Tag Archives: sendra wong

Kiat startup saat mulai membangun brand

Kolaborasi Startup dan Korporasi Bisa Buka Peluang Baru

Tren bekerja di startup kini memang tengah naik daun di Indonesia. Startup bahkan menjadi salah satu pilihan utama untuk berkarier bagi anak muda masa kini. Sebut saja Go-Jek dan Tokopedia yang kini telah menjadi salah satu tujuan utama.

Ada banyak privilege yang dapat dinikmati saat bekerja di startup dibandingkan di korporasi. Selain fleksibel, startup juga membuka banyak peluang dan kreativitas untuk bisa menciptakan solusi atas berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Kendati demikian, baik startup dan korporasi juga memiliki tantangannya masing-masing. Bagi startup, tantangan untuk masuk ke pasar dirasa sulit karena berbagai keterbatasan. Sedangkan korporasi juga dituntut untuk selalu berinovasi dan mengikuti tren bisnis yang terus berubah.

Lalu, apa yang menjadi benang merah bagi keduanya?

Pada diskusi bertajuk “The Possibility of Collaboration Between Established Company and Startup”, CEO Bizcom Indonesia, Sendra Wong, mengungkapkan bahwa kolaborasi antara startup dan korporasi sangat diperlukan saat ini. Para pelaku bisnis perlu melihat kolaborasi sebagai perspektif baru dalam mendorong perusahaannya.

“Bekerja di startup dan korporasi sama-sama punya tantangan. Kalau berkolaborasi, keduanya bisa saling melengkapi dan memperoleh keuntungan,” ujar Sendra ditemui saat diskusi di Investor Gathering ke-17 yang dihelat Bizcom Indonesia di Jakarta, Kamis (26/7/).

Bentuk kolaborasi ini dapat mengacu pada keuntungan bersama atau mutual benefit. Ia mencontohkan bagaimana akhirnya transportasi konvensional berkolaborasi dengan penyedia layanan ride-sharing setelah sebelumnya sempat berkonflik panjang.

Lewat kolaborasi, startup penyedia ride-sharing dapat memperoleh keuntungan dari sisi reputasi hingga data milik perusahaan transportasi konvensional. Sebaliknya, perusahaan konvensional dapat memanfaatkan teknologi startup untuk mengoptimalkan bisnis mereka.

Lebih lanjut, sebetulnya ada banyak opsi bagi perusahaan korporasi untuk meningkatkan bisnisnya, misalnya merger atau akuisisi perusahaan lain sebagai strategi tepat ketimbang harus membentuk perusahaan baru dari nol.

Namun, Direksi Holding Jababeka Group, Sutedja Sidarta Darmono justru menilai berkolaborasi dengan startup membuka potensi lebih besar ketimbang memilih strategi merger atau akuisisi. Selain lebih efisien karena menghemat biaya, kolaborasi ini dapat menciptakan ekosistem baru.

“Contoh saja, kami sedang membangun township, banyak effort yang kami taruh pada proyek ini dengan high technology. Tapi ini bisa jadi ekosistem bagus untuk startup, karena bisa berkolaborasi dan mereka bisa berkembang,” ungkapnya pada kesempatan sama.

Menurut Division Head E2Pay, Ariyo Nugroho, kolaborasi ini dapat menguntungkan startup dari sisi SDM. Pasalnya, korporasi memiliki sumber daya manusia (SDM) dan modal yang lebih memadai.

“Sebagai startup, kita sebetulnya tidak punya luxury seperti perusahaan. Kita bahkan tidak bisa compete dengan salary. Ini menekankan pentingnya kolaborasi,” ujar Ariyo.

Sementara, Principal Alpha JWC, Erika Dianasari menambahkan, ketimbang menggunakan strategi build or buy, kolaborasi bisa menjadi langkah krusial bagi bisnis meski akan ada banyak distraksi.

“Bagi saya, talent atau human capital itu penting dan jadi aset bagi perusahaan. Startup pasti menemui challenge dan task untuk bisa menguasai pasar. Kolaborasi antar SDM bisa saling menguntungkan dan menghasilkan karya yang bagus.”

Mengenal Platform P2P Lending Sofis dan Upayanya Mendampingi UKM Lewat Penerapan Laporan Keuangan

Kehadiran pemain usaha pinjam meminjam uang secara perorangan atau lebih dikenal peer-to-peer lending (P2P Lending) di Indonesia sebagai alternatif perolehan dana selain perbankan, rupanya diklaim masih menyisakan sejumlah permasalahan umum yang belum dipecahkan oleh pemain P2P Lending.

Misalnya, masih banyaknya pemain UKM -bahkan yang sudah masuk ke ranah online, belum menerapkan laporan keuangan (financial statement) dalam bisnis mereka. Padahal, ilmu akuntansi dasar ini sangat penting untuk mengontrol keuangan perusahaan. Untuk itulah, Sofis sebagai pemain platform fintech yang juga bergerak di P2P Lending hadir menyelesaikan masalah itu lewat program pemberdayaan UKM selama 8 bulan.

Startup fintech yang baru berdiri di Oktober 2016 ini, bertekad tidak hanya ingin dikenal sebagai pemain P2P Lending yang bertugas menjembatani peminjam dengan pemodal, tapi juga sebagai perusahaan yang menyejahterakan UKM.

Pada dasarnya, ada tiga isu permasalahan yang ingin dipecahkan Sofis lewat program pemberdayaan tersebut. Pertama, penerapan laporan keuangan yang dinilai masih minim untuk dilakukan. Bagaimana efek dari disiplin pencatatan laporan keuangan secara periodik dapat membantu pengusaha saat mengambil keputusan pengembangan bisnis.

Kedua, kurangnya akses bantuan bagi UKM untuk mendapatkan sertifikasi. Misalnya, Sertifikasi Produk Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta label izin halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Ketiga, UKM yang masih kesulitan saat melakukan pemasaran produk. Lewas Sofis, akan ada kolaborasi dengan Bukalapak, Jakarta Consulting, Grow Asia Capital, dan lainnya.

“Program pemberdayaan (empowerment) tidak hanya bahas ilmu akuntansi saja. Selama delapan bulan dengan pertemuan offline setiap sebulan sekali, akan ada tugas yang akan kami berikan untuk UKM binaan kami. Tujuannya untuk membantu menyejahterakan mereka. Kita tantang mereka untuk mengubah kebiasaan, menanamkan nilai dalam produk, agar bisnisnya tetap terus tumbuh,” terang CEO Sofis Sendra Wong kepada DailySocial, Selasa (13/12).

Menerapkan laporan keuangan sebagai credit scoring acuan utama

Tampilan situs Sofis / Sofis
Tampilan situs Sofis / Sofis

Sendra melanjutkan, laporan keuangan menjadi acuan utama Sofis dalam menentukan grade bunga pinjaman untuk suatu UKM. Pasalnya, laporan keuangan menjadi tiang pancang suatu perusahaan untuk mengontrol kesehatan keuangannya dan proses auditnya guna mencegah potensi terjadinya tindakan kejahatan korupsi.

Mulai dari pengetahuan mengenai laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan neraca yang harus masuk ke dalam kertas kerja (worksheet), hingga pengertian aktiva passive dan aktif serta komponen apa saja yang masuk ke dalamnya. Di mana, belum banyak pelaku usaha yang sudah paham dengan hal tersebut dan masih mencatat secara manual.

Akibatnya, dengan pengetahuan yang masih minim, mereka masih menerapkan prinsip gali lubang tutup lubang. Secara profil risiko, mereka memang layak mendapatkan pinjaman dan mampu membayar cicilannya. Namun sumber dananya itu jadi tidak jelas, sebab bisa saja mengambil dana dari tempat yang bukan seharusnya.

“Pengetahuan akuntansi ini masih sangat dasar dan umum, banyak dari pelaku UKM yang belum paham. Kadang mereka juga tidak bisa membedakan mana profit, mana omzet. Makanya, mereka masih menerapkan prinsip gali lubang, tutup lubang. Bayar cicilan bisa, tapi sumbernya itu jadi berantakan karena tidak ada pencatatan.”

Untuk itu, pihaknya bekerja sama dengan startup akuntansi online Yonk.io dalam pengadaan laporan keuangan. Yonk.io diklaim sudah terkoneksi dengan bank, sehingga semua standar pencatatan keuangan dapat dijadikan acuan credit scoring seluruh penyedia jasa P2P lending saat menentukan grade bunga pinjaman.

“Dalam Yonk.io seluruh laporan keuangan untuk UKM sudah disediakan dengan lengkap, tinggal diisi saja. Mereka (UKM) akan kami bina untuk berlaku disiplin dalam pencatatan laporan keuangan, sebab dari sini bisa mengukur forecast, cash flow ke depannya bagaimana.”

Untuk menentukan grade bunga pinjaman, Sofis menerapkan acuan dari Pefindo Biro Kredit dengan membaginya mulai dari grade A1 sampai C3. Adapun kisaran bunga yang ditetapkan antara 12%-30% per tahunnya, dengan minimal pinjaman Rp10 juta sampai Rp200 juta.

Sementara itu, untuk menjamin kualitas kreditnya Sofis memberlakukan reserved fee (dana cadangan) sebesar 1%-2% per transaksi dan menggunakan jasa Jamkrindo untuk kredit penjaminan. Serta, menggunakan rekening bersama (escrow) untuk keperluan pencairan dana dari pemodal ke peminjam.

Selain itu, ada dua jenis fee yang diberikan Sofis kepada peminjam. Yaitu origination fee sebesar 2%-5% di potong dari awal transaksi, dan servicing fee yang dipotong tiap bulan dari nominal cicilan sebesar 0,5%. Adapun jaminan pencairan dana yang diberikan ke peminjam, maksimal tiga hari kerja setelah pengajuan dilakukan.

Target Sofis jangka pendek dan panjang

Sekadar informasi, Sofis belum resmi beroperasi. Saat ini startup fintech tersebut masih membangun fondasi dasar dengan mengadakan kerja sama strategis dengan berbagai institusi jasa keuangan (IJK) sebagai pihak pemodal (lender). Di antaranya, BNI Syariah, Bank Artha Graha, Radana Finance, CSU Finance, Stockbit, dan Bareksa.

Tak hanya itu, kerja sama dengan berbagai asosiasi terkait seperti HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia) dan IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Pusat). Serta, startup layanan e-commerce semisal Bukalapak dan Tokopedia.

“Ke depannya, kami akan menyediakan pemodal dari perseorangan. Tapi sementara ini kerja sama dengan IJK tujuannya agar bisa lebih cepat ada traksi. Dengan Bareksa, nanti akan ada opsi beli loan di dalam platform mereka yang bisa dipilih untuk investor yang berminat. Sementara, dengan Tokopedia untuk pengadaaan e-financing. Semuanya masih on progress.”

Dalam pipeline, Sofis akan soft launching di Januari 2017 namun masih beta dan belum bisa melakukan menyalurkan pinjaman. Diharapkan dua bulan kemudian, sudah mulai menyalurkan pinjaman dari pemodal ke peminjam. Lalu, di Juni 2017 diharapkan Sofis sudah mulai stabil.

Ditargetkan setahun kemudian Sofis sudah menyalurkan pinjaman sebanyak Rp 130 miliar dengan prediksi jumlah peminjam 5 ribu orang dan 1.000 pemodal, dengan total workshop mencapai 60-100 workshop.

Sofis menargetkan mengeluarkan produk baru, dalam bentuk penawaran saham untuk pemodal yang berminat berinvestasi di UKM yang sudah memiliki sejarah keuangan yang baik. Rencananya, produk ini baru bisa dikeluarkan di 2019 mendatang. Tak hanya itu, Sofis menargetkan bisa berekspansi ke kawasan Asia Tenggara.