Startup agritech DayaTani memperoleh pendanaan awal dalam bentuk financing sebesar $2,3 miliar (sekitar Rp35,7 miliar) yang dipimpin oleh Ascent Venture Group, serta partisipasi dari Northstar Ventures, BRI Ventures, dan Gentree Fund.
DayaTani didirikan September 2023 oleh Ankit Gupta (eks pendiri FarmGuide) dan Deryl Lu (eks Sayurbox) yang mengembangkan layanan end-to-end ke ekosistem pertanian skala kecil untuk meningkatkan hasil panennya.
“Investasi ini menunjukkan kepercayaan terhadap model bisnis dan teknologi DayaTani. Kami berkomitmen untuk meningkatkan petani Indonesia melalui teknologi inovatif dan kemitraan,” ucap Deryl Lu dalam keterangan resminya.
Diketahui, sektor pertanian merupakan salah satu sektor besar dengan kontribusi 13% terhadap PDB nasional dan menyerap sebanyak 29% tenaga kerja. Sektor ini juga tengah mengalami perkembangan signifikan mengingat pertanian adalah sektor yang sulit didigitalisasi.
“Northstar bersemangat untuk berkontribusi pada upaya mereka, berperan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas yang paling rentan di wilayah tersebut,” tulis Northstar dalam laman resmi LinkedIn.
Solusi DayaTani
DayaTani tengah mengoperasikan beberapa situs penelitian dan pertanian di pulau Jawa untuk tanaman hortikultura dan tanaman pangan, seperti padi, cabai, kentang, dan bawang merah. Penelitian ini dilakukan untuk memahami pengaruh hasil panen termasuk membangun praktik SOP di wilayah tersebut.
“DayaTani sedang membangun agen agronom semi-bionik yang memiliki akses ke semua alat dan teknologi relevan untuk mengatasi masalah di pertanian,” tutur Ankit Gupta.
Beberapa solusi yang dikembangkan adalah chatbot LLM. Fitur ini sudah aktif di aplikasi agen lapangan dan WhatsApp para petani. Bot ini disebut mampu memahami pertanyaan dalam bahasa daerah, baik melalui teks atau ucapan. Selain itu, bot ini disebut mampu mendiagnosis masalah tanaman dengan presisi tinggi dan menghasilkan rekomendasi kustom.
Dikutip dari situs resminya, DayaTani mencatat telah mampu mengelola situs penelitian dan pertanian seluas 50 ribu meter persegi dengan kenaikan yield 30% pada 350 mitra petani dalam waktu singkat sejak pertama beroperasi.
Rencananya, pihaknya berencana memasang lebih dari 100 perangkat IoT seluruh Jawa dan menciptakan jaringan stasiun cuaca dalam kurun waktu satu tahun. Jaringan ini akan memberikan informasi cuaca yang tepat dan spesifik lokasi serta peringatan cuaca yang lebih relevan bagi para petani.
Sektor agrikultur masih diminati VC di Indonesia untuk terlibat dalam transformasi melalui digitalisasi. Transformasi ini menjadi langkah dalam mengatasi tantangan di lapangan, seperti modal, akses ke pasar, dan kinerja hasil panen.Di sepanjang 2023, tercatat beberapa startup agritech Indonesia yang memperoleh pendanaan di antaranya Semaai, Kora, dan Rize.
Startup cleantech Bioniqa mengumumkan perolehan pendanaan awal dengan nominal yang tidak disebutkan dari Bali Investment Club (BIC). Pendanaan ini akan dimanfaatkan untuk kebutuhan riset dan pengembangan produk.
Bioniqa mengembangkan fotobioreaktor yang dapat mengonversi jejak karbon menjadi kredit karbon dan oksigen. Mereka mengadopsi pendekatan lokal yang diklaim belum pernah ada sebelumnya di Indonesia dalam memerangi isu polusi udara di pusat perkotaan.
“Fotobioreaktif unik yang kami miliki dapat menampung alga dalam lingkungan terkendali, yang dapat menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen. Ini bukan hanya sebuah mesin, tetapi ekosistem yang dapat membersihkan udara yang kita hirup sehingga membuat kota menjadi lebih layak huni,” ujarnya Co-Founder dan President Bioniqa Andre Hutagalung lewat siaran resmi.
Bioniqa didirikan pada 2023 oleh RaMa Raditya dan Andre Hutagalung. Keduanya dikenal sebagai pendiri startup pengembang smart cityQlue. Saat ini, Bioniqa telah mengoperasikan instalasinya di tempat penitipan anak di wilayah Jakarta, dan targetnya akan dipasang secara agresif di sekolah-sekolah besar di sejumlah kota.
Bioniqa menyasar sektor B2C di segmen menengah ke atas, mencakup residensial mewah dan apartemen vertikal; sektor B2B, mencakup gedung perkantoran, ruang ritel; serta sektor B2G lewat kemitraan dengan fasilitas pemerintahan, dan ruang publik berlalu lintas tinggi.
Klaimnya, satu fotobioreaktor Bioniqa telah meningkatkan kualitas udara luar ruang sebesar 60%-80% pada area seluas 150 meter persegi dalam waktu 24 jam. Lalu, mesin ini dapat mengimbangi 165 hingga 240 kg emisi karbon setiap tahunnya, serta menghasilkan 6.800 liter oksigen setiap tahunnya.
Melalui pendanaan ini, Bioniqa akan mengembangkan laboratorium dan perkebunan alga, hingga meningkatkan kemampuan fotobioreaktor melalui teknologi IoT.
Nicolo Castiglione, Managing Partner Bali Investment Club mengatakan ini menjadi momentum tepat berinvestasi untuk merespons krisis polusi udara yang dihadapi Jakarta selama beberapa bulan terakhir.
“Per satu mesin saat ini setara dengan 80 pohon dalam produksi O2 dan 20 pohon untuk mengurangi CO2. Di kota padat seperti Jakarta, kita tidak bisa menanam pohon di sembarang tempat dan perlu waktu bertahun-tahun sebelum pohon itu tumbuh. Bioniqa hadir untuk memecahkan masalah ini dengan menggabungkan alam dan teknologi.”
Beberapa waktu lalu, pemerintah meluncurkan Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon), merespons target Indonesia untuk mencapai pengurangan emisi karbon menjadi 31,89% pada 2030. Payung hukumnya juga telah diterbitkan melalui Peraturan OJK (POJK) Nomor 14 Tahun 2023 yang akan menjadi pedoman dan acuan perdagangan karbon.
Peluncuran Bursa Karbon Indonesia juga merespons berkembangnya kebutuhan terhadap solusi di bidang teknologi hijau (cleantech), khususnya dekarbonisasi, yang diikuti oleh kemunculan pengembang inovasi di bidang karbon.
Beberapa di antaranya Fairatmos yang mengembangkan platform untuk mengakselerasi penyerapan karbon, juga Jejak.in yang memanfaatkan teknologi IoT dan satelit dalam menganalisis jejak karbon.
Startup D2C produsen makanan hewan Pawprints (Pawprints Inspired Pte Ltd) mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $1,7 juta (sekitar Rp27 miliar) dipimpin oleh Creative Gorilla Capital (CGC). Altrui (family office dari Japfa Comfeed), Tujuh Bersaudara Investindo (family office dari Tigaraksa Satria), dan sejumlah investor individu turut serta dalam putaran ini.
Tak hanya dukungan finansial dari para investor, Pawprints akan bekerja sama dengan CGC dalam bidang strategi branding dan pemasaran. Serta, memanfaatkan kekuatan Japfa dalam manufaktur dan Tigaraksa dalam distribusi. Dalam rangka dukung pengembangan bisnis, Pawprints telah mengakuisisi pemain sejenis dari Jepang untuk memperluas portofolionya.
Managing Partner CGC Benz Budiman menyampaikan investasi ini merupakan langkah strategis untuk membawa produk berkualitas tinggi asal Indonesia ke panggung global, melalui inovasi yang berfokus pada kesejahteraan hewan dan pet humanization.
“Kami siap mengambil peran dalam pertumbuhan eksponensial Pawprints dan mengantarkannya menjadi pemimpin di pasar Indonesia dan membuka peluang di pasar dunia,” ucapnya dalam keterangan resmi, Kamis (16/11).
Pawprints turut menambah portofolio CGC yang didukung oleh Future Creative Network (FCN) dan Vynn Capital. FCN telah berpengalaman membantu perusahaan FMCG hingga perusahaan consumer goods lokal hingga global melancarkan kegiatan pemasaran mereka. Sejauh ini, CGC telah berinvestasi di sejumlah startup, yakni Offmeat, Ringkas, Kynd, dan Allura.
VC ini memang memfokuskan dirinya dengan mendukung bisnis B2C & D2C berbasis produk dan digital dengan pendanaan tahap awal. Sektor ini dinilai akan terus berkembang sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita.
Sebelumnya, East Ventures juga menyuntikkan pendanaan awal ke startup di bidang yang sama, yakni Compawnion. Startup yang didirikan Stephani Herman (CEO), Tania Suganda (CMO), dan Valerie Amintohir (CPO) tersebut, debut dengan merilis produk makanan beku untuk anjing dengan brand “Pawmeals”.
Produk makanan hewan Pawprints
Penelitian Pet Care in Asia Pacific yang dilakukan Euromonitor menyatakan konsep humanisasi hewan peliharaan kini semakin mempengaruhi pola belanja konsumen Indonesia. Kenaikan pendapatan dan perubahan demografi turut mengubah perspektif pemilik hewan dari sekedar memiliki menjadi mengasuh hewan peliharaan, yang kini dianggap sebagai bagian dari keluarga. Hal ini memicu permintaan terhadap produk yang mendukung kesejahteraan hewan peliharaan.
Didukung oleh laporan yang diterbitkan Growth Market Reports memperkirakan pertumbuhan berkelanjutan untuk pasar makanan hewan peliharaan di Indonesia sebesar $2.09 miliar (sekitar Rp32 triliun) di 2022. Diperkirakan akan melampaui $4.73 miliar (sekitar Rp74 triliun) pada 2031, dengan pertumbuhan CAGR sebesar 9,5% selama periode proyeksi 2023 – 2031. Data ini menunjukkan peluang besar bagi Pawprints Inspired dalam menyediakan makanan hewan peliharaan yang lebih sehat dan berkualitas.
Startup yang didirikan pada Juni 2023 ini berfokus pada menciptakan makanan hewan peliharaan yang bergizi dan sesuai secara biologis untuk kesejahteraan hewan yang lebih baik. Produknya diformulasi sesuai standar AAFCO demi memastikan hewan peliharaan mendapatkan nutrisi yang ideal untuk mendukung kesehatan saluran pencernaan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Salah satu produk yang dirilis adalah Black Soldier Fly, mengandalkan kekuatan protein serangga superfood, mengandung protein berkualitas tinggi yang hipoalergenik, asam amino, dan mineral penting untuk kesehatan kucing dan anjing.
Founder dan CEO Pawprints Jacqueline Sulistyo menyampaikan selain mengusung kualitas makanan hewan premium dengan standar produksi internasional, perusahaan berkomitmen terhadap konsep keberlanjutan. Hal ini tercermin dari penggunaan kemasan daur ulang dan kerja sama dengan fasilitas daur ulang lokal.
“Sebagai grup holding, Pawprints Inspired akan terus mengembangkan produk dan bidang usaha baru yang mendukung pencernaan dan imunitas hewan peliharaan,” imbuh Jacqueline.
Diklaim produknya berhasil mencatat pertumbuhan penjualan lebih dari 4,6 kali setiap bulannya dan memperluas jaringan di 11 kota besar, sehingga dapat ditemukan di lebih dari 500 toko offline di Indonesia. Perusahaan juga memanfaatkan channel penjualan online, seperti Tokopedia dan Shopee, untuk pemasarannya. Pada Februari 2024 mendatang, perusahaan akan merilis produk baru, Insect-Based Dog Food.
Pendanaan ekuitas untuk startup Indonesia mulai menunjukkan tanda pemulihan dibandingkan tahun sebelumnya (meskipun belum sepenuhnya). Menurut laporan Indonesia’s Startup Handbook yang dihimpun DSInnovate, pada Q3 2023, pendanaan startup — yang dipublikasi— mencapai 38 transaksi yang bernilai $501,6 juta. Nilai investasi ini lebih baik dari dua kuartal sebelumnya, yakni sebesar $376,7 juta pada Q1 dan $330,2 juta pada Q2. Peningkatan ini memberikan indikator positif, terutama mengingat penurunan tajam yang terjadi pada paruh pertama tahun ini.
Investasi tahap awal masih mendominasi keseluruhan pendanaan startup Indonesia. Hal ini mengindikasikan investor mempertahankan kepercayaan yang signifikan terhadap prospek generasi founder baru, bahkan dalam menghadapi tantangan terkini.
East Ventures menjadi investor tahap awal yang paling aktif berinvestasi di Asia Tenggara. Sepanjang 10 bulan ini, VC tersebut telah berinvestasi ke 29 startup, mayoritas di Indonesia, yang telah menerima kucuran dana. Pendanaan tahap awal terbesar diberikan untuk MAKA Motors.
Dalam wawancara sebelumnya, Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menuturkan pihaknya tidak akan berhenti berinvestasi mau bagaimanapun cuaca yang sedang terjadi. Menurutnya, valuasi startup saat ini sedang murah, tapi pekerjaan founder sekarang lebih “berat.”
“Tapi bukan cuma itu, sekarang level knowledge founder jauh lebih tinggi karena ekosistem sudah mulai mature. Banyak [founder] sudah kerja di mana-mana. Jadi [kondisinya] masih bagus, dari sisi kita tetap aktif [berinvestasi],” kata Willson.
Program Day Zero Antler menjaring Founder baru
Partner Antler Indonesia Agung Bezharie di kesempatan terpisah mengatakan dengan kondisi sekarang, semakin mudah terlihat kualitas founder startup. Mana yang bagus mana yang tidak. “Banyak founder yang bagus dan tidak oportunis. Sangat passionate menyelesaikan problem,” kata dia.
Founder yang ia maksud adalah para peserta yang mendaftarkan diri atau direkrut langsung tim Antler untuk membangun startup baru. Kebanyakan para calon founder ini punya satu benang merah, pernah berkarier profesional di sejumlah perusahaan, baik enterprise maupun startup, dan tertarik untuk terjun sebagai founder startup.
“Bahkan di cohort sekarang [ke-5] rata-rata founder di sini sudah bekerja selama 13 tahun.”
Sebanyak 60-70 orang per cohort bergabung di program Antler Residency selama 10 minggu untuk membangun startup baru. Konsepnya sedikit berbeda dengan kebanyakan program akselerator karena mereka yang mendaftar bisa sendiri tanpa tim. Ada yang mendaftar sendiri ke situs Antler atau di-scout tim Antler.
Selama residensi berlangsung, para partisipan bisa mengikuti sesi bootcamp intensif, berdiskusi dengan tim dan sesama entrepreneur lain untuk mendapatkan peer learning, pertukaran ide, serta umpan balik yang konstruktif. Adanya sesi kolaboratif ini mendorong peserta untuk menajamkan konsep dan strategi bisnis mereka.
Residensi ini juga menawarkan sesi one-on-one dengan tim mentor berpengalaman di Antler, sehingga membantu founder untuk mengatasi tantangan, mendapatkan panduan spesifik, serta konsultasi dengan ahli untuk menyempurnakan strategi bisnis mereka.
Dalam masa residensi selama lima minggu pertama, para founder juga bisa secara aktif mencari co-founder potensial yang selaras dengan visi, misi perusahaan, serta memiliki keterampilan yang dibutuhkan. Dirancang sebagai platform kolaboratif, residensi Antler juga membuka akses jaringan yang lebih luas, sehingga menjadi platform ideal bagi founder pemula untuk menemukan co-founder mitranya.
Dalam dua kali dalam seminggu, mereka akan melakukan presentasi pitching ide ke tim Antler untuk mendapatkan feedback. Apakah konsepnya menarik atau tidak untuk dilanjutkan, yang argumentasinya didukung dengan data pelengkap dari pihak ketiga. Jika tidak, mereka perlu rombak ulang, bahkan ganti calon co-founder sampai benar-benar seluruhnya dinilai bakal sukses.
Antler juga memiliki database global, sehingga partisipan bisa belajar dari sesama founder di berbagai sektor dan negara yang telah sukses meluncurkan bisnis mereka. Pendekatan komprehensif ini dirancang agar partisipan bisa lebih siap dalam mewujudkan konsep startup mereka menjadi operasional bisnis yang sukses dan menjanjikan.
“Antler mau akselerasi proses belajar [bangun startup]. Ini bukan sesuatu yang bisa dipelajari di sekolah karena harus ada proses trial and error dan dilakukan sendiri. Dalam 4-5 minggu dapat pivot berkali-kali, akan diberitahu mana bagian yang perlu diperhatikan jadi tidak perlu menghabiskan waktu hingga tahunan.”
Untuk membuktikan komitmen partisipasi dari para peserta, Antler mewajibkan mereka hadir secara fisik selama program berlangsung. Tidak ada unsur paksaan untuk mengundurkan diri dari perusahaan apabila peserta masih bekerja sebagai karyawan.
“Ada yang ambil unpaid leave, ada yang bersedia untuk resign. Kami memang mewajibkan mereka untuk ketemu in-person selama 4-5 minggu pertama untuk melihat attendance-nya.”
Dalam setahunnya, Antler mengadakan tiga kali cohort untuk mengorbitkan startup-startup baru. Sejak pertama kali hadir di Indonesia pada pertengahan 2022, sekarang Antler sudah mengadakan Antler Residency yang ke-5. Cohort ini masih berlangsung dan rencananya akan selesai pada akhir tahun ini.
Tidak semua startup yang menjalankan program ini bisa mengikuti demo day di hari terakhirnya. Juga tidak semua startup pasti mendapatkan investasi tahap awal dari Antler. Namun investasi yang dikucurkan Antler per startup-nya mulai dari $125 ribu (hampir Rp2 triliun).
“Bukan berarti tidak di-invest itu startupnya tidak bagus. Tapi memang kita ada beberapa preferensi [dalam berinvestasi]. Kita bisa menghubungkan mereka ke investor di luar kami untuk peluang investasi.”
Sepanjang tahun ini, setidaknya Antler telah berinvestasi ke 19 startup. Beberapa di antaranya adalah MatchMade, Kora, dan Eten Technologies. Secara total, Antler telah memberikan investasi untuk 44 startup. Portfolio Antler
mencakup CareNow, Healthpro, BASE, Brick, Matchmade, TruClimate, dan Kora.
Untuk mendukung perjalanan portofolionya, Antler membuat dana kelolaan baru yang dikhususkan untuk pendanaan tahap lanjutan, dinamai Antler Elevate, dengan dana kelolaan sebesar $285 juta.
“Biasanya kita selalu follow-on, nominalnya tidak bisa banyak, jadi dibuat fund khusus. Kita mau jadi teman startup dari perjalanan mereka dari awal sampai akhir,” tutup Agung.
Startup fintech SaaS MatchMade mengumumkan telah meraih pendanaan tahap pra-awal dengan nominal dirahasiakan. Vertex Ventures dan Antler adalah dua investor yang berpartisipasi dalam putaran tersebut.
Informasi ini pertama kali diperoleh dari Venture Cap. Perwakilan MatchMade mengonfirmasi kebenaran kabar tersebut saat dihubungi DailySocial.id.
MatchMade baru didirikan tahun ini oleh tiga co-founder, yakni Tedo Ziraga, Gilang Gibranthama, dan Kornelius Samuel. Ketiganya pertama kali bertemu saat bekerja di Gojek pada awal 2015. Kini mereka menggabungkan pengalamannya dari B2B SaaS, konsultan finansial, dan pembayaran untuk mendirikan MatchMade.
MatchMade merupakan solusi SaaS yang dirancang untuk menyederhanakan operasi keuangan diperuntukkan buat klien bisnis. Software tersebut memungkinkan tim finance di perusahaan untuk mengonsolidasikan dan memelihara pembukuan dari berbagai sumber dalam platform terpusat, sehingga menyederhankan pengelolaan data keuangan.
Tim finance biasanya kesulitan dalam mengontrol pembukuan, berapa uang yang masuk dan keluar. Masalah tersebut berkembang secara eksponensial seiring banyaknya pilihan pembayaran digital (mesin EDC, e-wallet, BNPL, dan food delivery on-demand) yang membuatnya jadi lebih rumit.
Dengan solusi MatchMade, tim keuangan dapat mengotomatiskan berbagai proses operasi keuangan, termasuk pencocokan transaksi, penguraian, rekonsiliasi, dan konsolidasi. Fitur otomatis ini menghilangkan kebutuhan akan tugas manual yang memakan waktu, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan.
Kemudian, menandai setiap perbedaan jumlah di buku besar dan identifikasi akar permasalahannya, apakah sudah jatuh tempo, catatan yang hilang, atau belum dicairkan oleh mitra; dan mengakomodasi tim untuk secara kolaboratif menyelesaikan ketidaksesuaian.
Seperti diketahui, transformasi aktivitas masyarakat dari offline ke online berdampak besar pada industri keuangan. Dari publikasi yang diungkap Bank Indonesia, nilai transaksi digital banking saja pada April 2023 di dalam negeri mencapai Rp4.264 triliun atau hampir Rp4,3 kuadriliun.
Nilai ini mencakup berbagai transaksi digital banking, yakni internet banking, SMS/mobile banking, dan phone banking. Bila dirunut sampai lima tahun ke belakang, nilai transaksi pada bulan tersebut sudah tumbuh 158% dibanding April 2018.
Gurihnya potensi tersebut membuat industri finansial ini semakin menarik karena di baliknya masih ada tantangan-tantangan yang masih menghantuinya. Selain MatchMade, sebelumnya solusi sejenis sudah ditawarkan oleh pemain sejenisnya, seperti Aspire dan Jack.
East Ventures mengumumkan kucuran investasi ke Mesh Bio, startup deep tech di bidang kesehatan berbasis di Singapura. Tidak disebutkan nilai investasi yang diberikan. Pendanaan ini akan dialokasikan untuk terus mengembangkan teknologi digital twin atau kembaran digital dalam manajemen penyakit kronis dan memperluas layanan Mesh Bio di pasar Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Mesh Bio didirikan sejak tahun 2018 oleh Andrew Wu (CEO) dan Arsen Batagov (CTO). Visinya untuk memberikan solusi digital mutakhir untuk mengatasi tantangan dalam manajemen pasien dan meningkatnya penyakit kronis di wilayah Asia Tenggara. Sebelumnya tahun 2023 lalu Mesh Bio juga mendapatkan pendanaan awal $1,8 juta yang dipimpin Elev8.vc dan Seeds Capital.
Isu yang ingin diselesaikan
Penyakit tidak menular (PTM) atau penyakit kronis, seperti kardiovaskular dan diabetes, memberikan beban yang besar dan terus bertambah terhadap kesehatan dan pembangunan di kawasan Asia Tenggara. Di kawasan ini, menurut WHO, 62% dari seluruh kematian disebabkan oleh PTM, yang jumlahnya mencapai 9 juta jiwa.
Meningkatnya penyakit kronis menyebabkan manajemen pasien menjadi rumit, ditambah dengan kurangnya dokter, khususnya dokter spesialis, sehingga dokter umum yang kurang memiliki pelatihan spesialis di bidang endokrinologi terpaksa menangani kasus pasien penyakit kronis.
“Mengingat meningkatnya populasi lansia di seluruh dunia, Mesh Bio secara konsisten memprioritaskan pengembangan solusi inovatif untuk mengurangi hambatan perawatan kesehatan yang terkait dengan penyakit kronis. Kami senang menerima dukungan dari East Ventures, dan kami yakin bahwa pendanaan ini akan menjadi landasan yang kuat dalam mendukung visi kami dalam memecahkan masalah peningkatan beban dari penyakit kronis di Asia Tenggara,” jelas Co-Founder & CEO Mesh Bio Andrew Wu.
Telah kembangkan platform analisis prediktif
Salah satu produk yang telah dimiliki Mesh Bio adalah DARA, yakni sebuah platform yang menyediakan data pasien multidimensi secara real-time, yang mencakup riwayat kesehatan, tes laboratorium, dan gambar medis. DARA memberikan laporan visual pasien sehingga dapat membantu para dokter dalam memberikan konseling kepada pasien dan memungkinkan pasien memahami laporan laboratorium dan penyakit yang mereka derita.
Berdasarkan data tersebut, DARA menyediakan analisis prediktif untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko penyakit kronis sehingga mereka bisa mendapatkan diagnosis dan pengobatan lebih dini. Selain itu, platform tersebut juga memungkinkan para dokter untuk mendapatkan dan memanfaatkan pengetahuan dari komunitas praktisi kesehatan global yang sesuai dengan praktik dan pedoman klinis terbaik, serta penilaian pasien secara holistik.
“Pendekatan inovatif dan teknologi mutakhir Mesh Bio berpotensi menjadi salah satu fondasi untuk menyediakan sistem layanan kesehatan yang lebih baik di kawasan Asia Tenggara. Kami percaya bahwa analisis prediksi dan layanan kesehatan preventif dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, dan kami yakin Mesh Bio akan memimpin revolusi ini dengan mesin digital twin mereka,” ucap Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.
Investasi East Ventures di startup kesehatan
Tidak hanya startup healthtech yang fokus di layanan telekonsultasi dan distribusi obat, East Ventures memilih menjajaki lebih dalam industri kesehatan sampai ke tingkat yang lebih dalam. Di dua tahun terakhir, pemodal ventura paling aktif di Indonesia tersebut menunjukkan komitmennya untuk memperluas hipotesis investasi ke startup genomik dan biotech.
Sekurangnya ada 4 startup di bidang tersebut yang telah diinvestasi tahun ini oleh East Ventures, berikut daftarnya:
Startup
Solusi
Tahap Investasi
Mesh Bio
Layanan manajemen penyakit kronis dan analisis prediktif
Startup proptech Kozystay memperoleh pendanaan tahap awal dari Cercano Management dengan nominal dirahasiakan. Cercano merupakan investor swasta berbasis di Washington, Amerika Serikat yang memberikan nasihat investasi dan layanan lainnya kepada UHNWI (ultra-high-net-worth-individual) dan yayasan keluarga mereka.
Kabar ini dikonfirmasi langsung oleh Co-founder dan CEO Kozystay Dane Putranto saat dihubungi DailySocial.id. “Iya benar Cercano [investor seed round],” ujar dia. Tidak disebutkan lebih lanjut oleh Dane, perolehan dana segar ini akan digunakan untuk apa saja.
Sebagai catatan, Kozystay adalah startup proptech lokal yang menyediakan layanan manajemen properti berbasis teknologi. Misinya adalah mendefinisikan ulang industri perhotelan. Perusahaan ini menyediakan sewa rumah liburan jangka pendek hingga jangka panjang, terutama untuk properti kelas menengah hingga kelas atas.
Layanan end-to-end yang disediakan untuk pemilik properti adalah akses premium amenities, linen, Wi-Fi berkecepatan tinggi, dan lainnya yang dapat disesuaikan untuk setiap tamu.
Dalam situsnya, sejak beroperasi di 2021 Kozystay sudah tersebar di 30 lokasi dengan 121 apartemen dan 3 ribu konsumen yang sudah terlayani. Lokasinya tersebar di Bandung, Tangerang, dan sebagian Jakarta (Pusat, Barat, dan Utara). Perusahaan memasarkan properti yang mereka kelola di berbagai situs OTA, mulai dari Agoda, Booking.com, Airbnb, Tiket.com, Traveloka, juga di situs resmi Kozystay.
Tak hanya itu, sejak akhir tahun lalu perusahaan juga terpilih untuk memasarkan propertinya di Homes & Villas by Marriott International (HVMI). HVMI adalah situs OTA milik jaringan hotel Marriott yang berfokus pada pasar persewaan rumah jangka pendek untuk kelas premium. Mereka bekerja sama dengan perusahaan manajemen rumah profesional terpilih untuk memastikan bahwa setiap rumah yang terdaftar dapat dilayani sesuai standar yang diharapkan jaringan hotel global tersebut.
Kesempatan tersebut juga akan dimanfaatkan Kozystay untuk menambah portofolionya di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan kemitraannya dengan Marriott International. Dalam data terakhir disampaikan, sejak dioperasikan pada 2019, HMVI telah memiliki lebih dari 65.000 properti di lebih dari 700 lokasi seperti Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia Pasifik, Karibia, dan Amerika Latin.
Di Indonesia, terdapat sejumlah pemain startup yang masuk di vertikal yang sama dengan target pengguna beragam. Di antaranya Travelio, Flokq, Rukita, Alterstay, dan Bukit Vista.
*update: pada 19 September 2023, perusahaan mengirimkan rilis resmi, bahwa putaran terbaru merupakan penutupan pendanaan awal bernilai $3 juta dengan turut melibatkan Accion Venture Lab.
Bababos, mengumumkan penyelesaian putaran pendanaan awal (seed) senilai $3 juta (sekitar Rp46,1 miliar) yang dipimpin oleh East Ventures, dan melibatkan beberapa investor lainnya yaitu, Patamar Capital dan Accion Venture Lab.
Pendanaan baru ini akan digunakan untuk membangun platform yang seamless dalam menghubungkan manufaktur industri kecil dan menengah (IKM) dengan para pemasok bahan baku terbaik, dan akan turut dialokasikan untuk menyokong fondasi teknologi dan memberdayakan sumber daya manusia dalam mengakselerasi ekspansi bisnis Bababos yang saat ini sudah tersedia di area Jabodetabek dan Surabaya.
Sebelumnya Bababos telah mengumumkan perolehan pendanaan awal pada Maret 2023 lalu dari East Ventures dengan nominal yang dirahasiakan.
Bababos didirikan oleh Fajar Adiwidodo (CEO), Sigit Aryo Tejo (COO), dan Hendrik Panca (CFO) pada pertengahan tahun 2022. Visinya menjadi sebuah world-class supply chain platform untuk pengadaan bahan manufaktur, khususnya di segmen UMKM. Lewat situsnya, Bababos mewadahi proses bisnis yang biasa dilakukan buyer dan supplier bahan manufaktur secara digital.
Fajar dan para co-founder termotivasi membangun platform ini lantaran mereka masih melihat tingginya fragmentasi rantai pasok bahan baku. Para pelaku UMKM banyak yang mengalami keterbatasan akses terhadap bahan baku berkualitas. Masalah lain juga terkait dengan transparansi harga jual yang ada di pasaran.
Dengan model bisnis “managed-marketplace”, Bababos berperan dalam proses transaksi, dari pembelian bahan baku ke supplier hingga pengiriman barang ke pelanggan. Dalam debutnya ada 3 fitur yang telah ditawarkan, yakni penyediaan bahan baku manufaktur, agregasi permintaan, dan fasilitas tempo. Di fase awalnya, mereka baru mengakomodasi wilayah Jabodetabek beserta Jawa Timur.
Industri manufaktur di Indonesia memiliki nilai ekonomi yang sangat besar. Tahun 2022 diperkirakan mencapai Rp3.591 triliun, sektor ini juga memperkerjakan lebih dari 19 juta orang di berbagai skala industri.
Dewasa ini sejumlah startup mulai debut, mencoba memberikan solusi untuk mentransformasikan sektor ini. Selain Bababos ada juga Imajin yang baru saja mendapatkan pendanaan dari East Ventures, 500 SEA, dan Init-6. Sebagai manufacture hub, Imajin mencoba mempertemukan manufaktur lokal dengan pelanggan. Mereka turut memfasilitasi pembiayaan proyek bagi pemilik usaha yang memiliki keterbatasan dana, dan menawarkan marketplace untuk memasok raw material.
Startup pengembang solusi untuk industri peternakan unggas BroilerX dikabarkan mengantongi pendanaan tahap awal sebesar $1,3 juta (sekitar Rp20 miliar) yang dipimpin oleh Insignia Ventures. Menurut regulatory filings yang dikutip dari Venture Cap, terdapat investor lainnya dengan identitas dirahasiakan turut berpartisipasi dalam putaran tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, Founder & CEO BroilerX Prastyo Ruandhito tidak merespons saat dihubungi DailySocial.id.
Startup peternakan unggas asal Yogyakarta ini menghadirkan bisnis end-to-end, mulai dari penyediaan teknologi pemantau kondisi kandang ayam berbasis IoT (Internet of Things), program kemitraan peternak, ERP (Enterprise Resource Planning) untuk pengelolaan purchasing, accounting, inventory, manufaktur produksi, farming, CRM, dan SDM. Kemudian, penyediaan suplai ayam hidup dan penyedia karkas ayam yang proses penjualannya dapat dipantau secara online.
BroilerX Smart Climate Control and Automation adalah solusi yang menggabungkan sensor pintar, sistem kontrol otomatis, dan analisis data cerdas untuk memastikan kondisi lingkungan yang optimal bagi ternak. Berkat teknologi ini, peternak dapat mengawasi dan mengendalikan suhu, kelembaban, ventilasi, dan kualitas udara di kandang secara real-time, meningkatkan kesejahteraan hewan, mengurangi risiko penyakit, dan meningkatkan produktivitas peternakan secara signifikan.
Cakupan areanya tidak hanya di Yogyakarta saja, tapi sudah meluas ke Jawa Timur, dengan membuka area layanan di Sidoarjo, Malang, Madiun, dan Kediri. Perusahaan ingin memberikan akses yang lebih mudah bagi peternak unggas di wilayah tersebut untuk mendapatkan manfaat dari ekosistem smart farming mereka.
Bermitra dengan Amartha
Baru-baru ini BroilerX mengumumkan kemitraan dengan Amartha untuk penyediaan modal bagi peternak. Komitmen yang diberikan mencapai Rp100 miliar dengan besaran pembiayaan mulai dari Rp100 juta hingga Rp700 juta per orang. Per Juni kemarin, kolaborasi sudah dimulai melalui program Kemitraan Partner Farming yang tersebar di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Sistem pembiayaan yang digunakan dalam program tersebut berbeda dengan sistem tanggung renteng yang selama ini dipakai Amartha untuk menyalurkan modal ke perempuan pengusaha ultra mikro. Para peternak ayam dapat mengajukan pembiayaan yang digunakan untuk membeli peralatan ternak berbasis teknologi dari BroilerX, sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi.
Selain itu, para peternak juga memiliki tenor pembiayaan yang berbeda dengan mitra perempuan binaan Amartha. Melalui program Kemitraan Partner Farming, peternak dapat memilih tenor pembiayaan yang lebih singkat sesuai masa panen di sektor peternakan, yaitu mulai dari 45 hari sampai 90 hari. Dalam menyalurkan modal bagi peternak ayam, Amartha memanfaatkan teknologi risk-profiling berbasis AI, yang akan menghasilkan skoring kredit akurat bagi peternak.
Dalam keterangan resmi, Prastyo menyampaikan, pihaknya memiliki keahlian untuk menciptakan teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas peternakan mengingat sektor peternakan punya potensi yang besar. Namun, masalah yang dihadapi para peternak binaan tidak berhenti pada produktivitas saja, namun juga masalah terhadap akses finansial.
“Sering kali peternak sudah siap dengan ilmu dan keahlian, namun terbentur permodalan untuk bisa berkembang. Oleh sebab itu, butuh kerja sama dengan mitra lain yang memiliki kredibilitas dalam hal keuangan inklusif. Ini terjawab lewat kolaborasi dengan Amartha,” terang dia.
*Update 15.01: Kami menambahkan informasi terkait keterlibatan Golden Equator Ventures dalam pendanaan ini, sekaligus konfirmasi dari founder Baskit terkait pendanaan baru.
Korea Investment Partners (KIP) dan Golden Equator Ventures berpartisipasi dalam putaran pendanaan awal Baskit. Sebelumnya startup yang fokus mendigitalkan rantai pasok tersebut telah menutup pendanaan awal senilai $3,3 juta dari Betatron Venture Group, Forge Ventures, Investible, 1982 Ventures, DS/X Ventures, Orvel Ventures, Michael Sampoerna, serta beberapa angel investor.
Kabar ini pertama kali dimuat DealStreetAsia dan telah dikonfirmasi oleh salah satu pihak terkait.
“Saya mengenal Shane Ang dan Jonghyun Kim (Synclare) tahun lalu, saat kami baru memulai. Kami bertemu berkali-kali, membahas kemungkinan, berbagi pembelajaran, dan membangun ikatan yang kuat. Sungguh menghangatkan hati melihat bagaimana benih yang ditanam sebelumnya berkembang menjadi peluang dan hubungan yang luar biasa,” tutur Co-Founder & CEO Baskit Yann Schuermans dalam unggahan LinkedIn.
KIP sebelumnya telah berinvestasi ke beberapa startup Indonesia, di antaranya CekAja, Halodoc, dan Qraved. Sumber kami juga menyebutkan, KIP akan segera menyiapkan dana kelolaan (fund) khusus untuk berinvestasi ke startup Asia Tenggara.
Selain di Korea, sejauh ini KIP juga fokus berinvestasi ke startup di Eropa, Amerika Serikat, Israel, dan Asia Tenggara. Adapun lanskap bisnis yang menjadi perhatian adalah consumer tech, fintech, online media, healthtech, SaaS, dan industrial tech.
Baskit dinakhodai oleh tiga co-founder, yakni Yann Schuerman, Yoonjung Yi, dan Yasser Arafat. Mereka telah memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam menangani industri consumer retail dan distribution. Fokus utama Baskit adalah membuat sistem rantai pasok yang telah dibangun oleh pelaku industri selama berpuluh-puluh tahun menjadi lebih efisien dan efektif lewat digitalisasi.
Sejumlah fitur disajikan oleh Baskit, mulai modul salesforce untuk pengelolaan penjualan, B2B commerce produk dari principal, dasbor data harga dan wawasan, dukungan logistik 3PL, sampai dengan pembiayaan bisnis.
Segmen rantai pasok produk konsumer memang masih menjadi peluang besar digitalisasi. Dengan model bisnis B2B commerce yang unik, sejumlah pemain juga mulai masuk ke ranah ini termasuk GudangAda, Sinbad, hingga Ula.
–
Disclosure: DS/X Ventures merupakan unit ventura dari grup DailySocial.id