Tag Archives: Saratoga Investama Sedaya

Xurya Confirms the Series A Funding Worth of 308 Billion Rupiah Led by East Ventures and Saratoga

Xurya renewable energy startup announced a $21.5 million (approximately 308 billion Rupiah) series A funding round led by East Ventures (Growth Fund) and PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (Saratoga). The confirmed value was much bigger than what we’ve been informed in December 2021, at $14 million.

Schneider Electric and New Energy Nexus Indonesia, Xurya’s former investors, also participated in the round. Last year, New Energy Nexus Indonesia finalized its investment in five renewable energy companies. Meanwhile, Schneider Electric, through Schneider Electric Energy Access Asia (SEEAA) made its investment debut to Indonesia’s renewable energy startup, Xurya.

Xurya will allocate the fresh funds to continue the construction of Rooftop Solar Panel which has tripled in the past year, technology development, and human resources, therefore, efforts to accelerate the clean energy transition can be immediately executed.

“We appreciate the support and trust given by investors, partners and customers to assist us in accelerating the transition to new renewable energy in Indonesia since Xurya was founded three years ago,” Xurya Daya Indonesia’s Managing Director, Eka Himawan said in an official statement, Wednesday (1/12).

East Ventures’ Managing Partner, Roderick Purwana said, “East Ventures believes in the essential of investing in the right companies, not only for profit, but also to provide social and environmental impact. As one of the pioneers of VC applying an ESG approach to investment, we are very pleased to be able to support the Xurya team from the very beginning of their journey to create a clean and sustainable energy revolution in Indonesia, and protect the earth.”

Saratoga’s President Director, Michael Soeryadjaya added, “This investment is a good opportunity for Saratoga to strengthen support in the New & Renewable Energy (EBT) technology sector, which is now one of the government’s priority.”

He said, Rooftop Solar Panel (PLTS) can provide a solution for the clean, environmentally friendly and sustainable energy in Indonesia. The growth of Rooftop PLTS capacity is rapidly significant in the last three years, it proves the NRE technologyis getting higher demand.

As one of the government-supported initiatives, Saratoga can help accelerate the government’s efforts to achieve the NRE mix target of up to 23% by 2025 and 31% by 2050.

Until the end of 2021, Xurya has operated 57 Rooftop Solar Panel and is currently building in 38 other locations from various industries and businesses, such as manufacturing companies (food and beverage, consumer goods, agriculture, automotive, steel, building materials, textiles, etc), cold storage, hotels, and shopping centers across Jakarta, Banten, West Java, East Java, Central Java, Lampung, South and North Sumatra, and South Sulawesi.

Xurya products

Xurya Daya Indonesia (Xurya) offers several products, including solar-based energy solutions, which applied to building roofs. Aside from installation and equipment, the company also develops an application to facillitate owners in managing energy easier.

In addition, Xurya also pioneered the no-investment method to switch to solar power with a monthly fee model. In its implementation, it is a one-stop solution, Xurya will help from the design process, equipment selection, licensing, construction to the selection of financing products for solar electricity customers.

Eka said in tan interview, “Amid the slowdown in PV mini-grid investment, we believe that commercial and industrial customers have become a bright spot for electricity investors in Indonesia, not only in terms of profit, but more importantly from a climate impact perspective.”

Eka admits that consumer education is one of the toughest challenges. Because there are many companies and individuals who do not understand solar panels and many have the wrong idea about the electrical stability of PLTS. “The main target this year is to expand its business throughout Indonesia to offer go green solutions to more companies.”

The opportunity for Rooftop PLTS development in Indonesia is very large, exceeding its potential capacity of 200 thousand megawatts. Currently, the cost of Rooftop PLTS components is lower than other renewable energies, but this market has not been fully utilized so that less than 150 megawatts have been installed throughout Indonesia.

Apart from Xurya, there are already several startups engaged in this segment. Some of those are Warung Energi, Weston Energy, Forbetric, Erenesia, Khaira Energy, and Syailendra Power. Most work on the potential of solar power.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup energi terbarukan Xurya mengumumkan perolehan pendanaan Seri A sebesar $21,5 juta yang dipimpin oleh East Ventures (Growth Fund) dan Saratoga

Xurya Konfirmasi Pendanaan Seri A 308 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures dan Saratoga

Startup energi terbarukan Xurya mengumumkan perolehan pendanaan seri A sebesar $21,5 juta (sekitar 308 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh East Ventures (Growth Fund) dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (Saratoga). Nilai yang dikonfirmasi ini lebih besar dari informasi yang DailySocial.id terima pada Desember 2021 sebesar $14 juta.

Schneider Electric dan New Energy Nexus Indonesia, investor sebelum dari Xurya, turut berpartisipasi dalam putaran tersebut. New Energy Nexus Indonesia pada tahun lalu telah menyelesaikan investasinya di lima perusahaan energi terbarukan. Sementara, Schneider Electric, melalui Schneider Electric Energy Access Asia (SEEAA) melakukan debut investasinya di startup energi terbarukan di Indonesia kepada Xurya.

Xurya akan mengalokasikan dana segarnya tersebut untuk melanjutkan pembangunan PLTS Atap yang telah tumbuh hingga tiga kali lipat sepanjang tahun lalu, pengembangan teknologi, dan sumber daya manusia agar upaya akselerasi transisi energi bersih bisa segera terealisasi.

“Kami mengapresiasi dukungan dan kepercayaan yang diberikan oleh para investor, partner, dan customer untuk membantu kami dalam mempercepat transisi energi baru terbarukan di Indonesia sejak Xurya berdiri tiga tahun lalu,” ujar Managing Director Xurya Daya Indonesia Eka Himawan dalam keterangan resmi, Rabu (12/1).

Managing Partner East Ventures Roderick Purwana mengatakan, “East Ventures percaya pentingnya berinvestasi di perusahaan yang tepat, tidak hanya untuk mengejar profit, tapi juga memberikan dampak sosial dan lingkungan. Sebagai salah satu pelopor VC yang menerapkan pendekatan ESG dalam investasi, kami sangat senang bisa mendukung tim Xurya sejak awal perjalanan mereka dalam menciptakan revolusi energi yang bersih dan berkelanjutan di Indonesia, serta melindungi bumi.”

Presiden Direktur Saratoga Michael Soeryadjaya menambahkan, “Investasi ini merupakan kesempatan yang baik bagi Saratoga untuk memperkuat dukungan di sektor teknologi Energi Baru & Terbarukan (EBT) yang kini menjadi salah satu sumber energi prioritas yang akan dikembangkan oleh pemerintah.”

Menurutnya, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap dapat memberikan solusi bagi tersedianya energi bersih, ramah lingkungan, dan berkelanjutan di Indonesia. Pertumbuhan kapasitas terpasang PLTS Atap sangat pesat dalam tiga tahun terakhir, ini membuktikan bahwa kebutuhan terhadap industri teknologi EBT semakin tinggi.

Sebagai salah satu inisiatif yang didukung pemerintah, Saratoga dapat membantu mempercepat upaya pemerintah dalam mencapai target bauran EBT hingga 23% pada 2025 dan 31% pada 2050.

Hingga akhir 2021, Xurya telah mengoperasikan 57 PLTS Atap dan saat ini sedang membangun di 38 lokasi lainnya dari berbagai industri dan bisnis yang semakin beragam, seperti perusahaan manufaktur (makanan dan minuman, consumer goods, pertanian, otomotif, baja, bahan bangunan, tekstil, dll), cold storage, hotel, hingga pusat perbelanjaan yang tersebar di Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Selatan dan Utara, serta Sulawesi Selatan.

Produk Xurya

Xurya Daya Indonesia (Xurya) memiliki beberapa produk, meliputi solusi energi berbasis surya, yang diaplikasikan pada atap bangunan. Selain jasa pemasangan dan perangkat, perusahaan juga mengembangkan platform aplikasi untuk memudahkan pemilik aset melakukan pengelolaan energi.

Selain itu, Xurya juga mempelopori metode no investment (tanpa investasi) untuk beralih ke tenaga surya dengan model biaya bulanan. Dalam implementasinya, solusi mereka berbasis satu pintu, Xurya akan membantu dari proses design, pemilihan equipment, perizinan, konstruksi sampai dengan pemilihan produk pembiayaan untuk listrik surya pelanggan.

Dalam sebuah kesempatan wawancara, Eka mengatakan, “Di tengah perlambatan investasi PLTS utilitas, kami percaya bahwa pelanggan komersial dan industri telah menjadi titik terang bagi para investor ketenagalistrikan di Indonesia, tidak hanya dari perspektif keuntungan, tetapi lebih penting lagi dari perspektif dampak iklim.”

Dalam menyajikan produk-produknya, Eka mengakui bahwa edukasi konsumen menjadi salah satu tantangan terberat. Karena masih banyak perusahaan dan individu yang kurang paham mengenai solar panel dan banyak yang salah sangka mengenai stabilitas listrik dari PLTS. “Target utama tahun ini melakukan ekspansi bisnis ke seluruh wilayah Indonesia untuk menawarkan solusi go green ke lebih banyak perusahaan.”

Peluang pengembangan PLTS Atap di Indonesia sangat besar, melebihi potensi kapasitasnya yang mencapai 200 ribu megawatt. Saat ini biaya komponen PLTS Atap lebih rendah dibandingkan energi terbarukan lainnya, namun pasar tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga baru terpasang kurang dari 150 megawatt di seluruh Indonesia.

Selain Xurya, di Indonesia sudah ada beberapa startup yang turut bermain di ranah tersebut. Beberapa di antaranya Warung Energi, Weston Energy, Forbetric, Erenesia, Khaira Energy, dan Syailendra Power. Sebagian besar menggarap potensi tenaga surya.

Startup insurtech Fuse umumkan tambahan pendanaan Seri B (extended Series B) dari eWTP Technology and Investment Fund, CE Innovation Capital (CEIC), dan Saratoga Investama Sedaya

Startup Insurtech Fuse Terima Tambahan Pendanaan Seri B

Startup insurtech Fuse mengumumkan perolehan tambahan pendanaan seri B (extended series B) dari eWTP Technology and Investment Fund, CE Innovation Capital (CEIC), dan Saratoga Investama Sedaya. Tidak disebutkan nominal dana yang didapat.

Pengumuman ini disampaikan selang satu bulan setelah Fuse mengumumkan pendanaan seri B yang dipimpin oleh GGV Capital dengan keterlibatan investor sebelumnya. Di antaranya adalah East Ventures Growth, SMDV, Golden Gate Ventures, Heyokha Brothers, dan lainnya.

eWTP merupakan salah satu investment arm yang di-backup oleh Alibaba dengan dana kelolaan sebesar $600 juta. Fund tersebut menargetkan investasi startup di negara-negara berkembang, seperti India, Vietnam, dan Thailand. Fuse adalah portofolio pertama eWTP di Indonesia.

Dalam keterangan resmi, Partner & CFO eWTP Jiang Dawei mengatakan, Fuse memiliki proposisi nilai unik yang dapat memberdayakan kanal penjualan tradisional dengan menghubungkan berbagai perusahaan asuransi. Selama ini perusahaan asuransi tersebut tersebar dengan jaringan agennya dan menyediakan produk asuransi yang komprehensif bagi agen/broker.

“Fuse juga telah mendemonstrasikan kemampuan untuk memanfaatkan produk asuransi inovatif dan mutakhir dari negara lain untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang istimewa. Oleh karena itu, kami melihat Fuse sebagai pemain regional yang kuat di Asia Tenggara dalam waktu dekat,” kata Dawei, Kamis (16/9).

Partner CEIC Xiaolin Zheng menambahkan, Fuse memiliki keunggulan kompetitif di distribusi omnichannel dan inovasi teknologi. Mereka memosisikan diri dengan model “To Agent” yang telah meningkatkan efisiensi rantai pasok asuransi dalam bentuk digital.

“Kami percaya hal tersebut membuat Fuse berada di jalur yang tepat untuk meningkatkan skala bisnis di jangka panjang. Rendahnya penetrasi produk asuransi di Indonesia mengakibatkan prospek pertumbuhan yang menjanjikan dan peningkatan kebutuhan dari konsumen selama masa pandemi,” tutur dia.

CEO Fuse Andy Yeung mengatakan, pihaknya menyambut eWTP, CEIC, dan Saratoga sebagai investor karena mereka adalah pemimpin di sektor masing-masing. “Kami menantikan pengalaman-pengalaman berharga yang akan diperoleh dari mereka.”

Yeung mendirikan Fuse bersama Ivan Sunandar pada 2017, keduanya adalah veteran di industri asuransi. Diklaim, Fuse telah memiliki lebih dari 60 ribu mitra agen/broker dan bekerja sama dengan lebih dari 30 perusahaan asuransi memasarkan lebih dari 300 produk asuransi di dalam platform.

Total Pendapatan Premi Bruto (Gross Written Premium/GWP) yang telah diproses Fuse mencapai lebih dari $50 juta (Rp720 miliar) pada tahun lalu. Angka tersebut diklaim membuat Fuse menjadi perusahaan insurtech terbesar di Indonesia. Akan tetapi, potensi tersebut dapat tergali lebih dalam karena Fuse ingin menyelesaikan permasalahan kepercayaan di antara 97% orang Indonesia yang belum memiliki asuransi.

Fuse meluncurkan aplikasi Fuse Pro yang memungkinkan mitra agen/broker menutup polis secara instan dan mudah bagi konsumen.

Operasional Fuse tak hanya di Indonesia saja, tapi juga sudah melebar ke Vietnam dan Tiongkok dengan total 28 kantor cabang dan memiliki lebih dari 460 pegawai.

Kompetisi pasar

Startup insurtech memang sedang mendapat traksi yang tinggi selama pandemi. Pencapaian startup dari Indonesia kemudian direplikasi saat masuk ke pasar regional. Langkah tersebut juga dilakukan oleh pesaing Fuse, seperti PasarPolis dan Qoala.

PasarPolis yang juga sudah melebarkan sayapnya ke Thailand dan Vietnam. Startup ini mengklaim telah memroses lebih dari 300 juta polis pada akhir Agustus 2021. PasarPolis juga telah mengantongi pendanaan tambahan seri B pada awal tahun ini sebesar Rp70 miliar dari IFC.

Selain kedua pemain tersebut, ada Qoala yang juga telah mengantongi pendanaan seri A senilai Rp209 miliar yang dipimpin MDI Ventures melalui Centauri Fund. Startup ini juga sudah masuk ke Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Pada Maret 2020, Qoala mengklaim telah memroses lebih dari 2 juta polis per bulan, naik dari bulan yang sama di tahun sebelumnya sebanyak 7 ribu polis.

Menurut data yang diolah DSInnovate dalam “Insurtech Report 2021“, GWP yang telah dibukukan industri perasuransian di Indonesia telah mencapai $20,8 miliar pada tahun 2020. Asuransi jiwa mendominasi angka dengan persentase 73,8%.

Kendati sempat terdampak pandemi di awal kemunculannya di Indonesia, namun sektor ini relatif bisa cepat pulih jika dilihat dari Gross Premium Income yang didapat. Dalam laporan di atas, ada beberapa faktor penting yang dapat mendorong adopsi asuransi.

Pertama, isi proses klaim yang harus memudahkan (48% responden). Kemudian yang kedua terkait brand penyedia layanan yang harus meyakinkan (39%). Lalu dilanjutkan biaya (37%) dan manfaat yang diberikan (11%).

Application Information Will Show Up Here