Tidak peduli sebagus apa kualitas suara yang dihasilkan suatu earphone, semua itu bakal percuma kalau ternyata perangkatnya tidak nyaman digunakan. Aspek kenyamanan ini semakin krusial saat membahas tentang true wireless earphone atau TWS, sebab dari awal konsumen memang memilih kategori ini demi mendapat kenyamanan dan kepraktisan tanpa diganggu oleh kabel.
Dari sekian banyak TWS yang ada di pasaran, Samsung Galaxy Buds Live boleh dibilang mempunyai desain yang paling unik. Namun desainer Samsung rupanya tidak sekadar merancang Galaxy Buds Live supaya tampil mencolok di antara yang lain begitu saja. Bentuk menyerupai kacang merah itu benar-benar diciptakan dengan mengacu pada aspek ergonomi, plus riset panjang yang dilakukan oleh tim desainer.
Satu faktor pembeda yang paling utama adalah, Galaxy Buds Live bukanlah canal-type earphone macam saudara sepupunya, Galaxy Buds+. Ia merupakan open-type earphone yang secara spesifik dirancang agar dapat digunakan secara nyaman dalam jangka waktu yang lama.
Itu dikarenakan Galaxy Buds Live tidak memiliki bagian yang masuk ke dalam kanal telinga. Model open-type memungkinkannya untuk ditaruh begitu saja dan diselipkan di tragus pada bagian telinga luar. Berhubung kanal telinga tidak tersumbat, udara dapat bersirkulasi dengan lebih baik, dan hasil akhirnya adalah rasa nyaman yang bertahan lebih lama dari biasanya.
Menghasilkan desain seunik ini bukanlah pekerjaan mudah, dan seperti yang saya singgung, diperlukan banyak riset pasar sekaligus pengujian demi memastikan hasil akhirnya benar-benar optimal. Menurut Samsung, kesulitan terbesar adalah menemukan ukuran yang tepat, sebab setiap orang tentu mempunyai ukuran dan bentuk telinga yang berbeda-beda.
Itulah mengapa Samsung bersikeras mengadakan pengujian demi pengujian guna memastikan Galaxy Buds Live tetap nyaman digunakan oleh pengguna secara umum, terlepas dari variasi ukuran maupun bentuk telinga mereka.
“Menentukan standar kenyamanan merupakan hal tersulit. Ketika 8 dari 10 subjek kita merespon bahwa earphone-nya sudah nyaman untuk digunakan, kami kemudian membuat modifikasi untuk memastikan kenyamanan dua subjek lainnya tanpa mengorbankan kenyamanan delapan orang yang lain. Untuk memastikan Galaxy Buds Live nyaman untuk digunakan, kami melakukan percobaan kepada lebih dari 2.000 subjek,” komentar Tommy Choi, Senior Product Designer Samsung, mengenai panjangnya proses desain Galaxy Buds Live.
Satu fakta yang cukup menarik adalah, Galaxy Buds Live dibuat menggunakan bahan yang 20 persennya merupakan hasil daur ulang. Tujuannya tentu untuk mengurangi dampak lingkungan dari sampah plastik. Meski begitu, Galaxy Buds Live tetap kelihatan mewah berkat finish glossy yang Samsung tambatkan pada tiga pilihan warnanya: Mystic Bronze, Mystic White, dan Mystic Black.
Lebih lanjut, demi semakin memperkuat kesan mewah tersebut, Galaxy Buds Live juga datang bersama charging case yang wujudnya menyerupai kotak perhiasan. Ukurannya yang sangat ringkas menjadikannya sangat mudah diselipkan di dalam kantong. Kendati demikian, total daya tahan baterai yang ditawarkan tetap cukup panjang di angka 21 jam.
Samsung Galaxy Buds Live saat ini sudah bisa dibeli seharga Rp2.599.000. Buat yang masih penasaran dan ingin mempelajarinya lebih lanjut, Samsung masih mengadakan virtual exhibition yang dapat dikunjungi tanpa harus keluar rumah sampai akhir September nanti.
Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Samsung.
Event Galaxy Unpacked semalam adalah yang pertama yang sepenuhnya diselenggarakan secara virtual, tapi itu tidak Samsung jadikan alasan untuk menahan diri. Selain meluncurkan Galaxy Note20, Note20 Ultra, dan Z Fold2, sang raksasa teknologi Korea Selatan turut memperkenalkan sederet perangkat lainnya, yakni Galaxy Tab S7, Tab S7+, Galaxy Watch3, dan Galaxy Buds Live.
Kita mulai dari yang paling besar dulu, yakni Tab S7 dan S7+. Sesuai namanya, tablet ini hadir dalam dua ukuran layar: Tab S7 dengan layar LCD 11 inci beresolusi 2560 x 1600 pixel, Tab S7+ dengan layar AMOLED 12,4 inci beresolusi 2800 x 1752 pixel. Keduanya sama-sama menawarkan refresh rate 120 Hz, tapi seperti yang bisa kita lihat, Tab S7 rupanya tidak mengemas panel AMOLED, dan ini berarti cuma Tab S7+ yang dilengkapi sensor sidik jari di balik layar.
Sasis kedua tablet ini sangat ringan dan tipis terlepas dari ukuran layarnya yang besar. Tab S7 memiliki ketebalan 6,3 mm dan bobot 502 gram, sedangkan Tab S7+ dengan tebal 5,7 mm dan berat 575 gram. Tentu saja keduanya juga datang bersama S Pen, dan garis di bawah kamera belakangnya itu adalah lapisan magnet untuk menempelkan sekaligus mengisi ulang sang stylus. Pada Tab S7+, latency S Pen-nya mampu menyamai milik Note20 Ultra, yakni serendah 9 milidetik saja.
Meski layar keduanya berbeda, performanya dipastikan identik. Itu dikarenakan duo tablet ini sama-sama mengusung chipset Snapdragon 865+, dan kalau melihat Tab S6 yang dijual di Indonesia memakai Snapdragon 855, kemungkinan besar Tab S7 dan S7+ juga akan hadir di tanah air membawa chipset buatan Qualcomm tersebut.
Mendampingi prosesornya adalah RAM 6 GB atau 8 GB, dan storage 128 GB atau 256 GB. Ekspansi storage bisa dilakukan via microSD, dan kedua perangkat mendukung kapasitas penyimpanan eksternal hingga 1 TB. Selisih baterai di antara keduanya cukup signifikan: Tab S7 dengan baterai 8.000 mAh, Tab S7+ dengan 10.090 mAh. Keduanya sama-sama mendukung fast charging 45 W.
Kamera di kedua perangkat ini ada tiga macam: kamera utama 13 megapixel, kamera ultra-wide 5 megapixel, dan kamera depan 8 megapixel. Sekali lagi kelengkapan milik Tab S6 kembali hadir di sini, mulai dari empat buah speaker racikan AKG, sampai konektor USB-C 3.2 Gen 1. Seperti sebelumnya, konsumen Tab S7 dan S7+ juga dapat membeli aksesori Book Cover Keyboard secara terpisah jika ingin mendapatkan pengalaman menggunakan seperti laptop.
Oh ya, baik Tab S7 maupun S7+ sama-sama mendukung integrasi mendalam dengan ekosistem Windows 10 seperti halnya duo Note20. Kalau perlu, kedua tablet ini malah juga bisa diperlakukan sebagai layar kedua selagi masih membaca input dari S Pen. Kompatibilitas dengan layanan Project xCloud tentu juga menjadi salah satu keunggulan dari kedua tablet ini.
Kedua perangkat ini akan segera Samsung pasarkan dengan harga mulai $650 untuk Tab S7, dan mulai $850 untuk Tab S7+. Aksesori opsional Book Cover Keyboard itu tadi harus ditebus seharga $200 untuk Tab S7, atau $230 untuk Tab S7+.
Galaxy Watch3
Buat yang sudah lama mendambakan perangkat wearable baru dari Samsung, Galaxy Watch3 hadir membawa sederet penyempurnaan dibanding pendahulunya. Yang paling utama, dimensinya lebih ringkas daripada Galaxy Watch orisinal – 14% lebih tipis, 8% lebih kecil, dan 15% lebih ringan – akan tetapi di saat yang sama layarnya justru bertambah besar.
Watch3 hadir dalam dua ukuran: 45 mm dengan layar 1,4 inci, dan 41 mm dengan layar 1,2 inci. Keduanya sama-sama menggunakan panel Super AMOLED beresolusi 360 x 360 pixel, serta mengemas rangka yang terbuat dari bahan stainless steel. Khusus varian 45 mm, konsumen juga bisa membeli yang rangkanya terbuat dari titanium.
Secara keseluruhan, desain Watch3 kelihatan klasik dan elegan. Samsung mengaku bekerja sama dengan produsen arloji asal Swiss IWC Schaffhausen selama mengembangkan Watch3. Supaya lebih elegan lagi, semua varian Watch3 secara default hadir dengan strap berbahan kulit ketimbang karet, tapi khusus untuk varian titanium, strap-nya berbahan logam supaya lebih selaras.
Namun berita terbaiknya adalah, bezel memutar yang sempat absen di Watch Active maupun Watch Active 2 kini hadir sebagai standar di seluruh varian Watch3. Sertifikasi IP68 dan ketahanan air hingga 50 meter, tidak ketinggalan juga sertifikasi lolos standar militer MIL-STD-810G, semuanya merupakan jaminan atas ketangguhan fisik perangkat ini.
Bicara soal fisik, bagaimana dengan kemampuannya memonitor kesehatan fisik pengguna? Well, fitur tracking yang Watch3 terbilang sangat lengkap. Bahkan fitur-fitur yang termasuk langka seperti memonitor tekanan darah maupun electrocardiogram (ECG) pun tersedia. Fitur sleep tracking-nya pun juga sudah disempurnakan agar dapat memonitor pola pernafasan sekaligus laju jantung penggunanya.
Untuk menunjang kinerja smartwatch dengan sistem operasi Tizen ini, Samsung telah menyematkan chipset Exynos 9110 dengan prosesor dual-core, lengkap beserta RAM 1 GB dan storage internal 8 GB. Baterainya sendiri punya kapasitas 340 mAh pada varian 45 mm, atau 247 mAh pada varian 41 mm, dan Samsung mengklaim daya tahannya bisa mencapai dua hari dalam sekali charge.
Di Amerika Serikat, Samsung akan segera memasarkan Galaxy Watch3 dengan harga mulai $400 untuk varian 41 mm, atau mulai $430 untuk varian 45 mm. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: Mystic Bronze, Mystic Black, dan Mystic Silver. Namun kalau memilih varian titanium, maka warna yang tersedia hanyalah Mystic Black.
Galaxy Buds Live
Terakhir, saatnya membahas TWS unik bernama Galaxy Buds Live. Bentuknya benar-benar tidak umum, hampir menyerupai kacang merah atau malah sepasang ginjal manusia. Juga bisa menipu ketika dilihat secara sepintas adalah bagian yang menonjol yang bertuliskan “L” dan “R”. Menipu karena bagian ini bukanlah bagian eartip yang dimasukkan ke kanal telinga, melainkan bagian wingtip yang bakal menahan posisi perangkat selama berada di telinga.
Wingtip-nya ini hadir dalam dua ukuran yang berbeda sehingga dapat disesuaikan dengan bentuk dan ukuran telinga masing-masing pengguna. Samsung percaya desain seperti ini bakal terasa sangat nyaman karena porsi perangkat yang keluar dari telinga sangatlah minimal. Tentu saja cara terbaik untuk menjajal klaim Samsung ini adalah dengan mengenakan Buds Live ini selagi tidur miring.
Secara keseluruhan, dimensi Buds Live sangatlah mungil. Beratnya tidak lebih dari 5,6 gram, dan charging case-nya pun juga cukup kecil untuk bisa tenggelam dalam kepalan tangan. Juga unik adalah bagaimana fisik perangkat bersertifikasi IPX2 ini dibuat sepenuhnya menggunakan material hasil daur ulang.
Perihal kualitas suara, Samsung lagi-lagi memercayakan keahlian teknisi-teknisi AKG dalam meramu desain akustik yang terbaik buat Buds Live. Perangkat datang membawa driver berdiameter 12 mm, lengkap beserta sepasang ventilasi udara, serta sebuah bass duct untuk semakin memantapkan reproduksi bass-nya.
Tidak seperti Galaxy Buds+, Buds Live telah dilengkapi dengan fitur active noise cancelling (ANC). Fitur ANC-nya pun agak berbeda dari biasanya karena dirancang agar bisa mengeliminasi suara-suara bising di sekitar seperti deruman mesin mobil atau mesin pesawat, tapi di saat yang sama masih membiarkan suara percakapan atau pengumuman terdengar oleh penggunanya.
Terkait input, Buds Live mengunggulkan tiga buah mikrofon dan Voice Pickup Unit. Komponen yang terakhir ini unik karena dirancang untuk mendeteksi ketika rahang pengguna bergerak, sehingga perangkat kemudian bisa mengoptimalkan teknik pengambilan suaranya. Hasil akhirnya menurut Samsung adalah, suara pengguna Buds Live yang sedang berada di tempat ramai akan tetap terdengar jernih oleh lawan bicaranya.
Dalam satu kali pengisian, baterai milik perangkat berharga jual $170 ini diestimasikan bisa bertahan sampai 6 jam pemakaian, atau sampai 21 jam kalau dipadukan dengan charging case-nya. Daya penggunaannya bisa diperpanjang lagi menjadi sampai 8 jam kalau fitur ANC-nya dimatikan, atau sampai 29 jam bersama charging case-nya.