggal 18 Agustus. Samsung menyediakan tiga opsi tier pilihan Note 10 di Indonesia:

  • Galaxy Note 10 256GB (aura glow, aura black) – Rp 14 juta
  • Galaxy Note 10+ 256GB (aura glow, aura black, aura white) – Rp 16,5 juta
  • Galaxy Note 10+ 512GB (aura glow, aura black, aura white) – Rp 19 juta.

Phablet baru Samsung ini rencananya akan mulai tersedia luas di tanah air pada tanggal 23 Agustus 2019.

Note 10 18

Note 10 11

Samsung Galaxy A2 Core Tawarkan Fitur-Fitur Esensial di Harga Satu Jutaan

Samsung mungkin bukan brand pertama yang muncul di kepala ketika kita sedang mencari smartphone terjangkau. Di kelas ini, nama-nama Tiongkok terlihat mendominasi, tapi Samsung juga pelan-pelan mencoba menerobosnya lewat lini Galaxy M dan Galaxy A. Dan baru saja sang raksasa elektronik Korea Selatan itu memperkenalkan satu alternatif handset entry-level di Indonesia.

Minggu ini Samsung resmi meluncurkan Galaxy A2 Core, sebuah ponsel pintar yang berjalan di sistem operasi Android Oreo Go. Galaxy A2 Core menyuguhkan fitur-fitur krusial buat menunjang aktivitas sehari-hari dan berkomunikasi, serta dihidangkan di harga super-ekonomis. Perangkat ini cocok bagi mereka yang baru beralih dari feature phone ataupun sebagai pemberian untuk pengguna pemula.

Galaxy A2 Core 1

“Samsung berkomitmen untuk menyediakan teknologi dan inovasi yang bisa dimiliki dan memenuhi kebutuhan konsumen dari setiap segmen. Hari ini kami menghadirkan Galaxy A2 Core, ponsel dengan fitur esensial namun pintar mendukung keseharian penggunanya yang ingin selalu terhubung,” kata head of IT & mobile business Samsung Denny Galant di rilis pers.

Galaxy A2 Core 2

Ia menjelaskan bahwa dengan mengeluarkan uang yang tak begitu banyak, Samsung menawarkan konsumen smartphone berkinerja cukup gesit yang bisa menemani mudik, saling berkirim pesan sembari mengabadikan momen bersama keluarga dan teman. Dari sisi penampilan, Galaxy A2 Core memang belum memenuhi standar desain ‘smartphone tahun 2019′. Layar 5-incinya masih mengusung rasio 16:9 (beresolusi 540x960p), dan belum ada notch maupun tampilan full-screen.

Galaxy A2 Core 5

Melihat ke dalam, smartphone dibekali chip Exynos 7870 dengan CPU octa-core-nya, yang kata Samsung merupakan upgrade dari seri terdahulu di kelas yang sama. Selain itu ada RAM sebesar 1GB, memori internal 8GB dan baterai 2.600mAh. Spesifikasinya memang tergolong rendah bahkan untuk standar entry-level, tetapi produsen tetap menjanjikan ‘kinerja cepat dalam membuka atau mengakses aplikasi-aplikasi favorit’. Untuk fotografi, Galaxy A2 Core mengandalkan kamera 5-megapixel di depan dan belakang.

Galaxy A2 Core 3

Sebagai bentuk penyesuaian terhadap susunan hardware di atas, Samsung melengkapi smartphone dengan app-app pre-load versi lite yang lebih sedikit memakan memori dan ruang penyimpanan. Satu aspek lain yang jadi andalan Samsung adalah layanan purna jual melalui pusat servis dan ‘smart service‘ – diposisikan di 322 titik dan tersebar di 111 kota.

Samsung Galaxy A2 Core tersaji dalam tiga pilihan warna, yakni biru, merah dan abu-abu. Produk dijajakan seharga Rp 1,1 juta, dan Anda dipersilakan untuk melakukan pemesanan di toko-toko online selama periode flash sale berlangsung, dimulai tanggal 27 Mei 2019.

Nuansa Era Baru di Acara Perkenalan Samsung Galaxy A70 dan A80 di Bangkok

Samsung menggelar acara A Galaxy Event di Bangkok 10 April 2019. Acara ini menghadirkan secara resmi dua produk baru seri A yaitu Galaxy A70 dan A80. Ada banyak ‘hal pertama’ yang menarik untuk dibahas dari acara ini, apa saja, mari kita bahas.

A Galaxy Event x BlackPink

Sebelum membahas hal serius dengan strategi Samsung atau spesifikasi dan pengalaman perangkat Galaxy A70 dan A80, mari kita bahas dulu hal pertama dari sisi hiburan. Mungkin Anda sudah pernah lihat video klip grup idol asal Korea, BlackPink. Nah, di video klip lagu terbaru itu ada beberapa scene yang menampilkan perangkat terbaru Samsung alias A80, S10 dan Galaxy Bud. BlackPink adalah ambassador resmi Samsung Galaxy dan mereka hadir di acara A Galaxy event di Bangkok yang menjadi tempat perilisan A70 dan A80. Yang istimewa, mereka pertama kali membawakan secara langsung lagu baru dihadapan publik di Bangkok yang berjudul Kill This Love di acara ini.

Mengapa saya membuka tulisan dengan membahas grup terkenal yang mungkin tidak berhubungan dengan gadget? Karena sebenarnya ada hubungan dengan cara strategi komunikasi Samsung untuk perangkat terbaru mereka, terutama untuk seri A (mulai A20, 30, 50, 70) dan terutama untuk seri A80. Kpop idol mewakili generasi live yang menjadi sasaran atau target market dari seri A. Dengan kampanye Era of Live, Samsung ingin membawa seri A ini ada konsumen yang tidak lagi hanya selfie tetapi melakukan live streaming dan merekam video. Generasi konsumen yang related sama grup idol Kpop tadi.

Mari kita bahas ‘hal pertama’ yang kedua, kali ini kita akan membahas sisi lebih ke spesifikasi terutama kamera di A80. Samsung Galaxy A80 menghadirkan hanya satu set kamera yaitu 3 kamera yang berfungsi sebagai kamera belakang dan kamera depan. Samsung menghadirkan rotating camera untuk perangkat A80. Ini adalah rotating camera pertama untuk perangkat seri A, bahkan, seperti yang disebutkan di rilis resmi ini kali pertama untuk perangkat Samsung.

Samsung Galaxy A80

Dalam sesi demo, rotating cemara ini menjadi daya tarik yang hampir dicari oleh semua awak media, baik lokal maupun regional. Rotating camera akan berjalan saat Anda mentap kamera depan dalam aplikasi kamera yang ada di A80. Modul yang menyimpan kamera akan muncul, lalu 3 kamera beserta flash akan berputar ke depan, aplikasi kamera mulai berfungsi untuk mengambil gambar depan dan Anda bisa mulai mengambil foto.

Jadi sebenarnya ada dua elemen kebaruan perangkat Samsung di A80, bagian belakang perangkat yang bergeser untuk mengangkat modul kamera, dan bagian tempat kamera yang berputar. Jika Anda menilik bagian pinggir perangkat, maka akan ada rongga. Modul geser akan kembali ketempat semula ketika Anda mengalihkan kamera untuk memfoto dari belakang.

Samsung Galaxy A80

Untuk spesifikasi kamera sendiri, Samsung Galaxy A80 menghadirkan kamera utama 48MP, F2.0, Ultra Wide 8MP F2.2 serta terakhir kamera 3D Depth. Kamera yang terakhir ini adalah salah satu fitur yang bisa jadi unggulan karena memungkinkan Anda untuk mengambil foto dan video dengan efek bokeh. Cocok dengan kampanye pemasaran Samsung, Era of Live.

Salah satu hal pertama lain yang cukup menarik adalah penggunaan Snapdragon 730G untuk perangkat A80. Satu hari sebelum A80 diperlihatkan di Bangkok, Snapdragon mengumumkan dua prosesor mereka yaitu 730 dan 730G. Dan salah satu perangkat yang pertama kali diumumkan menggunakan SD 730G adalah A80.

Lahirnya Era baru

Yang ketiga mungkin bisa dibilang bukan pertama tetapi mendapat tempat yang cukup dominan di acara tadi yaitu Era of Live dan selesai sudah perjalanan seri J. Kenapa bukan pertama, karena sudah mulai dikampanyekan sejak varian seri A pertama muncul. Namun menurut saya ditegaskan di acara rilis A70 dan A80 kemarin. Termasuk juga ditegaskan oleh DJ Koh dalam persentasinya.

Samsung DJ Koh

Ada yang menarik dari pernyataan Era of Life yang jadi strategi komunikasi Samsung. Dalam rilis dan berbagai presentasinya Era of Live dijelaskan Samsung sebagai pengganti dari selfie. Artinya Samsung ingin menggeser era selfie di kamera smartphone menjadi Era of Live.

Penggantian era selfie ini sebenarnya mirip dengan yang dilakukan raja ponsel selfie OPPO, Namun jika OPPO menggeser ke portrait dan night mode, Samsung mengambil angle konten live (baik video atau live stream), Menarik, karena selfie sudah cukup lama menjadi barang jualan pabrikan, kini mulai ditinggalkan seiring dengan perkembangan teknologi yang menghadirkan layanan live video dan live streaming yang semakin modern. Sebuah era yang telah berakhir digantikan dengan era lain.

Satu hal lain yang menarik adalah selesainya era samsung J yang kini digantikan dengan seri A. Saya masih ingat ketika hadir di acara salah satu peluncuran seri A di tahun 2018, beberapa rekan media seperti saya dibuat bingung karena segmen yang disasar A sedikit banyak memakan segmen yang disasar oleh seri J. Seri J kalau itu memiliki range produk yang cukup lebar, mulai dari entry level sampai dengan menengah atas, mirip dengan seri A. Namun kini, kebingungan itu telah disingkirkan, karena era seri J telah diakhiri dan digantikan dengan seri A.

Kini seri A akan bersanding dengan seri M, dengan cara komunikasi dan segmentasi yang berbeda, meski dari harga akan tetap saling bersaing. Seri A telah (hampir) lengkap, mulai dari seri A10, 20, 30, 40, 50, 60 dan terakhir 70 serta 80. Ada beberapa seri yang hanya dijual di area/negara tertentu. Tetapi untuk yang dijual di pasar Indonesia, hampir semua seri A telah diperkenalkan dan akan masuk untuk bisa dibeli.

Samsung DJ Koh - Era of Live

Untuk segmentasi, dalam presentainya, DJ Koh, President and CEO of IT & Mobile Communications Division at Samsung Electronics, menyebutkan secara singkat pembeda dari sisi warna (desain): A10 dan A20 fokus warna untuk anak muda, A30 ada efek diagonal pada bagian belakang, A40, 50, 70 menghadirkan prism effect dan A80 elegant colors. Akan ada pula pembeda dari sisi spesifikasi dan harga, karena masing-masing akan melayani segmen yang berbeda. Beberapa seri juga agak bersaing dengan seri M, meski dalam komunikasi pemasaran tetap dibedakan, misalnya untuk seri M ada di keunggulan baterai, performa untuk main game dan yang pasti harga.

Seri A jadi ujung tombak inovasi

Ada yang menarik kalau menilik lebih detail dari seri A. Samsung menempatkan seri ini sebagai ujung tombak inovasi. Masih ingat 4 kamera pertama yang dihadirkan di seri A? Kini Samsung membawa inovasi baru lagi yang belum pernah diterapkan di perangkat lain, bahkan seri flagship yaitu rotating camera di A80.

Hal ini senada dengan obrolan santai saya dengan Irfan Rinaldi, Product Marketing Manager, Samsung Mobile, Samsung Electronics Indonesia. Ia menjelaskan bahwa seri A jadi tempat inovasi dari Samsung, cocok dengan segmen yang ingin disasar oleh perangkat ini, muda dan eksperimental.

Samsung A70 dan A80

 

Sebagai penikmat teknologi, jujur saya lebih senang dengan pabrikan yang ‘menyelipkan’ inovasi dalam jajaran produknya, OPPO (rotating camera, pop-up camera), Vivo (pop up camera, fingerprint di layar), Huawei dengan kamera 50 zoom-nya dan beberapa brand lain dengan caranya masing-masing. Ketika beberapa seri S rilis, terus terang saya merasa bosan karena tidak ada sebuah kejutan. Memang dari sisi yang lain seperti kamera, display, dan performa seri S memiliki banyak keunggulan, bahkan dibanding perangkat sesegmen lain. Namun saya rindu inovasi, sebagai statement, semacam berkata pada khalayak ramai; ‘bisa sampai segini loh teknologi yang kita kembangkan’. Ternyata, Samsung menempatkannya di seri A. Setidaknya apa yang bisa kita lihat dengan A9 dengan 4 kamera dan kini A80 dengan rotating camera.

Spesifikasi Galaxy A70 dan A80 serta pengalaman penggunaan

Kita telah coba membahas tentang strategi, segmentasi dan beberapa penjelasan terkait inovasi, tidak lengkap tentunya tidak membicarakan perangkatnya secara spesifik. Sekarang mari kita bahas masing-masing seri yang diperkenalkan kemarin, termasuk hands-on super singkat beberapa fiturnya.

 

Kita bahas terlebih dulu Samsung A70. Perangkat ini pada dasarnya adalah perangkat seri atasnya A50, tidak ada hal istimewa yang bisa diceritakan selain beberapa peningkatan spesifikasi dari seri A50, misalnya saja besaran memory, spesifikasi kamera dan besar baterai, A70 lebih tinggi dari spesifikasi di atas dibandingkan A50. Kalau membicarakan desain, A70 memiliki satu warna yang cukup menarik, yaitu biru tetapi birunya tidak seperti seri A lain, agak biru muda lebih mendekati biru langit.

Untuk spesifikasi lainnya A70 adalah sebagai berikut, saya kutip dari laman resmi Samsung.

Samsung Galaxy A70

Pengalaman penggunaan perangkat ini mirip dengan beberapa perangkat seri A lain, salah satu perbedaan adalah di layar, A70 memiliki layar yang cukup besar untuk yaitu 6.7 inci. Sisanya, kalau dari sisi desain atau pengalaman genggam cukup baik meski tidak ada yang istimewa. Untuk hasil kamera dan performa lain, waktu yang ada tidak sempat untuk bisa memberikan pengalaman penggunaan, namun saya sempat mencoba untuk mengambil sample foto dan video. Meski hasilnya mungkin akan ditingkatkan oleh Samsung karena yang kemarin di pajang adalah demo unit, dan masuk ada waktu untuk produk bisa dibeli langsung, jadi hasilnya mungkin tidak bisa merefleksikan hasil yang sama dengan perangkat ketika sudah dijual. Namun first impression-nya, hasil kamera belakangnya bisa dibilang cukup.

Untuk pasar Indonesia, Samsung Galaxy A70 akan dibuka gerbang pemesanan mulai dari 18 April – 24 April dengan promosi cashback 500rb. Harganya 5.799.000 untuk pre-order online dan offline.

Samsung Galaxy A80

Sekarang mari kita bahas Samsung A80. Tentu saja salah satu hal yang menjadi daya tarik utama adalah rotating camera, yang memungkinkan pengguna untuk bisa menikmati hasil kamera yang sama untuk fungsi sebagai kamera belakang dan kamera depan. Ini adalah daya tarik utama untuk jualan sekaligus sebagai penekanan untuk kampanye Era of Live yang dibawa Samsung untuk seri A.

Kamera depan yang sebagai kamera belakang (karena memang satu kamera) adalah alat yang cukup mumpuni untuk melakukan rekam video atau melakukan live streaming. Untuk spesifikasi utama sendiri adalah sebagai berikut:

Samsung Galaxy A80

Untuk pengalaman penggunaan, ada beberapa hal yang memberi kesan, yang pertama adalah desain atau model dan bahan cover belakang yang rasa digenggamnya cukup menyenangkan. Namun ada kesan berat yang saya rasakan, terutama ketika memegang ponsel dengan satu tangan untuk mencoba memfoto selfie dan mengambil video mode portrait.

Kalau berbicara rotating kameranya, kesan saya adalah menyenangkan dan terasa inovatif. Rotating camera memang bukan yang pertama hadir di smartphone, N1 dari OPPO akan menjadi bahan perbincangan ketika membahas A80. Ada pula pop up camera di perangkat OPPO Find X, Vivo Nex dan V15, sampai dengan slider keseluruhan body seperti di perangkat Honor dan Xiaomi. Meski bukan yang pertama untuk mencoba menari alternatif kamera depan agar bisa menghadirkan layar luas tanpa ada poni, saya merasakan pengalaman yang berbeda dengan Samsung A80. Kombinasi dari bagian ponsel yang bergeser ke atas lalu bagian berputar di tengah memberikan kesan tersendiri. Kombinasi yang paling baik menurut saya adalah dari sisi warna, bahan dan bagian metal yang di bagian pinggir. Meski terasa berat tetapi ada beberapa kelebihan yang bisa menjadi daya tarik perangkat ini.

Bagian spesifikasi yang cukup penting yaitu adalah 3 kamera yang semuanya bisa dinikmati untuk foto kamera belakang atau untuk fungsi kamera depan. Salah satu yang menarik untuk dicoba (nanti saat ada kesempatan untuk review) adalah menu kamera live focus yang membuat hasil rekam memiliki efek bokeh. 3D kamera yang ada di perangkat ini juga tidak hanya untuk measurement tetapi juga untuk efek bokeh. Salah satu catatan penting diperangkat ini adalah, kita bisa menikmati fitur yang biasa dinikmati kamera belakang untuk kamera depan, karena A80 pada intinya memiliki kamera yang sama. Sekilas saat hands-on kemarin, menu yang ada cukup lengkap, termasuk live focus atau beberapa fitur enhancement yang ada di kamera depan dikombinasikan dengan spesifikasi kamera yang biasa ada di kamera belakang kini bisa digunakan untuk dua fungsi. Satu paket kamera untuk keperluan foto belakang dan depan.

Meski demikian, harus diberi catatan memang karena ini hanya hands-on dan pengalaman singkat, jadi perlu review yang lebih mendalam, dan semoga nanti DailySocial mendapat kesempatan untuk mencobanya. Belum lagi unit yang ada kemarin sudah pasti unit demo, jadi mungkin akan ada peningkatan (terutama software) saat rilis nanti. Untuk ketersediaan, A80 disebutkan akan mulai tersedia global 29 Mei 2019, namun belum ada tanggal untuk ketersediaan di Indonesia.

Mengapa rotating kamera bukan peningkatan kamera depan?

Saat rangkaian acara A galaxy event berakhir dan rombongan bersiap untuk pulang kembali ke Jakarta, ada pertanyaan yang cukup mengganggu yang muncul di benak saya. Mengapa harus memilih rotating camera alih-alih meningkatkan kamera depan? Apa saja faktor yang akhirnya membuat Samsung memilih untuk menggunakan kamera yang sama untuk foto belakang dan depan?

Samsung A80

Untuk menjawab ini saya mencoba berduskusi dengan dua orang, yang pertama adalah Kang Lucky alias @gadtorade yang satu rombongan dengan saya, serta Irfan Rinaldi, Product Marketing Manager, Samsung Mobile, Samsung Electronics Indonesia.

Dari hasil obrolan dengan kang Lucky, setidaknya saya sampai pada kesimpulan bahwa ada beberapa alasan yang bisa melegitimasi mengapa Samsung lebih memilih untuk menggunakan satu modul kamera dengan kualitas kamera belakang alih-alih menggunakan dua modul kamera (depan-belakang). Salah satunya adalah fitur kamera depan punya limitasi yang tidak bisa dicapai oleh kamera belakang, setidaknya untuk saat ini. Kalaupun sensor bisa sama namun di bagian depan akan membutuhkan ruang modul yang cukup besar, yang mengakibatka beberapa hal tidak bisa terpenuhi, misalnya full display untuk layar. Belum lagi untuk OIS jika ingin disematkan di kamera depan yang membutuhkan ruang yang cukup besar juga.

Lalu kenapa tidak modul pop up kamera? Untuk menjawab ini sepertinya kita harus balik lagi ke pembahasan strategi Era of Live, Samsung ingin mengambil segmen pengguna smartphone yang menggunakan kameranya untuk live (video atau stream), dan ini bisa didapatkan dengan A80, kombinasi slider pop-up lalu rotating camera yang hasilnya bisa dikerjar untuk lebih baik dari kamera depan, terutama untuk video/live, dengan beberapa fitur yang biasa ada di kamera belakang dimikmati juga di kamera depan. Kita barharap saja, software yang nanti hinggap di perangkat yang dijual ke publik bisa disempurnakan dan memberikan fitur yang lengkap, fitur yang biasa ada di kamera belakang bisa dibawa sebagian besar (atau semuanya) ke penggunaan untuk kamera depan.

Samsung A80

Sedangan dari perbincangan dengan Irfan (Samsung), saya mendapatkan sebuah penjelasan yang juga masuk akal. Samsung ingin mengejar dan memberikan konsumen pengalaman new infinity display, tidak ada lagi notch tidak ada hole punch, pure hanya layar saja. New infinity display ini dikombinasikan dengan 3 kamera yang hadir dengan fitur rotating yang bisa digunakan baik foto biasa atau vlogging (video), yang akan membawa kita pada strategi Era of Live dari seri A.

Salah satu intinya adalah new infinity display, bukan tentang apakah teknologi kamera depan tidak bisa mengejar teknologi kamera belakang, selain itu untuk pengembangan teknologinya, diuraikan bahwa lebih relevan dan make sense untuk menggunakan rotating camera alih-alih hanya pop up kamera saja. Mungkin kalau bisa saya tambahkan, intinya A80 ini semacam palu gada, layar penuh dapet, inovasi dapet dengan rotating camera (setidaknya yang pertama di Samsung), dan satu lagi, satu paket modul kamera dengan kualitas yang sama untuk dua mode kamera, penggunaan kamera untuk belakang dan depan.

Ekosistem perangkat Galaxy tidak ditinggalkan

Balik lagi ke video klik BlackPink yang berjudul ‘Kill This Love’, kalau Anda cukup jeli maka akan melihat beberapa perangkat Samsung yang digunakan di video tersebut, dua tipe smartphone, Galaxy Buds – earphone dan jam tangan pintar Samsung. Nah, ekosistem antar perangkat ini juga ikut jadi bahasan di panggung utama. Yang paling sederhana adalah Anda bisa saling mengkoneksikan ketiga perangkat ini – smartphone, earphone dan smartwatch, di sisi lain masing-masing perangkat juga menghadirkan desain kekinian yang ditujukan juga untuk segmen yang sama dengan seri A .

A Galaxy Event Bangkok

Acara A Galaxy Event kemarin cukup memberikan beberapa pengalaman baru bagi saya, melihat pertama kali DJ Koh di panggung, menonton BlackPink (meski sebenarnya keponakan saya yang nge-fans K-pop) dan pertama kali juga pergi ke Bangkok. Satu yang yang menarik tentunya pembukaan acara oleh DJ Koh – President and CEO of IT & Mobile Communications Division Samsung Electronics, ini secara sekilas bisa jadi semacam ‘cap’ bahwa seri A memang tidak main-main dirilis oleh Samsung. Sebagai pengganti seri J bisa jadi seri A akan jadi ujung tombak untuk merengkuh konsumen mulai dari entry level sampai mid-high.

Kalau saya sendiri, meski agak menyayangkan bahwa seri S atau flagship dari Samsung masih ‘cari aman’ (yang juga bisa dimaklumi sebagai salah satu strategi), setidaknya Samsung bisa menghadirkan inovasi yang cukup radikal untuk ukuran produk Samsung di jajaran seri A, setelah 4 kamera kini rotating camera.

Untuk perangkat yang akan hadir di Indonesia adalah A70 terlebih dahulu, untuk A80 belum ada tanggal pasti, bahwa tanggal pre-order pun belum. Semoga saja nanti ada acara lokal untuk seri A80 sehingga DailySocial bisa berkesempatan mencoba lebih lama perangkat ini.

Masa akhir kuarter pertama tahun 2019 hampir selesai, dan Samsung telah menggebrak pasar menengah – atas dengan menghadirkan rotating camera pertama di perangkat smartphone mereka. Ketika ditanya apakah akan hadir A90 atau A yang lain, perwakilan Samsung tidak memberikan komentarnya, namun kalau melihat masih panjangnya tahun ini berakhir bisa jadi akan ada banyak kejutan dari Samsung, setidaknya sambil menunggu rilis Note 10 atau apapun nama dari generasi Samsung Note berikutnya.

BlackPink

Tiba di Indonesia, Samsung Galaxy A50 dan A30 Sasar Gen-Z yang Gemar Membuat Konten Live

Ketika Rowan Atkinson menggunakan kamera analognya untuk ber-selfie di film Bean (1997), mungkin hanya sedikit orang yang membayangkan bahwa kegiatan tersebut akan jadi lebih mudah puluhan tahun kemudian berkat kapabilitas fotografi di ponsel. Ketika selfie kian lumrah, kehadiran kamera juga mulai dimanfaatkan untuk menciptakan konten live, apalagi dengan dukungan platform sosial media terhadap aktivitas ini.

Pembuatan konten live cukup populer bagi pengguna smartphone berusia muda, khususnya bagi generasi Z. Mereka ialah individu yang lahir pasca era milenial, familier dengan internet sejak kecil dan menurut demograf, kehidupan mereka sulit dipisahkan dari teknologi dan jejaring sosial. Menakar dari aspek minat dan gaya hidup, Samsung memberi sebutan unik bagi kalangan ini: generasi live. Dan sang produsen sudah menyiapkan deretan perangkat yang ideal untuk mereka.

 

Generasi live

Memahami generasi Z tentu bukan cuma dilakukan dari melihat kebiasaan, namun juga faktor karakteristik dan pandangan hidup. Berdasarkan pemaparan Public Relations Society of America, Gen-Z menyimpan semangat berwirausaha lebih tinggi dari milenial. Ditambah pemahaman kritis terhadap teknologi, sebuah produk yang ditujukan buat Gen-Z harus memenuhi rentetan kriteria: penuh fitur, performa tidak mengecewakan, ditunjang luasnya konektivitas, desain stylish, dan harga kompetitif. Hal-hal inilah yang coba ditawarkan oleh Galaxy A50 dan A30.

Galaxy A 14

Meski merupakan anggota dari keluarga Galaxy A Series, keduanya diramu sebagai alternatif lebih terjangkau dari A9 atau A7Head of product marketing IT & mobile Denny Galant menjelaskan bagaimana generasi ‘masa kini’ gemar menyaksikan pertandingan bola secara live, streaming musik, bermain game online, serta membuat posting Instagram Story atau Live. Dan sebentar lagi kita akan menjadi saksi apakah Galaxy A50 dan A30 dapat memenuhi misi tersebut.

Galaxy A 11

 

Galaxy A50 dan A30

Segala kegiatan kreasi konten memang mudah dilakukan dengan lini flagship terbaru Samsung, tetapi seperti yang saya singgung sebelumnya, dalamnya pemahaman gen-Z pada teknologi juga membuat mereka peka terhadap harga. Pertanyaannya sekarang, bagaimana Samsung menyeimbangkan semua ini tanpa berkompromi terlalu jauh? Kabar gembiranya, Galaxy A50 dan A30 berhasil memberikan impresi awal yang positif.

Galaxy A 4

Penampilan Galaxy A50 dan A30 bisa dibilang telah memenuhi standar desain modern. Keduanya mengusung layar Infinity-U AMOLED seluas 6,4-inci beresolusi 2340×1080 (FHD+) dengan notch water drop serta tubuh dengan bagian ujung curved. Dimensi kedua varian boleh dibilang identik, masing-masing berukuran 158,5×74,7×7,7mm serta menggunakan lapisan glossy di sisi punggung dan memanfaatkan konstruksi tubuh dari plastik.

Galaxy A 10

Di sesi hands-on minggu lalu, saya melihat setidaknya ada tiga aspek yang membedakan rancangan Galaxy A50 dan A30. Pertama adalah opsi warna. Kedua ialah jumlah lensa di modul kamera. Ada tiga set kamera di A50 dan dua di A30. Selanjutnya adalah diferensiasi sensor sidik jari. A30 masih menggunakan sensor fingerprint standar di sisi belakang, sedangkan A50 telah ditunjang sensor under display.

Galaxy A 3

 

Kreasi konten

Penciptaan konten lewat smartphone tidak bisa dipisahkan dari dukungan kamera, dan aspek ini jadi perhatian Samsung dalam meracik Galaxy A50 dan A30. A50 dibekali tiga sensor dan lensa untuk menangani pembuatan foto dan video via kamera belakang. Smartphone menggunakan kamera utama 25Mp f/1.7, dibantu sensor kedalaman 5Mp f/2.2 dan kamera ultra-wide 8Mp f/2.2. Galaxy A30 menyajikan setup kamera ganda dengan sensor 16Mp f/1.7 dan ultra-wide 5Mp f/2.2.

Galaxy A 13

Menariknya, baik Galaxy A50 mapun A30 turut mewariskan sejumlah fitur fotografi andalan Galaxy S10, misalnya kapabilitas mengabadikan pemandangan lebih luas dengan sudut 123 derajat. Varian A50 sendiri dilengkapi Live Focus yang memperkenankan kita mengatur efek kedalaman sebelum atau sesudah foto diambil, cocok bagi penggemar efek bokeh.

Galaxy A 6

Selain itu, dua handset anyar ini memiliki kemampuan pembaca skenario fotografi ‘Scene Optimizer’ yang ditopang oleh optimalisasi warna. Baik A50 dan A30 mampu mengetahui apa yang tengah Anda abadikan; contohnya orang, bunga, makanan, burung, serta dapat membaca waktu atau lokasi tertentu (saat matahari terbenam atau sewaktu pemotretan di pantai).

Galaxy A 5

Ada 20 skenario yang bisa dikenal oleh smartphone, namun Samsung mengingatkan bahwa hasilnya dapat berbeda tergantung dari objek foto dan kualitas fokus. Sistem kabarnya juga mampu memberi notifikasi jika mendeteksi tiga faktor yang berpeluang membuat foto kurang optimal, di antaranya sewaktu mata terpejam, gambar blur, serta backlight berlebihan.

Galaxy A 8

Untuk kebutuhan portrait diri, Galaxy A50 dan A30 masing-masing mengandalkan kamera depan 25Mp dan 16Mp f/2.0. Memang cuma ada satu modul kamera di sana, tetapi ia turut dibantu oleh fitur Selfie Focus yang mempersilakan kita mengaburkan latar belakang via software.

Perlu dicatat bahwa baik Galaxy A50 dan A30 belum mempunyai mode Instagram built-in di kameranya. Fitur masih tersaji eksklusif di keluarga Galaxy S10.

 

Samsung Pay

Hampir empat tahun setelah meluncur di Korea Selatan, layanan pembayaran digital Samsung Pay akhirnya dibawa oleh Galaxy A50 dan A30 ke Indonesia. Samsung punya alasan kuat soal keterlambatan itu. Khusus di nusantara, fitur tersebut dikembangkan sendiri oleh talenta lokal yang tergabung dalam Samsung Research Indonesia. Sejauh ini, Samsung sudah menggandeng Dana sebagai penyedia eWallet, namun produsen bilang kemitraan itu tidaklah eksklusif.

Galaxy A 1

Buat sekarang, status Samsung Pay masih dalam tahap pengujian. Berdasarkan sesi demo dan juga penjelasan product marketing manager Irfan Rinaldi, layanan tersebut memanfaatkan metode pemindaian QR code dan belum ada opsi NFC. Saya belum dapat memastikan apakah Samsung Pay bisa segera digunakan ketika Galaxy A50 dan A30 dirilis di Indonesia akhir minggu ini, atau kita harus menunggu sedikit lebih lama.

Galaxy A 2

Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah, Samsung Pay tidak menyimpan data serta informasi transaksi para penggunanya. Layanan ini disiapkan sebagai ‘gateway‘.

Galaxy A 9

 

Harga dan ketersediaan

Samsung Galaxy A50 dan A30 rencananya akan dilepas di Indonesia pada tanggal 29 Maret 2019 besok. Galaxy A50 tersedia dalam dua pilihan memori, dibanderol seharga Rp 4,1 juta (RAM 4GB, ROM 64GB) dan Rp 4,9 juta (RAM 6GB, ROM 128GB), sedangkan Galaxy A30 bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang Rp 3,4 juta. Setelah itu, tipe Galaxy A20 dan A10 akan segera menyusul.

Galaxy A 12

Cara Trio Samsung Galaxy S10 Tawarkan Kualitas Foto dan Video ala Pro

Ketika ada begitu banyak pilihan smartphone terjangkau berkemampuan canggih dijajakan di Indonesia, Samsung tetap menjadi brand favorit konsumen kelas high-end. Dalam peluncuran keluarga Galaxy S10 yang dilaksanakan di The Tribatra Jakarta tanggal 6 Maret kemarin, raksasa elektronik asal Korea Selatan itu mengungkapkan bahwa mereka telah menggenggam 68 persen pasar handset premium.

Semenjak Galaxy S tersedia di tanah air hampir satu dekade silam hingga akhir tahun lalu, Samsung telah berkembang begitu pesat dengan compound annual growth date sebesar 69 persen. Dan terlepas dari agresifnya merek-merek Tiongkok dan sub-brand yang mereka miliki, Samsung berhasil mengamankan 50 persen market share penjualan smartphone lokal di tahun 2018 – sebuah pencapaian membanggakan bagi perusahaan.

S10 3

Dan tepat di hari Jumat 8 Maret ini, Samsung Galaxy S10 resmi mendarat di nusantara. Sang produsen punya agenda untuk memasarkannya secara perdana di sejumlah pusat perbelanjaan seperti Central Park Mall, Kota Kasablanka, Sun Plaza (Medan), dan Pakuwon Mall (Surabaya). Samsung mengabarkan bahwa stok pre-order telah habis, mengindikasikan tingginya antusiasme konsumen terhadap Galaxy S10.

S10 1

 

Kamera tetap jadi daya tarik utama

Dari sejumlah aspek unggulan yang ditawarkan Samsung, kamera boleh dibilang sebagai elemen paling atraktif dari keluarga Galaxy S, dan tradisi ini diteruskan oleh S10. Samsung menjelaskan bahwa teknologi-teknologi imaging yang mereka bubuhkan di perangkat flagship anyar itu merupakan kulminasi dari pengembangan sembilan generasi S sebelumnya. Dan lewat keluarga S10, Samsung menjanjikan kemudahan menjepret ala pro tanpa perlu jadi fotografer profesional.

S10 6

Sebelum membahas lebih jauh mengenai apa yang bisa dilakukan kamera Galaxy S10, saya akan menjabarkan dulu sisi teknisnya. Baik S10 maupun S10+ mengusung setup tiga kamera belakang, terdiri lensa wide 26mm f/1.5-2.4 12Mp 1,4µm dengan Dual Pixel PDAF yang dibantu OIS; lensa telephoto 52mm f/2.4 1.0µm 12Mp berfitur OIS dan optical zoom 2x, serta lensa ultra wide 12mm f/2.2 bersensor 16Mp 1.0µm.

S10 5

Galaxy S10 menjanjikan fleksibilitas dalam fotografi seperti membawa satu set kamera beserta lensa berbeda, namun semuanya bisa dimasukkan ke kantong. Ada total tiga lensa di S10e, empat lensa di S10 dan lima lensa di varian S10+. Perbedaan itu dapat Anda lihat di bagian punggung serta dari penggunaan hole punch di layar. S10 dan S10e memiliki ‘lubang kamera’ bundar, sedangkan hole punch S10+ berbentuk kapsul.

S10 4

Bahkan meski kita tidak terlu memahami dasar-dasar fotografi, keluarga S10 menyodorkan interface beserta icon-icon yang gampang dimengerti. Hanya lewat tap pada layar, Anda dapat menggunakan tiga mode berbeda, yakni wide, ultra wide, dan zoom melalui lensa telephoto-nya. Perlu diketahui bahwa lensa telephoto tidak tersedia pada model Galaxy S10e.

S10 8

Dengan mengaktifkan mode ultra wide, kita memperoleh sudut pandang seluas 123 derajat, sangat ideal untuk mengambil foto-foto panorama. Samsung tak lupa membekali kapalitas ini bersama fitur koreksi agar hasil jepretan tidak distorsi. S10 mengabadikan semuanya dalam satu frame, baik secara horisontal maupun vertikal tanpa proses stitching sehingga pengguna tak usah banyak bergerak.

 

Kembalinya Dual Aperture

Dual Aperture yang diperkenalkan Samsung di generasi S9 dihadirkan lagi di S10. Kemampuan ini dibubuhkan pada lensa wide angle di belakang, memungkinkannya kamera smartphone menggunakan dua mode bukaan lensa, yakni f/1.5 dan f/2.4. Aperture f/2.5 efektif dalam menangkap detail, dapat bekerja optimal sewaktu didukung cahaya mencukupi – misalnya di siang hari; sedangkan diafragma f/1.5 ialah spesialis pengambilan gambar di kondisi temaram.

S10 2

Jika teliti, Anda bisa melihat langsung perubahan pada diafragma di lensa ketika aperture beralih dari mode f/1.5 ke f/2.4.

S10 11

 

Videografi ala kamera action

Ketiga model Galaxy S10 memperkenankan kita merekam video beresolusi UHD 2160p di 60-frame per detik serta memanfaatkan fungsi Super Slow-mo 960fps 720p dengan durasi 12 detik – fitur yang juga diperkenalkan di S9. Bagi saya pribadi, satu hal paling menarik dari aspek videografi di S10 adalah dukungan HDR10+ serta teknologi Dynamic Tone Mapping.

S10 15

Sederhananya, kedua fitur ini diusung untuk meniru cara mata manusia melihat dengan memastikan warna tetap kaya serta menyajikan level kontras setinggi mungkin. Mereka bertugas untuk menjaga keakuratan warna serta mempersilakan kita melihat detail baik di zona-zona terang maupun di area gelap, sangat membantu ketika Anda mencoba merekam aktivitas-aktivitas outdoor seperti saat bermain di pantai atau menanti matahari tenggelam.

S10 7

Selain itu, faktor unggulan lain di sisi videografi Galaxy S10 terletak pada fitur ‘super steady‘ layaknya menggunakan gimbal. Teknologi ini dihadirkan oleh software ‘predictive‘ yang dibenamkan ke kamera ultra wide. Tugasnya adalah menjaga video tetap stabil, walaupun Anda sedang merekam individu atau objek bergerak sambil turut bergerak. Fungsi super steady hanya tersedia di resolusi full-HD.

S10 16

 

Selfie

Swafoto telah lama menjadi salah satu kegiatan favorit para pengguna smartphone, dan Samsung tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. S10+ boleh dikatakan sebagai varian yang paling dimaksimalkan untuk selfie karena pemakaian dua kamera di depan. Setup ini memungkinkan penggunaan live focus, sehingga kita dapat bermain-main dengan kedalaman gambar (depth of field) serta membubuhkan efek-efek artistik.

S10 13

Selain untuk mengambil foto diri, kamera depan Galaxy S10 juga mampu merekam video 4K di 30-frame per detik.

Fitur live focus tidak hanya terdapat pada kamera depan, namun juga di kamera utama trio S10. Berkatnya, Anda bisa mengaburkan latar belakang foto, memilih efek spin bokeh (background jadi terlihat kabur sembari memutar), zoom bokeh, hingga mengubah area di belakang subjek jadi monokromatis dengan opsi color point.

 

S10 10

 

Bantuan kecerdasan artifisial

Ada beragam fitur canggih bisa disajikan berkat eksistensi dari neural processing unit yang ada di Galaxy S10. Di ranah fotografi sendiri, dukungan kecerdasan buatan bisa memandu kita dalam mendapatkan komposisi jepretan terbaik. Arahan ‘pintar’ tersebut disuguhkan oleh sistem berdasarkan hasil dari analisis terhadap lebih dari 100 juta foto-foto berkualitas tinggi.

S10 12

Apakah Anda tertarik untuk meminang salah satu (atau malah seluruh) varian Samsung Galaxy S10? Detail mengenai spesifikasi hardware dan informasi harga bisa Anda simak di artikel ini.

S10 9