Tag Archives: Sandra Wang

ELSA Aplikasi Belajar Bicara Bahasa Inggris

Aplikasi ELSA Speak Ekspansi ke Indonesia, Fokus Tingkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris

ELSA (English Learning Speech Assistant) Speak adalah aplikasi untuk belajar bahasa Inggris yang menerapkan kecerdasan buatan dan pengenalan suara. Teknologi tersebut memungkinkan terjadinya proses belajar dua arah, misalnya pengguna dapat melafalkan kata atau kalimat tertentu, kemudian sistem akan melakukan analisis dan memberikan masukan perbaikan.

Berbasis di San Francisco, aplikasi ELSA Speak didirikan pada tahun 2015 oleh Vu Van. Saat ini mereka mengklaim telah miliki 6,5 juta pengguna yang tersebar di 101 negara. Lantas untuk tingkatkan penetrasi bisnis, perusahaan tengah gencarkan ekspansi, termasuk ke pasar India, Jepang dan Indonesia.

Di Indonesia, saat ini juga ada aplikasi belajar Bahasa Inggris yang dikembangkan startup lokal, yakni Bahaso dan Cakap – beberapa aplikasi lain dari pengembang global seperti DuoLingo juga bisa digunakan gratis oleh pengguna di sini. Beberapa startup edutech seperti Ruangguru (melalui SkillAcademy) dan Zenius juga tawarkan materi belajar Bahasa Inggris.

Untuk Bahaso, selain modul berbasis e-learning interaktif, mereka juga sajikan layanan kursus online dengan tutor. Sementara Cakap, fokus sajikan kanal kursus online untuk pembelajaran bahasa. Mereka menggandeng mitra dari berbagai perguruan tinggi.

Kepada DailySocial, Sandra Wang selaku Indonesia Head of Growth ELSA menyampaikan potensi pasar layanan kursus bahasa Inggris. Dengan tingginya populasi berumur 35 tahun ke bawah, Indonesia berkemungkinan untuk menyumbang tenaga kerja internasional. Akan tetapi, menurut riset yang dilakukan English First English Proficiency Index, Indonesia masih menempati urutan ke 61 dari 100 negara untuk kemampuan berbahasa Inggris.

Segera integrasikan dengan platform pembayaran lokal

Saat ini ELSA telah memiliki tim lokal di Indonesia untuk pemasaran dan pengembangan produk. Beberapa inisiatif yang direncanakan di antaranya mengintegrasikan platform dengan pembayaran digital seperti Gopay, dengan harapan memudahkan proses transaksi.

Aplikasi dapat diunduh secara gratis dan dicoba dengan fitur terbatas. Untuk manfaatkan kapabilitas penuh, pengguna dapat berlangganan dengan harga mulai dari Rp84 ribu per bulan.

“Di Indonesia, ELSA bertujuan untuk mendukung masyarakat dengan berbagai latar belakang, berbagai macam pendidikan dan pekerjaan, dalam meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris yang dapat berguna untuk meningkatkan kesempatan mereka dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari,” jelas Sandra menceritakan segmentasi pengguna yang ditargetkan.

ELSA telah membukukan pendanaan sekitar US$12 juta dari Monk’s Hill Ventures, Gradient Ventures dan sejumlah investor lainnya.

Fokus tingkatkan kualitas berbicara bahasa Inggris

Dengan teknologi yang dimiliki, prioritas utama ELSA pada latihan pengucapan bahasa Inggris secara akurat. Aplikasi disebut bisa  mendeteksi kesalahan pengucapan pengguna dengan tingkat akurasi sampai 95%. Pengguna juga dapat menerima umpan balik detail untuk memperbaiki kesalahan pengucapannya, seperti ulasan setiap suku kata yang salah diucapkan hingga analisis pelafalan kata.

ELSA telah menyediakan lebih dari 1.200 pelajaran serta lebih dari 60 topik bagi pengguna untuk melatih pengucapan, mulai dari latihan pengucapan kata, frasa serta kalimat bahasa Inggris. Fitur lain yang ditawarkan adalah kamus interaktif, yang akan membantu pengguna cara mengucapkan kata atau frasa yang dicarinya.

Founder & CEO ELSA Vu Van menyampaikan, pengucapan merupakan tantangan terbesar dalam belajar bahasa Inggris, sehingga menjadi penghalang untuk berbicara dengan lancar dan percaya diri. “Di zaman sekarang, kita perlu berbicara bahasa Inggris dengan jelas, dan dengan aksen yang bersih untuk berkomunikasi dengan baik di tempat kerja, sekolah, dan tempat lainnya.”

Hal itu sejalan juga dengan pengalaman yang dialami Van hingga akhirnya mendirikan ELSA. “Saya pindah ke Amerika untuk mengambil gelar MBA. Tahun pertama saya di Stanford sangat menantang karena ketidakmampuan saya untuk berbicara bahasa Inggris dengan lancar. Padahal, saya termasuk berprestasi dalam mata pelajaran bahasa Inggris ketika sekolah di Vietnam.”

ELSA Vu Van
Founder & CEO ELSA Vu Van / ELSA

“Kami percaya bahwa jika seseorang mampu berbicara bahasa Inggris dengan baik, tingkat pendapatan mereka akan naik juga. Kualitas hidup mereka pun menjadi semakin meningkat. Dengan demikian, lebih banyak kesempatan terbuka bagi mereka,” ujar Van.

ELSA juga miliki model bisnis B2B, mereka menawarkan platform terpadu untuk membantu perusahaan, organisasi atau instansi pendidikan memberikan solusi belajar bahasa Inggris bagi karyawan, anggota atau pelajarnya. Dilengkapi juga dasbor analisis hasil pembelajaran yang dapat dipantau pengelola.

Application Information Will Show Up Here
Menyimak tantangan dan kendala layanan fashion commerce Pomelo di Indonesia / Pomelo

Fokus Layanan “Fashion Commerce” Pomelo di Indonesia Tahun Ini

Persoalan logistik hingga kini ternyata masih menjadi faktor kendala bagi layanan e-commerce di Indonesia. Salah satunya layanan fashion commerce asal Thailand Pomelo yang masih kesulitan mengatasi pengiriman barang untuk pelanggan di Indonesia.

Kepada DailySocial, PR & Marketing Manager Pomelo Sandra Wang mengungkapkan, Indonesia termasuk pasar yang kompetitif dan makin sulit untuk dipahami oleh layanan fashion commerce seperti Pomelo.

“Kami dari Pomelo berusaha mengatasi persoalan logistik ini agar lebih efisien lagi. Tantangan lain yang kerap kami hadapi selama menjalankan bisnis di Indonesia adalah perubahan minat dan selera pelanggan.”

Sandra menambahkan perubahan teknologi yang bergerak cepat juga menjadi salah satu kendala yang terus dicermati oleh Pomelo. Sebagai layanan fashion commerce yang menghadirkan desain milik sendiri dan dibuat khusus dari Bangkok, Pomelo selalu berupaya untuk tetap relevan.

“Salah satu strateginya adalah terus menciptakan brand baru dan menjualnya segera secara online. Hal tersebut yang menjadikan kami tampil lebih unggul dari kompetitor, dengan mengedepankan aplikasi dan situs kami,” kata Sandra.

Fokus Pomelo di tahun 2018

Pomelo didirikan tiga orang co-founder, yaitu CEO David Jou, Win Thanapisitikul, dan Casey Liang tahun 2013 lalu. Di Indonesia fokus usaha mereka adalah terus tumbuh sebagai brand dan membuat produk yang disukai pelanggan.

Selain itu Pomelo ingin meningkatkan awareness dan mendorong pemasaran brand dengan menggelar kegiatan offline secara berkala.

“Kami kerap mengadakan kegiatan offline seperti peluncuran koleksi terbaru, merayakan hari istimewa seperti Natal dan Lebaran. Selain cukup ampuh sebagai kegiatan pemasaran, acara offline ini juga memberikan kesempatan kepada kami bertemu langsung dengan pelanggan,” kata Sandra.

Disinggung sudah berapa pengguna aktif di Indonesia, Sandra enggan menyebutkan secara pasti. Namun layanan yang sudah hadir di 50 negara ini menawarkan proses pengiriman cepat, gratis biaya dengan pemesanan minimal Rp 200 ribu dan garansi gratis 365 hari pengembalian.

“Pomelo akan terus menghadirkan produk fesyen yang disukai oleh pelanggan, layanan pelanggan yang baik, pengiriman dan tentunya tampilan situs juga aplikasi kami,” tutup Sandra.

Application Information Will Show Up Here