Tag Archives: SBI Ven Capital

Startup agritech Eratani raih pendanaan tahap awal $5,8 juta, sebesar $2 juta berasal dari SBI Ven Capital bersama Genting Ventures, Orvel Ventures

Eratani Tutup Pendanaan Tahap Awal Senilai 88 Miliar Rupiah

Startup agritech Eratani mengumumkan perolehan dana tambahan senilai $2 juta (sekitar 30,4 miliar Rupiah) dari SBI Ven Capital, melalui dana bersama dengan Kyobo Sekuritas dan NTUitif, sebagai lead investor dalam putaran tahap awal yang sudah berlangsung sejak tahun lalu.

Investor lainnya yang turut berpartisipasi di antaranya, Genting Ventures, Orvel Ventures, dan Ascend Angles. Bila ditotal, dalam putaran ini Eratani mengumpulkan dana sebesar $5,8 juta (sekitar 88,2 miliar Rupiah) dari sejumlah investor, yakni TNB Aura, AgFunder, B.I.G Ventures, dan Trihill Capital.

Trihill Capital merupakan salah satu investor yang masuk dalam putaran tahap pra-awal senilai 23 miliar Rupiah yang diumumkan pada Juni 2022.

Perusahaan meyakini investasi yang dikucurkan para investor menandai optimisme dan kepercayaan mereka terhadap kemampuan Eratani membuka potensi agritech, sembari menciptakan dampak sosial yang signifikan.

“Investasi ini tidak hanya memvalidasi model bisnis kami tetapi juga menggemakan keyakinan kami akan potensi agribisnis Indonesia. Kami berkomitmen untuk melanjutkan pekerjaan kami dalam memberdayakan petani, meningkatkan efisiensi, dan mendorong keberlanjutan bisnis di sektor pertanian,” ucap CEO Eratani Andrew Soeherman dalam keterangan resmi.

CEO SBI Ven Capital Ryosuke Hayashi menyampaikan, “kami sangat yakin dengan potensi besar sektor agritech Indonesia, dan Eratani berada di posisi yang tepat untuk memanfaatkannya. Pendekatan holistik dan solusi inovatif mereka tidak hanya merampingkan proses pertanian tetapi juga menciptakan dampak sosial bagi petani. Kami tetap yakin dengan kemampuan Eratani untuk mendorong pertumbuhan dan transformasi di sektor pertanian.”

Startup yang didirikan pada 2021 ini menyediakan teknologi yang terintegrasi dalam budidaya padi. Solusi komprehensifnya melibatkan pendanaan petani, manajemen rantai pasokan, distribusi tanaman dan bantuan pertanian, solusinya menyeluruh dari hulu ke hilir.

Program pendampingan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas para petani binaan Eratani dari awal hingga akhir proses tanam. Pendampingan ini meliputi pengecekan pH tanah, perawatan tanaman, cara menghadapi serangan hama, penyediaan sarana produksi pertanian yang berkualitas, hingga penyaluran hasil panen dengan harga yang terstandardisasi.

Diklaim perusahaan telah menjaring 20 ribu petani padi di lima provinsi, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Sulawesi Selatan.

Isu pertanian

Dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial.id, Andrew menyebut terdapat dua isu utama yang dihadapi oleh sektor pertanian, yakni (1) 98% proses dari hulu ke hilir belum terdigitalisasi dan (2) 93% petani masih melakukan kegiatan usaha sendiri dan tidak terorganisir.

Berdasarkan riset McKinsey, sebanyak 50%-70% hasil panen di Indonesia tidak pernah sampai ke pasar. Diperkirakan produktivitas petani di Indonesia harus naik 60% jika ingin memenuhi kebutuhan pangan sebanyak 280 juta jiwa. Itu pun bisa terealisasi apabila petani mampu meningkatkan hasil panen, mengurangi kerugian pasca-panen, hingga dapat mendistribusikannya ke kota besar.

Secara potensi, sektor pertanian Indonesia menyumbang sekitar 13% terhadap PDB dan mempekerjakan hampir 29% tenaga kerja. Namun sektor ini menghadapi inefisiensi yang signifikan, di antaranya logistik yang buruk dan biaya tinggi akibat tengkulak, mengakibatkan margin keuntungan berkurang bagi petani, terutama beras, yang melibatkan sekitar 17 juta rumah tangga.

Solusi inovatif Eratani bertujuan untuk merampingkan sektor ini membuatnya lebih efisien dan adil, yang terpenting memastikan petani mendapatkan keuntungan langsung dari pekerjaan mereka.

Startup penyedia solusi fulfillment rantai dingin Fresh Factory mengumumkan meraih pendanaan pra-Seri A $4,15 juta dipimpin oleh SBI Ven Capital

Fresh Factory Raih Pendanaan Pra-Seri A Rp62 Miliar Dipimpin SBI Ven Capital

Startup penyedia solusi fulfillment rantai dingin Fresh Factory mengumumkan telah menutup pendanaan pra-seri A sebesar $4,15 juta (lebih dari 62 miliar Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh SBI Ven Capital melalui join investment bersama Kyobo Securities dan NTUitive, serta partisipasi dari investor sebelumnya, seperti East Ventures, Trihill Capital, dan investor baru, PT Tap Applied Agri Services.

Pendanaan ini diraih selang 9 bulan setelah mengumumkan pendanaan putaran tahap awal senilai $4,5 juta dipimpin oleh East Ventures pada Juni 2022.

Dana segar ini akan digunakan untuk mengakselerasi pertumbuhan Fresh Factory dalam rangka mendukung pencapaian target sebagai perusahaan lokal yang menyediakan layanan dari hulu ke hilir dalam logistik dan cold chain fulfilment dengan strategi hiperlokal.

CEO SBI Ven Capital Ryosuka Hayashi menyampaikan, Fresh Factory berhasil mengidentifikasi komponen paling esensial dalam ekosistem logistik di Indonesia. Layanan yang mereka miliki dapat mengakomodasi tingginya permintaan pada layanan hiperlokal cold chain fulfillment, serta permintaan jasa logistik dari pelanggan dan pebinis.

“Kami sangat senang dapat bermitra dengan Fresh Factory guna mendukung visi mereka membangun perusahaan dan mentransformasikan lanskap sektor logistik di Indonesia,” jelas Hayashi dalam keterangan resmi, Senin (3/4).

“[..] Dengan didukung jajaran investor ternama, Fresh Factory akan terus meraih pencapaian yang lebih besar lagi dan menjadikan posisi kami semakin solid sebagai standar di industri cold chain fulfillment,” tambah Founder & CEO Fresh Factory Larry Ridwan.

Larry melanjutkan, dana segar akan digunakan untuk memperluas jaringan menjadi lebih dari 100 titik pusat layanan fulfillment di 50 kota di seluruh Indonesia pada akhir 2023. Rencananya titik persebaran fulfillment akan merambah kota-kota dengan populasi tinggi di Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan kota-kota lapis dua di Jawa.

Selain ekspansi, perusahaan akan merekrut lebih banyak talenta terbaik, meningkatkan kualitas layanan existing, dan mendorong efisiensi logistik dengan memperluas jaringan fulfillment untuk produk segar dalam layanan cold chain yang disediakan perusahaan.

Pertumbuhan Fresh Factory

Kebutuhan terhadap layanan infrastruktur cold chain di Indonesia terus meningkat sejalan dengan semakin luasnya penggunaan e-commerce dan online groceries. Pasar cold chain di Indonesia tumbuh dengan CAGR sebesar 10,7% pada 2016 hingga 2021, dan diperkirakan tumbuh 12,9% antara 2021 dan 2026.

Didirikan pada 2020 oleh Larry Ridwan (CEO), Widijastoro Nugroho (CCO), dan Andre Septiano (CFO) , Fresh Factory menyediakan jaringan hiperlokal cold chain, fulfilment, dan sistem manajemen pintar untuk fulfilment yang memungkinkan pelaku bisnis menyimpan, mengambil, mengemas produknya dan dikirim langsung ke pelanggan melalui fasilitas yang dimiliki Fresh Factory.

Fresh Factory menargetkan layanan logistik cold chain untuk produk makanan dan minuman (F&B), obat-obatan, produk kecantikan dan perawatan kulit, serta beberapa chip . Untuk itu Fresh Factory menyederhanakan seluruh aspek dalam logistik cold chain, mulai dari mengoperasikan layanan fulfilment berskala mikro untuk mendukung pengiriman produk ke destinasi akhir (last-mile) serta mendorong digitalisasi pada tahap awal (first-mile) yang mana produk dikirim dari klien ke pusat fulfillment Fresh Factory.

Sejak diluncurkan pertama kali, Fresh Factory telah tumbuh dari 20 pusat layanan fulfillment menjadi lebih dari 40 pusat layanan fulfillment di 22 kota di Indonesia, memperluas layanan ke pemesanan ritel, di samping layanan untuk pemesanan langsung ke pelanggan (direct-to-consumer).

Dalam satu tahun terakhir, transaksi GMV Fresh Factory diklaim meningkat 10 kali lipat dan jumlah klien meningkat dua kali lipat. Para penggunanya datang dari beragam perusahaan berskala besar, termasuk Danone, Sirclo, Eden Farm, dan Kin Dairy Fresh Milk.

Application Information Will Show Up Here