Tag Archives: Sandiaga Uno

Platform Pemesanan Tempat Olahraga Doogether Raih Pendanaan Awal dari Angel-eQ

Awal tahun ini, jaringan investor beranggotakan 15 orang anggota Angel-eQ, mengumumkan pendanaan tahap awal (seed stage) untuk platform olahraga Doogether dengan nilai investasi yang diberikan tidak disebutkan. Angel-eQ berencana untuk lebih giat berinvestasi tahun ini dan bakal mengumumkan pendanaan untuk beberapa startup dalam waktu dekat.

“Kami akan lebih giat investing lagi di tahun ini dan berencana mengumumkan beberapa pendanaan startup terbaru,” kata Co-Founder Angel-eQ Shinta Dhanuwardoyo, Jumat (24/2).

Doogether adalah platform pemesanan tempat untuk segala jenis olahraga. Mulai dari badminton, basket, biliar, hingga zumba, totalnya saat ini mencapai 20 jenis olahraga.

Platform ini resmi didirikan tahun lalu dengan Fauzan Gani selaku Founder dan CEO.

“Platform ini memberikan Anda akses termudah untuk berolahraga jenis apapun. Anda bisa mencari informasi mengenai jadwal olahraga, lokasi, harga, review, fasilitas, hingga booking secara online,” terang Fauzan.

Doogether juga menyediakan layanan komputasi awan berbasis SaaS untuk pemilik sarana fitness guna meningkatkan efisiensi sekaligus meningkatkan revenue.

Ketika ditanya mengenai rencana Angel eQ sepanjang tahun ini, Shinta hanya mengatakan bahwa pihaknya tidak memiliki target khusus berapa startup yang mereka bidik. Sebab, semuanya akan sangat bergantung pada selera dan kecocokan startup dengan anggota Angel eQ. Pasalnya, setiap anggota memiliki selera yang berbeda.

“Kami belum tahu [akan target berapa] karena sangat bergantung cocok dam pas atau tidaknya, sebab selera kami itu berbeda-beda. Belum tentu kami semua akan invest ke startup di hal sama. Kalau ketemu lima startup, ya we will do five this year. Mulai Maret nanti kami akan mulai ketemu startup baru lainnya.”

Preferensi startup pilihan Angel eQ

Dua Co-Founder Angel eQ hadir sebagai pembicara di acara Local Startup Fest 2016 / DailySocial
Dua Co-Founder Angel eQ hadir sebagai pembicara di acara Local Startup Fest 2016 / DailySocial

Shinta melanjutkan preferensi startup yang dipilih anggota Angel eQ tidaklah harus bergerak di sektor tertentu saja. Pasalnya, selera tiap anggota Angel eQ tidaklah sama. Yang pasti kriteria yang paling dicari Angel eQ haruslah memiliki bisnis model yang solid dengan tim yang hebat.

Selain itu, startup tersebut sudah harus memiliki MVP dan menjalani market testing. Mereka juga harus memiliki potensi untuk melakukan monetisasi bahkan tanpa bantuan investor.

“Untuk startup yang masuk ke portofolio kami, akan ada mentoring reguler. Kami juga akan membuka network yang kami miliki untuk bantu akselerasi bisnis mereka.”

Salah satu Co-Founder Angel eQ Sandiaga Uno menambahkan sejak pertama kali Angel eQ diluncurkan di 2015, sudah mengucurkan dana segar untuk tujuh hingga delapan startup. Sejauh ini sekitar 70% startup yang masuk ke dalam portofolio Angel eQ disebut mulai memiliki traksi bisnis yang baik, beberapa di antaranya adalah Rumah123 dan Mobil123.

“Dari total yang sudah kami investasikan seingat saya ada tujuh hingga delapan startup, sekitar 70% di antaranya doing well, misalnya Rumah123 traksinya baik. Akan ada startup lainnya yang bertambah, sebab kami ingin dorong masa depan anak muda itu dari startup,” ucap Sandi.

Dalam jaringan Angel eQ, semua anggota memiliki komitmen untuk rutin mengadakan mentoring dan berinteraksi dengan startup. Di sana mereka dapat belajar langsung dari pengusaha yang sudah lama berkecimpung di dunia bisnis.

Nama-nama ternama yang tergabung menjadi anggota Angel eQ adalah Adi Sariaatmadja (KMK), Adriani Onie (Kilara Group), Andi Sadha (Activate), Budi Gunadi Sadikin (mantan Presdir Bank Mandiri), Donald Wihardja (Convergence Ventures), Erick Thohir (Mahaka Group), Erick Meijer (Telstra), Harry K. Nugraha (Intel), Kevin Darmawan (Coffee Ventures), Michael Steven (Presdir Kresna Graha Investama), Sandiaga Uno (Saratoga Capital), Shinta W. Dhanuwardoyo (Bubu), dan Tony Fernandes (AirAsia Group)

“Berinteraksi langsung dengan pengusaha adalah sesuatu yang kami berikan selain memberikan dukungan pendanaan. Bahkan saya sendiri ketika bertemu Erick Thohir banyak sekali ilmu baru yang saya dapatkan,” pungkas Sandi.

BEI dan Kadin Akan Bangun Inkubator untuk Mempersiapkan IPO Startup

Naik daunnya industri digital kreatif di Indonesia telah berhasil menarik perhatian Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kamar Dagang dan Industi (Kadin) Indonesia untuk mendorong para pelakunya segera masuk ke pasar modal. Hal ini ditindaklanjuti lewat kerja sama yang terjalin antara BEI dan Kadin untuk mendirikan inkubator di Jakarta dan Bali. Tujuannya adalah mempersiapkan para pelaku startup untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) di bursa saham.

Dikutip dari Dealstreetasia, Direktur BEI Tito Sulistio mengatakan:

“Kami bersama-sama dengan Kadin akan menyiapkan inkubator untuk memelihara startup. Kami akan memfasilitasi mereka untuk mendapatkan dukungan dari pengacara, akuntan, dana modal ventura dan konsultan untuk membantu mereka mencari dana melalui IPO, bank atau modal ventura.”

Diungkapkan Tito bahwa kedua belah pihak juga telah mencapai kesepakatan untuk membangun inkubator di kota Jakarta dan Bali pada bulan Juli nanti.

Langkah ini diambil dengan latar belakang peraturan yang sedang dipersiapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait IPO untuk UKM dan startup. Dalam peraturan yang bisa jadi dasar hukum UKM dan startup tersebut disebutkan bahwa mereka bisa menghasilkan dana hingga setinggi Rp 1 triliun dari IPO. Tapi pihak regulator juga masih mengevaluasi norma IPO untuk startup yang diharapkan bisa diimplementasikan pada akhir tahun ini.

Disamping rencana pembangunan inkubator, BEI dan Kadin juga kini sedang dalam pembicaraan untuk membentuk board khusus bagi UKM dan startup. Ide tersebut masih berkaitan dengan peraturan yang berlaku saat ini, yaitu hanya UKM dengan aset bersih minimal Rp 5 miliar yang memenuhi syarat untuk memperdagangkan saham di BEI.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang UMKM, Koperasi, dan Industri Kreatif Sandiaga Uno juga mengharapkan bahwa 10 dari 50 UKM yang teridentifikasi sudah bisa masuk pasar modal dala satu hingga dua tahun mendatang. Nama-nama pemain e-commerce seperti Bhineka, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak adalah pemain e-commerce yang disebut Sandiaga sudah siap untuk IPO.

“Kita akan mendapatkan keuntungan jika 5-10 UKM di sektor teknologi dan e-commerce akan pergi untuk IPO. Perusahaan seperti Bukalapak, Tokopedia, Traveloka, dan Bhineka harusnya sudah siap untuk IPO,” tandas Sandiaga.

Kadin menilai beberapa startup layak masuk pasar modal / Shutterstock

Kadin Akan Dorong Startup Potensial Masuk Pasar Modal

Industri e-commerce dan layanan on-demand di tanah air memang naik daun. Perusahaan seperti Bhinneka, Bukalapak, Traveloka, dan Go-Jek menjadi penyedia layanan yang akrab dengan keseharian masyarakat. Menanggapi fenomena ini Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang UMKM, Koperasi, dan Industri Kreatif Sandiaga S. Uno menyatakan pihaknya akan mendorong startup dan UKM untuk segera masuk ke pasar modal.

Sandiaga juga mengungkapkan saat ini Kadin sedang mengidentifikasi UKM yang dirasa pantas dan potensial untuk masuk pasar modal. Ia menduga ada 50 UKM yang sanggup. Namun dari semuanya ia harap setidaknya ada 10 persen yang bisa melangsungkan IPO dalam satu sampai dua tahun mendatang.

“Kita lagi identifikasi, mungkin ada 50 UKM yang sanggup. Kita berharap dari 50 itu paling tidak 10 persennya bisa IPO (initial public offering / penawaran umum perdana) dalam satu sampai dua tahun ke depan,” ujar Sandiaga.

Dari lima puluh UKM yang diperkirakan potensial untuk masuk ke pasar modal sektor bisnisnya didominasi oleh startup, khususnya e-commerce. Nama-nama seperti Bukalapak, Bhinneka, dan Traveloka muncul sebagai yang diperhitungkan. Demikian juga dengan Go-Jek.

“Seperti Go-Jek malah bisa meningkatkan basis investor karena penggunanya ada 600.000. Sahamnya mungkin bisa ditawarkan ke penggunanya, itu bisa langsung booming,” tutur Sandiaga.

Beberapa waktu yang lalu juga dikabarkan bahwa Ketua Komite Tetap Bidang Telekomunikasi Kadin Indonesia Johnny Swandi Sjam menyebut Go-Jek sudah bernilai lebih dari $1 miliar. Meski belum ada keterangan lebih lanjut soal ini.

Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan juga tengah mengkaji kembali besaran modal UKM yang bisa masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari peraturan sebelumnya, kriteria UKM yang bisa masuk ke pasar modal adalah bisnis yang memiliki modal minimal Rp. 100 miliar. Aturan ini akan dikaji dan kemungkinan akan diubah sehingga UKM dengan modal di bawah Rp. 100 miliar bisa menjadi emiten di BEI.

Kemendag Pastikan Virtual Office Bisa Digunakan Untuk Alamat Kontak Perusahaan

Akhir tahun lalu industri kreatif Indonesia dibuat ramai dengan terbitnya aturan sementara yang melarang penggunaan virtual office untuk domisili perusahaan. Alasannya, untuk mengantisipasi adanya perusahaan fiktif. Pun begitu, pihak Kementrian Perdangan menyebutkan bahwa virtual office masih bisa digunakan untuk kepentingan alamat kontak perusahaan.

Dilansir Tempo, Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementrian Perdagangan Fetnayeti mengatakan, “Penggunaan virtual office untuk kantor bersama atau alamat kontak boleh saja. […] [Namun] Untuk mengurus Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), misalnya, tidak bisa menggunakan alamat virtual office.”

Terbitnya aturan yang melarang penggunaan virtual office seperti co-working space sendiri sebenarnya telah telah berhasil menimbulkan keresahan di beberapa pelaku industri kreatif. Umumnya mereka satu suara menyebutkan bahwa aturan ini bisa menghambat pertumbuhan UMKM dan juga perusahaan rintisan yang belum memiliki modal besar (startup).

Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Hari Sungkari sebelumnya juga menyebutkan bahwa virtual office adalah elemen penting dalam usaha sebagai legalitas. Apalagi untuk startup yang umumnya belum memiliki modal dan juga target pasar yang masih belum jelas.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum Virtual Office and Co-Working Space Association Indonesia (VOACI) Anggawira yang percaya bahwa banyak pelaku usaha khususnya sektor kreatif membutuhkan domisili agar bisa mendirikan perusahaan yang berbadan hukum.

Jadi jika hanya dapat difungsikan sebagai alamat kontak saja, itu masih tidak efektif dan kontradiksi dengan visi pemerintah yang ingin melahirkan 1000 startup.

Titik terang untuk aturan yang lebih baik

Dengan segala keresahan yang ditimbulkan, bukan berarti para pelaku terkait juga berdiam diri saja. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) sebelumnya telah mengajukan perizinan kantor virtual ke Kementrian Perdagangan. Langkah tersebut diambil guna memudahkan pelaku startup dan juga UMKM untuk menjalankan usaha.

Toh aturan yang terbit dalam Surat Edaran Kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) Jakarta No. 41/SE/Tahun 2015 tanggal 2 November 2015 pun masih berupa aturan sementara.

“Kehadiran aplikasi dan perkembangan startup seperti Go-Jek, Grab, dan jasa seperti Virtual Office jangan dihambat karena hanya regulasi, kita harus mengejar ketertinggalan dari luar negeri, jadi pearaturan yang dibuat juga harus kondusif,” ujar Wakil Ketua Umum Kadin bidang UMKM, Koperasi, dan Industri Kreatif Sandiaga Uno seperti dilansir BeritaSatu.

Jika harus ditinjau kembali, sebenarnya tak ada yang salah dengan alasan di balik terbitnya regulasi larangan penggunaan virtual office. Namun, penerapannya memang masih kurang tepat sasaran.

Dengan lahirnya Virtual Office and Co-Working Space Association Indonesia (VOACI), harusnya sekarang bisa jadi waktu yang tepat bagi para pemangku kepentingan dan pelaku industri untuk duduk bersama dan berdiskusi menentukan aturan yang tepat guna mendorong pertumbuhan ekosistem yang tengah menggeliat di Indonesia.

IDByte 2013 Dilaksanakan Juni Mendatang, Jadi Tuan Rumah Kegiatan “Geeks On A Plane”

Acara tahunan IDByte akan diadakan tanggal 11-13 Juni 2013 mendatang, dengan acara konferensi dan penghargaan Bubu Awards, di Ritz Carlton, Pacific Place Jakarta. IDByte kali ini akan mengusung tema “Membangun Perusahaan Kelas Dunia”, di mana rangkaian acaranya sudah dimulai sejak April ini di sejumlah kota besar di Indonesia. Selain itu, IDByte kali ini juga akan menjadi tuan rumah kegiatan Geeks On A Plane — acara yang diorganisir 500 Startups dari Silicon Valley yang kali ini menyambangi kawasan Asia Tenggara.

Continue reading IDByte 2013 Dilaksanakan Juni Mendatang, Jadi Tuan Rumah Kegiatan “Geeks On A Plane”