Tag Archives: sequoia southeast asia

Peak XV Partners

Peak XV Partners, Wajah Baru Sequoia untuk Kawasan Asia Tenggara dan India

Pekan lalu, firma investasi terkemuka Sequoia India & Southeast Asia (SEA) mengumumkan perubahan namanya menjadi Peak XV Partners. Dengan wajah baru ini, Peak XV Partners bakal melanjutkan perluasan portofolionya dengan dana $2,5 miliar yang belum diinvestasikan.

Lewat situs resminya, Shailendra Singh mewakili Peak XV Partners mengungkap bahwa perkembangan bisnis, skala, hingga kepemimpinan Sequioa di berbagai belahan dunia selama beroperasi bertahun-tahun menimbulkan kebingungan terhadap brand dan konflik pada portofolionya.

Hal ini dikarenakan sejak awal Sequoia Capital (AS/Eropa), Sequoia China, dan Sequoia India/SEA dibangun sebagai bisnis terpisah dengan pengambilan keputusan investasi secara independen.

“Ini mendorong para pemimpin di setiap bisnis secara kolektif memutuskan untuk bergeser ke kemitraan yang sepenuhnya independen dengan brand yang lebih jelas demi melayani para founder dan LP kami dengan cara terbaik,” ujar Singh.

Maka itu, Peak XV Partners akan beroperasi sepenuhnya sebagai firma independen. Tim investasi di Peak XV Partners akan dipimpin oleh 11 Managing Director dengan pengalaman lebih dari 12 tahun di Sequioa.

Melanjutkan investasi

Singh menyatakan akan berfokus investasi di seluruh sektor, termasuk SaaS, AI, keamanan siber, cloud, fintech, climate tech, healthtech, hingga consumer. Peak XV juga akan menggandakan program-program unggulannya, seperti Surge dan Spark.

“Peak XV adalah nama awal yang diberikan untuk Gunung Everest. Bagi kami, ini menandakan upaya pengejaran sebuah tujuan yang berani tanpa henti oleh para pendiri sambil mengatasi tantangan di sepanjang jalan. Kami sangat percaya pada masa depan India dan SEA, serta potensi para pendiri di wilayah ini,” tuturnya.

Beroperasi 17 tahun di India dan 10 tahun di Asia Tenggara, perusahaan telah mengumpulkan dana sebesar $9,2 miliar melalui 13 dana kelolaan, dan telah berinvestasi di lebih dari 400 startup di kawasan tersebut. Tercatat lebih dari 50 startup telah melampaui lebih dari $1 miliar valuasi, termasuk 19 di antaranya melantai di bursa saham dan berkonsolidasi lewat aksi M&A: menghasilkan exit $4,5 miliar.

“Perusahaan kami akan terus dikelola oleh tim kepemimpinan saat ini dan akan terus berinvestasi lewat dana kelolaan baru yang berfokus pada India dan Asia Tenggara.” Tutupnya.

Sumber: Startup Report 2022 oleh DS/innovate

Pada pertengahan 2022, Sequoia SEA sempat mengumumkan dana kelolaan perdana untuk kawasan Asia Tenggara senilai Rp12,5 triliun di mana Indonesia menjadi negara prioritas investasinya. Perlu diketahui, perusahaan telah menyuntikkan investasi ke 22 startup di Indonesia–termasuk Gojek, Tokopedia, dan Kopi Kenangan–di mana 9 startup terlibat di program akseleratornya.

Berdasarkan laporan Startup Report 2022, Sequoia Capital India merupakan investor yang sering terlibat dalam pendanaan startup di Indonesia dalam tiga tahun terakhir. Di sepanjang 2022, Sequoia Capital India menempati urutan ketiga sebagai investor paling aktif dengan 15 kesepakatan investasi yang diumumkan. Sementara, di 2021, Sequoia berada di urutan keempat dengan berinvestasi ke 17 portofolio.

Para pendiri yang terlibat dalam Surge 07 / Surge

Semaai dan Whiz Jadi Startup Lokal yang Terpilih di Surge Kohort ke-7

Surge, selaku program akselerator besutan Sequoia Southeast Asia dan India resmi mengumumkan kohort ketujuhnya yang diikuti oleh 15 startup tahap awal, melibatkan 37 founder. Terdapat dua startup asal Indonesia yang terpilih untuk bergabung, yaitu Semaai dan Whiz.

Selama tiga tahun terakhir, Surge telah berkembang pesat, termasuk memperkuat komitmen dengan meningkatkan kucuran dana untuk startup tahap awal binaannya. Sebelumnya mereka memberikan seed funding di rentang $1 juta – $2 juta, kini ditingkatkan hingga $3 juta.

Hingga saat ini,  komunitas Surge telah menaungi 281 founder dari 127 startup dalam 16 sektor. Startup-startup Surge telah mengumpulkan pendanaan secara kolektif sebesar lebih dari Rp25,2 triliun ($1,7 miliar), dengan lebih dari 60% perusahaan dari lima kohort pertamanya mengumpulkan pendanaan seri A dan seterusnya.

Para founder masa kini membidik bisnis mereka untuk panggung dunia. Mayoritas dari perusahaan ini membangun dari tahap awal untuk pasar-pasar global dan membidik khalayak di luar pasar asal mereka, hampir setengahnya hadir di pasar-pasar Amerika Serikat dan Eropa.

Beberapa founder yang terlibat sudah pernah memiliki pengalaman, seperti mantan CFO dari Nykaa, insinyur pertama Uber di India, teknisi yang membantu pengembangan Apache Hive, dan sebagainya. Selain itu, sepertiga dari startup-startup di kohort kali ini memiliki setidaknya satu founder perempuan.

Rajan Anandan selaku Managing Director Sequoia India & Southeast Asia dan Surge mengungkapkan kekaguman yang mendalam akan ambisi dan keanekaragaman ide yang ada, serta kaliber para founder dari tiap kohort dalam program Surge, tak terkecuali Surge 07.

“Kami telah bermitra dengan semua perusahaan tersebut di tahap paling awal pembangunan perusahaan, dengan hampir setengahnya masih dalam tahap pra-peluncuran pada saat memulai kemitraannya. Para founder kami membawa pengalaman dan kreativitas mereka yang luas, dan kami percaya bahwa para pemimpi, inovator dan pembangun kategori ini memiliki potensi untuk mengubah masa depan kawasan ini dan dunia,” ujarnya.

Startup Indonesia di program Surge

Indonesia sendiri diketahui menjadi salah satu negara yang ditargetkan oleh program akselerator ini. Dalam setiap kohort, terdapat minimal satu startup asal Indonesia yang menjadi perwakilan. Pertama kali dimulai pada Maret 2019, Bobobox dan Qoala bergabung sebagai representasi Indonesia. Diikuti dengan Bobobox dan Qoala.

Dalam tiga kohort terakhir, ada BukuKas, Hangry, CoLearn, Otoklix, Durianpay, Bukugaji/Vara, dan Rara Delivery. Dalam kohort ketujuh ini, terdapat dua startup asal Indonesia yang bergabung, yaitu Semaai dan Whiz.

Semaai merupakan startup agritech yang mengembangkan solusi untuk mengatasi masalah sistemik seperti itu di industri dengan menawarkan platform yang komprehensif untuk komunitas pertanian, dengan fokus awal pada input pertanian, seperti benih, pupuk, pestisida dan alat pertanian.

Belum lama ini perusahaan juga telah mengumumkan pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh Surge, diikuti oleh Beenext dan sejumlah angel investor, seperti Nipun Mehra (Ula), Harshet Lunani (Qoala), dan Prashant Pawar (Houlihan Lokey).

Sektor pertanian dalam ekosistem startup digital di Indonesia sendiri kian menunjukkan potensi luar biasa. Bahkan saat pandemi, beberapa layanan terkait bisnis budidaya mendapati traksi yang luar biasa, beberapa di antaranya sudah menjadi soonicorn seperti Tanihub, Eden Farm, Aruna, dan eFishery.

Sementara itu, Whiz merupakan perusahaan fintech yang memfokuskan layanannya untuk kalanganr remaja di Indonesia. Startup yang digawangi oleh Agnes Wirya Lie, Dominic Sumarli, dan Frederick Widjaja ini memungkinkan remaja dapat membuka rekening keuangan pertama mereka dengan aplikasi yang mudah digunakan, melakukan pembelian melalui sistem pembayaran QR yang diterima secara luas di Indonesia, dan belajar tentang penganggaran dan tabungan.

Di antara padatnya persaingan di ranah fintech, solusi yang ditawarkan oleh Whiz membuka ruang untuk pasar yang lebih awam untuk sedini mungkin bisa terpapar oleh literasi keuangan. Beberapa aplikasi yang sudah lebih dulu meluncur seperti Finansialku, Sribuu, Pay Ok, PINA, Finoo, Moni, Xettle, Finku, Neu (Fazz Financial Group). Sebagian dari mereka juga sudah mengantongi kepercayaan dari investor dalam bentuk perolehan dana segar.

Saat ini, Semaai dan Whiz tengah menjalani program 16 minggu yang ketat secara hybrid. Surge 07 juga menghadirkan pembicara dan mentor yang sebelumnya sudah pernah terlibat dalam program ini termasuk Siu Rui Quek (Carousell), William Tanuwijaya (Tokopedia/GoTo), Chatri Sityodtong (ONE Championship) dan Doug Leone (Sequoia Capital).

Pada dasarnya, program-program inkubator dan akselerator yang ada saat ini menawarkan kemudahan bagi founder dalam melakukan eskalasi bisnis. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan DailySocial.id, per tahun 2021, ada sekitar 17 program inkubator dan/atau akselerator yang masih aktif membuka batch untuk startup baru.

Sequoia Southeast Asia mengumumkan dana kelolaan perdana untuk kawasan Asia Tenggara senilai $850 juta akan menyuntik startup potensial dari berbagai tahapan

Sequoia Southeast Asia Debut Dana Kelolaan 12,5 Triliun Rupiah, Mayoritas Suntik Startup Indonesia

Sequoia Southeast Asia mengumumkan dana kelolaan perdana untuk kawasan Asia Tenggara senilai $850 juta (lebih dari 12,5 triliun Rupiah). Pemodal ventura tersebut akan menyuntik startup potensial dari berbagai tahapan, mulai dari tahap awal sampai tahap pertumbuhan. Menariknya mereka bilang akan menjadikan Indonesia sebagai negara prioritas.

Managing Director Sequoia Southeast Asia Abheek Anand menyampaikan, selama lebih dari 10 tahun terakhir perusahaan telah berinvestasi di beberapa putaran awal dari beberapa startup Indonesia, termasuk Gojek, Tokopedia, Kopi Kenangan, Bibit, Lummo, dan lainnya. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi digital, pihaknya melihat ledakan jumlah founder yang membangun generasi perusahaan legendaris berikutnya.

“Kami berharap dapat bermitra dengan mereka langsung dari tahap ide hingga IPO dan seterusnya, dan membawa pengalaman investasi global dan pembangunan perusahaan selama lima dekade untuk membantu berkontribusi bagi masa depan ekonomi digital Indonesia,” ucapnya dalam keterangan resmi, Selasa (14/6).

Komitmen serius Sequoia ini berawal dari eksperimen kecil di sebuah ruangan dalam gedung sepi di Singapura sejak 10 tahun lalu. Setelah menghabiskan banyak waktu di sini, ekosistem teknologi di kawasan ini menunjukkan banyak tanda awal pertumbuhan yang sama seperti telah terlihat di India dan Tiongkok. Dengan total tim kini sebanyak 40 orang dari 12 kewarganegaraan, Sequoia kini memiliki sejumlah portofolio dari investasi-investasi awal, ventura dan pertumbuhan, dan program akselerator seperti Surge dan Spark.

Untuk menyuntik lebih banyak startup di Asia Tenggara, mereka akan terus membawa tim spesialis portofolio besarnya untuk bermitra dengan para founder di saat-saat paling penting mereka dan mendorongnya melalui program akselerator. Juga, menggandakan inisiatif untuk berkolaborasi di seluruh ekosistemnya — dengan founder, pemerintah, rekan investor, dan mitra — untuk membantu kawasan Asia Tenggara menjadi lebih besar, lebih sehat, dan lebih berkelanjutan daripada sebelumnya.

Program akselerator

Salah satu program yang menjadi unggulan dari Sequoia Capital adalah Surge. Melalui program ini startup yang masih dalam tahap awal, bisa mendapatkan mentoring hingga dukungan capital yang relevan. Surge menggabungkan modal awal $1 juta hingga $2 juta dengan dukungan pembangunan perusahaan, kurikulum global, dan dukungan dari komunitas mentor dan pendiri startup.

“Kami melihat program Surge menjadi langkah awal bagi startup yang masih berada dalam tahap awal. Kami ingin menjalin kemitraan dengan lebih banyak lagi startup di Indonesia,” kata Abheek secara terpisah dalam wawancara bersama DailySocial.id.

Bagi mereka yang sudah masuk dalam program Surge dan berhasil mengantongi pendanaan, ke depannya jika memiliki potensi, Sequoia akan memberikan investasi dalam putaran pendanaan selanjutnya. Dengan demikian, program Surge menjadi pembuka bagi mereka untuk bisa mendapatkan kesempatan pendanaan lanjutan.

Startup yang awalnya merupakan lulusan program Surge dan berhasil mengantongi investasi tahapan lanjutan dari Sequoia Capital di antaranya adalah Lummo dan Qoala. Saat ini tercatat sudah ada 9 startup lulusan program Surge. Sementara Sequoia Capital sendiri sudah terlibat dalam 22 startup di Indonesia. Di antaranya adalah Traveloka, Gudangada, GoTo, hingga Kopi Kenangan.

Berikutnya, program Sequoia Spark yang diinisiasi oleh Sequoia India untuk mendukung usaha para perempuan. Program dana hibah sebesar $100.000 beserta pendampingan ini, ingin mengajak lebih banyak perempuan di India dan kawasan Asia Tenggara untuk menjadi pengusaha.

Program ini diadakan dengan menyediakan pendampingan langsung yang mendalam kepada 15 startup yang dipimpin oleh perempuan setiap tahunnya dan modal cukup sebagai biaya awal untuk memulai usaha. Kohort pertama dari program Sequoia Spark terdiri dari berbagai macam bidang, termasuk edtech, fintech, SaaS, dan crypto. Kohort ini menggabungkan tujuh startup dari Asia Tenggara, tujuh dari India dan satu dari Uni Emirat Arab. Dari Indonesia Sribuu berhasil mendapatkan mentoring dan pendanaan awal dari Sequoia Capital.

Mentoring merupakan bagian dari Sequoia, kami bukan hanya bertindak sebagai mitra bisnis tapi juga bisa membantu mereka berupa mentoring melalui program yang kami tawarkan. Diharapkan bisa membantu komunitas karena semua program kami bangun berdasarkan tahapan yang ada. Mulai dari Surge untuk startup tahap awal, Spark untuk perempuan dan kami juga memiliki program bagi startup yang telah masuk dalam tahapan lanjutan seperti seri B hingga mereka yang sudah menjadi unicorn dan decacorn,” kata Abheek.