Tag Archives: Sendy Filemon

Menawarkan teknologi lebih advanced dan fleksibilitas perkuliahan online / upGrad

Startup Pendidikan upGrad Ekspansi ke Indonesia, Bidik Segmen Pekerja Profesional

Platform edtech asal India, upGrad, tengah menyiapkan rencana ekspansi ke pasar Indonesia. Melalui penunjukan Sendy Filemon sebagai Country Head upGrad di Indonesia, ekspansi ini diharapkan terealisasi pada September 2021. Sebelumnya, Sendy adalah CEO dan Presiden Direktur Futuready.

Berdiri di 2015, upGrad menawarkan program pendidikan tinggi dari sejumlah mitra institusi atau universitas untuk segmen pasar working professional. Beberapa materi yang tersedia antara lain adalah program MBA, data science, marketing, software & technology, machine learning, dan management.

Dalam wawancaranya dengan DailySocial, Sendy mengungkap ekspansi tahap awal akan mengikuti apa yang sudah lebih dulu dijalankan upGrad di India. Pihaknya juga mulai mencari mitra universitas lokal yang mampu menyediakan perkuliahan yang sepenuhnya dapat dilaksanakan secara online dan fleksibel.

“Kebanyakan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Indonesia adalah synchronous class atau peserta didik dan pengajar berada di tempat/waktu yang sama. Kami ingin mengakomodasi kebutuhan working professional dengan metode asynchronous class sehingga mereka bisa belajar di mana saja dan kapan saja. Misalnya, menonton video materi kuliah di kereta sambil mengerjakan kuis,” papar Sendy.

Selain menawarkan program MBA dan materi existing, pihaknya juga tengah menyiapkan program kuliah online lain — nantinya universitas di luar negeri dapat berkolaborasi dengan universitas di Indonesia. Modelnya bisa berupa program kurikulum dan ijazah dari universitas luar negeri, tetapi dengan pengantar berbahasa Indonesia. Peserta didik bisa mendapat double degree.

Selain biaya lebih terjangkau, Sendy menilai belum ada lembaga pendidikan yang menawarkan program di segmen ini di Indonesia. Apalagi, menurutnya selama ini perkuliahan di universitas asing masih harus menggunakan bahasa pengantar asing pula.

“Biaya kuliah dengan range Rp3-15 juta per semester sudah banyak yang menyediakan, tetapi belum banyak yang bisa online. Selain itu, segmen program kuliah online berkurikulum asing, bekerja sama dengan universitas lokal, dan berbahasa pengantar Indonesia itu juga belum ada karena konsepnya masih baru. Kami bisa jawab kebutuhan di situ,” ujarnya.

Dalam catatannya, saat ini ada lebih dari 4 ribu institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Dari 96 institusi yang terakreditasi, hanya 7 institusi yang sudah bisa melaksanakan kuliah online sepenuhnya. Sendy menyebut, baru menjajaki kerja sama untuk rencana program tersebut dengan lima institusi di Indonesia.

“Kami tidak ingin punya izin pendidikan karena kami bukanlah lembaga pendidikan. Untuk itu, kami mesti menemukan partner yang memiliki izin [pelaksanaan kuliah] online untuk merealisasikan rencana kami di segmen tersebut. Targetnya bisa terealisasi di 2022. Tahap awal, kami jalan dengan program yang sudah ada di India,” tuturnya.

Pengembangan konten dan kreatif secara end-to-end

Untuk merealisasi rencana awal di pasar Indonesia, Sendy mengungkap masih bakal memakai resource dari India untuk pengembangan teknologi dan konten. Pihaknya juga belum menentukan investasi spesifik untuk ekspansi ke Indonesia.

Kendati demikian, pihak upGrad di India disebut sangat berkomitmen untuk pengembangan pasar Indonesia. Sendy yang tengah melakukan perekrutan tim juga memastikan bahwa upGrad bakal membangun kapabilitas sendiri di Indonesia.

Dari sisi model bisnis, upGrad menawarkan beberapa skema. Misalnya, berkolaborasi dengan institusi pendidikan untuk mengembangkan program perkuliahan dengan skema revenue share. Dalam hal ini, universitas tidak mengeluarkan biaya, hanya menyediakan kurikulum dan tenaga pengajar saja. upGrad mengelola konten dan teknologi supaya dapat di-deliver dengan baik.

Menurutnya, platform edtech di Indonesia kebanyakan berupa learning management system (LMS), mereka mengelola konten pendidikan, seperti video, tugas, dan teks. Sementara, upGrad menawarkan fleksibilitas dan teknologi yang lebih advanced sehingga pengguna bisa tetap fokus pada materinya.

Di luar itu, ujar Sendy, upGrad mengembangkan fitur-fitur lain yang dapat memberikan pengalaman end-to-end kepada peserta didik, mulai dari pelaksanaan kuliah online hingga mempertemukan mereka dengan perusahaan perekrut. Ambil contoh, upGrad berkolaborasi dengan universitas untuk menyediakan content atau study plan untuk program MBA selama 40 minggu.

“Kami berkolaborasi dengan upGrad untuk memproduksi konten dari materi pelajaran, seperti video dan animasi. Kebetulan, founder upGrad punya production house di India dan dijual ke Disney. Jadi kami punya [posisi] yang kuat di media. Jadi, kami bisa buat konten animasi untuk materi, kuis, atau tugas, dan diunggah ke sistem. Kami sudah punya teknologinya,” katanya.

Kemudian, upGrad juga mengembangkan sejumlah fitur yang mempermudah peserta didik dan tenaga pengajar dalam mengecek administrasi kelas, penjadwalan kuliah, hingga sistem penilaian. “upGrad juga menghubungkan peserta didik yang lulus ujian dengan perusahaan yang menyediakan program internship hingga mereka interview.”

Ke depannya, Sendy menargetkan dapat bermitra dengan lebih banyak lembaga pendidikan untuk membuka program S1 di akuntansi, teknik informatika, dan manajemen secara online. Program ini diharapkan dapat membantu segmen pasar yang baru lulus SMA dan D3 untuk bisa meraih gelar dengan cepat.

Application Information Will Show Up Here
Di sesi #SelasaStartup, CEO Futuready Sendy Filemon mengajak semua layanan asuransi online mengajukan perizinan kepada OJK, baik sebagai agen atau pialang

Peranan dan Tantangan Layanan Asuransi Online

Makin maraknya layanan asuransi online saat ini masih menyulitkan nasabah untuk melakukan pengaduan atau mengklaim asuransi mereka. Hal ini disebabkan layanan asuransi online yang kebanyakan sifatnya sebagai agregator atau perantara. Mereka idak memiliki cara yang akurat hingga lisensi yang tepat oleh regulator, dalam hal ini adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

CEO PT Futuready Insurance Broker (Futuready) Sendy Filemon menjadi pembicara dalam sesi #SelasaStartup kali ini. Futuready merupakan perusahaan perantara asuransi berbasis digital. Dalam presentasinya disebutkan tantangan dan peranan layanan asuransi online yang tepat untuk mendorong lebih banyak lagi masyarakat membeli produk asuransi secara online.

Mengedepankan lisensi OJK

Sebagai salah satu perusahaan asuransi yang menawarkan berbagai produk asuransi dari perusahaan asuransi, Sendy mengklaim lisensi yang sudah dikantongi dari OJK memperkuat posisi Futuready sebagai perusahaan broker asuransi berbasis digital. Bukan hanya memberikan produk asuransi yang beragam, Futuready juga meyakinkan pengguna keamanan dan jaminan bahwa semua proses yang dibutuhkan bisa berjalan dengan lancar. Saat ini banyak layanan asuransi online yang menawarkan produk asuransi dengan memanfaatkan pihak ketiga untuk pendistribusiannya. Hal ini menyulitkan nasabah yang ingin bertanya lebih lanjut bahkan mengklaim asuransi milik mereka.

“Idealnya semua proses yang terjadi dalam transaksi pembelian produk asuransi harus diawasi oleh regulator, yaitu OJK. Namun di Indonesia kegiatan tersebut belum dilakukan secara ideal, sehingga kerap menimbulkan masalah dan merugikan nasabah asuransi,” kata Sendy.

Lisensi yang dimiliki perusahaan asuransi dari OJK juga membantu mereka untuk menjalankan bisnis ke arah yang tepat. Hal ini penting untuk meyakinkan lebih banyak orang membeli polis asuransi online.

“Saya melihat ada tipe orang yang tertarik untuk membeli asuransi sendiri, tanpa ditawarkan oleh layanan asuransi secara offline atau online. Kategori tersebut yang diincar oleh perusahaan asuransi online,” kata Sendy.

Mengajak lebih banyak pemain berlisensi

Meskipun saat ini kompetisi di antara pemain asuransi online sudah banyak, namun jika mereka tidak memiliki lisensi dari OJK akan mengurangi kredibilitas perusahaan asuransi tersebut. Sendy melihat ada baiknya semua layanan asuransi online mengajukan perizinan kepada OJK, baik itu sebagai agen atau pialang.

“Layanan asuransi online sifatnya hanya sebagai perantara dan tidak memiliki komitmen untuk memberikan layanan yang optimal kepada nasabah. Dengan ijin yang dimiliki dari regulator, bisa memperkuat posisi layanan asuransi online agar berpihak kepada nasabah, bukan hanya kepada perusahaan asuransi,” kata Sendy.

Sendy melanjutkan, Futuready selama ini sepenuhnya melayani kebutuhan dari nasabah dan tidak memberikan ruang khusus untuk perusahaan asuransi beriklan atau membayar layanan lebih untuk mendapatkan fitur di platform Futuready.

“Saat ini masyarakat sudah sangat kritis dalam hal pemilihan produk asuransi. Jika mereka sudah membeli di satu layanan asuransi online, belum tentu mereka akan kembali lagi di layanan yang sama. Untuk itu layanan pelanggan yang baik serta menjaga kepercayaan nasabah menjadi prioritas kami perusahaan broker asuransi berbasis digital,” kata Sendy.

OLX dan Futuready Mudahkan Pembeli Mobil Dapatkan Asuransi

OLX Indonesia menjalin kerja sama dengan Futuready Insurance Broker untuk memudahkan pembeli mendapatkan asuransi terhadap kendaraan motor mereka. Para pengguna dapat memilih produk asuransi mobil yang sesuai dengan mobil yang akan mereka beli, baik Total Lost Only (TLO) ataupun Comprehensive (All Risk).

Untuk informasi Futuready Insurance Broker merupakan broker asuransi online di Indonesia yang berada di bawah pengawasan dan telah memegang lisensi resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nomor izin No.KEP-518/NB-1.2015 sejak 18 Juni 2015.

Broker asuransi adalah jalur perantara atau distribusi asuransi yang diakui oleh Undang-Undang Asuransi nomor 40 tahun 2014 yang memungkinkan broker memiliki keunikan untuk bertindak untuk dan atas nama nasabah. Sehingga, broker melaksanakan tugasnya membantu nasabah bebas menentukan pilihan produk asuransi terbaik dengan objektif dan transparan.

Sendy Filemon, CEO dan President Director Futuready Insurance Broker, mengatakan, “Selama ini, manfaat broker dinikmati oleh nasabah corporate, yaitu perusahaan-perusahaan yang membutuhkan asuransi bernilai sangat besar seperti gedung, kapal, atau armada kendaraan. Inovasi Futuready membawa manfaat broker untuk nasabah retail dengan menyediakan variasi, kebebasan memilih, transparansi dan obyektivitas untuk produk-produk seperti asuransi perjalanan, kendaraan, kesehatan, dan lain-lain.”

Chief Marketing Officer OLX Indonesia Edward Kilian dalam rilis persnya menyambut baik kerja sama dengan Futuready ini. Ia menilai kerja sama ini secara tidak langsung bisa mengedukasi masyarakat bahwa mobil bekas perlu mendapatkan proteksi asuransi.

“Setiap harinya, terdapat ratusan ribu orang yang mencari kendaraan bermotor, khususnya mobil, melalui platform OLX. Keberadaan Futuready dalam kerja sama ini, secara tidak langsung mengedukasi masyarakat bahwa mobil bekas perlu mendapat proteksi asuransi. OLX bangga menjadi bagian dari kerja sama ini,” terang Edward.

Senada dengan apa yang disampaikan Edward, Head of Commercial OLX Indonesia Agung Iskandar menyatakan ada kesamaan value yang melandasi kerja sama ini terbangun. Keduanya sama-sama ingin memberikan kemudahan bagi pengguna dalam hal mendapatkan perlindungan asuransi atas mobil yang akan mereka beli.

“Diharapkan, melalui kerja sama ini, semakin banyak masyarakat, pengguna OLX khususnya, yang mendapat manfaat berupa proteksi asuransi bagi mobil mereka. Kami sangat senang apabila para pengguna kami bisa mendapatkan mobil bekas yang terlindungi dengan baik,” tutup Agung.

Futuready dan Prospek Bisnis Broker Asuransi Online di Indonesia

Berbicara layanan jasa keuangan (LJK) di Indonesia, salah satu unsur utama yang harus ditaati adalah hukum. Pasalnya, LJK berbeda dengan industri lainnya karena ada transaksi dari dana nasabah, sehingga kejelasan izin usaha menjadi kunci utama membuka usaha LJK. Aturan dibuat karena tujuan akhirnya bermuara ke perlindungan konsumen dari tindakan moral hazard.

Atas dasar pemikiran itulah, Futuready didirikan. Futuready adalah perusahaan pialang (lebih dikenal broker) asuransi, dengan jalur penjualan khusus online. Perusahaan ini diklaim memiliki lisensi resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nama usaha PT Futuready Insurance Broker dan nomor izin no. KEP-518/NB.1/2015.

Izin usaha Futuready sudah keluar sejak 2015, namun situs baru tersedia sejak pertengahan tahun lalu. Saham Futuready dimiliki oleh Aegon Grup sebanyak 80% dan sisanya 20% dimiliki perusahaan lokal dengan identitas tidak disebutkan.

Aegon Grup adalah perusahaan asuransi jiwa yang bermarkas di Den Haag, Belanda. Aegon memilih masuk ke Indonesia sebagai perusahaan broker, bukan berlisensi perusahaan asuransi. Alasannya simpel karena pemain asuransi di Indonesia sudah terlalu padat, sehingga prospek broker asuransi dinilai lebih cerah dan menjanjikan.

“Saat bicara Futuready, kami paham ini akan jadi manfaat yang besar bagi masyarakat Indonesia namun harus dalam ranah hukum yang jelas. Kalau kami yakin tujuannya mulia, ya caranya harus mulia [memiliki izin lisensi],” terang CEO dan Presiden Direktur Futuready Sendy Filemon kepada DailySocial.

Mendapatkan izin lisensi untuk menawarkan produk jasa keuangan itu, menurut Sendy, hukumnya wajib karena jasa keuangan itu berbeda dengan menawarkan produk fesyen, elektronik, atau tiket perjalanan. Transaksi justru baru dimulai saat uang berpindah tangan, misal dalam asuransi, transaksi baru akan selesai apabila masa pertanggungan berakhir.

Sumber dana dari perusahaan jasa keuangan itu hanya ada tiga, yaitu dari modal, keuntungan bisnis, dan uang nasabah. Potensi terjadinya moral hazard pun makin besar.

“Karena ada uang titipan, ada risiko yang pegang dana bisa kabur. Ini bisa terjadi moral hazard, kalau ada feedback negatif dari konsumen karena hal tersebut, bisa rusak industri. Makanya itu perlu izin usaha resmi yang sesuai regulasi, dalam hal ini OJK mengeluarkan izin dan bertugas mengawasi perusahaan setelah izin diberikan.”

Berdasarkan POJK, ketentuan untuk mendirikan perusahaan broker adalah menyiapkan modal disetor minimal Rp3 miliar. Wajib disetor secara tunai dan penuh dalam bentuk deposito berjangka dan/atau rekening giro atas nama perusahaan pada salah satu bank umum di Indonesia.

Biaya distribusi produk jasa keuangan sangat mahal

CEO dan Presiden Direktur Futuready Sendy Filemon / DailySocial
CEO dan Presiden Direktur Futuready Sendy Filemon / DailySocial

Sendy bercerita, saat pihaknya terpikirkan mendirikan Futuready ingin memecahkan permasalahan titik distribusi produk jasa keuangan yang terbilang mahal dan eksklusif. Saat ini pola pemasaran produk jasa keuangan kebanyakan dilakukan secara captive, bukan shared.

Hal inilah yang membuat harga produk asuransi, pada khususnya, jadi mahal. Sebab, pada akhirnya masyarakatlah yang harus membayar kemahalan tersebut, pasalnya komisi agen dibebankan ke konsumen karena biaya ini masuk ke harga produk. Belum lagi, dengan cara captive, membuat produk jasa keuangan jadi terasa eksklusif karena standar pelayanan dan dokumen yang digunakan disediakan berstandar Jakarta.

Padahal, di daerah bagi bank swasta atau nasional harus bersaing dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Di mana, mereka menggunakan standar dokumen yang sesuai dengan kondisi di daerah tersebut.

“Pernah tidak lihat produk kredit dari Bank A di jual di Bank B? Tidak ada kan?. Beda dengan produk FMCG, seperti Aqua dan Unilever. Apakah mereka pakai jalur khusus untuk berjualan produknya? Tidak, mereka lebih memilih untuk berkompetisi di pola pemasaran shared, seperti di supermarket atau minimarket. Karena polanya captive, makanya harga produk asuransi jadi mahal.”

Dia ingin menyelesaikan masalah itu dengan bantuan teknologi, sehingga posisinya adalah fintech menjadi jembatan untuk mengefisienkan harga produk asuransi karena ada biaya yang dipangkas.

Terlebih, konsep kerja broker adalah mengedepankan kepentingan nasabah. Sendy menjamin hal ini akan jadi nilai jual yang tidak bisa didapatkan nasabah ketika mereka membeli asuransi lewat agen atau secara online. Broker juga dapat diamanatkan oleh nasabah untuk melakukan klaim.

Asal tahu saja, secara regulasi tugas agen itu bekerja untuk perusahaan dan tidak diamanatkan untuk membantu nasabah saat melakukan klaim. Nilai tambah ini, menurut Sendy, tidak bisa ditemukan oleh nasabah ketika membeli asuransi. Meskipun, baik agen maupun broker, keduanya mendapat komisi dari pembayaran premi dari nasabah.

Target Futuready

Tahun ini, Futuready berencana untuk menambah kategori produk asuransi baru jadi delapan jenis dengan menambah mitra kerja sama perusahaan asuransi. Sementara, target nasabahnya ditargetkan bisa mencapai 72 ribu orang, naik dari posisi saat ini yang masih di bawah 10 ribu orang.

Sementara ini, Futuready memiliki empat jenis kategori produk asuransi, yakni asuransi kesehatan, asuransi perjalanan, asuransi kecelakaan, dan asuransi mobil. Meski belum ditentukan kategori produknya, ada beberapa potensi yang bisa dimasukkan ke dalam portofolio Futuready, diantara asuransi barang elektronik, asuransi berjangka (term life), properti, dan gaya hidup.

Sendy yakin pihaknya akan mencapai target tersebut. Pasalnya, sepanjang tahun ini induk usaha berencana akan beberapa kali menyuntikkan dana segar. Dana tersebut akan dipergunakan, salah satunya untuk merekrut tenaga kerja baru untuk bagian pengembangan teknologi dan TI. Pada tahun lalu, Futuready mendapat dua kali suntikan dana dengan nilai yang tidak disebutkan.

Mengenai prospek bisnis broker, menurut Sendy, akan makin cerah. Berbekal lisensi yang sudah dipegang Futuready, pihaknya yakin bisa menggarap sektor produk asuransi yang belum tersentuh agen pemasaran dengan menjual produk dengan premi tahunan sekitar Rp500 ribu sampai Rp5 juta.

Segmen ini dinilai kosong dan pihak penjualnya pun terbatas. Misalnya untuk asuransi perjalanan kebanyakan dijual oleh agen perjalanan atau asuransi mobil dijual oleh diler mobil.

“Intinya di Futuready hanya menjual produk asuransi yang sederhana, tidak butuh ketemu face to face. Bila konsumen suka, silahkan beli, prosesnya full online, baik itu untuk pendaftaran maupun klaim. Seluruh proses sudah comply dengan regulasi dan diawasi oleh OJK. Kami wajib melaporkan keuangan kami secara rutin ke otoritas.”